• Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis
• Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah anak
Kab. Kotim
Tingkat Kemiskinan Menjelaskan Sebagian Prevalensi Stunting
Kab. Kotim
60 60
50 50
Pravelensi Stunting
Pravelensi Stunting
40 40
30 30
20 20
10 10
0 0
0 5 10 15 20 25 30 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Tingkat Kemiskinan Tingkat Kemiskinan
• Intervensi yang tepat dengan memperkuat program perlindungan sosial yang ada.
• Integrasi program bantuan sosial sepenuhnya untuk membangun SDM masyarakat miskin dan rentan.
Proporsi Stunting Kuintil Terbawah Hampir Dua Kali Lipat Dari Kuintil Teratas
Kab. Kotim
Prevalensi Stunting Berdasarkan
Kuintil Pendapatan
48%
RT miskin dengan
29% Anak terhambat
keterbatasan akses Anak tumbuh
perkembangan fisik
pelayanan dasar menjadi SDM yang
dan intelektualnya
melahirkan dan kurang kompetitif
serta memiliki
membesarkan anak dalam pencarian
performa buruk di
dengan kondisi kerja
sekolah
kuintil 1 kuintil 5
stunting
Stunting atau biasa disebut anak pendek, merupakan kondisi kurang gizi kronis yang
mulai terjadi sejak masa prenatal (janin berada di rahim ibu) dan baru terlihat ketika
anak berusia dua tahun.
Stunting utamanya disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang didapatkan anak pada
1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan)
Penanganan Stunting Sebagai Isu Lintas Sektoral
Kab. Kotim
Kegiatan spesifik dan sensitif lintas K/L
Isu lintas sektoral dalam
penangangan stunting
Suplementasi gizi; Promosi ASI, MP-ASI, PAUD dengan intervensi kesehatan &
fortifikasi; Pendidikan gizi; Promosi & gizi; Pendidikan kesehatan reproduksi
30%
kampanye gizi seimbang; Kecacingan;
Sektor Tata Laksana Gizi; JKN
Kesehatan Ketahanan pangan;
Air bersih dan
Pemanfaatan pekarangan
sanitasi
rumah tangga
Kab. Kotim
100 100
90 87.27 90 88.82
80 76.36 80 77.75
69.43
71.90 64,3% KPM
70 70 60.12 66.38 PKH dengan
61.64 50,2% KPM BADUTA
60 60
51.67 PKH dengan mendapat
50 BADUTA 50
akses ke air
40
memperoleh 40 minum
akses ke
30
sanitasi layak 30
20 20
10 10
0 -
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q1 Q2 Q3 Q4 Q5
8,3% KPM PKH yang memiliki BADUTA tidak 36,9% KPM PKH dengan BADUTA tidaK
memiliki akses ke Jaminan Kesehatan memperoleh Bantuan Pangan (BPNT/ Rastra)
100% 100%
8.43% 8.61% 8.54% 6.61% 6.29% 8.30%
90% 90%
36.48% 38.00% 37.39% 35.49% 33.60% 36.93%
80% 80%
70% 70%
60% 60%
50% 50%
40% 40%
20% 20%
10% 10%
0% 0%
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Total Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Total
JKN-PBI JKN-Non PBI Jamkesda Menerima Bantuan Pangan Tidak Menerima Bantuan Pangan
Asuransi Kesehatan Swasta Tidak Memiliki Jaminan Kesehatan
Tujuan
Tugas (spesifik isu 1. Fasilitasi masyarakat Desa dalam diagnosa penyebab 1. Memotivasi ibu/keluarga untuk memberikan makanan bergizi
stunting) stunting seimbang pada balita dan melakukan pemantuan pertumbuhan
2. Fasilitasi dan advokasi peningkatan belanja APBDes dan perkembangan di posyandu.
untuk kegiatan kesehatan dan pendidikan
3. Koordinasi dengan petugas lapangan dalam 2. Jika menemukan balita stunting, pendamping melaporkan ke
pemberian 5 layanan utama petugas kesehatan dan menyarankan ibu untuk memberikan
4. Memonitor pelaksanaan 5 paket pelayanan utama makanan bergizi seimbang.
5. Meningkatkan kapasitas dan peran Kecamatan dalam
koordinasi penanganan stunting
Cakupan wilayah 1 orang Kader Pembangunan Manusia per Desa 1. Pendamping: Di level keluarga
kerja 2. Korcam : Di level Kecamatan
3. Korkab : Di level Kabupaten
Lingkup Pelatihan pra tugas dan dilanjutkan dengan “pelatihan di 1. Bimbingan teknis pendamping
belajar/pelatihan tempat tugas” dalam mekanisme supervisi dan 2. Diklat SDM PKH
pembimbingan yang dilakukan oleh fasilitator GSC.
Modul terkait Modul Peningkatan Kapasitas Kader Pembangunan Modul pendampingan Pertemuan Peningkatan Kapasitas
penanganan Manusia (dari Pusat) Keluarga (P2K2): Modul kesehatan dan gizi
stunting
Dibutuhkan strategi penguatan pendampingan dan integrasi antara GSC dan PKH di lokasi intervensi untuk
mendukung penurunan stunting
Rekomendasi
Kab. Kotim