Anda di halaman 1dari 7

BAHASA SANGIANG

NAMA : PENI LISARI

NIM : 2011001

PRODI PRAMUWISATA BUDAYA DAN KEAGAMAAN


FAKULTAS DHARMA DUTA DAN BRAHMA WIDYA
INSTITUT AGAMA HINDU NEGERI TAMPUNG PENYANG
PALANGKA RAYA
2020
CIRI-CIRI SASTRA LISAN
BAHASA SANGIANG
Pengertian Bahasa Sangiang

Bahasa sangiang adalah bahasa yang


digunakan seseorang untuk menyampaikan
ide gagasan, pikiran dan perasaannya kepada
sesama, kepada Tuhan serta malaikatnya.
Ciri Kalimat

• Kata yang diucap memiliki hubungan abstrak dengan konsep atau


objek yang diwakili oleh kata-kata tersebut.
• Bersifat puitis.
• Bentuknya yang berulang – ulang dan berpasang-pasangan.
• Menggunakan kata kiasan yang memuat lebih dari 1 (satu) kata.
• Bersifat konotatif (kata yang memiliki pengertian tambahan atau arti
sekunder di samping arti primernya).
• Bersifat simbolis (tidak hanya mengungkapkan yang tersurat, tapi
juga mengungkapkan makna yang tersirat)
• Penuh pengambaran makna.
• Terdapat bahasa bawi (bahasa perempuan) dan bahasa hatue
(bahasa laki-laki).
JENIS KATA

1. Bahasa Sangiang bentuk terikat : 2.Bahasa Sangiang bentuk bebas


 
Ranying hatalla langit Tingang Tatu Ranying Hatalla hetuh aku
Raja mantir balaku duhup handak nanjung tiruh Tingang keleh bitim
Banama palus haguet bagulung mampahayak aku hajamban sahur
Bulau namburak tarusan nanturung parapah mangat tiruh bujur kabajuran
Tapuk tasik gandang ngarambang nupi nekap kayun penyang karuhei tatau
garantung ngampa sandik paturung sangkalemu raja
  SAHI.
Ranying hatalla langit
Nanturung tumbang je lawang langit
Raja tantilap je utus rihit
Asun bulan manjijit huit
JENIS KATA
3. Bahasa Sangiang bentuk kalimat 4. Bahasa Sangiang dengan sifat Puitis
berpasangan :

Contoh kalimat berpasangan bahasa Sangiang Contohnya : 


bisa dilihat dalam salah satu bunyi ayat Tawur ”Tuhan” dalam bahasa Sangiang disebut
berikut: Ranying Hatalla Langit, Raja Tuntung Matan
Andau, Tuhan Tambing Kabanteran Bulan.
(1a.) Ela bitim tarewen matei kalabuan Diungkapkan dengan memuat 3 (tiga) unsur
jaringku nduan ambun andau tuh, (1b.) Isen alam, yaitu langit (langit), matan andau
balitam sabanen nihau kalapetan karahku (matahari), dan bulan (bulan),
matuk dinun kalamau katun  
”alam semesta” disebut dengan pantai danum
Makna kalimat (1a) adalah “Jangan dirimu kalunen luwuk kampungan bunu. Secara
terkejut mati keluar dari jari – jariku pada saat terpisah pantai danum kalunen ”tanah air
hari ini” dan dengan makna yang sama diulang manusia” sudah menggambarkan makna
lagi pada kalimat (1b) “Jangan Engkau terkejut kiasan yang berarti alam semesta, namun
mati keluar dari ujung jari tanganku saat ini” kemudian demi untuk menciptakan rasa puitis
dan untuk menjaga keseimbangan penggunaan
basa bawi dan basa hatue, makna sinonimnya
diulang lagi dengan kata-kata berbeda yaitu
luwuk kampungan bunu ”
 
PEMAKNAAN

 Makna simbolis (tidak hanya mengungkapkan yang tersurat, tapi juga mengungkapkan
makna yang tersirat)

 Makna konotatif (kata yang memiliki pengertian tambahan atau arti sekunder di
samping arti primernya).

 Multitafsir artinya berpenafsiran ganda. Bahasa dalam sastra cenderung mengundang


penafsiran ganda dari pembacanya. Hal itu terjadi karena sifat konotatif bahasa sastra
serta pengalaman masing - masing pembaca berbeda dan beragam.

 Efek musikalitas adalah efek suara atau bunyi yang mampu membangkitkan rasa merdu.
Kemerduan bunyi bahasa dalam karya sastra pada umumnya dapat dimunculkan lewat
pola persajakan atau rima atau kadang dibentuk lewat perulangan bunyi yang sama
dalam setiap bait atau kalimat.

Anda mungkin juga menyukai