Anda di halaman 1dari 59

ADAPTASI MORFOLOGI HEWAN

LAHAN BASAH

LISKA CHAIRANI HARAHAP, S.Pd


S2 BIOLOGI FMIPA
UNIVERSITAS RIAU 2023
PENGERTIAN ADAPTASI
Adaptasi adalah ciri tertentu yang dimiliki makhluk hidup yang memungkinkan
makhluk hidup tersebut bisa hidup pada lingkungan hidupnya.
Makhluk hidup yang hidup di air memiliki ciri khas yang membedakan dengan
makhluk hidup yang hidup di darat, dan sebaliknya.
Oleh karena setiap makhluk hidup pada dasarnya beradaptasi dengan lingkungannya,
apabila makhluk hidup tersebut dipindahkan ke lingkungan baru yang keadaannya
jauh berbeda dari lingkungan lamanya makhluk hidup tersebut akan mengalami
gangguan bahkan kematian.
Ikan merupakan makhluk hidup yang sudah beradaptasi untuk hidup di air. Apabila
ikan dipindahkan ke darat ikan akan mati. Sebaliknya, kambing beradaptasi dengan
kehidupan di daratan. Apabila kambing dipindahkan ke kolam, kambing akan mati.
Adaptasi adalah ciri menurun yang meningkatkan kemampuan suatu organisme
untuk dapat bertahan hidup dan berkembang biak.
Pengertian Morfologi
Ilmu pengetahuan tentang bentuk luar dan susunan
makhluk hidup.
Hewan
Binatang
Lahan Basah
Wilayah daratan yang digenangi air atau memiliki
kandungan air yang tinggi, baik permanen maupun
musiman.
Adaptasi Morfologi Hewan Lahan
Basah
Penyesuaian Bentuk tubuh, struktur tubuh, alat-alat
tubuh hewan/binatang di lingkungan lahan basah.
Bagian Tubuh Ikan
Morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan yang
merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat.
Pada umumnya tubuh ikan terbagi atas tiga
bagian, yaitu:

Caput : bagian kepala, yaitu mulai dari ujung


moncong terdepan sampai dengan ujung tutup
insang paling belakang. Pada bagian kepala
terdapat mulut, rahang atas, rahang bawah, gigi,
sungut, hidung, mata, insang, tutup insang, otak,
jantung, dan sebagainya.

Sumber : A supriatna
Truncus : bagian badan, yaitu mulai dari ujung
tutup insang bagian belakang sampai dengan empedu, lambung, usus, gonad, gelembung
permulaan sirip dubur. Pada bagian badan renang, ginjal, limpa, dan sebagainya.
terdapat sirip punggung, sirip dada, sirip perut,
serta organ-organ dalam seperti hati, Cauda : bagian ekor, yaitu mulai dari
permulaan sirip dubur sampai dengan
ujung sirip ekor bagian paling belakang.
Pada bagian ekor terdapat anus, sirip dubur,
sirip ekor, dan kadang-kadang juga terdapat
scute dan finlet.
Bentuk Tubuh Ikan
Bentuk tubuh ikan biasanya berkaitan erat dengan tempat dan
cara mereka hidup.
Secara umum, tubuh ikan berbentuk setangkup atau simetris
bilateral, yang berarti jika ikan tersebut dibelah pada bagian
tengah-tengah tubuhnya akan terbagi menjadi dua bagian yang
sama antara sisi kanan dan sisi kiri.
Selain itu, ada beberapa jenis ikan yang mempunyai bentuk
nonsimetris bilateral, yang mana jika ikan tersebut dibelah
secara melintang (cross section) maka terdapat perbedaan antara
sisi kanan dan sisi kiri tubuh, misalnya pada ikan langkau
(Psettodes erumei) dan ikan lidah (Cynoglossus bilineatus)
a.Fusiform, tinggi tubuh hampir sama dengan
lebar tubuh, panjang tubuh beberapa kali tinggi
tubuh dan bentuk tubuh hampir meruncing
pada kedua bagian ujung. Contohnya ikan tuna
b.Compressed, bentuk tubuhnya pipih ;
Gepeng kesamping Contohnya ikan mas.
c.Depressed, bentuk tubuh yang gepeng
kebawah. Contohnya ikan pari.
d.Angulliform, bentuk ular, bentuk tubuh
sangat panjang dan bundar. Contohnya ikan
belut.
e.Filiform, bentuk tali, bentuk tubuh panjang
seperti benang dan sangat tipis. Contohnya
ikan snipe cel.
f. Taeniform, bentuk pita. Contohnya, ikan
gunmel.
g.Sagitiform, bentuk panah contohnya ikan
pike dari famili Esocidae.
h. Globiform, bentuk bola contohnya ikan in
sucher

Sumber : A Suparmi
Bentuk mulut ikan
Letak atau posisi mulut ikan dapat
dibedakan atas :
 Inferior, yaitu mulut yang terletak di
bawah hidung, misalnya pada ikan pare
kembang (Neotrygon kuhlii) dan ikan
cucut (Chaenogaleus macrostoma)
 Subterminal, yaitu mulut yang terletak
dekat ujung hidung agak ke bawah,
misalnya pada ikan kuro/senangin
(Eleutheronema tetradactylum) (
 Terminal, yaitu mulut yang terletak di
ujung hidung, misalnya ikan mas
(Cyprinus carpio)
 Superior, yaitu mulut yang terletak di atas Sumber : Yanuarti
hidung, misalnya pada ikan julung-julung
(Hemirhamphus far)
Bentuk Ekor ikan
Macam-macam sirip ekor dapat dibedakan
berdasarkan bentuk sirip tersebut.
 Bentuk sirip ekor ikan ada yang simetris,
apabila lembar sirip ekor bagian dorsal sama
besar dan sama bentuk dengan lembar bagian
ventral
 ada pula bentuk sirip ekor yang asimetris yaitu
bentuk kebalikannya.
Bentuk sirip ekor
a. Bentuk membulat, apabila pinggiran sirip ekor membentuk garis
melengkung dari bagian dorsal hingga ventral., contoh ikan gurame
(Osphronemus gouramy).
b. Bentuk bersegi atau tegak, apabila pinggiran sirip ekor
membentuk garis tegak dari bagian dorsal hingga ventral, contoh
ikan nila (Oreochromis niloticus).
c. Bentuk sedikit cekung atau berlekuk tunggal, apabila terdapat
lekukan dangkal antara lembar dorsal dengan lembar ventral, contoh
ikan tambakan (Helostoma temminckii).
d.Bentuk bulan sabit, apabila ujung dorsal dan ujung ventral sirip
ekor melengkung ke luar, runcing, sedangkan bagian tengahnya
melengkung ke dalam, membuat lekukan yang dalam, contoh ikan
tongkol (Squalus sp).
e.Bentuk bercagak, apabila terdapat lekukan tajam antara lembar
dorsal dengan lembar ventral, contoh ikan tawes (Puntius
javanicus), ikan kembung (Rastrelliger sp).
f. Bentuk meruncing, apabila pinggiran sirip ekor berbentuk tajam
(meruncing), contoh ikan belut (Monopterus albus)
g. Bentuk lanset, apbila pinggirn sirip ekor pada pangkalnya
melebar kemudian membentuk sudut diujung, contoh ikan bloso
(Glossogobius sp).

Sumber : M.F Raharjo


Bentuk sisik ikan
Umumnya tipe ikan perenang cepat atau secara terus
menerus bergerak pada perairan berarus deras
mempunyai tipe sisik yang lembut, sedangkan ikan-
ikan yang hidup di perairan yang tenang dan tidak
berenang secara terus menerus pada kecepatan tinggi
umumnya mempunyai tipe sisik yang kasar.
Bentuk sisik ikan
Menurut bentuknya, sisik ikan dapat dibedakan atas
beberapa tipe, yaitu : -

 Placoid, merupakan sisik tonjolan kulit, sisik


lembut banyak terdapat pada ikan yang termasuk
kelas chondrichthyes.

 Ganoid, merupakan sisik yang terdiri atas garam-


garam ganoin, sisik besar dan kasar banyak terdapat
pada ikan dari golongan Actinopterygii.

 Cycloid, sisik yang kecil, tipis ,bulat, pinggiran sisik


halus dan rata, umumnya terdapat pada ikan yang
berjari-jari sirip lemah (Malacopterygii).

 Ctenoid, sisik yang kecil, tipis, mempunyai


pinggiran yang kasar berbentuk seperti sisir,
ditemukan pada ikan yang berjari-jari sirip keras
(Acanthopterygii) Sumber : A Suparmi
Adaptasi ikan melalui sistem
integumen
Sistem Integumen : sistem organ yang membedakan,
memisahkan, melindungi, dan menginformasikan
hewan terhadap lingkungan sekitarnya.
1.Kulit
Lapisan penutup tubuh ikan

Kulit berfungsi :
 Pelindung gangguan mekanik, fisik,penyesuaian diri terhadap faktor yag
mempengaruhi kehidupannya, termasuk pelindung predator

 Kulit sebagai alat ekskresi, osmoregulasi, alat pernafasan tambahan


beberapa jenis ikan tertentu.

 Beberapa alat lain dalam kulit berfungsi untuk mempertahankan diri atau
menyerang mangsa ,kelenjar racun, pewarnaan, sumber cahaya ,kelenjar
mucus(lendir) yang membuat tubuhnya licin dan menghasilkan bau khas
sebagai alat komunikasi kimiawi.
2.Lendir
Umumnya ikan yang tidak bersisik menghasilkan lendir yang
lebih banyak dibandingkan yang bersisik.

Lendir akan lebih banyak diproduksi ketika ikan melepaskan diri


dari bahaya dibandingkan saat normal
Lendir berfungsi untuk mengurangi gesekan dengan air agar bisa
berenang lebih cepat, mencegah infeksi dan menutup luka.

Alat perlindungan saat kekeringan.


Lendir tebal sebagai pengganti sisik agar badannya licin.
3. Sisik
Merupakan Rangka dermis terbuat dari lapisan dermis.
Pada beberapa ikan sisik menjadi lebih keras karna bahan yang
dikandungnya.
Ikan sisik keras ditemukan pada ikan primitif dan pada ikan
modern sisik kerasnya tereduksi menjadi lebih fleksibel.
Contoh ikan mas sisiknya besar dan tidak merata. Ikan sidat
terlihat seperti tidak bersisik padahal bersisik hanya saja terdapat
sisik kecil dan dilapisi lendir yang tebal.
Sistem pewarnaan
Warna ikan dipengaruhi oleh schemachrome (konfigurasi
fisik)dan biochrome (pigmen pembawaan warna).
Warna ikan mempunyai banyak fungsi seperti persembunyian,
penyamaran, pemberitahuan.
Ikan yang hidup diperairan lepas mempunyai warna yang lebih
sederhana bertingkat dari warna keputih-putihan bagian perut,
warna perak pada sisi tubuh bagian bawah, warna biru/hijau
pada sisi bagian atas, dan kehitaman pada sisi bagian
punggung, sedangkan pada ikan yang hidup diperairan dangkal
selalu menyesuaikan warna tubuh sesuai dengan substrat
tempat hidupnya.
Persembunyian
Pemiripan warna : kemampuan ikan merubah warna secara
cepat/lambat seakan-akan menyerupai habitatnya.
Perubahan warna terjadi berhubungan dengan musim, waktu
siang/malam, periode sesaat yang berhubungan dengan kondisi
habitatnya.
Pemudaran warna berfungsi untuk mengurangi kejelasan ikan
dari sekelilingnya sehingga terlihat kabur.
Pewarnaan terpecah befungsi untuk mengaburkan pandangan
pada tubuh ikan. Ikan punya kamuflase khusus dengan
membentuk corak menyerupai organ tubuh.
Penyamaran
Penyamaran merupakan
Cara ikan menyerupai
suatu benda tertentu
untuk menghindari
pemangsa atau
mengelabui mangsa ,
melakukan penyamaran
mengikuti warna /bentuk
substrat tempat hidupnya
misal ikan Channa.
Kumparan.com
Pemberitahuan
Selain sebagai penyamaran
dan penyembunyian,
beberapa ikan berfungsi
sebagai pemberitahuan.
Misalnya ikan hias air tawar
rainbow boesemani jantan
dan betina corak warna
berbeda antara jantan dan
betina.

Sumber : Ensiklopedia Dunia air dan ikan


Adaptasi Jenis ikan lahan basah
Ikan Sepatung(Pristolepis grootii)
Ciri morfologi ikan
Sepatung yaitu warna
tubuh kuning hingga
coklat kehitaman dengan
8-10 corak pita warna
coklat tua melintang dan
tampak jelas pada ikan
dewasa.
Sumber : Fishbase.se
Warna ikan dipengaruhi habitat hidupnya.

Ikan Sepatung yang tertangkap di rawa umumnya berwarna coklat kehitaman,


sedangkan ikan yang tertangkap di sungai berwarna kuning cerah hingga kuning
kecoklatan.

Bentuk tubuh pipih agak cembung. Ikan betina lebih cembung dibandingkan ikan
jantan. Garis linea literalis terdapat di bagian tengah badan ikan.

Pada ikan ini juga terdapat sisik pada bagian pipi, dan memiliki bentuk mulut terminal
yang dapat disembulkan.

Ikan sepatung memiliki 3,5 sisik antara gurat sisi dan pertengahan sirip punggung,
serta memiliki bagian sirip perut yang tidak mencapai lubang dubur. Profil
punggung bagian depan sedikit mencembung. Ikan sepatung memiliki bentuk ekor
membundar (Kottelat et al. 1993 dalam Muslim, dkk. 2019).
Berdasarkan hasil pengamatan sirip-sirip ikan Sepatung yang
tertangkap di Sungai Kelekar Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera
Selatan pada bulan Mei-Juli 2019, sirip punggung memiliki 13
duri keras dan 15-16 duri halus. Sirip anal, duri keras 3, duri
halus 7-8, sirip dada tidak memiliki duri keras, duri halus
berjumlah 13-14, sirip perut memiliki satu duri keras dan 5
duri halus, sirip ekor semuanya berupa duri halus berjumlah
13-14. Ukuran ikan yang diamati sirip-siripnya bervariasi,
bobot berkisar 5-90 gram per ekor, berjenis kelamin betina dan
jantan.
Jenis ikan dari genus Pristolepis yang terdapat di Indonesia diwakili
oleh dua spesies, yaitu Pristolepis grootii dan Pristolepis fasciata.

Perbedaan yang terlihat antara P grootii dan P fasciata yaitu jika


dibandingkan dengan ciri-ciri ikan sepatung bahwa ikan P fasciata
memiliki 4,5 sisik antara gurat sisi dan pertengahan sirip punggung,
sirip perut mencapai lubang dubur, serta profil punggung bagian
depan lurus dengan sedikit cekungan di atas mata (Kottelat et al.
1993 dalam Muslim, dkk. 2019).

Secara umum jenis ikan ini dengan ikan lain dari Famili Nandidae
dapat dibedakan oleh bentuk badannnya, yaitu sungut rahangnya
mencapai pinggiran mata, memiliki gurat sisi terputus yang terletak
kira-kira pada sisik ke-26, mulutnya besar dan dapat dijulurkan
(Kottelat et al. 1993 dalam Muslim, dkk. 2019).
Ikan sepatung termasuk dalam tipe ikan omnivora yang bersifat
euryphagic (dapat berbagai makan jenis makanan). Jenis
makanannya terdiri dari Baccilariophyceae, Chlorophyceaea,
Cyanophyceae, Desmidiaceae, detritus, insekta, dan tumbuhan
air.

Berdasarkan hasil penelitian ukuran ikan yang diperoleh


berkisar 50-145 mm (panjang total), sex ratio ikan 1:1,7
(betina:jantan). Tingkat kematangan gonad (TKG) ikan yang
diperoleh bervariasi dari TKG I-III. Ikan jantan TKG III
berukuran 135- 145 mm, ikan betina TKG III berukuran
panjang total 130 mm dan 53,12 g. Indek kematangan gonad 0-
2,25% (jantan), 0,04-4,22% (betina).
Jumlah telur ikan sepatung dengan bobot 53,12 g berjumlah
2,301 butir.

ikan sepatung, ikan yang sudah mencapai TKG IV (matang


gonad), dengan bobot 33, 81 gram, jumlah telurnya mencapai
5.827 butir. Ikan sepatung dengan bobot 23 gram, jumlah telur
11.544 butir. Ikan berbobot 19,23 gram, jumlah telur 3.956 butir.
Ikan berbobot 25,04 gram, jumlah telur 2.788 butir. Diameter
telur pada tahap TKG III berkisar 0.36-0,91 mm.

Berdasarkan pola sebaran diameter telur ikan sepatung memijah


secara serentak.
Secara morfologi perbedaan ikan sepatung jantan dan ikan sepatung
betina:

1. Bentuk tubuh ikan jantan lebih langsing dibandingkan ikan


betina. Badan ikan betina lebih lebar dari ikan jantan. Tinggi badan
ikan betina jadi lebih lebar.

