Anda di halaman 1dari 95

KEBIJAKAN PUBLIK

Oleh:
Dr. Ednawan Prihana
2
Konsep dan Pengertian Kebijakan Publik
 Kata kebijakan dianggap terjemahan dari kata policy,
karena keduanya mempunyai kesesuaian makna.

 Dalam KBI kebijakan diartikan sebagai:


1. Kepandaian, kemahiran, kebijaksanaan;
2. Rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis
besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan
suatu pekerjaan, kepemimpinan dan cara
bertindak (ttg pemerintahan, organisasi, dsb)
pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud
sebagai garis pedoman utk manajemen dlm
usaha mencapai sasaran, garis haluan.
3
Kebijaksanaan menurut KBI berarti:
1. Kepandaian menggunakan akalbudinya (pengalaman
dan pengetahuannya); 2. Kecakapan bertindak apabila
menghadapi kesulitan.

Kebijakan = Policy
Policy as a purposive course of action followed by an
actor or set of actors in dealing with set a problem or
matter of concern. Sebuah rangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh para aktor yg berhubungan dg berbagai
masalah atau urusan yg menjadi perhatian (James
Anderson, 2000).
4
 Policy is a proposed course of action of a person,
group, or government within a given environment
providing obstacles and opportunities which the
policy was proposed to utilize and overcome in an
effort to reach a goal, or realize an objective, or a
purpuse.

 Kebijakan merupakan cara bertindak yang


ditunjukkan oleh seseorang, kelompok, atau
pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu yang
mencakup adanya peluang untuk dimanfaatkan
maupun hambatan yang harus diatasi, dalam usaha
mencapai suatu sasaran, merealisasikan suatu
tujuan, atau suatu kegunaan.
5
 Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang
menjadi pedoman dan dasar rencana dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara
bertindak. Istilah ini dapat diterapkan pada
pemerintahan, organisasi dan kelompok sektor swasta,
serta individu.

 Kebijakan berbeda dengan peraturan dan hukum. Jika


hukum dapat memaksakan atau melarang suatu perilaku
(misalnya suatu hukum yang mengharuskan
pembayaran pajak penghasilan), kebijakan hanya
menjadi pedoman tindakan yang paling mungkin
memperoleh hasil yang diinginkan.
6

 Kebijakan atau kajian kebijakan dapat pula merujuk pada


proses pembuatan keputusan-keputusan penting
organisasi, termasuk identifikasi berbagai alternatif
seperti prioritas program atau pengeluaran, dan
pemilihannya berdasarkan dampaknya.

 Kebijakan juga dapat diartikan sebagai mekanisme


politis, manajemen, finansial, atau administratif untuk
mencapai suatu tujuan eksplisit.
7

 Publik adalah mengenai orang atau masyarakat, dimiliki


masyarakat, serta berhubungan dengan, atau
memengaruhi suatu bangsa, negara, atau komunitas.
Publik biasanya dilawankan dengan swasta atau pribadi,
seperti pada perusahaan publik, atau suatu jalan.

 Publik juga kadang didefinisikan sebagai masyarakat


suatu bangsa.

 Dalam bahasa Indonesia, penggunaan kata “publik”


sering diganti dengan “umum”, misalnya perusahaan
umum dan perusahaan publik.
8
 Dalam lingkup organisasi / perusahaan publik dibedakan
menjadi:

 Publik internal dan publik eksternal


 Publik primer, sekunder, dan marjinal
 Proponent (publik yang memihak), opponent (publik
yang menentang), dan uncommitted yang berarti
publik yang tidak peduli. Sebagai perbandingan, saat
suatu perusahaan memiliki 40 dari 50 karyawan yang
uncommitted maka perusahaan dapat dikatakan tidak
sehat.
 Mayoritas diam (silent majority) dan minoritas vokal
(vocal minority)
Kebijakan Publik (Public Policy) 9

 Kebijakan publik diartikan sebagai: Government action


to adress some problem (Steven A. Peterson dalam
Budiman Rusli, 2013)

 Public policy is whatever government chose to do or


not to do (Thomas R. Dye, 1976).

 Public policy is what government say and do, or do not


to do. It is the goals or purposes of government
programs (Goerge C. Edwards dan Ira Sharkansky,
1978).
 Public policy is a set of interrelated decisions taken 10
by political actor or group of actors concerning the
selection of goals and the means of achieving them
within a specified situation where these decision
should, inprinciple, be within the power of these
actors to achieve (W.I. Jenkins, 1978).

 Kebijakan publik adalah serangkaian keputusan yang


saling berkaitan yang diambil oleh seorang aktor
politik atau sekelompok aktor politik berkenaan
dengan tujuan yang telah dipilih beserta cara-cara
untuk mencapainya dalam suatu situasi dimana
keputusan-keputusan itu pada prinsipnya masih
berada dalam batas-batas kewenangan kekuasaan
dari aktor tersebut.
11
 Public policies are those policies developed by
governmental bodies and officials (James E.
Anderson, 1979).

 Kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang


dikembangkan oleh badan-badan dan pejabat
pemerintah.

 Kebijakan Publik adalah kebijakan yang dibuat oleh


pemerintah khususnya, dan lembaga-lembaga publik
umumnya, untuk memenuhi kepentingan publik
(Saefullah, 2005).
Ciri-ciri Kebijakan Publik menurut Badan Kepegawaian12
Negara (2001):

1. Kebijakan publik lebih merupakan tindakan yang


mengarah pada tujuan yang telah ditentukan, bukan
sekedar perilaku atau tindakan yang serba
kebetulan.

