Kebijakan Publik: Oleh: Dr. Ednawan Prihana
Kebijakan Publik: Oleh: Dr. Ednawan Prihana
Oleh:
Dr. Ednawan Prihana
2
Konsep dan Pengertian Kebijakan Publik
Kata kebijakan dianggap terjemahan dari kata policy,
karena keduanya mempunyai kesesuaian makna.
Kebijakan = Policy
Policy as a purposive course of action followed by an
actor or set of actors in dealing with set a problem or
matter of concern. Sebuah rangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh para aktor yg berhubungan dg berbagai
masalah atau urusan yg menjadi perhatian (James
Anderson, 2000).
4
Policy is a proposed course of action of a person,
group, or government within a given environment
providing obstacles and opportunities which the
policy was proposed to utilize and overcome in an
effort to reach a goal, or realize an objective, or a
purpuse.
1. Elite Theory
2. Institutionalism Theory
3. Group Theory
4. Political System Theory
20
3. Group Theory
Policy
Implementation
Policy Output
Policy Evaluation
a) Those who initiate and
Feedback maintain process
b) Effect on state of society
Bromley (1989 : 33) mengatakan bahwa tingkatan 42
INSTITUTIIONAL ARRANGEMENT
ORGANIZATIONAL LEVEL
ORGANIZATIONAL ARRANGEMENT
OPERATIONAL LEVEL
PATTERNS OF INTERACTION
OUT COMES
ASSESMENT
Fase-fase Dalam Proses Pembuatan Kebijakan dan
Karakteristiknya
Fase Karakteristik
Para pejabat yang dipilih atau diangkat mengidentifikasi
Penyusunan masalah dan menempatkannya pada agenda public.
Agenda Banyak masalah tidak disentuh sama sekali,
sementara lainnya ditunda untuk waktu lama.
Formulasi Para pejabat merumuskan alternative kebijakan untuk
Kebijakan mengatasi masalah.
Alternative kebijakan yg diadopsi dengan dukungan atau
Adopsi dan Pembuatan concensus dari mayoritas legislative, atau berdasarkan
Kebijakan keputusan peradilan.
Implementasi Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan dg
Kebijakan memobilisasi sumberdaya finansial dan sumberdaya
manusia.
Penilaian Institusi yang berwenang menentukan apakah kebijakan
Kebijakan yang dibuat sesuai ketentuan atau tidak
43
Lima tahap dalam siklus kebijakan dan keterkaitannya
dengan penyelesaian masalah
44
45
3. Siklus Kebijakan Publik
Perumusan
Kebijaksanaan
Evaluasi Implementasi
Kebijakan Kebijakan
Monitoring
Kebijkan
SIKLUS KEBIJAKAN 46
6. 1.AGENDA
PENCABUTAN SETTING
5. 2.FORMULASI
PERUBAHAN
4.EVALUAS 3.IMPLEMENTASI
I
2. Implementasi Kebijakan Publik. 47
Hal ini ditegaskan pula oleh Udoji (1981 : 32) bahwa the
execution of policies is as important if not more important
than policy making. Policies will remain dreams or blue
prints file jackets unless they are implemented.
1) Komunikasi;
2) Sumber daya;
3) Disposisi atau sikap pelaksana ; dan
4) Struktur birokrasi.
Ada Tiga bentuk implementasi kebijakan publik 56
(Mustopadidjaja AR, 1988), yaitu:
b.Judicial
Evaluation (Evaluasi Yudisial). Evaluasi yudisial
mengadakan pengkajian apakah kebijakan yang dibuat
pemerintah telah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, apakah tidak melanggar HAM dan hak-hak individu.
c.Political
Evaluation (Evaluasi Politis). Evaluasi politis masuk
dalam proses kebijakan hanya pada waktu-waktu tertentu.
Misalnya, pemilihan umum.
64
Apakah hasil (tujuan) yang Berhubungan dengan rasionalitas substantive dan tidak
6 Ketetapan
dinginkan benar-benar berkenaan dengan satuan criteria secara individual
(Appropriateness)
.
berguna atau bernilai? tetapi dua atau lebih criteria secara bersama-sama.
66
RUANG LINGKUP DAN 67
External:
Lemahnya networking & loby internasional.
Perubahan konstelasi politik internasional
Internal:
Political distrust berimbas pada social distrust.
Lack of strong and decisive leadership.
Belum selesainya nafsu merebut kekuasaan pada
tataran elit tertentu.
Rendahnya pemahaman elit pada makna kompetisi
politik & demokrasi.
Masalah Sumber Daya Manusia.
Natural Resources Lingkungan Luar
Lingkungan Dalam Topography
hic
rap s 72
og able
e m ri
Sa
D Va
ran
Outputs
aP
Action
Pa
r ta
ere
iP
k
Iklim
oli
on
tik
Ormas
omia
POLICY
n
MAKING
is
isn
Struktur uts
si B
Inp
gi
Sosial d/
olo
n
sia
m a rt dll
kn
o
De upp s
so
Te
S imit
As
u&
L LSM
Ilm
Kebudayaan
Politik
Hubungan
Internasional
73
1) Faktor Politik
2) Faktor Ekonomi/Finansial
3) Faktor Administratif/Organisatoris
4) Faktor teknologi
5) Faktor Sosial, Budaya, dan Agama
6) Faktor Pertahanan dan Keamanan
7) SDM.
Implikasi kebijkan publik dari pendapat Dye 74
dikatakan bahwa:
1. Rule (peraturan)
Peraturan dimaksudkan untuk mengatur segala perilaku manusia. Masalah
publik dapat muncul jika:
Bahasa yang digunakan dalam peraturan, kadang rancu, bisa multi tafsir.
Beberapa peraturan berpeluang menyebabkan perilaku bermasalah dan tidak
transparan.
Peraturan memberikan wewenang berlebih pada pelaksana untuk bertindak
represif.
88
2. Opportunity (kesempatan)
Perilakumenyimpang punya korelasi dengan adanya
kesempatan.
Lingkungan menjadi faktor yang dominan penyebab perilaku
menyimpang.
89
3. Capacity (kemampuan)
Setiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda.
Perbedaan kemampuan bisa menimbulkan perbedaan
persepsi.
Perbedaan persepsi menimbulkan perbedaan perilaku
90
4. Communication (komunikasi)
Munculnya perilaku bermasalah diakibatkan ketidaktahuan masyarakat
tentang suatu peraturan.
Ketidaktahuan tersebut dipicu oleh komunikasi yang tidak berjalan dengan
baik (miss-communication).
Permasalahan komunikasi sebenarnya merupakan permasalahan klasik
terutama di negera pluralis.
91
5. Interest (kepentingan)
Kepentingan pada umumnya akan mendorong seseorang atau
kelompok untuk perilaku.
Semakin tinggi kepentingan perilaku semakin tidak
terkontrol.
92
6. Process (proses)
Proses merupakan sebuah instrumen yang digunakan baik
dalam membuat ekbijakan maupun dalam menemukan perilaku
bermasalah.
93
7. Ideology (nilai dan / atau sikap)
Sekumpulan nilai yang dianut oleh suatu masyarakat untuk merasa,
berpikir, dan bertindak.
Suatu nilai yang berlaku dalam masyarakat merupakan hasil kesepakatan
bersama dalam sebuah kelompok.
Dalam masyarakat yang heterogen kemungkinan terjadinya konflik
sangat besar, karena disebabkan perbedaan nilai.
94
Menurut Theodore J. Lowi (1972), masalah publik dapat dibedakan
menjadi masalah prosedural dan masalah substantif.