2. Sisik ikan jantan lebih kasar dibandingkan ikan betina.

3. Warna ikan jantan lebih gelap sedangkan ikan betina lebih cerah.
Jika ikan jantan dewasa diurut perutnya akan keluar cairan
berwarna putih sedangkan ikan betina mengeluarkan butiran
telur.
Ikan Gabus (Channa striata)
Ikan gabus merupakan marga dari
ikan Channa, yang mana memiliki
ciri-ciri seperti rahang yang kuat,
kepala seperti ular, bentuk tubuh
memanjang, dan bentuk ekor bulat
(round).

Ikan gabus sering ditemukan di


perairan seperti: danau, parit,
sawah, kolam, sungai dan waduk.
Ikan ini dapat bertahan hidup pada
kondisi perairan yang kering Sumber : Detik.com
dengan cara menguburkan dirinya
ke dalam lumpur
Deskripi morfologi dan morfometri dari ikan gabus
yang diperoleh adalah sebagai berikut. Bentuk
kepala pipih dan bentuk badan subsilindris. Jarak
mata dengan tutup insang 2,4 - 4,2 cm, lebar mata
0,4 - 1 cm, lebar buka mulut 1,5 – 4 cm. Panjang
bakunya 10,2 - 16,7 cm, panjang keseluruhan badan
21,0 - 27,5 cm, dan tinggi badan 4,7 - 6,3 cm. Tinggi
badan batang ekor 1,3 - 2,5 cm dan panjang batang
ekor 1,2 - 2,3 cm.
Gabus memiliki sisik punggung berwarna hitam, sisik perut
berwarna putih, dan sisik samping badan berwarna kombinasi
hitam dengan putih.
Seperti yang digambarkan Akbar (2014) dalam Septiyan
(2019), sisi atas tubuh gabus berwarna gelap atau hitam
kecoklatan. Sisi bawah tubuh putih, mulai dagu ke belakang.
Sisi samping bercoret-coret tebal (striata, bercoret-coret) yang
agak kabur.
Gabus memiliki jari-jari sirip keras dan lunak. Terdapat 13 jari-
jari keras pada sirip ekor, 13 jari-jari keras dan dua jari- jari
lemah pada sirip dada, sepuluh jari-jari keras pada sirip perut,
dan 23 jari-jari keras pada sirip dubur. Panjang sirip
punggung 16 cm, sirip dubur 5,6 cm, sirip perut 3,3 cm, dan
sirip dada 3,7 cm.
Bagian rahang bawah ikan ini berwarna putih dengan corak-
corak hitam tidak beraturan. Matanya putih kusam. Pertemuan
warna tengah badan dan warna perut ikan gabus dihiasi corak
seperti gerigi berwarna hitam kecoklatan. Linea lateralis ikan
ini berbentuk melengkung sampai pangkal sirip ekor. Ekor
berbentuk membulat (protocercal).

Bentuk adaptasi ikan antara lain adaptasi morfologi pada tipe


letak mulut, tipe gigi rahang bawah dan bentuk sirip ekor.
Ikan gabus (Channa striata) memiliki sifat agresif dalam
mencari makan. Seperti dinyatakan Uchida & Fujimoto (1933)
dalam Septiyan (2019) bahwa makanan alami ikan gabus berupa
hewan-hewan hidup seperti ikan-ikan kecil, kodok serta hewan
kecil air. Ikan gabus memiliki daya tahan tubuh cukup kuat
meskipun berada didaratan. Hal itu dikarenakan kemampuannya
mampu bernapas langsung dari udara, alat bantu pernafasan
diverticula/kantong yang bentuknya seperti labirin terdapat di
bagian atas insang sehingga mampu menghirup udara dari
atmosfer (Lagler et al., 1993; Muflikhah, 2007 dalam Septiyan
(2019).
Belut rawa (Monopterus albus)

Sumber : pngwing.com
Belut, Swamp Eel, atau Monopterus albus berbadan panjang
dan silindris , mirip tubuh ular. Walaupun tubuhnya memanjang
seperti tubuh ular, belut dikelompokkan dalam ikan. Belut tidak
mempunyai sirip (sirip dada, sirip punggung, sirip perut) atau
anggota lain untuk bergerak. Sirip dada berubah menjadi
sembulan kecil yang tidak berjari-jari. Selain itu, belut tidak
mempunyai sisik. Kulitnya licin berlendir yang
memudahkannya keluar masuk tempatnya bersarang. Matanya
kecil dan tertutup kulit, gigi runcing kecil berbentuk kerucut,
dan dubur jauh ke belakang.
Dua individu belut rawa tertangkap. Satu individu memiliki
panjang baku 23 cm dan lainnya 44 cm. