Kekerasan Seksual
Kekerasan Seksual
400.000
300.000
Angka Kekerasan
terhadap Perempuan 200.000
100.000
09
10
12
13
14
15
17
18
19
20
08
16
11
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
KEKERASAN UU NO. 23/2004 (UU PKDRT)
WHO
SOERJONO SOEKANTO
Penggunaan seluruh kekuatan fisik demi
mendapatkan kekuasaan yang biasanya disertai
Penggunaan kekuatan fisik secara paksa
dengan ancaman, sehingga mengakibatkan
terhadap orang atau benda
kerugian bagi pihak lain, seperti luka memar,
kematian, kerugian secara psikologis, dan lain
sebaginya
Segala bentuk tindakan langsung Tindakan untauk membatasi,
yang menggunakan kekuatan mengisolasi, menuduh, dan
fisik atau menggunakan senjata
secara sengaja untuk melukai FISIK PSIKIS segala upaya yang membuat
korban terserang secara
korban emosional
INTIMIDASI
SEKSUAL
PEMAKSAAN
PEMAKSAAN KONTRASEPSI
PERBUDAKAN
KEHAMILAN
SEKSUAL PEMAKSAAN
ABORSI
PENYIKSAAN
SEKSUAL
PEMAKSAAN
PERKAWINAN
KONTROL
PENGHUKUMAN TRADISI PERKOSAAN
SEKSUAL
TIDAK DISKRIMINATIF
MANUSIAWI
10 POIN
PENTING
UU TINDAK PIDANA
KEKERASAN SEKSUAL
Hal ini tertuang dalam Pasal 4 ayat 2 yang menyebutkan
bahwa setiap orang yang melakukan tindakan non fisik berupa
SEMUA PERILAKU isyarat, tulisan, dan/atau perkataan kepada orang lain yang
berhubungan dengan bagian tubuh seseorang dan terkait
PELECEHAN
dengan keinginan seksual, dipidana karena pelecehan seksual
SEKSUAL TERMASUK non fisik. Pelaku yang terbukti melakukan pelanggaran
KEKERASAN tersebut akan dipidana penjara paling lama sembilan bulan
SEKSUAL dan/atau denda maksimal Rp10 juta.
Isi UU TPKS lainnya yaitu memberikan perlindungan
kepada korban termasuk korban revenge porn atau
MEMBERIKAN penyebaran konten pornografi dengan modus balas dendam
PERLINDUNGAN kepada korban. Hal ini tertuang dalam Pasal 4 Ayat 1 yang
menyebutkan setidaknya ada sembilan tindak pidana
KEPADA KORBAN
kekerasan seksual, salah satunya kekerasan seksual berbasis
elektronik.
MEMBERIKAN
Pemaksaan hubungan seksual juga termasuk tindak
DENDA DAN kekerasan seksual. Dalam UU TPKS, tindakan ini bisa
PIDANA TERHADAP dikenakan denda atau pidana. Pelaku tindak kekerasan
PEMAKSAAN seksual ini akan dikenakan pidana penjara paling lama 9
tahun dan/atau denda Rp200 juta. Hal tersebut tertuang
HUBUNGAN dalam UU TPKS pasal 6.
SEKSUAL
PIDANA PENJARA Pemaksaan perkawinan termasuk didalamnya pemakaan
perkawinan antara korban dan pelaku pemerkosaan juga
ATAU DENDA termasuk tidak pidana. Ketentuan tersebut tertuang dalam
UNTUK TINDAK UU TPKS Pasal 10. Pelaku tindak pidana ini terancam
hukuman penjara maksimal 9 tahun dan/atau denda
PEMAKSAAN
maksimal Rp200 juta.
PERKAWINAN
Di dalam UU TPKS Pasal 11, disebutkan bahwa pelaku
tindak kekerasan seksual tidak hanya mendapat hukuman
TERDAPAT PIDANA penjara dan denda, namun terancam mendapatkan pidana
TAMBAHAN tambahan. Adapun pidana tambahan yang dimaksud,
sebagai berikut:
UNTUK PELAKU • Pencabutan hak asuh anak atau pengampunan.
KEKERASAN • Pengumuman identitas pelaku.
SEKSUAL • Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak
pidana.
• Pembayaran restitusi.
Tindak pidana kekerasan seksual tidak hanya dilakukan
individu saja, namun juga bisa dilakukan oleh pihak
korporasi. Dalam pasal 13 UU TPKS diterangkan bahwa
korporasi yang melakukan kekerasan seksual akan
dikenakan denda sekitar Rp200 juta hingga Rp 2 miliar. Tak
ANCAMAN PIDANA hanya itu, korporasi yang melakukan TPKS juga terancam
DAN DENDA mendapatkan pidana tambahan, berupa:
• Pembayaran restitusi.
UNTUK • Pembiayaan pelatihan kerja.
KORPORASI YANG • Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak
MELAKUKAN TPKS kekerasan seksual.
• Pencabutan izin tertentu.
• Penutupan seluruh atau sebagian tempat usaha atau
kegiatan korporasi.
• Permbubaran korporasi.
Dalam UU TPKS, satu keterangan dan barang bukti sudah
cukup untuk menentukan dakwaan terhadap seseorang.
KETERANGAN
Adapun alat bukti yang sah untuk membuktikan TPKS,
SAKSI/KORBAN yaitu:
DAN SATU ALAT
• Keterangan saksi.
BUKTI CUKUP • Keterangan para ahli. Surat.
UNTUK • Petunjuk.
MENENTUKAN • Keterangan terdakwa.
• Alat bukti lain seperti informasi dan/atau dokumen
TERDAKWA elektronik yang telah diatur dalam peraturan perundang-
undangan.
• Ganti rugi atau kehilangan kekayaan atau penghasilan.
KORBAN MEMILIKI • Ganti rugi yang ditimbulkan akibat penderitaan yang
HAK UNTUK berhubungan langsung sebagai akibat dari tindak
pidana.
MENDAPATKAN
• Penggantian biaya perawatan medis dan/atau psikologi.
RESTITUSI DAN • Ganti rugi atas kerugian lain yang diderita korban
LAYANAN sebagai akibat tindak pidana.
PEMULIHAN
Selain berhak atas restitusi dan layanan pemulihan, dalam
UU TPKS juga dijelaskan bahwa korban kekerasan seksual
KORBAN BERHAK berhak atas pendampingan. Nantinya, UPTD PPAD atau
ATAS lembaga penyedia layanan wajib memberikan
pendampingan dan layanan yang dibutuhkan kroban serta
PENDAMPINGAN
membuat laporan kepolisian.
Restorative justice adalah penyelesaian perkara yang
TIDAK BISA menitikberatan kondisi terciptanya keadilan dan
MENGGUANAKN keseimbangan bagi pelaku dan korban. Hal ini berguna
untuk menghindari upaya penyelesaian masalah dengan
PENDEKATAN menggunakan uang. Tidak diperkenankannya restorative
RESTORATIVE justice harapannya para pelaku bisa jera dan tidak
JUSTICE mengulangi perbuatannya.
APA YANG BISA
KITA LAKUKAN?
Pelajari hal-hal seputar kekerasan
seksual