Rujukan
Unit
Pengkajian Teknologi Kesehatan/ Health Technology Assessment (HTA) Unit, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik DEP KES RI, Th 2003
Level of evidence
Ia. Meta-analysis of randomized controlled trials MetaIb. At least one randomized controlled trials IIa. At least one well designed non-randomized noncontrolled trials IIb. Cohort or case control studies IIIa. Cross-sectional studies CrossIIIb. Case series or case report IV. Consensus or experts opinion
Grades of recomendations
A.
= Evidence level Ia or Ib B. = Evidence level IIa or IIb C. = Evidence level IIIa, IIIb or IV
Hb < 7 g/dl, terutama anemia akut. Transfusi dpt ditunda jika pasien asimptomatik dan/atau penyakitnya memiliki terapi spesifik lainnya (Rekomendasi A) Dpt dilakukan pd kadar Hb 7-10 g/dl 7apabila ditemukan hipoksia atau hipoksemia yg bermakna secara klinis dan laboratorium ( Rek. C)
Rekomendasi
Trasnfusi tdk dilakukan bila kadar Hb 7-10 g/dl, 7kecuali bila ada indikasi tertentu, misalnya penyakit yg membutuhkan kapasitas transport O2 lbh tinggi (mis. PPOK dan peny. Jantung iskemik berat ) (Rek. A) Transfusi pd neonatus dgn gejala hipoksia dilakukan pd Hb < 11 g/dl; bila tdk ada gejala batas ini dpt diturunkan hingga 7 g/dl (spt pd bayi prematur). Jika terdapat peny. Jantung atau paru atau yg sdg membutuhkan suplementasi O2 , batas utk memberika transfusi adalah Hb<13 g/dl (Rek.C)
Rasional
Transfusi 1 unit whole blood atau sel drh mrh pd dws 70 kg yg tdk mengalami perdarahan dpt meningkatkan hematokrit kira kira 3 % atau kadar Hb 1 g/dl Kadar Hb bukan satu satunya penentu utk transfusi sel drh merah Faktor lain : kondisi pasien, tanda dan gejala hipoksia, kehilangan drh, anemia krn peny. Yg diderita pasien dan resiko transfusi
Pasien dgn riwayat menderita peny kardiopulmonal perlu transfusi pd batas kadar Hb yg lbh tinggi. Volume drh yg hilang selama masa perioperatif baik pd operasi darurat maupun elektif, dpt dinilai secara klinis dan dpt dikoreksi dgn pergantian volume yg tepat Konsumsi O2 dpt dipengaruhi oleh berbagai faktor penyebab antara lain: demam, anestesia dan menggigil. Jika kebutuhan O2 meningkat kebutuhan utk transfusi sel drh merah juga meningkat.
Rasional
Transfusi darah pd Hb 7-10 g/dl, bila pasien akan 7menjalani operasi yg menyebabkan banyak kehilangan darah serta adanya gejala dan tanda klinis dari ggn trasportasi O2 yg dpt diperberat oleh anemia Kehilangan drh akut sebanyak <25 % vol drh total hrs diatasi dgn pergantian vol yg hilang. Ini lbh penting drpd menaikan kadar Hb Pemberian cairan pengganti plasma (plasma subtitute) atau cairan pengembang plasma (plasma expander) dpt mengembalikan volume sirkulasi shg mengurangi kebutuhan transfusi, terutama bila perdarahan dapat diatasi.
