Anda di halaman 1dari 32

Penanganan Masalah Stunting

di Indonesia

Elan Satriawan, PhD


Koordinator Kelomok Kerja Kebijakan

Forum Ilmiah Tahunan 2018


Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
Bandar Lampung, 17 Oktober 2018
Outline
1 | Mengapa Masalah Stunting Sangat Penting Untuk Ditangani
2 | Kerangka Penanganan Stunting dan Regulasi Saat ini
3 | Pembelajaran Internasional dalam Penanganan Stunting
4 | Koordinasi dalam Penanganan Stunting
5 | Penetapan Prioritas Penanganan Stunting
1
Mengapa Masalah Stunting Sangat Penting
Untuk Ditangani
Sekitar 37% (9 Juta) Anak Mengalami Stunting
Stunting di seluruh wilayah dan lintas kelompok pendapatan

Jumlah anak stunting <5 tahun

Stunting U-5,Indonesia
60.0

50.0

40.0
2007
30.0
2010
20.0 2013

10.0

-00
Q-1 (poorest) Q-2 Q-3 Q- 4 Q-5 (richest)

Sumber: Estimasi dari RISKESDAS (tingkat stunting) dan proyeksi populasi BPS 4
Situasi Stunting Indonesia dan Global

5
Stunting berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit,
menurunkan produktifitas dan kemudian menghambat pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan kemiskinan dan ketimpangan
Pengalaman dan bukti Internasional menunjukkan
Sel Otak pada Anak Normal dan Stunted bahwa stunting….

Menghambat Pertumbuhan Ekonomi dan


Produktivitas Pasar kerja
Hilangnya 11% GDP
Mengurangi
pendapatan
pekerja dewasa
hingga 20%
2 Singapura Tingkat ‘Kecerdasan’
Anak Indonesia
17 Vietnam di urutan 64 terendah
Memperburuk kesenjangan/inequality
dari 65 negara*
50 Thailand Mengurangi 10% dari Kemiskinan
total pendapatan seumur hidup antar-generasi
52 Malaysia

64 Indonesia
*Asesmen yang dilakukan pada tahun 2012 oleh OECD PISA (Organisation for
Economic Co-operation and Development - Programme for International Student
Assessment), suatu organisasi global bergengsi, terhadap kompetensi 510.000
Sumber: diolah dari laporan World Bank Investing in
pelajar usia 15 tahun dari 65 negara, termasuk Indonesia, dalam bidang membaca,
Early Years brief, 2016
matematika, dan science.
2
Kerangka Penanganan Stunting dan
Regulasi Saat ini
Kerangka Penanganan Stunting

Intervensi yang ditujukan kepada rumah


tangga 1.000 Hari Pertama Kehidupan

1 Intervensi Gizi Spesifik (HPK). Kegiatan ini umumnya dilakukan oleh


(berkontribusi 30%) sektor kesehatan. Intervensi spesifik bersifat
jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam
waktu relatif pendek.

Intervensi yang ditujukan melalui berbagai

2
kegiatan pembangunan diluar sektor
Intervensi Gizi Sensitif
kesehatan. Sasarannya adalah masyarakat
(berkontribusi 70 %)
umum, tidak khusus untuk rumah tangga
1.000 HPK.

8
Intervensi Gizi Spesifik
Intervensi
Kelompok Sasaran Intervensi Prioritas Intervensi Penting
Sesuai Kondisi
Intervensi gizi spesifik – Sasaran prioritas

• Pemberian makanan tambahan bagi ibu • Perlindungan


• Suplementasi kalsium
Ibu hamil hamil dari kelompok miskin dari malaria
• Pemeriksaan kehamilan
• Suplementasi tablet tambah darah • Pencegahan HIV

• Suplementasi kapsul
• Promosi dan konseling menyusui
vitamin A
• Promosi dan konseling pemberian makan
• Suplementasi taburia
Ibu menyusui dan anak bayi dan anak (PMBA)
• Imunisasi • Pencegahan
• Tata laksana gizi buruk akut
0-23 bulan • Suplementasi zinc untuk kecacingan
• Pemberian makanan tambahan
pengobatan diare
pemulihan bagi anak gizi kurang akut
• Manajemen terpadu balita
• Pemantauan pertumbuhan
sakit (MTBS)

Intervensi gizi spesifik – Sasaran Penting

Remaja dan wanita usia subur • Suplementasi tablet tambah darah


• Suplementasi kapsul
vitamin A
• Tata laksana gizi buruk akut
• Suplementasi taburia
• Pemberian makanan tambahan • Pencegahan
Anak 24-59 bulan • Suplementasi zinc untuk
pemulihan bagi anak gizi kurang akut kecacingan
pengobatan diare
• Pemantauan pertumbuhan
• Manajemen terpadu balita
sakit (MTBS)
Intervensi Gizi Sensitif
Jenis Intervensi Program/Kegiatan Intervensi

Peningkatan
• Akses air minum yang aman
penyediaan air minum
• Akses sanitasi yang layak
dan sanitasi

Peningkatan akses dan • Akses pelayanan Keluarga Berencana (KB)


kualitas pelayanan gizi • Akses Jaminan Kesehatan (JKN)
dan kesehatan • Akses bantuan uang tunai untuk keluarga kurang mampu (PKH)

• Penyebarluasan informasi melalui berbagai media


Peningkatan
• Penyediaan konseling perubahan perilaku antar pribadi
kesadaran, komitmen,
• Penyediaan konseling pengasuhan untuk orang tua
dan praktik
• Akses Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan pemantauan tumbuh-kembang anak
pengasuhan dan gizi
• Penyediaan konseling kesehatan dan reproduksi untuk remaja
ibu dan anak
• Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak

• Akses bantuan pangan non tunai (BPNT) untuk keluarga kurang mampu
Peningkatan akses • Akses fortifikasi bahan pangan utama (garam, tepung terigu, minyak goreng)
pangan bergizi • Akses kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
• Penguatan regulasi mengenai label dan iklan pangan
Kebijakan dan Regulasi terkait Stunting
• Undang-Undang (UU) No. 36/2009 tentang Kesehatan
• Undang-Undang (UU) No. 18/2012 tentang Pangan
• RPJPN 2005–2025 (Pemerintah melalui program pembangunan nasional ‘Akses Universal Air Minum dan
Sanitasi Tahun 2019’, menetapkan bahwa pada tahun 2019, Indonesia dapat menyediakan layanan air
minum dan sanitasi yang layak bagi 100% rakyat Indonesia)
• RPJMN 2015-2019 (target penurunan prevalensi stunting pada 2019 adalah menjadi 28% pada 2019)
• Peraturan Presiden (Perpres) No. 42/2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi
• Peraturan Pemerintah (PP) No.33/2012 tentang Air Susu Ibu Eksklusif
• Kepmenkes No. 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang Pemberian Ais Susu Ibu (ASI) Secara Eksklusif Pada Bayi
di Indonesia
• Permenkes No.15/2013 tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui
dan/atau Memerah Air Susu Ibu
• Permenkes No.3/2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
• Permenkes No.23/2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi
• Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015, Bappenas, 2011
• Kerangka Kebijakan Gerakan Nasional Percepatan Gizi Dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan
(Gerakan 1000 HPK), 2013
• Pedoman Perencanaan Program Gerakan Nasional Percepatan Gizi Dalam Rangka Seribu Hari
Pertama Kehidupan (Gerakan 1000 HPK), 2013 11
Kendala Penyelenggaraan Penanganan Stunting

1 | Berbagai regulasi terkait penanganan stunting belum dijadikan


landasan bersama dalam menangani stunting.
2 | Belum optimalnya koordinasi penyelenggaraan intervensi gizi spesifik
dan sensitif di semua tingkatan- terkait dengan perencanaan dan
penganggaran, penyelenggaraan, dan pemantauan dan evaluasi.
Belum efisiennya pengalokasian dan pemanfaatan sumber daya dan
3 | sumber dana.
Keterbatasan kapasitas dan kualitas penyelenggaraan program.
4 | Belum optimalnya advokasi, kampanye, dan diseminasi terkait
5 | stunting, dan berbagai upaya pencegahannya.
3
Pembelajaran Internasional dalam
Penanganan Stunting

