Anda di halaman 1dari 43

Formulasi dan Evaluasi Sediaan

Optalmik dan Nasal


KELOMPOK 1

1.ALFRED NY.WIDU : 194111002


2.ANASTASIA E.P. GILLY : 194111004
3.ANASTASIA R. MO’I : 194111005
4.MARIA CONSITA BITA : 194111021
5.RAFIKA R.LALANG : 194111028
6.ARINDINI M.KALE : 184111016
7.THERESIA S.ORA ADJA : 184111026
KELAS : FARMASI A/IV
Sediaan Optalmik (Tetes Mata)
 Optalmik adalah larutan steril dasar lemak atau air dari
alkaloid,garam alkaloid,antibiotic,atau zat lain yang dimasukkan
kedalam mata.
 jenis-jenis sediaan optalmik yaitu Larutan optalmik, Suspensi
Optalmik, Salep mata, Ocular Insert,
Larutan Intraokular .
1. Sediaan tetes mata,tetes mata merupakan sediaan steril yang dapat
berupa larutan atau suspensi,digunakan untuk mata,dengan cara
meneteskan pada selaput lendir,disekitar kelopak mata dan bola
mata(FI III 1979)
Syarat sediaan optalmik (tetes mata)

1. Steril 4. Isotonis

2. Jernih

3. Tidak
mutlak bebas
pirogen 5. Isohidris
6. Viskositas
Pemilihan Bentuk Zat
1. Sebagian besar zat aktif yang digunakan untuk sediaan ini bersifat larut air atau dipilih
bentuk garamnya yang larut air. Sifat-sifat fisikokimia yang harus diperhatikan dalam
memilih garam untuk formulasi larutan optalmik yaitu :
2. 1. Kelarutan
3. 2. Stabilitas
4. 3. pH stabilitas dan kapasitas dapat
5. 4. kompaktibilitas dengan bahan lain dalam formula

6. Sebagian besar zat aktif untuk sediaan optalmik adalah basa lemah. Bentuk garam
yang bisa digunakan adalah garam hidroklorida, sulfat dan nitrat. Sedangkan untuk zat
aktif yang berupa asam lemah biasanya digunakan garam natrium. ( Codex hal 161 )
Karakteristik sediaan
1. 1. Kejernihan
2. Penggunaan bahan bahan yang digunakan memberikan kebersamaan untuk Penyiapan larutan jernih bebas
Particle asing. Dalam beberapa permasalahan kejernihan dan sterilitas dilakukan dalam langka Filtrasi yang
Sama . Larutan jernih sama fungsinya untuk membersihkan wadah dan tutup keduanya harus bersih, steril dan
tidak tertumpahkan. Wadah dan tutup tidak membawa Particle dalam larutan selama kontak lama sepanjang
penyimpanan. Normalnya dilakukan tes sterilitas

3. 2. Stabilitas
4. obat dalam larutan seperti produk tergantung pada sifat kimia dan bahan obat, PH, metode penyimpanan, zat
tambahan dan tipe pengemasan. Tambahan PH optimal jika Sensitivitas oksigen adalah faktor Dan stabilitas
diinginkan antioksidan Dan juga kemasan plastik dengan densitas rendah dapat meningkatkan Deteksi mental
untuk kestabilan dalam Pelepasan oksigen menghasilkan Dekomposisi oksidatif bahan bahan obat
3. Buffer dan Ph
PH optimum umumnya menginginkan kompromi pada formula PH
diseleksi menjadi optimum untuk kestabilan. Sistem Bafar diseleksi agar
mempunyai kapasitas untuk memperoleh PH dengan rain stabilitas
untuk durasi umur produk

4. Tonisitas
Tonisitas berarti tekanan osmotik yang diberikan oleh garam garam
dalam larutan berair. Larutan mata adalah Isotonik dengan larutan lain
ketika magnefudosifat koligatif Adalah sama memberikan pilihan iso tho
Nita selalu dikehendaki dan khususnya penting dalam larutan
intraokuler
5. Viskositas
Penggunaan bahan pengkhelat viskositas Untuk memperpanjang Lama
kontak dalam mata dan untuk Absorpsi obat serta aktivitasnya. Efek
peningkatan Viskositas dalam waktu kontak tak dalam mata umumnya
Viskositas meningkat 25 sampai 50 cps range Yang signifikan meningkat
lama kontak dalam mata

