1. Kekerasan
2. Perkosaan
3. Pelecehan seksual
4. Single parent
5. Kehamilan yang tidak dikehendaki ( KTD )
6. Perkawinan usia muda dan tua
KEKERASAN
Perkawinan adalah ikatan batin antara pria dan wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga/ rumah tangga yang bahagia dan kekal
berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa (UU Perkawinan No 1 Tahun 1974)
Menurut UU Perkawinan No 1 Tahun 1974 pasal 7 bahwa perkawinan
diijinkan bila laki-laki berumur 19 tahun dan wanita berumur 16 tahun.
Namun pemerintah mempunyai kebijakan tentang perilaku reproduksi
manusia yang ditegaskan dalam UU No 10 Tahun 1992 yang menyebutkan
bahwa pemerintah menetapkan kebijakan upaya penyelenggaraan Keluarga
Berencana. Dengan banyaknya resiko kehamilan maka perkawinan
diijinkan bila laki-laki berumur 21 tahun dan perempuan berumur 19 tahun.
Sehingga perkawinan usia muda adalah perkawinan yang dilakukan bila
pria kurang dari 21 tahun dan perempuan kurang dari 19 tahun.
RESIKO KAWIN MUDA
a. Meningkatkan angka kelahiran sehingga pertumbuhan penduduk semakin
meningkat.
b. Ditinjau dari segi kesehatan, perkawinan usia muda meningkatkan angka kematian
bayi dan ibu, risiko komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas. Selain itu bagi
perempuan meningkatkan risiko ca cerviks karena hubungan seksual dilakukan pada
saat secara anatomi sel-sel cerviks belum matur. Bagi bayi risiko terjadinya kesakitan
dan kematian meningkat.
c. Kematangan psikologis belum tercapai sehingga keluarga mengalami kesulitan
mewujudkan keluarga yang berkualitas tinggi.
d. Ditinjau dari segi sosial, dengan perkawinan mengurangi kebebasan
pengembangan diri, mengurangi kesempatan melanjutka pendidikan jenjang tinggi.
e. Adanya konflik dalam keluarga membuka peluang untuk mencari pelarian
pergaulan di luar rumah sehingga meningkatkan risiko penggunaan minum alkohol,
narkoba dan seks bebas.
f. Tingkat peceraian tinggi. Kegagalan kehiarga dalam melewati berbagai macam
permasalahan meningkatkan risiko perceraian.
PENANGANAN KAWIN MUDA
Pencegahan:
a. Penyuluhan kesehatan untuk menikah pada usia reprodulcsi se-
hat.
b. Merubah cara pandang budaya atau cara pandang diri yang tidak
mendukung.
c. Meningkatkan kegiatan sosialisasi.