13
Strategi Peru Menurunkan Stunting 50%
dalam 8 tahun
Tingkat rata-rata tahunan
penurunan stunting
Result-based Budgeting
Pra-reformasi Paska-reformasi (RBB)/
1990-2007 2008-2014 Penganggaran
Meningkatkan layanan berbasiskan Hasil
1,6% 10,7%

Anggaran berdasarkan Hasil


gizi dari sisi permintaan terfokus pada hasil untuk
dan sisi pelayanan anak
(demand dan supply-side)

Strategi Lintas Sektor


Anggaran untuk
Solusi berbasis Insentif Kinerja
Komitmen

Komitmen yang kuat


bukti/Evidence-based
Presiden Anggaran diselaraskan
Solutions
Prevalensi dengan beban dari gizi buruk
stunting Peran Kampanye Media Massa
berkurang 50% Kementerian Keuangan Harmonisasi Investasi
(28.5% di 2007 Peningkatan kualitas dan Pemangku/Mitra terkait
dan 14.4% di Target Regional jangkauan dari layanan menggunakan
2015) ibu hamil dan gizi RBB/Penganggaran Berbasis
Advokasi Hasil
Masyarakat Transfer Bantuan Bersyarat
bagi Masyarakat Miskin Seleksi dalam Aksi Prioritas
di Anggaran

Sumber :diolah dari laporan Bank Dunia, World Bank 2017 Investing in the Early Years for Shared Prosperity
Pengalaman Negara-Negara Lain (1)
Negara Capaian Upaya Penguatan

Behavior Change Communication/BCC di Tingkat Komunitas:


• Pekerja kesehatan di garda depan memberikan pelayanan gizi dan
kegiatan BCC (behavior change communication).
Koordinasi dan kerjasama di Tingkat Penyedia Layanan:
• Memberdayakan dan mendukung masyarakat bekerja secara
horizontal antar sektor, yang biasanya bekerja secara vertikal
Stunting turun (upaya koordinasi antara pekerja berbasis rumah sakit dan
India petugas kesehatan atau bidan dalam memberikan dukungan dan
16% dalam
(Maharastra) panduan di sekolah).
7 tahun
Penyediaan pangan bergizi di Tingkat Nasional:
• Memperluas intervensi fortifikasi pangan untuk meningkatkan
kualitas diet
Pemberian Bantuan Sosial di Tingkat Nasional:
• Dana tunai bagi ibu hamil untuk mengurangi hambatan keuangan
dalam memenuhi gizi yang baik.
Pengalaman Negara-Negara Lain (2)
Negara Capaian Upaya Penguatan

Behavior Change Communication/BCC di Tingkat Keluarga dan Komunitas:


• pemanfaatan pelayanan kesehatan termasuk gizi.
Stunting Koordinasi dan kerjasama lintas sektor:
berkurang
Bangladesh 1,4% setiap • Intervensi lintas sektor, saling mengait, dan bervariasi sesuai penyebab
tahun stunting.
sejak 1997 Di Tingkat Daerah dan Nasional:
• Peningkatan aset rumah tangga, pendidikan pengasuhan, peningkatan
cakupan sanitasi,

Pemberian Bantuan Sosial di Tingkat Nasional:


• Transfer dana tunai dikombinasikan dengan pendidikan gizi dan kesehatan.
1. Transfer dana tunai digunakan untuk membeli pangan kaya gizi selama
Stunting kehamilan, menyusui, dan pada tahap pemberian makanan
Mexico bawah 36 2. Transfer dana memberi tambahan pendapatan dan meningkatkan akses
Maternity Cash bulan turun pelayanan kesehatan
Transfer sebanyak 3. Transfer dana tunai juga menggerakkan pasar lokal dan ekonomi untuk
10% meningkatkan ketersediaan pangan bergizi, memberdayakan perempuan
melalui pengaturan sumberdaya.
Upaya 1.000 hari penghidupan di Tingkat Penyedia Layanan
• Pemberian suplemen micronutrient
Pengalaman Negara-Negara Lain (3)
Negara Capaian Upaya

Komitmen di Tingkat Nasional:


• Visi Presiden, komitmen, dan kepemimpinan
memprioritaskan aksi terkait gizi di seluruh sektor untuk
meningkatkan akses pelayanan ibu hamil dan gizi anak;
• Stunting menurun
dari 37% menjadi • Mengatasi kelaparan serta penyediaan pangan dan gizi
7% dalam 30 tahun disertai anggaran yang mencukupi
• Dukungan kelembagaan untuk menjalankan program-
Brazil • Rata-rata jangka
program.
waktu pemberian
ASI meningkat dari • Menginisiasi perubahan kebijakan
2,5 bulan menjadi Menguatkan pemberian ASI eksklusif di Tingkat Nasional:
14 bulan
• Penegakan International Code of Marketing of Breast-milk
Substitutes
• Penerapan cuti melahirkan 6 bulan untuk menciptakan
lingkungan yang mendukung perempuan memberikan ASI;
Pengalaman Negara-Negara Lain (4)
Negara Upaya Penguatan

Menguatkan pemberian ASI eksklusif di Tingkat Nasional:


• Memperpanjang cuti melahirkan hingga 6 bulan;
• Melarang iklan bahan pengganti ASI yang diketahui mengurangi angka ASI
ekslusif;
Perubahan regulasi di Tingkat Nasional:
• Didukung oleh kampanye kesadaran masyarakat untuk mempromosikan
Vietnam pesan-pesan kunci
Pemberian penghargaan pada kerja bidan
Dukungan di Tingkat Komunitas:
• Dukungan ibu-ibu dan keluarga dalam mensukseskan perubahan regulasi
• Kepemimpinan yang kuat untuk memastikan hal tersebut dilakukan
Dilakukan pemantauan
4
Koordinasi dalam Penanganan Stunting

19
Koordinasi Penanganan Stunting Nasional
Rapat Terbatas tentang stunting yang dipimpin oleh Presiden pada tanggal 5 April 2018
Rapat Koordinasi Tingkat Menteri untuk percepatan penanganan anak kerdil (stunting) yang dipimpin oleh Wakil Presiden:
a) Tanggal 12 Juli 2017
b) Tanggal 9 Agustus 2017
c) Tanggal 16 Mei 2018
Pencanangan Gerakan Pencegahan stunting (kerdil) Nasional Oleh Kepala Staf Presiden, Menteri Kesehatan, Menteri Agraria
dan Tata Ruang, Gubernur DKI, serta Wakil Gubernur DIY, pada hari Minggu 16 September 2018, di Monas.
Koordinasi Penanganan Stunting Nasional:
Pengarah:
Presiden & Wakil Presiden
Penanggung Jawab:
Koordinator: Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
Koordinator Intervensi Gizi Spesifik: Menteri Kesehatan
Koordinator Intervensi Gizi Sensitif: Menteri PUPR
Koordinator Konvergensi, Koordinasi, dan Konsolidasi Program: Menteri PPN/Kepala Bappenas dan Menteri Dalam
Negeri
Koordinator Kampanye Nasional: Menteri Kominfo
Koordinator Kebijakan Ketahanan Pangan: Menteri Pertanian
Koordinator Pemantauan dan Evaluasi: KSP, Sekretariat TNP2K, Sekretariat SDGs
Penetapan 5 Pilar Penanganan Stunting

PILAR 1 PILAR 2 PILAR 3 PILAR 4 PILAR 5

Kampanye
Nasional Berfokus Konvergensi,
Mendorong
Komitmen dan pada pemahaman, Koordinasi, dan
Kebijakan Pemantauan
Visi Pimpinan perubahan Konsolidasi Program
“Nutritional dan Evaluasi
Tertinggi Negara perilaku, komitmen Nasional, Daerah,
Food Security”
politik dan dan Masyarakat
akuntabilitas
Pilar 1: Komitmen dan Visi Kepemimpinan Tertinggi
TUJUAN
Memastikan penanganan stunting menjadi prioritas pemerintah dan masyarakat di semua
tingkatan.

