Anda di halaman 1dari 26

PELATIHAN PAJAK BREVET A&b

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

Prepared by : Melan Sinaga


DASAR HUKUM

Pemotongam PPh Pasal 21 terkait dengan ketentuan dalam Pasal 21 UU PPh


yang mengatur tentang pemotongan, penyetoran dan pelaporan pajak atas
penghasilan sehubungan dengan :
 Pekerjaan
 Jasa ; atau
 Kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima (cash basis)
atau diperoleh (accrual basis) wajib pajak orang pribadi dalam negeri.
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

Sebagai ilustrasi sederhana, pada bulan Januari 2018 PT Kenari


membayarkan biaya profesional sebagai berikut :

Penerima Penghasilan Jenis WP Jenis PPh yang


dipotong
a. KKP Diana Orang Pribadi PPh Pasal 21
b. KAP Leo & Rekan Badan PPh Pasal 23
c. Kantor Pengacara Rey, S.H Orang Pribadi PPh Pasal 21

Atas penghasilan KKP Diana dan Kantor Pengacara Rey, S.H tetap dipotong PPh Pasal
21 karena kedua wajib pajak tersebut merupakan wajib pajak orang pribadi. Sementara
KAP Leo & Rekan merupakan WP Badan, sehingga penghasilan yang dibayarkan oleh
PT Kenari dipotong PPh Pasal 23.
PEMOTONG PAJAK

Pemotong Pajak
(Permenkeu No.102/PMK.10/2016

Pemberi kerja yang terdiri dari OP dan Badan, baik merupakan pusat maupun
cabang, perwakilan atau unit yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan
dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun, sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai atau bukan
pegawai.

Bendahara atau pemegang kas pemerintah dan Kedutaan Besar Republik


Indonesia di luar negeri, yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan
dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan.
PEMOTONG PAJAK

Pemotong Pajak
(Permenkeu No.102/PMK.10/2016

Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-badan
lain yang membayar uang pensiun dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua.

Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan
yang membayar honorarium atau pembayaran lain sehubungan dengan jasa atau
dan/atau kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi dengan subjek pajak dalam
negeri termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak
untuk dan atas namanya sendiri, bukan dan atas nama persekutuan.

Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat


nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang
menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah atau pengahargaan
dalam bentuk apapun kepada WP OP dalam negeri berkenaan dengan suatu kegiatan.
TIDAK TERMASUK PEMOTONG PPH PASAL 21

 KANTOR PERWAKILAN NEGARA ASING

 ORGANISASI-ORGANISASI INTERNASIOAL SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM


PASAL 3 AYAT (1) HURUF C UU PPH YANG TELAH DITETAPKAN OLEH MENTERI
KEUANGAN

 PEMBERI KERJA ORANG PRIBADI YANG TIDAK MELAKUKAN KEGIATAN USAHA


ATAU PEKERJAAN BEBAS YANG SEMATA-MATA MEMPERKERJAKAN ORANG
PRIBADI UNTUK MELAKUKAN PEKERJAAN RUMAH TANGGA ATAU PEKERJAAN
BUKAN DALAM RANGKA MELAKUKAN KEGIATAN SUSAHA ATAU PEKERJAAN
BEBAS.
PENGHASILAN YANG TERKAIT DENGAN PPH PASAL 21

Benefit in Cash versus Benefit in Kind

Menurut Pasal 4 UU PPh, penghasilan didefinisikan sebagai :

• Setiap tambahan kemampuan ekonomis


• Yang diterima (cash basis) ataupun diperoleh (accrual basis) wajib pajak,
• Baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia.
• Yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambahkan kekayaan wajib pajak
yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a UU PPh diatur bahwa penggantian atau imbalan berkenaan
dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan,
honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya
merupakan objek PPh dalam hal ini PPh Pasal 21.
PENGHASILAN YANG TERKAIT DENGAN PPH PASAL 21

Benefit in Cash versus Benefit in Kind

Dalam Pasal 4 ayat (3) huruf d UU PPh disebutkan bahwa penggantian atau imbalan
sehubungan dengan pekerjaan atau jasa tersebut bukan merupakan objek PPh Pasal 21
sepanjang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari WP
Pemerintah.

Sementara itu, dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 252/PMK.03/2008 jo


PER-16/PJ./2016, disebutkan bahwa benefit in kind merupakan objek PPh 21, khususnya
penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama apapun yang
diberikan oleh :
a. Bukan Wajib Pajak
b. Wajib pajak yang dikenakan pajak penghasilan yang bersifat final; atau
c. Wajib pajak yang dikenakan pajak penghasilan berdasarkan norma penghitunagn
khusus (deemed profit)
PENGHASILAN YANG TERKAIT DENGAN PPH PASAL 21

Objek PPh Pasal 21

Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah :


1. Penghasilan yang diterima tau diperoleh pegwai tetap, baik berupa penghasilan yang
bersifat teratur maupun tidak teratur.
2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur berupa uang
pensiun atau penghasilan sejenisnya.
3. Penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau
jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya melewati jangka
waktu 2 (dua) tahun sejak pegawai berhenti bekerja.
4. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah
mingguan, upah satuan, upang borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan.
5. Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi fee, dan
imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan
sehubungan dengan jasa yang dilakukan.
6. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi, uang
rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun
dan imbalan sejenis dengan nama apapun;
PENGHASILAN YANG TERKAIT DENGAN PPH PASAL 21

Objek PPh Pasal 21

Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah :

7. Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang diterima
atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap
sebagai pegawai tetap pada perusahaan yang lama.

8. Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain yang
bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai; atau

9. Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun yang masih
berstatus sebagai pegawai, dan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan.
PENGHASILAN YANG TERKAIT DENGAN PPH PASAL 21

Objek PPh Pasal 21


Tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah :
1. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi bea siswa.
2. Penerimaan dalam bentuk natura dan/ atau kenikmatan dalam bentuk apapun diberikan
oleh wajib pajak atau pemerintah, kecuali penghasilan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 5 ayat (2);
3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan hari tua kepada
badan penyelenggara tunjangan hari tua atau badan penyelenggaraa jaminan sosial
tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja.
4. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil
zakat yang dibentuk dan disahkan oleh pemerintah.
5. Beasiswa sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) huruf l UU PPh.
PENGHASILAN YANG TERKAIT DENGAN PPH PASAL 21

Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21

Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah OP yang merupakan :


1. Pegawai ;
2. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau
jaminan hari tua, termasuk ahli warisanya;
3. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan
pemberian jasa meliputi :
a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas : pengacara, akuntan, arsitek, dokter,
konsultan, notaris, penilai dan aktuaris.
b. Pekerja seni;
c. Olahragawan;
d. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
e. Pemberi jasa dalam segala bidang : teknik, komputer dan sistem aplikasinya,
telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial serta pemberi jasa
kepada suatu kepanitiaan;
PENGHASILAN YANG TERKAIT DENGAN PPH PASAL 21

Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21

Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah OP yang merupakan :


3. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan
pemberian jasa meliputi :
g. Agen iklan
h. Pengawas atau pengelola proyek
i. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara
j. Petugas penjaja barang dagangan
k. Petugas dinas luar asuransi, dan/ atau
l. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan
sejenis lainnya.
4. Aggota dewan komisaris dan dewan pengawas yang tidak merangkap pegawai tetap
perusahaan yang sama.
5. Mantan pegawai, dan/atau
6. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan
keikutsertaanya dalam suatu kegiatan : peserta perlombaan olah raga, seni, ilmu
pengetahuan dll.
PENGHASILAN YANG TERKAIT DENGAN PPH PASAL 21

PPH 21 atas Penerima Penghasilan yang Tidak Memiliki NPWP

Bagi yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) maka besarnya
tarif akan lebih tinggi 20% (dua puluh persen) daripada tarif yang diterapkan
terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukkan NPWP.
PENGURANG YANG DIPERBOLEHKAN

BIAYA JABATAN IURAN PENSIUN/ JHT


5% dari penghasilan bruto, setinggi- Terkait gaji yang dibayar oleh
tingginya Rp 6.000.000 (enam juta pegawai kepada dana pensiun yang
rupiah) setahun atau Rp 500.000 pendiriannya telah disahkan oleh
sebulan Menteri Keuangan

