12313621

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 25

PENDAHULUAN

Definisi Rinitis alergi =


Mrpkan reaksi hipersensitivitas tipe I Gell & Coomb
yg diperantarai oleh Ig E dgn mukosa hidung sebagai
organ sasaran utama. Gx khas hidung gatal, bersin,
rinore, hidung buntu.

RA :
- Banyak dijumpai di praktek dr umum/THT
- Tdk fatal shg blm mendpt perhatian serius
- Pada semua usia ( usia produktif )
- Sifat kumat-kumaten --- dampak kualitas hidup
- Dampak kinerja dan produktivitas sekolah/
tempat kerja
- Beban ekonomi yg ditimbulkan
- Hub dgn asma, sinusitis, otitis media,
konjungtivitis

Patofisiologi :
- Rinitis alergi didasari oleh Reaksi Inflamasi alergi
(Reaksi Hipersensitivitas tipe I)
- Reaksi inflamasi merupakan respons imun yang
melibatkan Th2, limfosit B, eosinofil, netrofil, sel
mastosit, makrofag dan mediator yang
dikeluarkannya.
Mediator yang dilepaskan dibagi :
• Respon alergi fase cepat (RAFC)
• Respon alergi fase lambat (RAFL)

RAFC
Terjadi segera dlm bbrp menit – bbrp jam,
puncak reaksi 1 – 20 mnt pasca paparan.
Rinitis : bersin, hidung gatal, hipersekresi.
Asma : sesak nafas, hipersekresi mukos,
bronkospasme
RAFL
Terjadi dlm waktu 1 – 48 jam dgn puncak 5 – 8 jam
pasca paparan alergen.
Rinitis : Hidung tersumbat, gangguan
penciuman dan hiper reaktifitas hidung.
Asma : Udim mukosa, hiper reaktifitas
bronkus
Sel mast Gejala konjungtivitis
YY Histamin Mata gatal
Lekotrin Kemerahan

YY
Prostaglandin Keluar air mata
Y Bradikinin, PAF
Y
IgE
Gejala rinitis segera
Alergen Limfosit B Hidung gatal
Bersin, berair,
Hidung tersumbat
ICAM
IL-4

MBP Gejala rinitis kronik


Limfosit T EPO
Hidung tersumbat kronik
IL-3, IL-5 ECP Penciuman berkurang
GM-CSF eosinofil Hidung hipereaktif

Patofisiologi dari rinitis alergik dan konjungtivitis


Berdasar cara masuknya :
1. Alergen Inhalan : debu rumah, tungau, jamur,
bulu binatang dll.
2. Alergen Ingestan : susu sapi, telur, coklat, ikan
laut dll.
3. Alergen injektan : penisilin, gigitan serangga
4. Alergen kontaktan : kosmetik, perhiasan.
Berdasar tempat :
1. Indoor : debu rumah, tungau
2. Outdoor : pollen ( serbuk sari bunga )
Diagnosis Rinitis Alergi
Anamnesis
1. Gejala RA :
• Bersin > 5 kali (tiap serangan)
• Rinoroe (ingus, bening, encer)
• Gatal hidung, tenggorok, langit-langit, telinga
• Hidung tersumbat (menetap/berganti)
• Hiposmia/anosmia
• Post nasal drip atau batuk kronis
• Variasi diurnal
• Frekuensi serangan, berat penyakit
• Lama sakit, intermiten, persisten
• Pengaruh kualitas hidup.

2. Manifestasi Peny Alergi lain


3. Riwayat Atopi Keluarga
4. Faktor Pemicu
5. Riwayat Tx dan hasilnya
Pemeriksaan Fisik

Mukosa konka inferior/ media pucat / kebiruan


Udim, sekret encer bening
Mata kemerahan dengan hiperlakrimasi
Pada anak : allergic skiners, allergic salute,
nasal crease/linea nasales
Faring post kasar,penebalan Lateral
Pharyngeal Bands ok sekret mengalir ke
tenggorok
Penunjang
In Vivo : membuktikan Ig E spesifik pd sel mast
Prick tes (Uji Cukit Kulit )
- Sarana Dx Primer dan utama
Scratch tes ( tes gores )
Patch tes ( tes tempel )
Intradermal / intrakutan tes

In Vitro : Ig E serum spesifik


Ig E serum total
Tes Provokasi Hidung
Eosinofil darah & sekret hidung
Konsep ARIA

>
>
 Avoidance / penghindaran alergen
 Kebugaran jasmani
 Farmakoterapi
 Pembedahan
 Imunoterapi
 Edukasi
Alergen utama adalah house dust mite
- Lantai tdk boleh disapu, langs di pel/ vakum
cleaner
- Perabot rumah polos, secukupnya. Di lap basah
- Cukup sinar matahari
- Kasur, bantal busa atau dibungkus bahan khusus
- Tidak memakai karpet
- Mencuci sprei, sarung bantal, selimut 1x/mgg
- Gorden, boneka bulu yang dapat dicuci
- Tidak memelihara binatang piaraan
Tujuan pengobatan rinitis alergi :
1. Mengurangi gejala akibat paparan alergen
2. Perbaikan kualitas hidup
3. Mengurangi efek samping Tx
4. Edukasi

ANTIHISTAMIN
Mrpk pilihan pertama
Bekerja dgn cara kompetitif inhibitor
Efektif unt mengurangi Gx : pilek, bersin, gatal ttp
kurang unt buntu hidung.
AH dibagi 2 gol :
1. AH klasik : AH generasi I
- Bersifat sedatif
- Efek antikolinergik
- Dpt menyebabkan ggn pd jantung
- Contoh : chlorpheniramine, diphenhydramin,
tripolidin, prometazin dll.
2. AH generasi baru
- Long acting
- tdk menembus sawar darah otak ----- non sedasi
- Contoh : loratadin, cetirizine, terfenadin dll.
Pengaruh Anti histamin pada Inflamasi

Histamin merupakan mediator utama yg

dikeluarkan pada reaksi alergi.


Mediator lainnya seperti :
 Leukotrin, Prostaglandin, Bradikinin
 Molekul adhesi intra seluler (ICAM-1)
 Eosinophil cationic protein (ECP)
Anti histamin bekerja sebagai antagonis reseptor
H1 dan pada penelitian akhir-akhir ini mendapatkan
bahwa anti histamin dapat berfungsi sebagai anti
Inflamasi.
Anti histamin akan menurunkan expresi pertanda
ICAM-1  infiltrasi sel radang ketempat terjadinya
reaksi alergi akan terhambat  inflamasi  .
Efek anti inflamasi lebih didapat pada anti histamin
generasi ke II keatas .
Dekongestan hidung bersifat vasokonstriksi, efek
pada
reseptor alfa adrenergik.
Pemakaian oral maupun topikal
Contoh : Agonis alfa 1 adrenergik ( phenyleprin )
Agonis alfa 2 adrenergik ( efedrin,
pseudoefedrin ).
Pemakaian topikal : sgt efektif menghilangkan
sumbatan hidung, terbatas < 10 hr. Hati2 pd anak < 1
thn.
 Pemberian sistemik tdk direkomendasi
 Kortikosteroid topikal :
 efek anti inflamasi kuat
 afinitas tinggi pd reseptor mukosa hidung
 di de-aktifasi di hati dgn cepat
 efek sistemik minimal
 Beberapa sediaan :
 Triamcinolone acetinide
 Budesonide, mometasone fourate dll.
 Imunoterapi spesifik adl : memberikan alergen
yang sesuai dgn hasil tes kulit.
 Dosis bertahap smp dosis optimal
 Injeksi sub kutan, pernasal, sub lingual, oral
 Cara kerja terbentuk blocking antibodi Ig G4
 Rekomendasi :
 Jelas disebabkan Ig E
 Jelas ada hub klinis hasil tes kulit dan Gx klinis
 RA sedang – berat
 Respon farmakoterapi kurang memuaskan
 Alergen terstandarisasi, dokter yg berpengalaman
 Mrpk komunikasi dua arah antara dokter dgn
penderita yang bersifat aktif, terbuka.
 Mrpk proses belajar disertai pendekatan
persuasif

 TUJUAN :
 Merubah perilaku sakit menjadi perilaku sehat
 Meningkatkan kualitas hidup dan mencegah
komplikasi
 Meningkatkan pengetahuan RA
 Menjelaskan cara penanganan RA
 Motivasi penderita unt patuh pada rencana Tx
 Umpan balik positif perubahan perilaku

 Penderita aktif menangani penyakitnya


(self management )  tercapai keadaan normal life

Anda mungkin juga menyukai