2. Kebijakan publik pada hakekatnya terdiri atas


tindakan-tindakan yang saling berkait dan berpola
yang mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan
oleh pejabat-pejabat pemerintah dan bukan
merupakan keputusan yang berdiri sendiri.
13

3. Kebijakan Publik bersangkut paut dengan apa yang


dilakukan pemerintah dalam bidang-bidang tertentu;

4. Kebijakan Publik mungkin berbentuk positif mungkin


berbentuk negatif. Kebijakan publik positif akan
mencakup beberapa bentuk tindakan pemerintah
untuk mempengaruhi masalah tertentu. Sementara
dalam bentuknya yang negatif meliputi keputusan-
keputusan pejabat pemerintah untuk tidak bertindak
atau tidak melakukan tindakan apapun, padahal
campur tangan pemerintah justru diperlukan.
14
Katagori kebijakan publik (Wahab, 1997)

1. Tuntutan kebijakan (policy demands), yaitu tuntutan


atau desakan yang ditujukan kepada pejabat-
pejabat pemerintah baik oleh pihak swasta,
masyarakat, maupun pemerintah dalam sistem
politik untuk melakukan atau tidak melakukan
tindakan tertentu.

2. Keputusan kebijakan (policy decision), yaitu


keputusan-keputusan yang dibuat oleh para pejabat
pemerintah yang dimaksudkan untuk memberikan
keabsahan, kewenangan atau memberikan arah
terhadap pelaksanaan kebijakan publik.
3. Pernyataan kebijakan (policy statement), ialah 15
pernyataan resmi atau artikulasi (penjelasan) mengenai
kebijakan publik tertentu.

4. Keluaran kebijakan (policy outputs), adalah merupakan


wujud kebijakan publik yang dapat dilihat dan dirasakan
karena menyangkut hal-hal yang senyatanya dilakukan
guna merealisasikan apa yang telah digariskan dalam
keputusan-keputusan dan pernyataan-pernyataan
kebijakan.

5. Hasil akhir kebijakan (policy outcomes), adalah akibat


atau dampak yang benar-benar dirasakan oleh
masyarakat, baik diharapkan maupun tidak sebagai
konsekwensi dari adanya atau tidak adanya kebijakan
pemerintah.
16

Pendekatan Kebijakan Publik menurut Dunn, 2003):


1. Pendekatan Empiris, Penekanan terutama pada
penjelasan berbagai sebab dan akibat dari suatu
kebijakan publik tertentu. Pendekatan ini bersifat
faktual.

2. Pendekatan valuatif, penekanan terutama pada


penentuan bobot atau nilai beberapa kebijakan.

3. Pendekatan normatif, penekanan terutama pada


rekomendasi serangkaian tindakan yang akan datang
yang dapat menyelesaikan masalah-masalah publik.
17

 Tujuan pembuatan kebijakan publik pada dasarnya


adalah untuk:

1. Mewujudkan ketertiban dalam masyarakat.

2. Melindungi hak-hak masyarakat.

3. Mewujudkan ketentraman dan kedamaian dalam


masyarakat.

4. Mewujudkan kesejahteraan masyarakat.


18

 Pembuatan Kebijakan Publik menurut Tjokroamidjojo


dan Mustopadidjaja (1996) terdiri dari tiga tahap,
yaitu:

1. Tahap perumusan dan penetapan kebijakan;


2. Tahap pelaksanaan kebijakan;
3. Tahap penilaian hasil kebijakan.

 Untuk lebih memahaminya dengan baik dan benar,


lihat beberapa teori berikut ini:
19

Teori dan Jenis Kebijakan Publik

1. Elite Theory
2. Institutionalism Theory
3. Group Theory
4. Political System Theory
20

1. Elite Theory (Thomas Dye dan Harmon Ziegler, 1970)

 Adalah teori yg menganggap kebijakan publik di


suatu negara atau daerah dibuat oleh ruling elite.

 Berdasarkan nilai dan preferensi mereka, rakyat


banyak (massa) tidak mempunyai akses dalam
formulasi maupun implementasi kebijakan.
21

 Elite theory berdasarkan pada asumsi bhw dlm


negara yg bersangkutan, sistem
pemerintahannya belum didukung oleh budaya
politik yg demokratis.

 Secara formal mungkin sistem pemerintahannya


adalah demokratis tetapi dlm realitas belum
berfungsi dengan efektif.
22
Thomas Dye dan Harmon Ziegler (1970) mengatakan
sebagai berikut:

1) Masyarakat terbagi dalam sekelompok kecil yang


sangat berkuasa dan sekelompok lain yang tidak
berdaya yang tergantung pada kemauan kelompok
kecil sebagai ruling elite tersebut;

2) Perpindahan dari kelompok non elit ke dalam


kelompok elit sangat terbatas untuk menjaga
stabilitas dan kelangsungan hidupnya. Hanya
mereka yang sudah menerima basic elite
consensus yang dapat diterima;
23

3) Kelompok elit yang berkuasa ini berasal dari


golongan menengah ke atas;

4) Kebijakan publik dibuat untuk kepentingan ruling


elite, dan tidak mencerminkan kebutuhan dan
keinginan massa;

5) Perubahan kebijakan publik hanya bersifat


inkremental dan tidak revolusioner;

6) Kelompok elit lebih banyak mempengaruhi massa,


dari pada sebaliknya.
24
2. Institusionalisme

 Adalah studi kebijakan berdasarkan pendekatan


formal terhadap peranan institusi pemerintahan yang
terkait dalam formulasi dan implementasi suatu
kebijakan.

 Misalnya, dewan perwakilan rakyat, eksekutif, badan


peradilan dan partai-partai politik. Aspek-aspek
formal dari institusi-institusi tersebut mencakup
kewenangan hukum, peraturan prosedural, fungsi-
fungsi dan kegiatan-kegiatannya.
25

 Institutional Economics melihat kebijakan ekonomi


menurut peranan pemerintah dalam mengatur
kehidupan perekonomian untuk mengoreksi
kelemahan mekanisme pasar.

 Seperti pengendalian perbankan agar tidak


melakukan penyaluran kredit secara berlebihan
kepada masyarakat, karena penyaluran kredit
tersebut hanya berdasarkan permintaan semu.
26

3. Group Theory

 Adalah teori yang menganggap kebijakan publik


sebagai produk dari perjuangan kelompok.
Kebijakan publik merupakan titik equilibrium dalam
suatu perjuangan antar kelompok.

 Penekanan pada bagaimana peranan political


interests group dalam proses formulasi dan
implementasi kebijakan.
27

4. Political System Theory

 Adalah teori yang menganggap kebijakan publik


sebagai respons sistem politik terhadap permintaan
yang muncul dalam masyarakat lingkungannya.

 Input dari lingkungan berupa permintaan (demands)


dan dukungan (supports) lebih berbobot
kepentingan politik.
28

 Dukungan ini dapat dalam bentuk kepatuhan


terhagap hukum, membayar pajak, memilih dalam
pemilu, dan sebagainya.

 Selanjutnya, kebijakan (policy) dapat


mempengaruhi masyarakat dan pada gilirannya
akan mempengaruhi permintaan dan dukungan
baru terhadap para pembuat kebijakan.
Aliran & Jenis Kebijakan Publik 29

Riant Nugroho (2008) membagi Kebijakan Publik dlm dua


aliran:

1.AliranKontinental memandang bahwa kebijakan publik


adalah turunan dari hukum atau menyamakannya dengan
hukum. Segala tindakan pelayanan pemerintah harus
didahului dasar hukumnya yang jelas.

2.Aliran Anglo Saxon melihat kebijakan publik turunan dari


politik-demokrasi, jadi merupakan interaksi antara negara
dg publik, jadi memungkinkan dilakukan discrecy policy.
30
Jenis-jenis Kebijakan Publik menurut James E. Anderson
(1970):

1. Subtantive and Procedural Policies.


Subtantive Policy, adalah suatu kebijakan dilihat dari
subtansi masalah yang dihadapi oleh pemerintah.
Sedangkan Procedural Policy, adalah suatu kebijakan
dilihat dari pihak-pihak yang terlibat dalam
perumusannya (Policy Stakeholders).
31
2. Distributive, Redistributive, and Regulatory Policies:

Distributive Policy , adalah suatu kebijakan yang


mengatur tentang pemberian pelayanan/keuntungan
kepada individu-individu, kelompok-kelompok, atau
perusahaan-perusahaan.
Redistributive Policy, adalah suatu kebijakan yang
mengatur tentang pemindahan alokasi kekayaan,
pemilikan, atau hak-hak.
Regulatory Policy, adalah suatu kebijakan yang
mengatur tentang pembatasan/ pelarangan terhadap
perbuatan/ tindakan.
32
3. Material Policy: Suatu kebijakan yang mengatur
tentang pengalokasian/penyediaan sumber-sumber
material yang nyata bagi penerimanya.

4. Public Goods and Private Goods Policies: Public


Goods Policy, adalah suatu kebijakan yang mengatur
tentang penyediaan barang/pelayanan oleh
pemerintah, untuk kepentingan orang banyak.
Sedangkan Private Goods Policy, adalah suatu
kebijakan yang mengatur tentang penyediaan
barang/pelayanan oleh pihak swasta, untuk
kepentingan individu (perorangan) di pasar bebas,
dengan imbalan biaya tertentu.
Sistem, Proses, & Siklus Keb. Publik 33

A. Sistem Kebijakan Publik (Mustopadidjaja AR,


1988), adalah keseluruhan pola kelembagaan
dalam pembuatan kebijakan publik yang
melibatkan hubungan di antara 4 unsur, yaitu:

1. Masalah kebijakan publik,


2. Proses pembuatan,
3. Kebijakan publik, dan
4. Dampaknya terhadap kelompok sasaran (target groups).
34

Dalam sistem Kebijakan Publik hal yg terlebih dahulu


dipahami salahsatunya adalah Agenda setting.

Agenda setting adalah Proses dimana keinginan-


keinginan dari berbagai kelompok dalam masyarakat
diterjemahkan ke dalam butir-butir kegiatan agar
mendapat perhatian serius dari pejabat-pejabat
pemerintah (Howeltt and Ramesh, 1995)

Ada dua macam Agenda Setting, yaitu:


1. Systemic Agenda dan
2. Governmental Agenda.
35

1. Systemic Agenda terdiri atas isu-isu yang dipandang


oleh politisi sebagai suatu masalah yang pantas
mendapat perhatian dari pemerintah, karena
masalah tsb ada dalam kewenangan pemerintah.

2. Governmental Agenda, adalah serangkaian masalah


yg secara eksplisit memerlukan pertimbangan yg
serius dari pemerintah sebagai pembuat kebijakan.
Ada beberapa Kriteria isu yang bisa dijadikan agenda kebijakan publik 36
(Kimber, 1974; Salesbury 1976; Sandbach, 1980; Hogwood dan Gunn, 1986)
diantaranya:
1.telah
mencapai titik kritis tertentu; jika diabaikan, akan menjadi ancaman
yang serius;
2.telah mencapai tingkat partikularitas tertentu berdampak dramatis;
3.menyangkut emosi tertentu dari sudut kepent. orang banyak (umat manusia)
dan mendapat dukungan media massa;
4.menjangkau dampak yang amat luas ;
5.mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan dalam masyarakat ;
6.menyangkut suatu persoalan yang fasionable (sulit dijelaskan, tetapi mudah
dirasakan kehadirannya)
37
B. Proses Kebijakan Publik, dikenal adanya unsur-unsur:
Input, Process, Output, Outcomes, Benefits, Impact.

Tjokroamidjojo dan Mustopadidjaja (1996 : 45),


mengatakan bahwa kebijakan publik terdiri dari tiga
tahap, yaitu :
1. Tahap perumusan dan penetapan kebijakan;
2. Tahap pelaksanaan kebijakan;
3. Tahap penilaian hasil kebijakan.
Proses Kebijakan Publik tersebut dimulai dengan: 38

1. Perumusan Kebijakan Publik.


Tahap ini mulai dari perumusan masalah sampai
dengan dipilihnya alternatif untuk direkomendasikan dan
disahkan oleh pejabat yang berwenang.

Menurut Michael (2003) ada lima hal yg harus


diperhatikan dlm membuat keputusan suatu kebijakan,
yaitu:
1)Recognition of rights for individuals: Keputusan adalah
pengakuan hak2 individu yg terlibat dalam pengambilan
keputusan.
39
2) Consents of the people: Keputusan berhubungan dengan
orang2 atau rakyat yang memberi mandat;

3) Accountability of decision makers to the people: Pembuat


keputusan mempunyai kewajiban
mempertanggungjawabkan kepada rakyat yg memberi
mandat;

4) Representation: Keputusan hrs menjadi representasi dari


rakyat yang memberi mandat.

5) Formal processes to demarcate and limit the role of


decision maker: Keputusan hrs didasarkan pada proses
resmi yang memberikan batas2 kewenangan pada
pengambil keputusan.
40

Mengingat pentingnya fase ini, maka William Dunn (1999) menyebutkan


setidaknya ada empat tahap dalam perumusan masalah, antara lain:
1.Problem search (pencarian masalah),
2.Problem definition (pendefinisian masalah),
3.Problem specification (menspesifikasi masalah), dan
4.Problem sensing (pengenalan masalah).
Public Problem
Tidak masuk dalam
Public Demand Policy Agenda 41

Policy Agenda Leave it alone


Tidak ada keputusan
Policy Formulation: kebijakan
Policy Analysis
Policy
Process Policy Decision
Policy Statement Positive Action

Policy
Implementation
Policy Output

Policy Evaluation
a) Those who initiate and
Feedback maintain process
b) Effect on state of society
Bromley (1989 : 33) mengatakan bahwa tingkatan 42

kebijakan terdiri dari tiga tingkatan yaitu : (1) Policy level;


(2) Organizational level; (3) Operational level. Ketiga
tahapan tersebut sebagai berikut :
POLICY LEVEL

INSTITUTIIONAL ARRANGEMENT

ORGANIZATIONAL LEVEL
ORGANIZATIONAL ARRANGEMENT

OPERATIONAL LEVEL

PATTERNS OF INTERACTION
OUT COMES

ASSESMENT
Fase-fase Dalam Proses Pembuatan Kebijakan dan
Karakteristiknya

Fase Karakteristik
Para pejabat yang dipilih atau diangkat mengidentifikasi
Penyusunan masalah dan menempatkannya pada agenda public.
Agenda Banyak masalah tidak disentuh sama sekali,
sementara lainnya ditunda untuk waktu lama.
Formulasi Para pejabat merumuskan alternative kebijakan untuk
Kebijakan mengatasi masalah.
Alternative kebijakan yg diadopsi dengan dukungan atau
Adopsi dan Pembuatan concensus dari mayoritas legislative, atau berdasarkan
Kebijakan keputusan peradilan.
Implementasi Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan dg
Kebijakan memobilisasi sumberdaya finansial dan sumberdaya
manusia.
Penilaian Institusi yang berwenang menentukan apakah kebijakan
Kebijakan yang dibuat sesuai ketentuan atau tidak

43
Lima tahap dalam siklus kebijakan dan keterkaitannya
dengan penyelesaian masalah

Fase penyelesaian masalah terapan Tahapan dalam siklus kebijakan


(Phases of Applied Problem-Solving) (stages in policy cycle)

1. Pengenalan masalah (problem 1. Penempatan agenda (agenda-


recognition) setting)
2. Usulan solusi (proposal of 2. Formulasi kebijakan (policy
solution) formulation)
3. Pilihan solusi (choice of solution) 3. Pembuatan kebijakan (decision
making)
4. Menempatkan solusi menjadi efek 4. Implementasi kebijakan (policy
(putting solution into effect) implementation)
5. Monitoring hasil-hasil (monitoring 5. Evaluasi kebijakan (policy
result) evaluation)

44
45
3. Siklus Kebijakan Publik

Perumusan
Kebijaksanaan

Evaluasi Implementasi
Kebijakan Kebijakan

Monitoring
Kebijkan
SIKLUS KEBIJAKAN 46

(Lester and Stewart, 2000)

6. 1.AGENDA
PENCABUTAN SETTING

5. 2.FORMULASI
PERUBAHAN

4.EVALUAS 3.IMPLEMENTASI
I
2. Implementasi Kebijakan Publik. 47

 Implementasi Kebijakan Publik merupakan sesuatu


yang penting, bahkan mungkin lebih penting
daripada pembuatan kebijakan.

 Secara umum, tugas implementasi adalah


mengembangkan suatu struktur hubungan antara
tujuan kebijakan publik yang telah ditetapkan
dengan tindakan-tindakan pemerintah untuk
merealisasikan tujuan-tujuan tersebut yang berupa
hasil kebijakan (policy outcomes).
 Salah satu ukuran keberhasilan suatu kebijakan dapat 48
dilihat pada tahap implementasi kebijakan itu sendiri,
karenanya implementasi kebijakan merupakan aspek
yang penting dari keseluruhan proses kebijakan.

 Hal ini ditegaskan pula oleh Udoji (1981 : 32) bahwa the
execution of policies is as important if not more important
than policy making. Policies will remain dreams or blue
prints file jackets unless they are implemented.

 Pelaksanaan kebijakan adalah suatu yang penting bahkan


mungkin jauh lebih penting dari pada pembuatan
kebijakan.
 Implementasi kebijakan merupakan suatu proses 49
pelaksanaan yang di dalamnya ada interaksi antara tujuan
dan tindakan yang disiapkan serta melibatkan orang-
orang yang terkait dengan kebijakan tersebut.

 Pressman dan Wildavsky (dalam Jones, 1984)


menyampaikan bahwa implementation may be viewed as
a process of interaction between the setting of goals and
the actions geared to achieving them.

 Implementasi kebijakan adalah proses tindakan yang


dilakukan baik oleh individu maupun pejabat baik
kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada
tercapainya tujuan yang telah digariskan dalam keputusan
kebijakan
 Kebijakan-kebijakan akan berupa impian saja atau 50
rencana bagus yang tersimpan rapih dalam arsip
kalau tidak diimplementasikan.

 Van Meter dan Van Horn dalam Wahab (1997)


mengatakan those actions by public or private
individuals or groups that are directed at the
achievement of objectives set forth in prior policy
decisions.

 Kenyataan menunjukan bahwa implementasi


kebijakan publik mengandung resiko kegagalan atau
tidak berhasil dalam mencapai tujuannya.
51
 Dalam hal terjadi kegagalan (implementation gap),
maka perlu dikaji pada tahapan mana yang
mengalami kegagalan tersebut, apakah dalam tahap
perumusan kebijakan atau dalam tahap implementasi
kebijakan.

 Implementation gap dapat juga diartikan sebagai


perbedaan antara apa yang diharapkan oleh
pembuat kebijakan dengan apa yang senyatanya
dicapai sebagai hasil atau prestasi dari pelaksanaan
kebijakan.
52
 Besar kecilnya perbedaan tersebut sangat
tergantung kepada implentation capacity dari
organisasi atau orang yang dipercaya
mengimplementasikan kebijakan tersebut.

 Walter Williams (dalam Wahab, 1997 : 61)


mengatakan bahwa implentation capacity adalah
kemampuan organisasi / aktor untuk melaksanakan
keputusan kebijakan (policy decision) sedemikian
rupa sehingga ada jaminan bahwa tujuan atau
sasaran kebijakan yang telah ditetapkan dalam
dokumen formal dapat dicapai.
53
 Williams (dalam Jones, 1984 : 65) menjelaskan
bahwa The most pressing implementation problem is
that of moving from decision to operations in such a
way that what is put into place bears a reasonable
resemblance to the decision and the functioning well
in its institutional environment.

 Hal yang paling penting dalam proses implementasi


adalah memindahkan suatu keputusan kedalam
bentuk operasional yang masuk akal dan
difungsionalkan dengan baik dalam lingkungan
lembaga itu.
54

 Charles O. Jones (1984) menyampaikan bahwa


implementation is a process of getting additional
resources so as to figure out what is to be done and
highly interactive with prior policy activities

 Pada prinsipnya bahwa implementasi kebijakan


memberi dasar konsepsi kepada aktivitas fungsional
suatu organisasi, interpretasi dan aplikasi, yang
beranggapan bahwa implementasi sebagai langkah
yang dinamik memerlukan usaha untuk mencari apa
yang akan dan dapat dilaksanakan.
55

 Ada beberapa faktor yang menyebabkan


keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan,
(Edwards III, 1980) yaitu :

1) Komunikasi;
2) Sumber daya;
3) Disposisi atau sikap pelaksana ; dan
4) Struktur birokrasi.
Ada Tiga bentuk implementasi kebijakan publik 56
(Mustopadidjaja AR, 1988), yaitu:

1) Kebijakan langsung, yaitu kebijakan yang


pelaksanaannya dilakukan oleh pemerintah
sendiri.

2) Kebijakan tidak langsung, yaitu kebijakan yang


pelaksanannya tidak dilakukan oleh pemerintah.
Dengan demikian, dalam hal ini pemerintah
hanya mengatur saja.

3) Kebijakan campuran, yaitu kebijakan yang


pelaksanaannya dilakukan oleh pemerintah dan
bukan pemerintah (swasta).
57
Ada beberapa pertanyaan dalam implementasi adalah:

1) Bagaimana cara kebijakan diimplementasikan?

2) Siapa saja yang dilibatkan dalam proses implementasi


tersebut?

3) Bagaimana interaksi diantara yg terlibat dlm


implementasi itu?

4) Siapa yang secara formal diberi wewenang


mengimplementasikan kebijakan dan siapa yang
informal lebih berkuasa dan mengapa?
58

5) Bagaimana cara kerja birokrasi pusat dan daerah yang


terlibat dalam implementasi kebijakan/program.

6) Bagaimana cara atasan mengawasi bawahan dan


bagaimana mengkoordinasikannya?

7) Bagaimana tanggapan target groups terhadap


kebijakan tersebut?
C. Monitoring Kebijakan Publik 59

Monitoring adalah kegiatan pengawasan terhadap


implementasi kebijakan yang meliputi keterkaitan
antara implementasi dan hasil-hasilnya (out-comes)
(Hogwood and Gunn, 1989).

William N. Dunn (1994), menjelaskan bahwa


monitoring mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
1)Compliance (kesesuaian/kepatuhan) Menentukan
apakah implementasi kebijakan tersebut sesuai
dengan standard dan prosedur yang telah ditentukan.
60

2) Auditing (pemeriksaan), menentukan apakah sumber-


sumber/pelayanan kepada kelompok sasaran (target
groups) memang benar-benar sampai kepada mereka.

3) Accounting (Akuntansi), menentukan perubahan sosial


dan ekonomi apa saja yang terjadi setelah
implementasi sejumlah kebijakan publik dari waktu ke
waktu.

4) Explanation (Penjelasan), menjelaskan mengenai


hasil-hasil kebijakan publik berbeda dengan tujuan
kebijakan publik.
D. Evaluasi Kebijakan Publik 61

 Evaluasi kebijakan sebagai suatu pengkajian secara


sistematik dan empiris terhadap akibat-akibat dari suatu
kebijakan dan program pemerintah yang sedang berjalan dan
kesesuaiannya dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai
oleh kebijakan tersebut.

 Kesulitan dalam evaluasi kebijakan, antara lain adalah


tujuan-tujuan dalam kebijakan publik jarang dilakukan (ditulis)
secara cukup jelas, dalam artyi seberapa jauh tujuan-tujuan
kebijakan publik itu harus dicapai. Pengembangan ukuran-
ukuran yang tepat dan dapat diterima semua pihak sangat
sulit dilakukan (Howlett dan Ramesh,1995)
Kreteria Melakukan Evaluasi Kebijakn Publik 62
(William M. Dunn, 1994:405)
 Effectiveness: Informasi sejauhmana pencapaian
hasil yang dikehendaki;
 Efficiency: berhubungan dengan perhitungan;
banyaknya kesempatan dalam pencapaian hasil;
 Adequacy: Pencapaian hasil dihubungkan dengan
pemecahan masalah yang dihadapi;
 Equity: Mengukur keadilan diantara kelompok2 yang
terlibat;
 Responsiveness: Melihat kepuasan yang dirasakan
oleh kelompok2 tersebut;
 Appropriateness: Mempelajasi apakah hasil yang
dicapai betul2 bermanfaat.
Howlett dan Ramesh (1995), mengemukakan bbrp bentuk63
evaluasi kebijakan, yaitu :
a.Administrasi Evaluation (evaluasi Administratif). Evaluasi
administratif pada umumnya dibatasi pada pengkajian tentang
efisiensi penyampaian pelayanan pemerintah dan penentuan,
apakah penggunaan dana oleh pemerintah sesuai dengan
tujuan yang telah dicapai.

b.Judicial
Evaluation (Evaluasi Yudisial). Evaluasi yudisial
mengadakan pengkajian apakah kebijakan yang dibuat
pemerintah telah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, apakah tidak melanggar HAM dan hak-hak individu.

c.Political
Evaluation (Evaluasi Politis). Evaluasi politis masuk
dalam proses kebijakan hanya pada waktu-waktu tertentu.
Misalnya, pemilihan umum.
64

Beberapa Bentuk Evaluasi Administratif, yaitu:

1) Effort Evaluation. Effort evaluation bertujuan untuk


mengukur kuantitas inputs (masukan) program, yaitu
kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan.
Inputs itu adalah personil, ruang kantor, komunikasi,
transportasi,dan lain-lain, yang dihitung berdasarkan
biaya yang digunakan.

2) Performance evaluation. Performance evaluation


mengkaji ouputs program. Contoh, outputs rumah
sakit : tempat tidur yang tersedia, jumlah pasien.
65

3) Effectiveness Evaluation. Effectiveness evaluation


bertujuan untuk menilai apakah program telah
dilaksanakan, kemudian diadakan perbandingan
kesesuaian antara pelaksanaan program dengan
tujuan kebijakan.

4) Process evaluation. Process evaluation mengkaji


peraturan-peraturan dan prosedur-prosedur operasi
organisasi yang digunakan dalam penyampaian
program.
Kriteria Evaluasi Kebijakan
N Kriteria Pertanyaan Keterangan

 Berkenaan dengan apakah kebijakan mencapai hasil


(akibat) yang diharapkan atau mencapai tujuan dari
1 Efektivitas Apakah hasil yang diadakannya tindakan.
(Effectiveness)
. diinginkan telah tercapai  Efektifitas berhubungan dengan rasionalitas teknis,
diukur dari unit produk atau layanan atau nilai
moneternya.
Seberapa banyak usaha  Berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk
2 Efisiensi yang diperlukan untuk menghasilkan tingkat efektivitas tertentu.
(Efficiency)
. mencapai hasil yang  Efisiensi sinonim dari rasionalitas ekonomis, merupakan
diinginkan? hubungan antar efektivitas dan usaha.
 Berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat
3 Kecukupan Seberapa jauh pencapaian
efektifitas memuaskan kebutuhan, nilai, atau
(Adequacy)
. hasil yang diinginkan ?
kesempatan yang menumbuhkan adanya masalah.

Apakah biaya dan manfaat


 Berhubungan dengan rasionalitas legal dan social dan
4 Kesamaan distribusikan secara
menunjuk pada distribusi akibat dan usaha antara
(Equity)
. merata kepada kelompok-
kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat.
kelompok yang berbeda?

Apakah hasil kebijakan


memuaskan kebutuhan,  Berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat
5 Responsivitas
preferensi atau nilai memuaskan kebutuhan, preferensi, atau nilai kelompok-
(Responsiveness)
.
kelompok-kelompok kelompok masyarajat tertentu.
tertentu?

Apakah hasil (tujuan) yang  Berhubungan dengan rasionalitas substantive dan tidak
6 Ketetapan
dinginkan benar-benar berkenaan dengan satuan criteria secara individual
(Appropriateness)
.
berguna atau bernilai? tetapi dua atau lebih criteria secara bersama-sama.

66
RUANG LINGKUP DAN 67

LINGKUNGAN KEBIJAKAN PUBLIK

Luasnya ruang lingkup kebijakan publik


dikemukakan antara lain oleh Dye (1992:2) sbb:

Public policy may deal with a wide variety of


substantive areas: defense, energy, environment,
foreign affairs, education, welafare, police, highway
texation, housing, social security, health, economic,
opportunity, urban development, inflation and
recession, and so on.
68

Ruang Lingkup Kebijakan Publik Di Indonesia

a. Lingkup Nasional, Kebijakan Nasional, kebijakan


negara yg bersifat fundamental dan strategis dlm
pencapaian tujuan nasional / negara. Kebijakan
Umum, adalah kebijakan Presiden sbg pelaksana
UUD, TAP MPR, UU, untuk mencapai tujuan
nasional. Kebijakan Pelaksanaan, adalah
merupakan penjabaran dari kebijakan umum sbg
strategi pelaksanaan tugas di bidang tertentu
(LAN-RI (1997)
69

b. Lingkup Wilayah Daerah, Kebijakan Umum Daerah,


adalah kebijakan pemerintah daerah sebagai pelaksana
azas desentralisasi dalam rangka mengatur urusan
Rumah Tangga Daerah. Kebijakan Pelaksanaan, baik
pelaksanaan desentralisasi, dekonsentrasi, maupun
medebewind.
Lingkungan Kebijakan Publik 70

 Lingkungan ini dianggap paling formally structured,


terpusat pada mekanisme resmi pembuatan keputusan
kebijakan.