BIAYA PENSIUN
Yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto untuk
penghitungan pemotongan PPh bagi
pensiunan ditetapkan sebesar 5%
dari penghasilan bruto, setinggi-
tingginya Rp 2.400.000 setahun atau
Rp 200.000 sebulan.
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)
 Penyesuaian besarnya PTKP mulai tahun pajak 2016 sesuai dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 101/PMK.010/2016 adalah sebesar :

a) Rp 54.000.000 untuk diri Wajib Pajak Orang Pribadi


b) Rp 4.500.000 tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin
c) Rp 4.500.000 tambahan untuk setiap anggota sedarah dan keluarga
semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi
tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap
keluarga.

Menurut UU No. 7 Tahun 2021 (UU HPP) menyatakan bahwa PTKP masih 54 Juta
untuk WP Orang Pribadi, dan untuk penghasilan bersih perbulan sebesar 4,5 juta
termasuk dalam kategori Wajib Pajak Tidak Efektif (WP NE) yang tidak perlu
menyampaikan SPT.
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)
 Penyesuaian besarnya PTKP mulai tahun pajak 2016 sesuai dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 101/PMK.010/2016 adalah sebesar :

TK/0 = Rp 54.000.000
K/0 = Rp 58.500.000
K/1 = Rp 63.000.000
K/2 = Rp 67.500.000
K/3 = Rp 72.000.000

 PTKP Karyawati Kawin


Besarnya PTKP bagi karyawan berlaku kententuan sebagai berikut :
a. Bagi karyawati kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri
b. Bagi karyawati tidak kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri ditambah keluarga yang
menjadi tanggungan sepenunya.
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)

 Penghasilan yang tidak Memperoleh Pengurangan Biaya Jabatan dan/atau PTKP


Pengurangan berupa biaya jabatan dan tidak berlaku terhadap penghasilan-penghasilan berupa :
a. Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan;
b. Uang tebusan pensiun, uang pesangon, uang tabungan hari tua atau Jaminan Hari Tua, dan
pembayaran lain sejenis;
c. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun,
komisi, beasiswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa
dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak dalam negeri.
TARIF DAN PENGHITUNGAN PPH

 Tarif umum PPh Pasal 21, sebagaimana diatur dalam UU HPP Tahun 2021, adalah sbb
:
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif
Sampai dengan Rp 60.000.000 5%
Di atas Rp 60.000.000 s/d Rp 250.000.000 15%
Diatas Rp 250.000.000 s/d Rp 500.000.000 25%
Diatas Rp 500.000.000 s/d Rp 5 Milyar 30%
Diatas Rp 5 Milyar 35%
TARIF DAN PENGHITUNGAN PPH

 Contoh Ilustrasi
Sarah bekerja di PT Berjaya dengan gaji selama bulan Januari – Maret 2016 masing-masing Rp
5.400.000, Rp 5.200.000 dan Rp 5.600.000 yang rinciannya seperti terlihat dibawah ini.
Iuran pensiun yang dibayarkan bulanan sebesar Rp 50.000. PPh Pasal 21 yang terutang di
bulan Januari, Februari, dan Maret masing-masing di hitung sebagai berikut
TARIF DAN PENGHITUNGAN PPH
TARIF DAN PENGHITUNGAN PPH

 Contoh Perhitungan PPh Pasal 21 Pegawai Tetap Tahun 2016 (Bukan Masa Terakhir)
TARIF DAN PENGHITUNGAN PPH
TARIF DAN PENGHITUNGAN PPH

 Perhitungan PPh Pasal 21 Pegawai Tetap yang Disetahunkan


Pegawai tetap yang penghitungan pajaknya disetahunkan :
o Pegawai tetap yang pindag cabang
o Pegawai tetap yang baru datang ke Indonesia dalam bagian tahun pajak
o Pegawai tetap yang meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya
o Pegawai tetap yang meninggal dunia

Contoh :
Jakcy (WNA) datang ke Indonesia pada tanggal 1 April 2016 dan menandatangani
kontrak kerja selama 2 tahun di Indonesia sejak 1 April 2016.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai