Anda di halaman 1dari 12

PBL MODUL 2 T2

ST. MALIQA MUQITHA


161 2021 0092
01. Mahasiswa mampu mengetahui hubungan penyakit
psikologi terhadap gangguan kesehatan gigi dan mulut
Kecemasan dental adalah penyebab dari gejala psikologis, seperti
depresi, ketakutan, dan perasaan tidak nyaman terhadap
perawatan dental. Perasaan takut terhadap perawatan gigi
menjadi hambatan dokter gigi dalam usaha peningkatan
kesehatan gigi masyarakat.

Stres menyebabkan keluhan di daerah gigi dan mulut karena


stres mengakibatkan peningkatan aliran kortisol saliva yang
menyebabkan ketidakseimbangan mikroba yang dapat
meningkatkan kerentanan terhadap infeksi.
Stres dapat menyebabkan tubuh bereaksi melalui Hypothalamus-
pituitary-adrenal cortex (HPA) axis yang diaktivasi oleh
serangkaian reaksi stres yang mengarah pada pelepasan hormon
yang berasal dari hipotalamus dan glukokortikoid, termasuk kortisol
dari korteks adrenal. Peningkatan kadar kortisol mampu meregulasi
komponen pertahanan tubuh dan respon inflamasi. penurunan kadar
saliva, dan perubahan pH saliva dapat menyebabkan
ketidakseimbangan antara host dan spesies mikroba reaktif yang
meningkat sehingga menjadi lebih rentan terhadap infeksi pada
daerah gigi dan mulut.
Stres psikologis berkaitan dengan penyakit mulut melalui disfungsi
sistem imun, peningkatan hormone stres, jumlah bakteri kariogenik,
dan perilaku kesehatan mulut yang buruk. Stres akan mengurangi
aliran sekresi saliva yang pada gilirannya dapat meningkatkan
pembentukan plak gigi . Penurunan aliran saliva mengurangi fungsi
perlindungan yang diberikan oleh air liur, sehingga meningkatkan
bau mulut. Kelenjar air liur terhubung dengan saraf parasimpatis dan
simpatis. Dalam keadaan stres, mulut kering kadang-kadang terjadi
sebagai akibat dari efek penghambatan dari pusat di salivary nuclei
2. Mahasiswa mampu mengetahui tanda tanda dan
gejala gangguan psikologis pada anak
Gangguan perilaku merupakan diagnosis psikiatri yang sering
ditemukan pada anak dan remaja.
Gejala gangguan emosi dan perilaku biasanya dibagi menjadi
dua macam, yaitu externalizing behavior (perilaku
eksternalisasi). Perilaku eksternalisasi memiliki dampak
langsung atau tidak langsung pada orang lain. Contohnya
perilaku agresif, membangkang, tidak patuh, berbohong,
mencuri dan kurangnya kendali diri.
o Beberapa tanda anak yang memiliki gangguan emosi dan
perilaku sebagai berikut:
a. agresif kepada orang lain atau diri sendiri
b.terlalu cemas atau fearfulness
c. pengungkapan pikiran untuk mengakhiri hidup
d. perasaan depresi dan ketidakbahagiaan
e. memiliki sedikit teman atau tidak sama sekali
f. perilaku hyperaktif
g. impulsive
h. memiliki masalah dalam hubungan keluarga
i. menarik diri atau mengasingkan diri dari lingkungan
j. permasalahan hubungan antara guru dan murid.
03 Mahasiswa mampu mengetahui jenis jenis
gangguan perilaku pada anak
a. Anxiety disorder (paranoid)
Seseorang yang mengalami paranoid di kondisi yang parah bisa
saja tidak mau meninggalkan kamar/rumah karena merasa
terancam.
b. Skizofrenia merupakan gangguan pada kemampuan
konginitif, emosi dan tingkah laku yang belum ditemukan,
Adapun tanda tanda nya seperti: delusi, halusinasi, berbicara
tidak jelas, dan adanya gejala negatif yang di maksud seperti
berbicara tidak tanpa nada atau ekspresi wajah.
c. Bipolar disorder adalah kondisi dimana ada ketidakjelasan
antara perasaan manic dan depresif
d. Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) penyakit ini
biasanya akan terus menerus terbawa dan menjadikan anak
menjadi sulit bersosialisasi dan berhubungan dengan orang lain
Ketika sudah tumbuh dewasa
Adapun gangguan perilaku pada anak:
1. Gangguan kecemasan dan menarik diri
2. Depresi
3. Perilaku agresi
4. Pelanggaran aturan
04 Mahasiswa mampu mengetahui cara mengatasi
anak yang memiliki gangguan psikologis
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan
membantu memahami anak dengan gangguan emosi dan perilaku.
Antara lain yaitu melalui cognitive behavior therapy (CBT), play
therapy dan art therapy

Anak dengan gangguan emosi dan perilaku cenderung mengalami


kesulitan dalam mengekspresikan perasaan atau keinginan. Oleh
karena itu, penelitian ini menggunakan media art therapy sebagai
metode dalam berkomunikasi antara peneliti dengan anak dengan
gangguan emosi dan perilaku
05 Mahasiswa mampu mengetahui cara pendekatan dokter
kepada anak
1. Tell – show – do
Teknik ini secara luas digunakan untuk membiasakan pasien prosedur
baru dan meminimalkan rasa takut. Dokter gigi menjelaskan kepada
pasien apa yang akan terjadi(menghitung usia pasien, oleh karena itu
menggunakan Bahasa yang mudah di mengerti).
2. Behavior shopping (pembetukan perilaku)
Diperkenalkan dalam langkahlangkah kecil yang tidak menimbulkan
kecemasan terlebih dahulu dan setelah diterima, penguatan positif
diberikan kepada anak
3. Teknik sodasi
Prosedur ini atas penggunaan obat yang menghasilkan sodasi sebagai
efek utamanya serta penggunaan rute pemberian yang berbeda.
4. Modelling
Video anak anak lain yang sedang menjalani perawatan gigi di putar
melalu monitor yang dapat menjadi model saat mereka sedang
menjalani prosedur perawatan gigi
5. Distriksi (pengalihan perhatian)
Seperti memutar film yang sesuai dengan usia anak, bermain video
game, dan lainnya yang bisa mengalihkan perhatian anak
6. Desensitisasi sistematis
Dalam prakteknya fobia gigi, hiperarki rongsong penghasil rasa
takut dibangun dan pasien terpapar dengan cara teratur, dimulai
dengan rangsangan yang menimbulkan ancaman terendah
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai