Anda di halaman 1dari 6

PERSETUJUAN UMUM ( GENERAL CONSENT)

Pada saat pasien diterima waktu mendaftar rawat jalan dan setiap rawat inap, diminta
menandatangani persetujuan umum (general consent), persetujuan umum (general consent)
harus menjelaskan cakupan dan batasannya. Meliputi :
1. Persetujuan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ( rawat jalan atau rawat inap )
yang meliputi wawancara dan pemeriksaan fisik , pemeriksaan rongen , test dasah ,
perawatan rutin dan prosedur seperti cairan infused atau suntikan dan evaluasinya .
2. Persetujuan pelepasan informasi kepada BPJS , Asuransi atau perusahaan dan atau
lembaga pemerintahan .
3. Memberikan infirmasi tentang Hak dan kewajiban pasien .
4. Memberikan Informasi Rawat Inap
5. Permintaan Privasi Khusus keyakinan dan nilai pribadi pasien
6. Memberikan Informasi Biaya yang di tentukan di RSUD Kebayoran Baru dengan
Jaminan atau Pribadi
INFORM CONSENT ( PERSETUJUAN KHUSUS)
Harus di peroleh sebelum di lakukan prosedur atau tindakan tertentu yang beresiko
tinggi : prosedur pemberian persetujuan khusus atau inform consent di lakukan
oleh Rumah sakit melaui regulasi yang jelas sesuai dengan operaturan undang
undangan terkait .
Informasi yang diu buat memuat elemen :
a. Diagnosis (Diagnosis kerja dan diagnosis banding )
b. Tindakan yang di usulkan
c. Tatacara dan tujuan
d. Resiko dan komplikasi ( Kemungkinan hasil yang tak terduga )
e. Prognosis
f. Alternatif dan resiko bila tidak di lakukan tindkan
PERLINDUNGAN TERHADAP
KEKERASAN FISIK
Rumah sakit menajga keamanan dalam 3 Area yaitu :
a. Area publik yang terbuka untuk umum seperti ; Area parkir , Rawat jalan , dan
Penunjang Pelayanan
b. Area tertutup dimana pada area ini hanya bisa dimasuki orang
tertentu dengan ijin khusus dan pakaian tertentu misalnya kamar
operasi
c. Area semi terbuka, yaitu area yang terbuka pada saat-saat
tertentu dan tertutup pada saat yang lain, misalnya rawat inap
pada saat jam berkunjung menjadi area terbuka tetapi diluar jam
berkunjung menjadi area tertutup untuk itu pengunjung diluar jam
berkunjung harus diatur, diidentifikasi dan menggunakan
identitas pengunjung.
dentifikasi pasien beresiko meliputui (Bayi, anak-anak, lansia, ibu
hamil, pasien gangguan jiwa, pasien gangguan kesadaran, pasien cacat,
pasien pascabedah) yang tidak mampu melindungi dirinya sendiri harus
dapat perlindungan khusus dari kekerasan fisik
MANAJEMEN NYERI
Petugas melakukan identifikasi nyeri terhada pasien dengan menggunakan skala nyeri dengan kategori
usia pasien secara komprehensive termasuk lokasi, karakteristik, onset dan durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas atau berat ringannya nyeri dan fakotr yang memperberat maupun memperingan nyeri.
1. Petugas melakukan menajemen nyeri non farmakologi jika hasil pengkajian nyeri menunjukkan nyeri
ringan
2. Jika skor nyeri menunjukkan nyeri sedang sampai berat dan apabila nyeri ringan yang tidak
tertangani dengan terapi non farmakologi maka petugas melaporkan pada dokter jaga atau DPJP
tentang nyeri yang di alami pasien .
3. Petugas memberikan terapi sesuai dengan advis dokter
4. Petugas melakukan observasi nyeri 1 jam setelah memberikan terapi anti nyer
5. 5Petugas melakukan observasi rutin terhadap nyeri sesuai dengan skor nyeri, dimana skor nyeri 0,
maka observasi tiap 24 jam. Skor nyeri 1-3 observasi dilakukan 1x setiap shift, skor nyeri 4-6
dilakukan observasi 2x/shift atau setiap 3-4 jam, dan skor nyeri 7-10 maka observasi nyeri dilakukan
tiap 1-2 jam
6. Petugas menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama
berakhir, antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
7. Bila terjadi perubahan peningkatan dan penurunan skor nyeri petugas yang melakukan observasi
harus segera melapor kepada DPJP atau dokter jag aruangan

Anda mungkin juga menyukai