 Aktor/pelaku utama adalah para pembuat keputusan


kebijakan yang menduduki posisi penting dalam
pemerintahan yang mempunyai kewenangan dalam
penentuan prioritas dan alokasi sumber daya
Kondisi Obyektif 71

External:
 Lemahnya networking & loby internasional.
 Perubahan konstelasi politik internasional

Internal:
 Political distrust berimbas pada social distrust.
 Lack of strong and decisive leadership.
 Belum selesainya nafsu merebut kekuasaan pada
tataran elit tertentu.
 Rendahnya pemahaman elit pada makna kompetisi
politik & demokrasi.
 Masalah Sumber Daya Manusia.
Natural Resources Lingkungan Luar
Lingkungan Dalam Topography
hic
rap s 72

og able
e m ri

Sa
D Va

ran
Outputs

aP
Action

Pa
r ta

ere
iP

k
Iklim

oli

on
tik
Ormas

omia
POLICY

n
MAKING

is
isn
Struktur uts

si B
Inp

gi
Sosial d/

olo
n

sia
m a rt dll

kn
o
De upp s

so

Te
S imit

As

u&
L LSM

Ilm
Kebudayaan
Politik
Hubungan
Internasional
73

Beberapa Faktor Yang Berpengaruh Terhadap


Kebijakan Publik

1) Faktor Politik
2) Faktor Ekonomi/Finansial
3) Faktor Administratif/Organisatoris
4) Faktor teknologi
5) Faktor Sosial, Budaya, dan Agama
6) Faktor Pertahanan dan Keamanan
7) SDM.
Implikasi kebijkan publik dari pendapat Dye 74

 Pemerintah (government) merupakan badan


pembuat kebijakan public.

 Jadi keputusan-keputusan (decisions) yang dibuat


oleh perusahaan swasta, organisasi sosial, kelompok
kepentingan (interest group), individu-individu dan
kelompok-kelompok sosial lainnya bukanlah
merupakan kebijakan publik.

 kebijakan public meliputi keputusan (choices)


mendasar dari pemerintah untuk melakukan sesuatu
atau tidak melakukan apa-apa (do nothing).
Budiman Rusli (2013: 135) 75

 Pemerintah tidak mengerjakan sesuatu apapun yg


tdk termasuk dalam katagori kebijakan, karena hal itu
merupakan sebuah keputusan.

 Biasanya pertimbangan yg digunakan adalah


dampak yang lebih buruk akan muncul jika
keputusan diambil.

 Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa kebijakan


publik sangat dominan dipengaruhi oleh lingkungan
kebijakan (policy environment).
Memperhatikan bbrp konsep Kebijakan Publik, dpt
76

dikatakan bahwa:

 Kebijakan Publik adalah kebijakan yang dibuat oleh


pemerintah khususnya, dan lembaga-lembaga publik
umumnya, untuk memenuhi kepentingan publik
(Saefullah, 2005:3).

 Analisis kebijakan publik adalah proses formulasi


berbagai alternatif kebijakan publik dan keputusan
pemilihan alternatif yang terbaik.
 Kebijakan publik adalah keputusan atau aksi bersama
77

yang dibuat oleh pemilik wewenang (pemerintah);

 Kebijakan publik berorientasi pada kepentingan publik


dengan dipertimbangkan secara matang terlebih
dahulu baik buruknya dampak yang ditimbulkan;

 Kebijakan publik untuk melakukan sesuatu atau tidak


melakukan sesuatu;

 Kebijakan publik adalah aksi pemerintah dalam


mengatasi masalah dengan memperhatikan untuk
siapa, untuk apa, kapan, dan bagaimana
78
Partisipasi Masyarakat Dalam Kebijakan Publik
(Budiman Rusli, 2014)

 Dalam masyarakat modern, partisipasi


masyarakat dalam politik dan urusan
pemerintahan sudah menjadi bagian kehidupan
bermasyarakat.

 Rakyat telah menyadari bahwa urusan


pemerintahan bukan urusan orang lain tetapi juga
urusan mereka, karena mereka turut memilih
para wakil rakyat (untuk legislatif) dan juga
memilih kepala daerah (dalam Pilkada langsung).
79

 Partisipasi masyarakat dalam proses perumusan,


implementasi, dan evaluasi kebijakan sangat
dibutuhkan agar mereka dapat memperjuangkan
aspirasinya dan menuntut haknya secara
proporsional agar tidak dirugikan sesuai dengan
aturan yang berlaku, artinya tidak memaksakan
kehendak apalagi bertindak anarkis.
 Di banyak negara berkembang partisipasi 80

masyarakat dalam proses kebijakan publik hanya


bersifat pasif, namun dalam perkembangannya,
terutama di Indonesia masyarakat mengalami
kemajuan pesat, mereka sangat sensitif dan reaktif
serta aktif mengkritisi kebijakan publik.

 Partisipasi politik masyarakat dalam proses


kebijakan ,tujuannya jelas mempengaruhi kebijakan
pemerintah agar tidak menimbulkan akibat buruk
terhadap kehidupan dirinya, keluarga atau
kelompoknya.
81

 Partisipasi masyarakat dapat bersifat positif seperti


menjadi konstituen dalam pemilu, mentaati aturan
dan anjuran pemerintah, mendukung program-
program pemerintah.

