Anda di halaman 1dari 14

KEUANGAN NEGARA

BY. WILLIAM INDRA S. MOODUTO, SE.,MSA.,AK.,CA


DEFINISI KEUANGAN
NEGARA

Keuangan Negara dalam arti


sempit , yaitu hanya terbatas pada
APBN

Keuangan dalam arti luas adalah semua hak


dan kewajiban negara, serta segala sesuatu
yang berkaitan dengan hak dan kewajiban
tersebut, yang dapat dinilai dengan uang
HAK-HAK NEGARA
Hak mengeluarkan dan mengedarkan uang
Hak Menetapkan dan memungut pajak
Hak Memungut Bea dan Cukai
Hak Memungut Penerimaan Negara Bukan
Pajak
Hak Mengadakan Pinjaman
Hak Mengadakan Pinjaman Paksa
KEWAJIBAN NEGARA
Kewajiban menyelenggarakan tugas-tugas negara, hal ini
tercantum dalam pembukaan UUD 1945 antara lain :
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan Seluruh
Tumpah Darah Indonesia.
2. Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa
3. Ikut serta dalam melaksanakan ketertiban dunia

Memenuhi kewajiban kepada pihak ketiga :


(rekanan, pemborong, kontraktor, atau para pemasok),
berkaitan dengan order pekerjaan yang diberikan oleh
pemerintah kepada pihak ketiga (masyarakat), baik melalui
proses pelelangan (tender) maupun penunjukan langsung
ASAS-ASAS UMUM PENGELOLAAN
KEUANGAN NEGARA
Asas TahunanMemberikan persyaratan bahwa anggaran negara
dibuat secara tahunan yang harus mendapat persetujuan dari
badan legislatif (DPR)
Asas UniversalitasMemberikan batasan bahwa tidak
diperkenankan terjadinya pencampuran antara penerimaan negara
dengan pengeluaran negara
Asas KesatuanMempertahankan hak budget dari dewan secara
lengkap, berarti semua pengeluaran harus tercantum dalam
anggaran
Asas Spesialitasmensyaratkan bahwa jenis pengeluaran dimuat
dalam mata anggaran tertentu/tersendiri dan diselenggarakan
secara konsisten baik secara kualitatif maupun kuantitatif
Lanjutan…..
 Asas Akuntabilitasberorientasi pada hasil, mengandung makna
bahwa setiap pengguna anggaran wajib menjawab dan menerangkan
kinerja organisasi atas keberhasilan atau kegagalan suatu program yang
menjadi tanggung jawabnya
 Asas ProfesionalitasMengharuskan pengelolaan keuangan negara
ditangani oleh tenaga profesional
 Asas ProporsionalitasPengalokasian Anggaran dilaksanakan secara
proporsional pada fungsi-fungsi kementrian/lembaga sesuai dengan
tingkat prioritas dan tujuan yang ingin dicapai
 Asas Keterbukaandalam pengelolaan keuangan negara, mewajibkan
adanya keterbukaan dalam pembahasan, penetapan, dan perhitungan
anggaran serta atas hasil pengawasan oleh lembaga audit yang
independen
 Asas Pemeriksaan KeuanganOleh Badan Pemeriksaan yang bebas
dan mandiri, memberi kewenangan lebih besar pada badan pemeriksa
keuangan untuk melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan keuangan
HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA
PEMERINTAH PUSAT DAN BANK
SENTRAL
Pemerintah Pusat dan bank sentral
berkoordinasi dalam penetapan dan
pelaksanaan kebijakan dan moneter.
HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH
PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH

 (1) Pemerintah Pusat mengalokasikan dana perimbangan


kepada Pemerintah Daerah berdasarkan undang-undang
perimbangan keuangan pusat dan daerah.
 (2) Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman dan/atau
hibah kepada Pemerintah Daerah atau sebaliknya.
 (3) Pemberian pinjaman dan/atau hibah sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) dilakukan setelah mendapat persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat.
 (4) Pemerintah Daerah dapat memberikan pinjaman
kepada/menerima pinjaman dari daerah lain dengan
persetujuan DPRD.
HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH
PUSAT DAN PEMERINTAH / LEMBAGA ASING

Pemerintah Pusat dapat memberikan hibah/pinjaman


kepada atau menerima hibah/pinjaman dari
pemerintah/lembaga asing dengan persetujuan DPR.
Pinjaman dan/atau hibah yang diterima Pemerintah
Pusat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
diteruspinjam-kan kepada Pemerintah
Daerah/Perusahaan Negara/Perusahaan Daerah.
HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH
DAN PERUSAHAAN NEGARA

(1) Pemerintah dapat memberikan pinjaman/hibah/


penyertaan modal kepada dan menerima
pinjaman/hibah dari perusahaan negara/daerah.
(2) Pemberian pinjaman/hibah/penyertaan modal dan
penerimaan pinjaman/hibah sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) terlebih dahulu ditetapkan dalam
APBN/APBD.
(3) Menteri Keuangan melakukan pembinaan dan
pengawasan kepada perusahaan negara.
(4) Pemerintah Pusat dapat melakukan penjualan
dan/atau privatisasi perusahaan negara setelah
HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH
DAN PERUSAHAAN DAERAH

(1) Pemerintah dapat memberikan pinjaman/hibah/


penyertaan modal kepada dan menerima
pinjaman/hibah dari perusahaan negara/daerah.
(2) Pemberian pinjaman/hibah/penyertaan modal dan
penerimaan pinjaman/hibah sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) terlebih dahulu ditetapkan dalam
APBN/APBD
(3) Gubernur/bupati/walikota melakukan pembinaan
dan pengawasan kepada perusahaan daerah.
(4) Pemerintah Daerah dapat melakukan penjualan
dan/atau privatisasi perusahaan daerah setelah
HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH
DAN PERUSAHAAN SWASTA

Dalam keadaan tertentu, untuk penyelamatan


perekonomian nasional, Pemerintah Pusat dapat
memberikan pinjaman dan/atau melakukan penyertaan
modal kepada perusahaan swasta setelah mendapat
persetujuan DPR.
HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH
DAN BADAN PENGELOLA DANA MASYARAKAT

(1) Menteri Keuangan melakukan pembinaan dan


pengawasan kepada badan pengelola dana masyarakat
yang mendapat fasilitas dari Pemerintah Pusat.
(2) Gubernur/bupati/walikota melakukan pembinaan
dan pengawasan kepada badan pengelola dana
masyarakat yang mendapat fasilitas dari Pemerintah
Daerah.
(3) Ketentuan berlaku bagi badan pengelola dana
masyarakat yang mendapat fasilitas dari pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
Ulum, 2008. Akuntansi Sektor Publik. UMM Press.
Malang
UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

Anda mungkin juga menyukai