• Tidak semua penghasilan WP OP itu objek PPh pasal 21.
• WP OP juga memperoleh penghasilan dari (penghasilannya bukan objek PPh Pasal 21): • Menjalankan usaha (laba usaha) • Menjual jasa (kompensasi jasa) • Melakukan pekerjaan bebas (honorarium) • Mememiliki aset yang digunakan oleh pihak lain (sewa, bunga, royalty) Penghasilan dari usaha Opsi (khusus untuk WP yang merupakan UMKM, omzet <= Rp4,8 miliar/tahun • PPh dengan tarif umum (pasal 17) (Penghasilan bruto – Biaya 3M = penghasilan neto – PTKP) = (PKP x tarif) = PPh terutang – kredit pajak = PPh kurang/lebih bayar (wajib bagi WP non-UMKM) • PPh final (pajak UMKM, 0,5% dari peredaran bruto) Pendapatan penjualan x 0,5% = PPh final (PP No. 23/2018) Penghasilan dari pekerjaan bebas • Contoh: dokter, pengacara, akuntan, arsitek, yang berpraktik mandiri, tidak memiliki hubungan kerja • PPh dengan tarif umum (pasal 17) • PP 23/2018 TIDAK berlaku untuk penghasilan sehubungan dengan pekerjaan bebas. PPh final WP OP • Penghasilan sewa tanah & bangunan • Penghasilan dari penjualan tanah dan bangunan • Bunga simpanan • Dst (lihat PPh pasal 4 ayat (2)) Penerapan PPh pasal 17 – tarif umum PPh • Tarif PPh OP berbeda dengan WP badan • Tarif PPh WP OP bersifat progresif (berlapis) • Dalam penerapannya, terdapat 2 opsi (khusus WP dengan omzet di bawah 4,8M/tahun) • PPh terutang didasarkan pada pembukuan • PPh terutang didasarkan norma penghitungan penghasilan neto (NPPN) PPh berdasarkan pembukuan • Penghasilan bruto • (-) Biaya 3M (HPP, biaya penjualan, biaya administrasi) • (=) Penghasilan neto Pencatatan omzet saja, penggunaan NPPN • Penghasilan x NPPM = penghasilan neto • Penghasilan bruto Rp200 juta • NPPN = 40% • Penghasilan neto = Rp80 juta • (-) PTKP • (=) PKP • (x) tarif • (=) PPh terutang NPPN • Persentasenya ditenukan oleh Menteri Keuangan • Berbeda-beda untuk tiap jenis usaha dan wilayah