Anda di halaman 1dari 27

POSISI ATAU

KARAKTERISTIK
AKHLAK DALAM ISLAM
Kelompok 5
1. Ardo Cankorizi (18-023)
2. Muhammad Iksan (18-033)
3. Hidayatil Putri (18-043)
4. Mutiara Amonica (18-053)
5. Andrely Pratama (18-063)
1. Posisi akhlak dalam sistem Ajaran Islam
Perilaku dan sikap baik dalam Islam sering disebut sebagai
akhlak karimah, akhlak yang bagus. Akhlak yang baik tentu
akan menyenangkan orang lain. Bukan, hanya itu akhlak
yang baik justru akan memperindah pemiliknya. Karena itu
akhlak Islam mempunyai kedudukan dalam Islam. Beberapa
yang bisa disebutkan dalam masalah ini adalah, di
antaranya:
1. Berhubungan Erat dengan Iman
iman itu bisa bertambah dan bisa berkurang. Kalau iman
bertambah berarti orang tersebut melaksanakan cabang-
cabang keutamaan akhlak yang mulia. Kalau iman turun
berarti orang tersebut melakukan akhlak yang jelek (yang
tidak disenangi oleh Islam).
2. Akhlak mengangkat derajat seorang muslim, setelah
takwa.
3. Akhlak mulian akan mendekatkan seseorang dengan
Rasulullah di akhirat kelak
4. Akhlak yang baik memperberat timbangan di akhirat
2. Karakteristik Akhlak Islam
1. Islam menyeru agar manusia menghiasi jiwa dengan akhlak
yang baik dan menjauhkan diri dari akhlak yang buruk. Yang
menjadi ukuran baik dan buruknya adalah syarak, iaitu apa
yang diperintahkan oleh syarak, itulah yang baik dan apa yang
dilarang oleh syarak itulah yang buruk.
2. 2. Lingkungan skop akhlak Islam adalah luas meliputi segala
perbuatan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia
dan manusia dengan makhluk selain manusia.
3. 3. Islam menghubungkan akhlak dengan keimanan. Orang
yang paling sempurna keimanannya ialah orang yang paling
baik akhlaknya.
4. 4. Adanya konsep balasan dan ganjaran pahala atau syurga
oleh Allah dan sebaliknya orang yang berakhlak buruk akan
mendapat dosa atau disiksa dalam neraka
3. Diutusnya Rasulullah Untuk Menyempurnakan
Akhlak Manusia
• Di dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu,  Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

• ‫الق‬
ِ ‫خ‬ ْ ‫ْت ُألتَ ِّم َم َمكَا ِر َم اَأل‬
ُ ‫ِإن ّ َ َما ُب ِعث‬

• Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan


keshalihan akhlak.” (HR. Al-Baihaqi).
• Ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
yaitu agama Islam, merupakan agama yang sempurna untuk seluruh
umat manusia sepanjang masa. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam merupakan Rasul akhir zaman, Rasul terakhir dan penutup
para nabi, yang diutus oleh Allah untuk seluruh umat manusia tanpa
melihat asal suku dan bangsanya. Misi Nabi Muhammad Shallallahu
‘Alaihi Wasallam antara lain adalah menyempurnakan akhlak manusia.
•.
• Begitulah, maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam diutus
di tengah-tengah masyarakat pada jaman jahiliyah. Saat
itu, akhlak dan prilaku masyarakat sangat biadab, penuh
dengan penyembahan pada berhala, pengagungan
manusia atas manusia lainnya, perbudakan, penuh
dengan pertikaian dan penguasa yang menindas.
• Begitulah, Allah mengutus Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam dilengkapi dengan perilaku (akhlak) yang mulia
dan menjadi teladan terbaik bagi umatnya
4. Akhlak dan kemuliaan suatu bangsa/negara
Bagi orang yang memahami dan mempercayai pada
agama, yaitu ajaran langsung datang dari Tuhan, bahwa
membangun bangsa tanpa memperbaiki akhlaknya tidak
akan berhasil.

Akhlak yang mulia adalah kunci meraih segala kemuliaan


hidup.
Karena, tanpa akhlak :
- Kehidupan ini akan kacau dan tidak adanya keadilan yang
didambakan seluruh orang
- Yang kuat akan menindas yang lemah
- Yang pintar akan mengakali yang bodoh
- Penguasa akan selalu berbuat dzalim
Mungkin saja, tanpa akhlak mulia, suatu
masyarakat akan maju di bidang ekonomi,
bahkan juga di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologinya. Atau mereka meraih
kemakmuran, kesejahteraan teknologi, atau
berhasil membuat sesuatu yang bermanfaat
seperti pesawat.
tetapi, belum tentu mereka berhasil
melahirkan kedamaian dan kebahagiaan
dalam arti yang sesunggguhnya.
Bagaimana membangun akhlak mulia itu ?
Membangun akhlak mulia itu sudah ada contohnya, yaitu
sebagaimana yang dilakukan para nabi dan rasul. Selain
melalui contoh kehidupan nyata, kehidupan nabi itu sendiri
juga terdapat pedoman berupa kitab suci.
- Dekatkan bangsa ini dengan kitab suci dan tempat
ibadah
- Dekatkan dengan para tokoh yang bisa dijadikan
tauladan
- Jauhkan diri dari hal-hal yang merusak dan
mencelakakan
Seperti berbohong, memfitnah, mengadu domba, kikir,
takabur, tidak peduli pada orang lain dan sejenisnya.
Jika negara dan bangsa dipimpin oleh orang
yang menyandang akhlak mulia, maka kelebihan
yang dimilikinya itu akan digunakan untuk
melindungi mereka yang lemah, yang miskin, atau
siapa saja yang perlu bantuan atau diselamatkan.
Mereka yang pintar, akan menggunakan
kepintarannya bukan untuk dirinya sendiri saja,
tetapi juga untuk orang lain.
Dan yang berkuasa akan menegakkan
keadilan, kesejahteraan, dan kemakmuran.
Negara dan bangsa yang dipimpin oleh orang
yang menyandang akhlak mulia, maka tidak akan
ada lagi kesenjangan yang terlalu jauh, tidak akan
ada berbagai macam mafia yang pasti merugikan
orang banyak, tidak akan ada monopoli terhadap
sumber-sumber ekonomi yang menjadikan rakyat
semakin miskin, dan seterusnya. Hal-hal buruk
dan merusak tatanan masyarakat tersebut tidak
akan terjadi jika akhlak mulia berhasil dibangun.
5. Kemuliaan Seorang Muslim
Kemuliaan dari segi bahasa berarti keluhuran,
keagungan. Sedangkan dalam bahasa Arab kemuliaan
disebut al-Karāmah Kata ‫( مـةاــلكرـا‬alkarāmah) mengandung
makna kemuliaan serta keistimewaan. dalam al-Qur’an
dijelaskan bahwa manusia diberi kelebihan dan keutamaan
atau kemuliaan dari makhluk-makhluk lainnya. Manusia
adalah makhluk yang mulia, bahkan lebih mulia dari
malaikat. Manusia sebagai hamba Allah telah diposisikan
sebagai khalifah di muka bumi ini sebagai wakil Tuhan
dalam mengatur dan memakmurkan kehidupan di bumi.
Manusia/seorang muslim sebagai makhluk allah menurut
pandangan Islam meliputi :
(1) Manusia sebagai makhluk yang dimuliakan
artinya Islam tidak memposisikan manusia dalam
kehinaan, kerendahan atau tidak berharga seperti binatang,
benda mati atau makhluk lainnya.seperti yang dijelaskan
dalam surah al-isra ayat 7.
(2) Manusia sebagai makhluk istimewa dan terpilih.