STRATEGI
1. Kepemimpinan Presiden untuk penanganan stunting; dengan memastikan bahwa visi,
arahan, dan dukungan Presiden dan Wakil Presiden tersosialisasikan dengan baik dan
diterjemahkan ke dalam kebijakan dan distribusi sumber daya yang tepat sasaran dan
memadai di semua tingkatan.
2. Kepemimpinan Pemerintah Daerah untuk penanganan stunting; dengan menciptakan
lingkungan yang mendukung bagi penyelenggaraan kegiatan konvergensi penanganan
stunting.
3. Kepemimpinan Pemerintah Desa untuk penanganan stunting; dengan menciptakan
lingkungan kebijakan yang mendukung bagi penyelenggaraan penanganan stunting secara
konvergen di tingkat desa.
4. Pelibatan swasta, masyarakat madani, dan komunitas; dengan memastikan keterlibatan
mereka secara aktif dalam percepatan penanganan stunting di masyarakat.
22
Pilar 2: Kampanye Nasional Berfokus pada Pemahaman,
Perubahan Perilaku, Komitmen Politik dan Akuntabilitas
TUJUAN
Meningkatkan kesadaran publik dan perubahan perilaku masyarakat untuk mencegah stunting.

STRATEGI
1. Kampanye perubahan perilaku bagi masyarakat umum yang konsisten dan
berkelanjutan; dengan memastikan pengembangan pesan, pemilihan saluran
komunikasi, dan pengukuran dampak yang efektif, efisien, tepat sasaran, dan
berkelanjutan.
2. Komunikasi antar pribadi sesuai konteks sasaran; dengan memastikan
pengembangan pesan sesuai kebutuhan kelompok sasaran.
3. Advokasi berkelanjutan kepada pengambil kebutuhan; dengan memastikan
terselenggaranya penjangkauan yang sistematis.
4. Pengembangan kapasitas penyelenggara; dengan memberikan pengetahuan dan
pelatihan bagi penyelenggara kampanye dan komunikasi perubahan perilaku yang efektif
dan efisien.

23
Pelaksanaan Materi Kampanye Stunting dan Isi Piringku
Poster Audio Visual/Video

Testimoni Wakil Presiden (30 or 45sec)

1.000 Hari Pertama Kehidupan/HPK (30sec)

ASI ekslusif (30sec)

Cuci Tangan Pakai Sabun/CTPS (30sec)

24
Pilar 3: Konvergensi, Koordinasi, dan Konsolidasi Program
Nasional, Daerah, dan Masyarakat
TUJUAN
Memperkuat konvergensi melalui koordinasi dan konsolidasi program dan kegiatan pusat,
daerah, dan masyarakat.

STRATEGI
1. Memperkuat konvergensi dalam perencanaan dan penganggaran program dan kegiatan;
untuk meningkatkan cakupan dan kualitas intervensi gizi prioritas melalui pengembangan
kapasitas pemerintah kabupaten/kota.
2. Memperbaiki pengelolaan layanan program; untuk memastikan sasaran prioritas (rumah
tangga 1.000 HPK) memperoleh dan memanfaatkan paket intervensi yang disediakan.
3. Memperkuat koordinasi lintas sektor dan antar tingkatan pemerintah sampai desa;
untuk memastikan keselarasan penyediaan dan penyelenggaraan pelaksanaan
program.