6. Zat tambahan
Penggunaan bahan tambahan dalam larutan mata diperbolehkan namun
demikian pemilihan dalam jumlah tertentu.Penggunaan Surfaktan dalam
sediaan mata dibatasi hal yang sama. Surfaktan nonionik Kelas toksik kecil
seperti bahan campuran digunakan dalam konsentrasi rendah khususnya
suspensi dan berhubungan dengan kejernihan larutan
Formula Umum Sediaan Tetes Mata

R/ Bahan aktif
Pembawa/pelarut
Zat tambahan:
Pengisotonis
Pendapar
Pengental
Pengawet
Antioksidan
Contoh Formulasi

R/ Atropin sulfat 2,4 :Zat Aktif


NaCl 0,46 :Pengisotoni
CH3COOH 0,04 : Pendapar
Polivinil Alkohol 0,25 : Pengental
Benzalkonium klorida 0,01 : Pengawet
Na-metabisulfit 0,05 : Antioksidan
Aqua pro injeksi 48 : Pembawa/Pelarut
 -Zat Aktif : Atropin Sulfat digunakan sebagai zat aktif untuk mengurangi mata berair akibat peradangan pada mata.

1. -Pengisotoni :
Disebabkan oleh kandungan elektrolit dan kandungan koloidnya.cairan air mata memiliki suatu tekanan osmotic,yang
nilainya sama dengan darah dan cairan jaringan( 0,9% NaCl).
Mata memiliki suatu daerah toleransi toniitas yang benar-benar tinggi.maka larutan dengan daerah tonisitas sesuai dengan
konsentrasi NaCl 0,7- 1,45% diterima tanpa rasa nyeri dan tidak menyebabkan keluarnya air mata
Oleh karena larutan obat hanya digunakan dalam kualitas yang benar-benar kecil(beberapa tetes) dan konsentrasi bahan
obat yang terpakai umumnya kecil, maka larutan sampai taraf mendekati isotoni telah memadai.
Larutan yang digunkan pada mata luka,atau mata yang telah dioprasi sebaiknya isotonis.

2. -Pendapar :
Daerah toleransi PH yang tidak merusak mata diberikan berlainan dalam literatur.Pada pemberian tetesan biasa yang
dipandang sebagai bebas rasa nyeri adalah larutan dengan pH 7,3-9,7. Daerah PH DARI 5,5-11,4 masi dapat diterima.
1. -Pengawet :
Bersifat bakteoristatik dan fungistatik khusunya terhadap Pseudomonas aeruginosa,
Tidak mengiritasi Jaringan okuler,artinya tidak mengiritasi kornea atau conjunctiva pada pemakaian berulang dan tidak
menyebabkan rusaknya epitel,Tersatukan dengan zat aktif untuk obat tetes mata Tidak cenderung menyebabkan alergi sensitisasi,
Tetap efektif dalam kondisi normal penggunaannya.

2. -Pengental :
Penggunaan bahan pengental dalam obat tetes mata bertujuan:
Sebagai air mata buatan, Sebagai bahan pelican untuk lensa kontak, Untuk meningkatkan kekentalan larutan, yang berakibat waktu
kontak antara sediaan dengan kornea semakin lama menghasilkan efek terapi tercapai.

3. -Antioksidan :
Zat aktif untuk sediaan mata ada yang dapat teroksidasi oleh udara. Untuk itu kadang dibutuhkan antioksidan.antioksidan yang
sering digunakan adalah Na-metabisulfit atau Na sulfit dengan konsentrasi sampai 0,3%.

4. -Pembawa/ Pelarut :
Sebagai pembawa/pelarut sediaan.
Evaluasi Sediaan Optalmik (Tetes Mata)

01 Organoleptis
dengan menggunakan panca
Uji kejernihan

02
indra kita dapat  Masukkan sampel dan pelarut pembanding 2
menevaluasi ras,bau dan tabung yang berbeda
warna( jernih,tidak berbau  Bandingkan selama 5 menit dengan latar
dan tidak berwarna). belakang hitam lalu amati tegak lurus kea
rah bawah tabung.
 Syarat: cairan dapat dikatakan jernih apabila
Uji volume
03
kejernihannya sama dengan kejernihan air
Terpindahkan( FI V, hal atau pelarut yang dipakai
1614)
 Tuang perlahan isi cairan dari wadah kedalam delas ukur secara hati-hati untuk menghindarkan
pembentukan gelembung udara.
 Lihat hasilnya apakah sesuai dengan volume sebelumnya/volume yang ditentukan.
 Syarat: volume rata-rata yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100% dan tidak ada
satupun wadah yang kurang dari 95% dari volume yang dinyatakan pada etiket.
4. Uji kebocoran
 Uji kebocoran dilakukan dengan cara membalikkan botol sediaan tetes mata dengan mulut botol menghadap kebawah
 Diamati ada tidaknya cairan yang keluar menetes dari botol.

5. Uji pH( FI V, hal 687)


 Pengecekkan pH dilakukan dengan menggunakan pH meter atau kertas indicator universal.
 Syarat: 7,0 – 7,5

6. Uji sterilitas( FI V,hal 1359)


 Secara aseptis tuang volume cairan dengan menggunakan filter membrane steril porositas 0,22 um , diameter 47 mm
 Secara aseptis pindahkan membrane dari alat pemegang
 Potong membrane menjadi setengah bagian
 Celupkan membrane atau setengah membrane ke dalam medium SCDM( Soybean Casein Digest Medium atau Tryptone
Soya Broth) dan inkubasi pada suhu 20-25ᵒC selama tidak kurang dari 7 hari.
 Dengan cara yang sama celupkan membrane atau setengah membrane lainnya ke dalam 100ml media FTM(Fluida
zthioglycollate Media) dan inkubasi pada 30-35ᵒC selama tidak kurang dari 7 hari.
 Amati jika tidak ada pertumbuhan mikroba maka sediaan termasuk sediaan yang memenuhu syarat.
Contoh sediaan
Kekurangan dan kelebihan Sediaan Tetes
Mata
Kelebihan sediaan tetes mata :
- -tetes mata secara umum larutan berair lebih stabil daripada salep
- -tidak mengganggu penglihatan saat digunakan.
Kekurangan :
- -waktu kontak relatif singkat antara obat dan permukaan yang terabsorbsi
- - bahan aktif obat mata diakui buruk jika larutan nya digunakan secara
topikal untuk kebanyakan obat kurang 1-3 % dari dosis yang dimasukkan
melewati kornea
Sediaan Nasal (Tetes Hidung)
Sediaan nasal adalah cairan, Obat tetes hidung (Nasal
semisolid atau sediaan padat yang Drops ) adalah obat tetes
digunakan pada rongga hidung yang digunakan untuk
untuk memperoleh suatu efek
hidung dengan cara
sistemik atau lokal. Berisi satu atau
lebih bahan aktif. Sediaan nasal meneteskan obat kedalam
sebisa mungkin tidak mengiritasi rongga hidung,dapat
dan tidak memberi pengaruh yang mengandung zat
negatif pada fungsi mukosa hidung pensuspensi,pendapar dan
dan silianya. Jenis-jenis nasal yaitu pengawet. (FI IV)
Nasal drops dan liquid nasal spray,
Nasal powders/bedak hidung,
nasal washes/pencuci hidung, asal
sticks)
Dalam pembuatan obat tetes hidung, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan,
antara lain:
Viskositas
Isotonis
Isohidris
Syarat-syarat sediaan
tetes hidung

1. Steril
2. Isotonis atau hamper isotonis
3. Larutan jenih, bebas partikel asing dan serat halus
4. Tidak iritan terhadap hidung
faktor penting dalam obat tetes hidung
1. 1. Sterilitas sediaan dan adanya bahan pengawet untuk mencegahkontaminasi mikroorganisme pada waktu wadah
dibuka untuk digunakan.

2. 2. Jika tidak mungkin dibuat isotonis dan isohidris maka larutan dibuathipertonis dan pH dicapai melalui teknik
enhidri.

3. 3. pH optimum (pH zat aktif) lebih diutamakan untuk menjamin stabilitassediaan.

4. 4. Dapar yang ditambahkan mempunyai kapasitas dapar yang rendah(membantu pelepasan obat dari sediaan), tetapi
masih efektif menunjangstabilitas zat aktif dalam sediaan.

5. 5. Konsentrasi zat aktif berpengaruh pada penetrasi zat aktif yang mengikutimekanisme absorpsi dengan cara difusi
pasif.

6. 6. Beberapa larutan obat hidung perlu hipertonik untuk meningkatkan dayaserap dan menyediakan kadar bahan
aktif yang cukup tinggi untukmenghasilkan efek obat yang cepat dan efektif.
Karakteristik sediaan hidung
1. 1. Kejernihan
2. Penggunaan Laminar Air Flow dan harus tidak tertumpahkan akanmemberikan kebersamaan untuk penyiapan
larutan jernih bebas partikelasing. Dalam beberapa permasalahan, kejernihan dan streilitas dilakukandalam langkah
filtrasi yang sama. Ini penting untuk menyadari bahwalarutan jernih sama fungsinya untuk pembersihan wadah dan
tutup

3. 2. Stabilitas
4. Stabilitas obat dalam larutan, seperti produk tergantung pada sifatkimia bahan obat, pH produk, metode
penyimpanan (khususnyapenggunaan suhu), zaat tambahan larutan dan tipe pengemasan. Obatseperti pilokarpin dan
fisostigmin aktif dan cocok pada mata pada pH 6.8namun demikian, pH stabilitas kimia (atau kestabilan) dapat
diukur dalambeberapa hari atau bulan

5. 3. Buffer dan Ph
6. Idealnya, sediaan hidung sebaiknya pada pH yang ekuivalen dengancairan mata yaitu 5,5-7,5. pH diseleksi jadi
optimum untuk kestabilan.
1. 4. Tonisitas
2. Tonisitas berarti tekanan osmotik yang diberikan oleh garam-garamdalam larutan berair, larutan mata adalah isotonik
dengan larutan lainketika magnefudosifat koligatif larutan adalah sama. larutan hidungdipertimbangkan isotonik ketika
tonisitasnya sama dengan 0,9% larutanNaCl.Maka biasanya dapat mentoleransi larutan sama untuk range 0,5%-1,8% NaCl.

3. 5. Viskositas
4. USP mengizinkan penggunaan bahan pengkhelat viskositas untukmemperpanjang lama kontak dalam hidung dan untuk
absorpsi obat dan aktivitasnya.

5. 6. Zat tambahan
6. Penggunaan bahan tambahan dalamlarutan hidung diperbolehkan,namun demikian pemilihan dalam jumlah tertentu.
7. Penggunaan surfaktan dalam sediaan mata dibatasi hal yangsama. surfaktan nonionik, kelas toksis kecil seperti bahan
campurandigunakan dalam konsentrasi rendah khususnya suspensi dan berhubungandengan kejernihan larutan.Penggunaan
surfaktan, khususnya beberapakonsentrasi signifikan sebaiknya dengan karakteristik bahan-bahah.surfaktan nonionik,
khususnya dapat bereaksi dengan adsorpsi dengankomponen pengawet antimikroba dan inaktif sistem pengawet.
Formulasi sediaan

R/ Zat Aktif
Cairan pembawa
pH larutan dan zat pendapar
pensuspensi
pengental
pengawet
Contoh Formulasi

R/ Natrium Diklofenak 0,05 Zat Aktif


Natrium Klorida 0,05 Isotonis
Metil selulosa 0,5 Pengental

Benzalkonium klorida 0,1 Pengawet


Aquadest 60 Pelarut
-Cairan pembawa
Umumnya digunakan air, Minyak lemak atau minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai
cairan pembawa obat tetes hidung.

-pH larutan dan zat pendapar


pH sekresi hidung orang dewasa antara 5,5-6,5 dan pH sekresi anak-anak antara 5,0-6,7. Jadi
dibuat pH larutan OHT antara pH 5 sampai 6,7.
Disarankan menggunakan dapar fosfat pH 6,5 atau dapar lain yang cocok pH 6,5 dan dibuat
isotonis dengan NaCl.

-Pensuspensi(FI edisi III 1979)


Dapat digunakan sorbitan(span),polisorbat(tween) atau surfaktan lain yang cocok,kadar tidak
boleh melebihi dari 0,01% b/v.
-Pengental
Untuk menghasilkan viskositas larutan yang seimbang dengan
viskositas mucus hidung. sering digunakan:
Metil selulosa (Tylosa)= 0,1-0,5 dan
CMC-Na = 0,5-2%
Larutan yang sangat encer/sangat kental menyebabkan iritasi mukosa
hidung.

-Pengawet
Umumnya digunakan Benzolkonium
Evaluasi Sediaan Nasal (Tetes Hidung)
1. -Penetapan pH
Dilakukan pengatuan pH dengan menggunakan kertas indicator universal

2. -Uji kejernihan larutan


Uji kejernihan dilakukan dengan melihat apakah terdapat partikulat dalam sediaan
dibawah lampu.

3. -Uji kebocoran
Dilakukan dengan cara melihat kebocoran atau tidaknya suatu sediaan yang telah
disterilisasi.

4. -Volume Terpindahkan
Volume terpindahkan dilakukan dengan memindahkan suatu sediaan kedalam gelas
ukur dan dilihat volumenya.Apakah sesuai dengan yang diharapkan atau tidak.
Contoh sediaan
Kelebihan dan kekurangan dari sediaan Tetes
Hidung
Kelebihan sediaan tetes hidung :
pembuluh atau struktur membran mukosa pada hidung permeable
atau mudah dilalui cairan sehingga memungkinkan pemberian secara
sistemik.

Kekurangan :
Metode dan teknik pemberian sulit karena membutuhkan alat
bantu yang dapat digunakan untuk ukuran yang tepat.
Prosedur pembuatan sediaan tetes mata
atropin sulfat
Grey area (Ruang sterilisasi)
1. -Semua alat dan wadah disterilisasi dengan cara masingmasing.
a. Gelas kimia, pipet tetes, batang pengaduk, spatel, kaca arloji, corong, membran filter 0,22 µm dan 0,45 µm, kertas
saring, aluminium foil, dan kertas perkamen disterilisasi dengan oven pada suhu 170˚C selama 1 jam.
b. Gelas ukur, erlenmeyer, buret, dan botol 100 ml disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121˚C selama 15 menit. c.
Karet pipet tetes, tutup karet, wadah OTM dan tutup wadah OTM direndam dengan alkohol 70% selama 24 jam.
Catatan: gelas kimia dikalibrasi terlebih dahulu sebelum disterilisasi

2. -Pembuatan air steril pro injeksi 100 ml Aquadest yang disterilkan dengan Autoklaf pada suhu 121˚C selama 15
menit.

3. -Setelah disterilisasi, semua alat dan wadah dimasukkan ke dalam white area melalui transfer box.
Grey area (Ruang penimbangan)
1. Lakukan penimbangan untuk masing-masing bahan.
2. Kaca arloji dan cawan penguap yang berisi bahan yang telah ditimbang dan telah
ditutup dengan aluminium foil dimasukkan ke white area melalui transfer box.
White area (Ruang pencampuran)
1. Siapkan aqua pro injeksi
2. Kembangkan polivinil alkohol sebanyak dalam aqua pro injeksi , lalu panaskan
hingga suhu 90˚C, aduk dengan batang pengaduk, tunggu sampai dingin. Kemudian
campurkan dengan bahanbahan lain yang telah dilarutkan.
3. Atropin sulfat dilarutkan dalam aqua pro injeksi, masukkan ke dalam gelas kimia
50 ml. Kaca arloji dibilas 2 kali dengan 1 ml aqua pro injeksi, kemudian atropin sulfat
yang dilarutkan diaduk dengan batang pengaduk.
4. NaCl dilarutkan dalam 1 ml aqua pro injeksi dalam gelas kimia 50 ml, aduk dengan
batang pengaduk. Kaca arloji dibilas 2 kali dengan 1 ml aqua pro injeksi.
5. Benzalkonium klorida sebanyak 0,005 g dilarutkan dalam 2 ml aqua pro injeksi dalam gelas
kimia 50 ml, aduk dengan batang pengaduk. Kaca arloji dibilas 2 kali dengan 1 ml aqua pro
injeksi.

6. Dinatrium EDTA sebanyak 0,01 g dilarutkan dalam 2 ml aqua pro injeksi dalam gelas kimia 50
ml, aduk dengan batang pengaduk. Kaca arloji dibilas 2 kali dengan 1 ml aqua pro injeksi.
7. Na-metabisulfit sebanyak 0,025 g dilarutkan dalam 1 ml aqua pro injeksi dalam gelas kimia 50
ml, aduk dengan batang pengaduk. Kaca arloji dibilas 2 kali dengan 1 ml aqua pro injeksi.
8. CH3COOH 0,02 g dilarutkan dalam 1 ml aqua pro injeksi dalam gelas kimia 50 ml, aduk dengan
batang pengaduk. Kaca arloji dibilas 2 kali dengan 1 ml aqua pro injeksi.
9. CH3COONa sebanyak 0,05 g dilarutkan dalam 1 ml aqua pro injeksi dalam gelas kimia 50 ml,
aduk dengan batang pengaduk. Kaca arloji dibilas 2 kali dengan 1 ml aqua pro injeksi.
10. Setelah zat aktif dan semua zat tambahan terlarut, campurkan bahan-bahan yang telah
dilarutkan tersebut ke dalam gelas kimia 100 ml.
11. Tambahkan larutan CH3COOH dan CH3COONa untuk mempertahankan pH target sediaan.
12. Larutan digenapkan 80% dengan aqua pro injeksi yaitu 40 ml, aduk dengan batang pengaduk.
13. Lakukan pengecekan pH dengan menggunakan pH indikator universal, bila nilai pH belum
mencapai pH target sediaan, lakukan adjust pH (bila perlu) dengan menambahkan larutan
NaOH 0,1 N dan larutan HCl 0,1 N.
14. Larutan digenapkan dengan aqua pro injeksi hingga 100% yaitu 50 ml.
15. Larutan disaring dengan membran filter 0,45 µm, yang dilanjutkan dengan membran filter 0,22
µm (duplo) dan ditampung dalam erlenmeyer steril.
16. Larutan dimasukkan ke dalam botol. Pasangkan tutup karet dan ikat dengan simpul champagne
kemudian ditransfer ke ruang sterilisasi melalui transfer box.
Grey area (Ruang sterilisasi)
17. Larutan disterilisasi menggunakan autoklaf dengan suhu 121˚C selama 15 menit.
18. Larutan yang telah disterilisasi ditransfer ke ruang pengisian di bawah LAF melalui transfer box.
White area (Ruang pengisian )
1. Siapkan buret steril dan lakukan pembilasan
dengan menggunakan sediaan sampai semua
bagian dalam buret terbasahi.
2. Larutan dituang ke dalam buret steril. Ujung
bagian atas buret ditutup dengan aluminium foil.
3. Sebelum diisikan ke dalam botol tetes mata,
jarum buret steril dibersihkan dengan kapas
yang telah dibasahi alkohol 70%.
4. Isi setiap botol tetes mata dengan larutan
sebanyak 10,7 ml.
5. Pasangkan tutup botol tetes mata.
6. Botol yang telah ditutp dibawa ke ruang evaluasi
melalui transfer box.
Prosedur pembuatan sediaan tetes hidung

1. -Timbang semua bahan

2. -Masukkan Natrium Diklofenak, Natrium Klorida, Metil selulosa, Benzalkonium klorida ke dalam
gelas piala dan tambahkan Aquadest lalu aduk dengan menggunakan batang pengaduk hingga
homogen

3. -Setelah semua bahan larut, tuang larutan kedalam 10 gelas ukur hingga volume akhir masing-masing

4. -Lakukan sterilisasi filtrasi dengan menggunakan penyaring bakteri (kertas saring 0,22μm)

5. -Setelah disterilkan, masukkan larutan tersebut kedalam botol tetes yang telah dikalibrasi secara
aseptic dengan menggunakan corong

6. -Kemas botol dalam dus dan beri etiket biru (obat luar)
TAMBAHAN
1.ANATOMI FISIOLOGI MATA
1. Konjungtiva
Konjungtiva berfungsi melindungi kornea dari gesekan, memberikan perlindungan pada sklera dan memberi pelumasan
pada bola mata.
2. Sklera
Skelera berfungsi melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan
menjadi tempat melakatnya otot mata.
3. Kornea
Berfungsi sebagai pelindung mata agar tetap bening dan bersih, kornea ini dibasahi oleh air mata yang berasal dari
kelenjar air mata.
4. Koroid
Memberi nutrisi ke retina dan badan kaca, dan mencegah refleksi internal cahaya.
5. Iris
Iris terdapat di belakang kornea dan berpigmen. Pigmen ini menentukan warna pada mata seseorang. Iris juga mengatur
jumlah cahaya yang masuk ke mata dan dikendalikan oleh saraf otonom.
6. Pupil
Pupil berfungsi sebagai tempat untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yangmasuk kedalam mata. Pupil juga Lubang
di dalam Iris yang dilalui berkas cahaya. Pupil merupakan tempat lewatnya cahaya menuju retina.
7. Lensa
Lensa berfungsi memfokuskan pandangan dengan mengubah bentuk lensa. Lensa berperan penting pada pembiasan
cahaya.
8. Retina
Retina berfungsi untuk menerima cahaya, mengubahnya menjadi impuls saraf dan menghantarkan impuls ke saraf
optik(II).
9. Aqueous humor
Aqueous humor(humor berair) berfungsi menjaga bentuk kantong depan bola mata.
10. Vitreus humor(Badan Bening)
Vitreous humor(humor bening) berfungsi menyokong lensa dan menolong dalam menjaga bentuk bola mata.
11. Bintik kuning
Fungsi bintik kuning yang terdapat di retina pada mata adalah untuk menerima cahaya dan meneruskan ke otak.
12. Saraf optic
Saraf optik memiliki fungsi untuk meneruskan sebuah rangsang cahaya hingga ke otak. Semua informasi yang akan
dibawa oleh saraf nantinya diproses di otak. Dan Dengan demikian kita bisa melihat suatu benda.
13. Obat mata
a). Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata, fungsinya untuk menutup mata.
b). Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata, fungsinya untuk menutup mata.
c). Muskulus rektus okuli inferior(otot disekitar mata), fungsinya untuk menutup mata.
d). Muskulus rektus okuli medial(otot disekitar mata), fungsinya menggerakkan mata dalam(bola mata).
e). Muskulus obliques okuli inferior, fungsinya menggerakkan bola mata ke
bawah dan kedalam
SEDIAAN OBAT TETES MATA DI
1. INSTO
PASARAN
indikasinya : meredakan gejala iritasi mata ringan, seperti mata merah, gatal, atau kering.
2. RHOTO NAFAZOLINE
indikasinya : digunakan untuk meredakan kemerahan, bengkak, dan gatal/mata berair karena pilek,
alergi, atau iritasi mata (karena asap, berenang, atau memakai lensa kontak).
3. NAVITAE
indikasinya : melubrikasi dan melembabkan mata kering, mata lelah pada pemakaian lensa kontak;
melubrikasi dan membasahi lensa kontak; meredakan rasa tidak nyaman dan iritasi akibat mata kering
atau kondisi lingkungan akibat penggunaan lensa kontak .
SEDIAAN OBAT TETES HIDUNG DI PASARAN
1. AFRIN OXYMETAZOLINE
indikasi : Obat ini digunakan untuk meringankan hidung tersumbat dan nasofaring
akibat flu, sinusitis, hayfever atau alergi saluran pernapasan bagian atas
2.SOFRADEX
Indikasi :digunakan untuk meredakan hidung tersumbat akibat flu, demam, alergi saluran
pernapasan bagian atas lainnya atau infeksi sinus
Terima Kasih
Daftar Pustaka
1. Anonim,1979,farmakope Indonesia edisi III, Depkes RI
2. Anonim,2014,farmakope Indonesia edisi V, Depkes RI
3. E-Book Praktikum Teknologi Sediaan Steril.2016
4. Yusuf Lutfia, Sopyan Ian,Jurnal Insitu Gel Optalmik.2019.Majalah
Farmasetika.
5. Allen, Popovich, Ansel, 2011, Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms
and Drug Delivery Systems. Edisi ke 9
6. Jones, D. 2008. Pharmaceutics-Dosage Form and Design
Pharmaceutical Press, USA

Anda mungkin juga menyukai