Salah satu anugrah Allah yang diberikan kepada manusia
adalah menjadikan manusia mampu membedakan kebaikan dan
kejahatan atau kedurhakaan dari ketakwaan. Ke dalam naluri
manusia, Allah menanamkan kesiapan dan kehendak untuk
melakukan kebaikan atau keburukan sehingga manusia mampu
memilih jalan yang menjerumuskannya pada kebinasaan.
(3) Manusia sebagai makhluk yang dapat dididik.
Allah telah melengkapi manusia dengan kemampuan untuk
belajar.Allah telah menganugrahi manusia sarana untuk belajar,
seperti penglihatan, pendengaran dan hati. Jadi dari beberapa
pandangan tentang kemuliaan diatas dapat dipahami bahwa
kemuliaan manusia tidak memposisikan dirinya dalam kehinaan,
kerendahan atau tidak berharga seperti binatang, benda mati
atau makhluk lainnya. mampu menggunakan segala potensi dan
fasilitas yang diberikan oleh Allah SWT.
Fungsi atau kemuliaan manusia
1) Fungsi atau kemuliaan Manusia Terhadap Diri Pribadi
Manusia pribadi terdiri dari kesatuan unsur jasmani dan
rohani, unsur rohani terdiri dari cipta (akal), rasa dan karsa.
Unsur yang ada pada diri pribadi manusia merupakan
kesatuan, meskipun masing-masing berbeda, tetapi tidak
dapat dipisahkan satu dari yang lain. Unsur "cipta (akal)
meliputi pengamatan, ingatan, pikiran dan sebagainya. Unsur
rasa terdiri dari perasaan jasmani meliputi sakit, enak, lapar,
kenyang, dan sebagainya. Perasaan rohani meliputi perasaan
keindahan, kesusilaan, keagamaan, sosial, harga diri, dan
keilmuan.Fungsi manusia terhadap diri pribadi yaitu memenuhi
kebutuhan kebutuhan unsur-unsur tersebut secara menyeluruh
agar kebutuhan pribadi tetap terjaga.
2) Fungsi atau kemuliaan Manusia Terhadap Masyarakat
Manusia sebagai makhluk sosial berfungsi terhadap
masyarakatnya. Fungsi manusia terhadap masyarakat ditegakan
atas dasar rasa yang tertanam bahwa umat manusia merupakan
keluarga besar, berasal dari satu keturunan Adam dan Hawa,
dan dijadikan Allah berbangsa-bangsa dan bersukusuku agar
mereka saling interaksi untuk saling mengenal, tolong menolong
dalam berbuat kebaikan dan bertaqwa. Antara sesama manusia
tidak terdapat perbedaan tinggi rendah martabat
kemanusiaannya. Perbedaannya martabat manusia hanyalah
terletak pada aktivitas amal perbuatannya dan rasa ketaqwaan
kepada Allah.Fungsi manusia terhadap masyarakat terbangun
atas dasar sifat sosial yang dimiliki manusia, yaitu adanya
kesedian untuk selalu melakukan interaksi dengan sesamanya.
3) Fungsi Manusia Terhadap Alam
Dalam konsep filsafat Islam mengatakan bahwa kehadiran
manusia di muka bumi ini terjadi bukan atas rencana
sendiri dan kehendak dari manusia itu sendiri melainkan
dari allah swt dimana allah menjadikan manusia sebagai
khalifah allah dimuka bumi. Fungsi manusia atau seorang
muslim terhadap alam yakni sebagai khalifah yakni
menjaga muka bumi ini dan menjaga alam semesta agar
tidak rusak dan tetap utuh.
Fungsi kemuliaan manusia ditinjau dari aspek khalifahnya

(1) Manusia berkewajiban menjaga kesinambungan segala sesuatu


yang ada di alam ini.
Mereka tidak boleh melakukan kerusakan yang dapat mengganggu
kelestarian alam. Inilah makna dari firman Allah ‚janganlahkalian
melakukan kerusakan di muka bumi setelah dilakukan perbaikan di
sana.
(2) Manusia juga berkewajiban untuk mewujudkan hidup ini penuh
dengan pengabdian kepadaAllah.
sebab itulah yang diandalkan para malaikat ketika Allah
menginformasikan bahwa Dia akan menciptakan khalifah di muka
bumi. Kemudian kemuliaan yang kedua sebagaimana disebutkan di
atas adalah adanya hak atau potensi untuk mendapatkan rezki yang
baik. Oleh karena itu, sebagai wujud aksiologi atas potensi itu adalah
manusia mesti memanfaatkan rezeki yang diberikan Tuhan untuk
pemberdayaan kehidupan social yang lebih baik.
(3) kemuliaan yang ketiga adalah keutamaan
manusia atas mahkluk lain.
Perbedaan yang sangat mendasar
antara ,manusia dan makhluk lainnya terletak
pada iman dan ilmu (sains) yang merupakan
kreteria manusia. Dengan nilai-nilai yang melekat
pada diri manusia, maka diharapkan dapat
memberikan kepadanya suatu kemuliaan yang
tinggi yaitu martabat kemanusiaan. kemuliaan itu
adalah mampu menjaga dan memelihara mahkluk
Allah SWT.
6. Ukuran atau Tingkat Keimanan Seorang Hamba
Tingkatan Iman seorang hamba menurut Imam Al-Ghozali adalah :
• 1. Imanul abidin
Imannya ahli ibadah, orang yang beribadah kepada Allah karena
mengharap surga dan takut neraka. Ibarat seorang pekerja yang mau
bekerja karena menginginkan upahnya dan tidak mau tahu tentang
keadaan majikan, ia cinta kepada majikan atau tidak cinta terhadap
majikan yang penting upah. Atau seperti seseorang yang mencintai
kekasih karena kekayaannya, ia tidak cinta kepada kekasihnya, yang
ia cintai hanyalah kekayaanya. Tingkatan iman seperti ini adalah
tingkat iman yang masih rendah.
2. Imanul muhibbin
Imannya seorang yang beribadah karena rasa cinta kepada Allah.
Ia rela melakukan apapun demi sang kekasihnya. Ibaratnya seorang
Pemuda rela melakukan apa saja demi sang kekasihnya, tapi jika
cintanya di tolak/mendapat cobaan maka sudah tidak cinta lagi
3.Imanul Mukhlisin
Imannya seorang yang ikhlas, tapi keiklasanya masih di aku,
aku sudah beramal sekian banyak, sudah shodaqoh sekian
banyak, dzikir sekian banyak, aku bisa sholat rajin. Aku-aku inilah
yang menyebabkan sumber kesombongan.
4. Imanul Arifin
Imannya seorang yang ikhlas/seorang yang arif dan
bijaksana, dalam beribadah tidak mengharapkan apa-apa, hanya
mengharapkan Ridho dari Allah dan di dalam ikhlas itu tidak
merasa ikhlas, karena ikhlasnya billah (yang menggerakkan
Allah) “wamaa romaita idz romaita wa lakinnaallaha roma” dan
“laa haula wala kuata ila billah”. Ini adalah tingkatan Iman yang
sempurna istilahnya imanun Ma’rifat.
Hakikat Iman
• Iman Al Wasithu
Yaitu iman yang dimiliki oleh para malaikat, dimana tingkatan iman ini tidak
pernah berkurang dan tidak pula bertambah.
• Iman Al Ma’sum
Yaitu iman yang dimiliki oleh para Nabi dan Rosul Allah SWT. Dimana
tingkatan iman ini tidak pernah berkurang dan akan selalu bertambah ketika
wahyu datang kepadanya
• Iman Al Makbul
Yaitu iman yang dimiliki oleh muslim dimana iman tingkatan ini selalu
bertambah jika mengerjakan amal kebaikan dan akan berkurang jika melakukan
maksiat
• Iman Al Maukuf
Yaitu iman yang dimiliki oleh ahli bid’ah, yaitu iman yang ditangguhkan dimana
jika berhenti melakukan bid’ah maka iman akan diterima, diantaranya kaum
rafidhoh, atau dukun, sihir, dan yang sejenisnya
• Iman Al Mardud
Yaitu iman yang ditolak, dimana iman ini yang dimiliki oleh orang-orang musrik,
murtad , munafik dan kafir dan sejenisnya.
3 Bagian Iman menurut Imam Ghazali
1. Iman Taqlidi
Yaitu imannya kebanyakan orang yang tidak berilmu. Mereka beriman
karena taklid semata. Sebagai perumpamaan iman tingkat pertama ini, kalau
kamu diberi tahu oleh orang yang sudah kamu uji kebenarannya dan kamu
mengenal dia belum pernah berdusta serta kamu tidak merasa ragu atas
ucapannya, maka hatimu akan puas dan tenang dengan berita orang tadi
dengan semata-mata hanya mendengar saja.