25
Konvergensi Penggunaan Anggaran
Salah Satu Upaya Percepatan Penanganan Stunting adalah Konvergensi
Penggunaan Anggaran untuk Pelaksanaan Program/Kegiatan

Mendanai Kewenangan
Dana Vertikal
Anggaran K / L 6 Urusan (Mutlak)
Program/Kegiatan Pusat (K/L)

Dana Sektoral: Dikerjakan oleh UPT


Belanja DESA
Pemerintah Mendanai Kewenangan Dana Dekonsentrasi:
(Pusat) Diluar 6 Urusan Dilimpahkan ke Gubernur
1. Intervensi Sasaran
Dana Tugas Pembantuan: Ibu Hamil
Ditugaskan ke Gub/Bupati/Walikota 2. Intervensi
Sasaran Ibu
Anggaran non-K/L
Subsidi Menyusui dan
Anak 0-6 Bulan
3. ….dst….
APBN Dana Otsus dan 4. Intervensi Air
Keistimewaan DIY Bersih
DAU Block Grant 5. Sanitasi
6. Edukasi
Dana Perimbangan DBH 7. ….dst…
Transfer Ke Specific grant, penggunaanya
APBD DAK
Daerah dan di-earmark untuk bidang tertentu
Dana Desa
(TKDD) Dana Insentif Mendanai kebijakan tertentu
Daerah Pemerintah (misal: infrastruktur)
Masuk dalam
APBD/ APBDes Bentuk: Transfer ke Kabupaten 
Dana Desa
Program/kegiatan ke Desa
26
Pilar 4: Mendorong Kebijakan “Nutritional Food Security”
TUJUAN
Meningkatkan akses terhadap makanan bergizi dan mendorong ketahanan pangan.

STRATEGI
1. Penyediaan pangan yang bergizi; dengan memastikan agar program fortifikasi pangan
utama yang sudah berjalan (garam, tepung terigu, minyak goreng) ditingkatkan cakupan
dan kualitasnya.
2. Perluasan program bantuan sosial dan bantuan pangan yang bergizi untuk keluarga
kurang mampu; agar dapat memenuhi kebutuhan gizi sasaran prioritas dari keluarga
kurang mampu.
3. Pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga; dengan mempercepat diversifikasi
pangan berbasis sumber daya pangan lokal dan pengembangan Kawasan Ramah
Pangan Lestari (KRPL) berkelanjutan.
4. Penguatan regulasi mengenai label dan iklan pangan; dengan memperkuat koordinasi
kelembagaan, penegakan hukum, dan mekanisme pelabelan dan penyampaian iklan
pangan untuk memastikan keamanan dan mutu pangan.

27
Pilar 5: Pemantauan dan Evaluasi

TUJUAN
Meningkatkan pemantauan dan evaluasi sebagai dasar untuk memastikan pemberian
layanan yang bermutu, peningkatan akuntabilitas, dan percepatan pembelajaran.

STRATEGI
1. Peningkatan sistem pendataan; yang dapat memantau secara akurat dan berkala data
prevalensi stunting di tingkat nasional dan kabupaten/kota.
2. Penggunaan data dalam perencanaan dan penganggaran; data harus mudah diakses,
dipahami, dan digunakan pemerintah pusat dan daerah dalam menyusun perencanaan
dan penganggaran pada tahun anggaran berikutnya.
3. Percepatan siklus pembelajaran; dengan meningkatkan mekanisme berbagi
pengetahuan, pembelajaran, dan inovasi.

28
5
Penetapan Prioritas Penanganan Stunting

29
Prioritas

Sasaran Ibu hamil dan anak usia 0-2 tahun atau


Prioritas rumah tangga 1.000 HPK

Intervensi • Intervensi Gizi Spesifik


Prioritas • Intervensi Gizi Sensitif

2018  100 Kab/Kota prioritas


Kabupaten/ 2019  160 Kab/Kota prioritas
Kota Prioritas 2020-2024: semua Kab/Kota prioritas secara bertahap
Penetapan 100 Wilayah Prioritas Penanganan Stunting 2018

31
Terima Kasih

32

Anda mungkin juga menyukai