 Bersifat negatif, dengan cara melakukan penolakan


atau pembangkangan terhadap kebijakan yang
telah disahkan dengan cara demonstratif
menggalang massa melakukan tindakan
pengrusakan dan anarkhis.
82

 Dengan adanya pemahan tentang arti dan


pentingya kebijakan publik hasil analisis, diharapkan
dapat menghindari setiap tindakan yang
menimbulkan kerusakan, artinya reaksi penolakan
dapat dilakukan secara konstitusional dengan
melibatkan DPRD, atau berdialog langsung dengan
aparat pemerintah.

 Jika partisipasi masyarakat terwujud seperti ini,


maka ini menunjukkan bahwa demokasi di
Indonesia telah berjalan dengan baik.
83

 Keputusan kebijakan seringkali diambil oleh


sekumpulan aktor. Dengan demikian kebijakan bukan
saja merupakan multiple decisions (keputusan
jamak), tetapi suatu multiple decisions yang dibuat
oleh multiple decisions makers yg terpisah-pisah yg
tersebar di dalam organisasi pemerintah yang
kompleks.

 Anderson menekankan pada keterkaitan antara


tindakan dan persepsi pemerintah mengenai
keberadaan problem atau perhatian yang
membutuhkan tindakan.
Beberapa Masalah Dalam Kebujakan Publik 84

Kebijakan Publik adalah kebijakan yang dibuat oleh


pemerintah khususnya dan lembaga-lembaga publik
umumnya, untuk memenuhi kepentingan publik (Saefullah,
2005:3). Namun demikian ada persoalan krusial dalam
tingkatan perumusan dan pelaksanaannya, yaitu:

1.Informasi yang tidak akurat tentang masalah yang


dihadapi.
2.Perbedaan pendapat antar orang-orang yang terlibat dalam
perumusan dan implementasi kebijakan publik tersebut.
3.Political constraints.
4.Economic constraints.
5.Kompetensi SDM
85

Terdapat tiga kelas masalah kebijakan, yaitu:

1.Masalah yang sederhana (well-structured problems),


2.Masalah yang agak sederhana (moderately structured problems)
dan
3.Masalah yang rumit (ill-structured problems).

Struktur dari masing-masing kelas ini ditentukan oleh tingkat


kompleksitasnya, yaitu, derajat seberapa jauh suatu masalah
merupakan sistem permasalahan yang saling tergantung (Dunn,
1992:101).
86
 Masalah yang sederhana (well-structured problems) adalah masalah yang
melibatkan satu atau beberapa pembuat keputusan dan seperangkat kecil
alternatif-alternatif kebijakan.

 Masalah yang agak sederhana (Moderately structured problems) adalah


masalah-masalah yang melibatkan satu atau beberapa pembuat keputusan
dan sejumlah alternatif yang secara relatif terbatas.

 Masalah yang rumit (Ill-structured problems) adalah masalah-­masalah


yang mengikutsertakan banyak pembuat keputusan yang utilitas (nilai)nya
tidak diketahui atau tidak mungkin untuk diurutkan secara konsisten.
Untuk mengatasi masalah Kebijakan Publik Robert B. 87
Seidman, dan Nalin Abeysekere (1999) merancang metode
ROCCIPI.

1. Rule (peraturan)
Peraturan dimaksudkan untuk mengatur segala perilaku manusia. Masalah
publik dapat muncul jika:
Bahasa yang digunakan dalam peraturan, kadang rancu, bisa multi tafsir.
Beberapa peraturan berpeluang menyebabkan perilaku bermasalah dan tidak
transparan.
Peraturan memberikan wewenang berlebih pada pelaksana untuk bertindak
represif.
88

2. Opportunity (kesempatan)
Perilakumenyimpang punya korelasi dengan adanya
kesempatan.
Lingkungan menjadi faktor yang dominan penyebab perilaku
menyimpang.
89

3. Capacity (kemampuan)
Setiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda.
Perbedaan kemampuan bisa menimbulkan perbedaan
persepsi.
Perbedaan persepsi menimbulkan perbedaan perilaku
90

4. Communication (komunikasi)
Munculnya perilaku bermasalah diakibatkan ketidaktahuan masyarakat
tentang suatu peraturan.
Ketidaktahuan tersebut dipicu oleh komunikasi yang tidak berjalan dengan
baik (miss-communication).
Permasalahan komunikasi sebenarnya merupakan permasalahan klasik
terutama di negera pluralis.
91

5. Interest (kepentingan)
Kepentingan pada umumnya akan mendorong seseorang atau
kelompok untuk perilaku.
Semakin tinggi kepentingan perilaku semakin tidak
terkontrol.
92

6. Process (proses)
Proses merupakan sebuah instrumen yang digunakan baik
dalam membuat ekbijakan maupun dalam menemukan perilaku
bermasalah.
93
7. Ideology (nilai dan / atau sikap)
Sekumpulan nilai yang dianut oleh suatu masyarakat untuk merasa,
berpikir, dan bertindak.
Suatu nilai yang berlaku dalam masyarakat merupakan hasil kesepakatan
bersama dalam sebuah kelompok.
Dalam masyarakat yang heterogen kemungkinan terjadinya konflik
sangat besar, karena disebabkan perbedaan nilai.
94
Menurut Theodore J. Lowi (1972), masalah publik dapat dibedakan
menjadi masalah prosedural dan masalah substantif.

Masalah prosedural berhubungan dengan cara pemerintah


diorganisasikan dan cara pemerintah melakukan  tugas-tugasnya,
sedangkan masalah substantif berkaitan dengan akibat-akibat nyata dari
kegiatan manusia.

Masalah distributif, masalah regulasi dan masalah redistributif.


95

Manfaat Kebijakan Publik

1. Bagi Organisasi Publik


2. Bagi Pejabat Publik
3. Bagi Publik

Anda mungkin juga menyukai