Rasional
Pd
perdarahan akut dan syok hipovolemik, kadar Hb bukan satu satunya pertimbangan dlm menentukan kebutuhan sel darah merah Stlh mendpt koloid atau cairan pengganti lainnya, kadar Hb atau hematokrit dpt digunakan sbg indikator apakah transfusi sel drh merah dibutuhkan atau tidak
Rasional
Sel darah merah diperlukan bila terjadi ketidakseimbangan transportasi oksigen, terutama bila volume darah yg hilang > 25 % dan perdarahan belum dpt diatasi. Kehilangan volume darah > 40 % dpt menyebabkan kematian. Sebaiknya hindari transfusi darah simpan lebih 10 hari krn tingginya potensi efek samping akibat penyimpanan Darah yg disimpan > 7 hr, memiliki kadar kalium yg tinggi, pH rendah, debris sel tinggi, usia eritrosit pendek dan kadar 2,3-diphophoglycerate rendah 2,3
Rasional
Pertimbangan
Rasional
Pasien
Rasional
Tanda
dan gejala klasik anemia berat , sering timbul ketika Hb sangat rendah
Dispnea, nyeri dada, letargi, hipotensi, pucat, takhikardia dan penurunan kesadaran
Tanda
dan gejala anemia serta pengukuran transportasi oksigen ke jaringan merupakan alasan transfusi yg lbh rasional.
Transfusi trombosit profilaktis tdk efektif dan tdk diindikasikan utk trombositopenia yg disebabkan krn meningkatnya perusakan platelet (ITP) Transfusi trombosit pada pasien yg akan dioperasi bila hitung trombosit <50.000 uL Bila trombosit 50.000-100.000 uL, pemberian 50.000transfusi trombosit berdasarkan resiko perdarahan Transfusi trombosit juga diindikasikan pada pasien dgh hitung trombosit normal ttp terdpt ggn fungsi trombosit dan perdarahan mikrovaskuler
Pemberian FFP dilakukan utk netralisasi sgr stlh pemberian warfarin Utk koreksi defisiensi faktor koagulasi bila konsentrat yg spesifik tdk tersedia Utk koreksi perdarahan mikrovaskuler dgn adanya peningkatan PT dan APPT 1,5 X nilai normal Utk koreksi perdarahan mikrovaskuler sekunder karena kekurangan faktor koagulasi pd pasien yg mendpt transfusi lbh dari 1 volume darah dan jika PT adan APTT tdk dpt dipantau secara serial
yg dilakukan pasca bedah pd pasien yg stabil hanya memberikan sedikit keuntungan klinis atau sama sekali tidak menguntungkan Dalam hal ini risiko akibat transfusi darah iyg didapat mungkin tdk sesuai dgn keuntungannya
Reaksi cepat
Hemolisis intravaskular akut Kelebihan cairan Reaksi anafilaksis Cedera paru akut (TRALI)
Penularan infeksi
Transmisi HIV Penularan virus Hepatitis B dan C Transmisi virus lain Kontaminasi bakteri Kontaminasi parasit Penyakit Creutzfeldt-Jacob Creutzfeldt-
Reaksi lambat
Reaksi hemolitik lambat Purpura pasca transfusi Penyakit graft-versus-host graft-versusKelebihan besi Supresi imun
Reaksi akut
Adalah
reaksi yg terjadi selama transfusi atau dalam 24 jam setelah transfusi Ada 3 kategori :
Reaksi ringan Reaksi sedang-berat sedangReaksi yang membahayakan nyawa
tanda nya
Tanda tanda
Gelisah, lemah, pruritus, palpitasi Dispneu ringan , nyeri kepala
Pemeriksaan fisik
Kemerahan dikulit, urtikaria, demam Takhikardia, kaku otot
Disebabkan oleh :
Hipersensitivitas sedang-berat sedangDemam akibat reaksi transfusi non-hemolitik (antibodi nonthdp leukosit, protein, trombosist), kontaminasi pirogen dan / atau bakteri
Tanda tanda
Gelisah, nyeri dada, nyeri disekitar tempat masuk infus, nafas pendek Nyeri punggung, nyeri kepala , dispneu
Pemeriksaan fisik
Kaku otot, demam, lemah, hipotensi (turun >20%), takikardia ( naik >20 %), hemoglobinuria, perdarahan yg tidak jelas
Disebabkan oleh
Hemolisis intravaskuler akut, kontaminasi bakteri, syok septik, kelebihan cairan, anafilaktis dan gagal paru akut
Pengawasan pasien dilakukan sejak awal transfusi dari setiap unit darah
ginjal Dpt terjadi bila terlalu banyak cairan yg ditransfusikan, trasnfusi terlalu cepat atau penurunan fungsi ginjal Terutama terjadi pd pasien dgn anemia khronik dan memiliki penyakit dasar kardiovaskuler
Risiko meningkat sesuai dgn kecepatan transfusi Sitokin dlm plasma merupakan salah satu penyebab bronkokonstriksi dan vasokonstriksi pd resipien tertentu Defisiensi IgA dpt menyebabkan reaksi anafilaksis sangat berat, hal ini disebabkan produk darah yang banyak mengandung IgA Rx ini terjadi dlm bbrp menit awal transfusi dan ditandai dgn syok (kolaps kardiovaskuler), distress pernafasan dan tanpa demam Anafilaksis dpt berakibat fatal bila tidak ditangani dengan cepat dan agresif
oleh plasma donor yg mengandung antibodi yg melawan leukosit pasien Kegagalan paru biasanya timbul dlm 1-4 1jam sejak awal transfusi, dgn gambaran foto toraks kesuraman yg difus Tdk ada terapi spesifik, namun diperlukan bantuan pernafasan di ruang ICU
55-10 hari stlh transfusi dgn gejala dan tanda demam, anemia, ikterik dan hemoglobinuria Rx hemolitik lambat yg berat dan mengancam nyawa disertai syok, gagal ginjal dan DIC jarang terjadi. Pencegahan : pem lab antibodi sel drh merah dlm plasma pasien dan pemilihan sel drh kompatibel dgn antibodi tersebut
tetapi potensial membahayakan pada transfusi sel drh merah dan trombosit Disebabkan oleh karena adanya antibodi lsg yg melawan antigen spesifik trombosit pada resipien Lbh banyak pada wanita
Gejala
Perdarahan dan adanya trombositopenia berat akut 5-10 hari stlh transfusi Biasanya jika hitung trombosit <100.000/uL
Penatalaksanaan
Pentin bila hitung trombosit < 50.000/uL dan perdarahan yg tdk terlihat dengan hitung trombosit 20.000/uL
Pencegahan
Berikan trombosit yg kompatibel dgn antibodi pasien
Reaksi lambat:peny.graft-versuslambat:peny.graft-versushost
Jarang, namun potensial membahayakan Biasanya pd pasien imunodefisiensi, terutama pasien dgn transplantasi sumsun tulang dan pasien imunokompeten yg diberi transfusi dari individu yg memiliki tipe jaringan kompatibel (human leucocyt antigen), biasanya yg memiliki hubungan darah Gejala dan tanda : demam , rash kulit dan deskuamasi, diare, hepatitis,pansitopenia, biasanya timbul 10-12 hari stlh transfusi 10Tdk ada terapi spesifik, tetapi hanya bersifat suportif
Pasien yg bergantung pd transfusi berulang dlm jangka panjang akan mengalami akumulasi besi dlm tubuhnya (hemosiderosis) Ditandai dgn kegagalan organ (jantung dan hati) Tdk ada mekanisme fisiologis utk menghilangkan kelebihan besi Obat pengikat besi spt Desferioksamin, diberikan utk meminimalkan akumulasi besi dan mempertahankan kadar serum feritin <2000 mg/L
Penularan infeksi
Risiko penularan penyakit infeksi melalui transfusi darah tergantung pd berbagai hal : prevelensi penyakit di masyarakat, keefktifan skrining yg digunakan, status imun resipien dan jumlah donor tiap unit darah Penularan penyakit timbul pd saat window period (periode segera stlh infeksi dimana drh donor sdh infeksius ttp hasil skrining masih negatif )
Transmisi HIV
Pertama kali diketahui pd akhir th 1982 dan awal th 1983 Skrining antibodi HIV menurunkan angka penularan melalui transfusi darah 5 kasus/th pada th 1985 dibanding 714 kasus pada tahun 1984 Utk mengurangi risiko penularan HIV melalui transfusi, bank darah mulai menggunakan tes antigen p24 pd th 1995. Stlh kurang dari 1 th skrining, dari 6 juta donor hanya 2 yg positif
antigen permukaan hepatitis B pd th 1975 penurunan infeksi hepatitis B melalui transfusi, smp saat ini terdapat 10 % hepatitis pasca transfusi
Kontaminasi bakteri
Mempengaruhi
0,4 % konsentrat darah merah dan 1-2 % konsentrat trombosit 1 Terjadi karena : Jml kontaminasi meningkat seiring dgn lamanya penyimpanan darah atau plasma sblm di transfusi
Kontaminasi parasit
Dpt
timbul hanya jika donor menderita parasitemia pada sat pengumpulan darah Kriteria seleksi donor berdasarkan riwayat bepergian terakhir, tempat tinggal terdahulu dan daerah endemik, sangat mengurangi kemungkinan pengumpulan darah dari orang yg mungkin menularka malaria, penyakit Chagas atau leimaniasis
Adalah penggantian sejumlah darah yang hilang atau lbh banyak dari total volume darah pasien dalam waktu < 24 jam (dws :70 ml/kg, anak/bayi: 80 90 ml/kg Morbiditas dan mortalitas cendrung meningkat pada bbrp pasien, bukan ok banyaknya volume drah yg ditransfusikan,ttp krn trauma awal, trauma jaringan dan organ akibat perdarahan dan hipovolemia
Asidosis
Disebabkan
adekuat Keadaan normal, tbh dgn mudah mampu menetralisir kelebihan asam dari transfusi Pemakaian rutin bikarbonat atau obat alkalinisasi lain tdk diperlukan
Hiperkalemia
Penyimpanan
darah konsentrasi kalium ekstraseluler meningkat dan akan semangkin meningkat bila semakin lama disimpan
terjadi , ttp lbh sering terjadi pd transfusi drh lengkap masif Hipokalsemia terutama bila disertai dgn hipotermia dan asidosis dpt menyebabkan penurunan curah jantung, bradikardia dan disritmia lainnya Metabolisme sitrat bikarbonat cepat terjadi
dpt kehilangan fc koagulasi secara progresif selama penyimpanan, terutama fc V dan VIII, kecuali bila disimpan pada suhu 25 oC Pengenceran fc koagulasi dan trombosit terjadi pd transfusi masif
Kekurangan trombosit
Fungsi
trombosit cepat menurun selama penyimpanan darah lengkap Trombosit tdk berfungsi lagi stlh disimpan 24 jam
DIC
Dapat
terjadi selama transfusi masif Lebih disebabkan alasan dasar dilakukannya transfusi :
Syok hipovolemik, trauma, komplikasi obstetrik
Terapi
Hipotermia
Pemberian
cepat transfusi masif yg lansung berasal dari pendingin menyebabkan penurunan suhu tubuh yang bermakna Bila terjadi hipotermia, berikan perawatan selama berlansungnya hipotermia
Mikroagregat
Sel
darah putih dan trombosit dpt beragregasi dlm darah lengkap yg disimpan membentuk mikroagregat Selama transfusi masif, mikroagregat ini menyebabkan embolus paru dan ARDS
Pemeriksaan hrs dilakukan secara individual (tiap individual bag atau satu unit plasma) dan tidak boleh dilakukan secara pooled plasma Jenis pemeriksaan yg digunakan sesuai dgn standart WHO, dlm hal ini meliputi pemeriksaan atas sifilis, hepatitis B, hepatitis C dan HIV Metode tes dpt menggunakan Rapid test, Automated test maupun ELISA hanya bila sensivitasnya > 99 %
Terima kasih