Anda di halaman 1dari 42

Bab 12

Rectifier Kendali Tiga Fasa


(Three Phase Controlled Rectifiers)

Oleh:
Adhi Ksatria Theogapa (115090013)
Muhammad Fahmy Akbar (115090015)
12.2 Line-
Commutated
Controlled Rectifiers
• 12.2.1 Three-Phase Half-Wave
Rectifier

Gambar di atas merupakan topology rectifier tiga fasa setengah


gelombang. Power supply dan transformator diasumsikan ideal.
Thyristor akan aktif (ON) ketika tegangan anoda-to-katoda bernilai
positif dan ketika pulsa arus iG terhubung dengan terminal gate.
Dengan bantuan gambar di atas, dapat dihitung nilai dari tgangan
rata-rata beban dengan persamaan sebagai berikut
Gambar di samping sangat
berguna untuk mendesign
sebuah power transformer,
dimulai dari

Dimana VAprim dan Vasub


adalah rating dari tranformer
primer dan sekunder.
Sedangkan PD adalah daya
transfer ke sisi DC.
• 12.2.2 Six-Pulse or Double Star
Rectifier

Rectifier jenis ini memiliki tegangan langsung yang lebih besar daripada jenis
rectifier setengah gelombang. Dengan nilai tegangan rata-rata dirumuskan sebagai
berikut.
• 12.2.3 Double Star Rectifier with Interphase
Connection

Topologi ini digunakan pada dua buah rectifier setengah gelombang yang
disusun secara parallel, dan topologi ini sangat berguna ketika dibutuhkan arus DC
yang besar. Nilai tegangan rata-ratanya sebagai berikut.
• 12.2.4 Three-Phase Full-Wave Rectifier or Graetz
Bridge

Rectifier gelombang penuh tiga fasa (Jembatan Graetz) menerapkan prinsip


koneksi seri melalui interphase transformers. Akibatnya, rectifier jenis ini dapat
diaplikasikan pada suatu sistem dengan tegangan yang cukup tinggi. Bagian yang
terhubung dengan common katoda menghasilkan tegangan positif. Sedangkan
bagian common anoda menghasilkan tegangan negatif.
Gambar di atas merupakan bentuk
output dari sinyal tegangan yang
dikeluarkan oleh Jembatan Graetz.

Sedangkan tegangan rata-rata beban


dirumuskan sebagai berikut.
Gambar di atas merupakan bentuk keluaran sinyal arus dari Jembatan Graetz
Bridge.
• 12.2.5 Half-Controlled Bridge Converter

Converter jenis ini akan berfungsi sebagai rectifier ketika


sudut tembak dari thyristor α < 900. Sedangkan berfungsi
sebagai inverter ketika sudut tembak dari thyristor α > 900

Nilai tegangan rata-rata beban dari rangkaian jenis ini


dapat dirumuskan sebagai berikut.
• 12.2.6
Commutation

Tegangan rata-rata beban dapat dihitung menggunakan persamaan


sebagai berikut.
• 12.2.7 Power Factor
Faktor Perpindahan arus dapat dicari dengan persamaan sbb.

Sedangakan daya aktif yang dikirimkan per fasa oleh supply sinusoidal
adalah

Untuk Power Faktor sendiri dirumuskan sebagai berikut


12.3 Force-Commutated Three-
Phase Controlled Rectifiers
12.3.1 Topologi Dasar dan Karakteristiknya
• Force-commutated rectifiers dibuat dengan semikonduktor, dengan kemampuan
gate-turn-off, yang memberikan kendali penuh pada konverter, karena valve dapat
berubah ON-OFF ketika dibutuhkan. Hal ini menyebabkan komutasi pada valve
ratusan kali dalam satu periode, yang tidak memungkinkan dengan line-
commutated rectifiers, transistor berubah ON-OFF hanya sekali dalam satu siklus.
Keadaan ini memberikan keuntungan, yaitu:
• (a) Arus atau tegangan dapat dimodulasi (Pulse Width Modulation atau PWM).
• (b) Power factor dapat dikendalikan.
• (c) Rectifiers dapat dibuat sebagai sumber tegangan atau sumber arus.
• (d) Power reversal di dalam thyristor rectifiers adalah hasil dari tegangan balikan
pada DC link.
Ada dua cara untuk menerapkan force-commutated rectifiers tiga fasa, yaitu:
• (a) Sebagai rectifier sumber arus, dengan power reversal berasal dari tegangan
DC
balikan.
• (b) Sebagai rectifier sumber tegangan, dengan power reversal berasal dari arus
balikan pada DC link.
Gambar 12.35 Topologi dasar untuk force-commutated PWM
rectifiers: (a) rectifier sumber arus; dan (b) rectifier sumber
tegangan
12.3.2 Operasi dari Rectifier Sumber
Tegangan
• Rectifier sumber tegangan dioperasikan dengan
menjaga tegangan DC sesuai nilai referensi, dengan
menggunakan loop kontrol umpan balik.

Gambar 12.36 Prinsip operasi dari rectifier sumber tegangan


• Pada gambar diatas terlihat tegangan DC diukur dan
dibandingkan dengan tegangan referensi VREF. Sinyal
error dibangkitkan dari pembandingan ini dan
digunakan untuk men-switch 6 valve pada rectifier
ON and OFF. Dalam hal ini, daya dapat muncul dan
hilang ke sumber AC tergantung kebutuhan tegangan
DC. Tegangan VD diukur pada kapasitor CD.
• PWM control tidak hanya mengatur daya aktif, tetapi
juga daya reaktif, dengan rectifier dimungkinkan
untuk mengoreksi power factor. Dalam suatu kondisi,
bentuk gelombang arus AC dapat dibentuk
menyerupai gelombang sinusoidal, dengan cara
mereduksi gelombang harmonisa pada catu daya
utama.
• PWM pattern ini adalah bentuk gelombang periodik
utama, yang amplitudonya disebut VMOD.

Gambar 12.37 PWM pattern dan fundamental VMOD


• Untuk membuat rectifier bekerja, PWM pattern harus membangkitkan
sebuah fundamental VMOD dengan frekuensi yang sama sebagai sumber
tegangan, Mengubah amplitudo dan phase-shift dari fundamental ini,
dapat mengontrol rectifier beroperasi di 4 kuadran: leading power factor
rectifier, lagging power factor rectifier, leading power factor inverter, dan
lagging power factor inverter.

Gambar 12.38 Mengubah VMOD melalui PWM pattern


Gambar 12.39 Operasi 4 kuadran dari force-commutated rectifier:
(a) PWM force-commutated rectifier; (b) rectifier operation at unity power factor;
(c) inverter operation at unity power factor; (d) capacitor operation at zero power factor; dan
(e) inductor operation at zero power factor.
• Pada gambar di atas, Is adalah nilai rms dari sumber arus is.
Aliran arus ini melewati semikonduktor dengan arah yang
sama seperti gambar di bawah ini:

Gambar 12.40 bentuk gelombang arus melewati pusat, valves, dan DC link.
• Untuk memiliki kendali penuh dari operasi rectifier, ada 6 dioda
yang harus dipolarisasi negatif untuk semua nilai catu daya
tegangan AC seketika. Sebaliknya, dioda akan terkonduksi, dan
PWM rectifier akan berlaku seperi common diode rectifier bridge.
Cara untuk menjaga dioda terblok adalah memastikan tegangan DC
link lebih besar daripada tegangan DC puncak yang dibangkitkan
oleh dioda sendiri, seperti gambar di bawah ini:

Gambar 12.41 Kondisi direct current link voltage untuk operasi dari PWM rectifier.
12.3.3 PWM Phase-to-Phase and Phase-to-
Neutral Voltages
• Bentuk gelombang PWM yang ditunjukkan sebelumnya
menunjukkan tegangan terukur di antara titik tengah dari
tegangan DC dan fasanya.
• Tegangan phase-to-phase PWM dapat dijeleaskan pada
persamaan ini:

• dan adalah tegangan terukur di antara titik


tengah dari tegangan DC, dan fasa A dan B berturut-turut.
• Tegangan phase-to-neutral dapat dijelaskan pada persamaan
ini:
• adalah tegangan phase-to-neutral untuk
dan fasa A, adalah tegangan phase-to-phase di
fasa antara
j dan fasa k.

Gambar 12.42 tegangan fasa PWM: (a) modulasi fasa PWM; (b)
tegangan phase-to-phase PWM; dan (c) tegangan phase-to-neutral PWM.
12.3.4 Control of the DC Link Voltage

• Gambar 12.43 Voltage-source current-controlled PWM


rectifier.
12.3.4.1 Voltage-Source Current-Controlled
PWM Rectifier
• Metode kendali ditunjukkan pada gambar di atas.
Kendali dicapai dengan pengukuran arus fasa
sinusoidal
saat itu denagn Amplitudo
arus arus referensi
Iref. Imax
referansi dengan rumus:
ditunjukkan

• GC pada gambar 12.43 menunjukkan kontroler PI, P, fuzzy


atau yang lainnya. Bentuk gelombang sinusoidal dijelaskan
dengan mengalikan Imax denagn sebuah fungsi sinus yang
sama frekuensinya, dan dengan sudut pergeseran fasa j.
Gambar 12.44 Fungsi transfer loop tertutup dari rectifier
dengan:

• G1(s) dan G2(s) merepresentasikan fungsi transfer dari rectifier.


ΔP1(S) dan ΔP2(S) merepresentasikan input dan output rectifier
dalam domain Laplace, V adalah nilai rms, IS adalah arus input,
LS adalah induktansi input, R adalah resistansi di antara
converter dan power supply.
• Pada kriteria kestabilan, dengan kontroler PI, didapat
hubungan:

Gambar 12.45 Metode kendali modulasi: (a) periodical sampling;


(b) hysteresis band; dan (c) triangular carrier.
• Nilai didapat dengan persamaan:

• Untuk mendapatkan performansi dinamis yang bagus,


didapat dengan persamaan:

• dengan LS adalah induktansi seri total dari rectifier, ω adalah


frekuensi carrier triangular, dan VD adalah tegangan Dc link dari
rectifier.
• Untuk mengukur level distorsi, didapat melalui persamaan:

• Bentuk gelombang dari arus dibangkitkan dengan 3 metode kontrol,


seperti dijelaskan melalui gambar 12.46:
Gambar 12.46 Bentuk gelombang diperoleh dengan menggunakan
frekuensi switching dan induktansi sebesar 13 mH; (a) Metode periode
sampling; (b) Metode hysteresis band; (c) Metode triangular carrier (kP +
kI); dan (d) Metode triangular carrier (kP).

Gambar 12.47 Perbandingan distorsi dari sebuah arus referensi sinusoidal


12.3.4.2 Voltage-Source Voltage-
Controlled PWM Rectifier

Gambar 12.48 Diagram satu fasa dari rectifier sumber tegangan

• dengan nilai is(t), v(t), vMOD(t), didapat melalui persamaan berturut-turut


di bawah ini:
Gambar 12.49 Implementasi dari voltage-controlled rectifier untuk operasi
unity power factor.
• Dibawah kondisi steady-state, Imax adalah konstan, dan
nilai VMOD ditentukan dengan diagran fasor:

Gambar 12.50 Operasi steady-state dari unity power factor rectifier,


under different load conditions.
• Dengan VMOD sinusoidal template, sebuah metode modulasi
untuk mengkomutasikan transistor diperlukan, yang dikenal
dengan Sinusoidal Pulse Width Modulation (SPWM), dengan
menggunakan sinyal carrier triangular untuk membangkitkan
PWM.

Gambar 12.51 Metode modulasi sinusoidal berdasarkan sinyal carrier


triangular
Gambar 12.52 Spektrum harmonik untuk modulasi SPWM
• Nilai m (indeks modulasi) dan p (rasio frekuensi modulasi), didapat
dengan:

Gambar 12.53 Berbagai bentuk gelombang


arus dengan nilai p yang berbeda
12.3.4.3 Voltage-Source Load-Controlled PWM Rectifier
• Metode sederhana untuk mengendalikan PWM rectifiers mini (up to 10–20kW)
berasal dari kendali langsung arus DC.

Gambar 12.54 Voltage-source load-controlled PWM rectifier


• Tegangan VMOD dimodulasi oleh rectifier dengan pola PWM yang unik, yang dapat
menyeleksi gelomabng harmonik yang tidak diperlukan. Jika nilai PWM tidak
berubah, dpat disimpan di memori digital permanen (ROM). Sistem kendali
berdasarkan perubahan sudut daya δ di antara tegangan utama V dengan
tegangan PWM VMOD. Ketika δ berubah, jumlah aliran daya dari AC ke DC juga
berubah. Ketika sudut daya berubah negatif (VMOD lags V), aliran daya berpindah
dari sisi AC ke DC. Ketika sudut daya berubah positif (VMOD lags V), aliran daya
berpindah sebaliknya. Kemudian sudut daya dapat dikontrol melalui arus ID.
12.3.5 New Technologies and Applications
of Force-Commutated Rectifiers
12.3.5.1 Filter Daya Aktif
• Force-commutated PWM rectifiers dapat bekerja sebagai filter daya aktif.
Voltage-source current-controlled rectifier dapat menghilangkan
gelombang harmonik yang dihasilkan dari polluting loads yang lainnya,
seperti gambar di bawah ini:

Gambar 12.55 Voltage-source rectifier dengan kemampuan


menghilangkan gelombang harmonik
12.3.5.2 Frequency Link Systems
• Sistem jaringan frekuensi memperbolehkan daya ditransfer dari satu
frekuensi ke frekuensi lainnya. Line-commutated converters digunakan
secara luas pada aplikasi ini, tetapi masih memiliki kekurangan pada line-
commutated converters dapat mengeliminasinya. Sebagai contohnya,
syarat harmonik filter, power filter yang kurang baik, dan jebutuhan untuk
menghitung dengan sebuah kompensator sinkron ketika membangkitkan
mesin saat beban kosong.

• Gambar 12.56 Frequency link systems with line-commutated converters


in 60-Hz load is fed by a 50-Hz supply.

Anda mungkin juga menyukai