Ini adalah perumpamaan imannya orang-orang awam yang taklid. Mereka


beriman setelah mendengar dari ibu bapak dan guru-guru mereka tentang
adanya Allah dan Rasul-Nya dan kebenaran para Rasul itu beserta apa-apa
yang dibawanya. Dan seperti apa yang mereka dengar itu, mereka
menerimanya serta tidak terlintas di hati mereka adanya kesalahan-kesalahan
dari apa yang dikatakan oleh orang tua dan guru-guru mereka, mereka merasa
tenang dengannya, karena mereka berbaik sangka kepada bapak, ibu dan
guru-guru mereka, sebab orang tua tidak mungkin mengajarkan yang salah
kepada anak-anaknya, guru juga tidak mungkin mengajarkan yang salah
kepada murid-muridnya. Karena kita percaya kepada orang tua dan kepada
guru, maka kita pun beragama Islam.
2. Iman Istidlali
Yaitu dimana mereka beriman cukup berdasarkan dalil aqli
dan naqli, dan mereka merasa puas dengan itu. Iman tingkat
kedua ini tidak jauh berbeda derajatnya dengan iman tingkat
pertama. Sebagai contoh, apabila ada orang yang mengatakan
kepadamu bahwa Zaid itu di rumah, kemudian kamu mendengar
suaranya, maka bertambahlah keyakinanmu, karena suara itu
menunjukkan adanya Zaid di rumah tersebut. Lalu hatinya
menetapkan bahwa suara orang tersebut adalah suara si Zaid.
Iman pada tingkat ini adalah iman yang bercampur baur
dengan dalil dan kesalahan pun juga mungkin terjadi karena
mungkin saja ada yang berusaha menirukan suara tadi, tetapi
yang mendengarkan tadi merasa yakin dengan apa yang telah di
dengarnya, karena ia tidak berprasangka buruk sama sekali dan
ia tidak menduga ada maksud penipuan dan peniruan. Jadi
imannya orang-orang ahli ilmu kalam masih terdapat kesalahan
dan kekeliruan padanya.
3. Iman Tahqiqi
Yaitu imannya para ahli makrifat dan Hakikat. Mereka
beriman kepada Allah dengan pembuktian melalui
penyaksian kepada Allah. Sebagai perumpamaan: Apabila
kamu masuk ke dalam rumah, maka kamu akan melihat
dan menyaksikan Zaid itu dengan pandangan mata kamu.
Inilah makrifat yang sebenarnya dan inilah yang dikatakan
iman yang sebenarnya. Karena mereka beriman dengan
pembuktian melalui penyaksian mata hatinya, maka
mustahil mereka terperosok ke jurang kesalahan.
Dari ketiga tingkatan iman ini dapatlah kita ketahui bahwa
hanya orang-orang ahli makrifatlah atau orang-orang ahli
hakekatlah yang dikatakan benar-benar telah beriman
kepada Allah. Adapun imannya orang-orang awam dan
imannya orang-orang ahli ilmu kalam adalah beriman
secara syari’at, namun secara hakikat mereka belum
beriman kepada Allah, disebabkan karena ketiadaan ilmu
dan dan ketidak tahuan mereka
Kesimpulan
Rasulullah diutus oleh Allah untuk memperbaiki akhlak
manusia. Jadi untuk membangun akhlak yang mulia hanya
perlu meniru perbuatan atau perilaku yang dilakukan
Rasulullah. Di dalam suatu negara/bangsa akhlak mulia itu
sangat penting. Karena akhlak yang mulia dapat
membangun sebuah negara yang tidak tumpang tindih atau
berat sebelah. Perlunya Akhlak itu tidak hanya dalam
sebuah negara/bangsa tetapi harus ada pada diri kita
sendiri. Karena manusia itu berkewajiban menjaga
kesinambungan yang ada di dalam bumi.

Anda mungkin juga menyukai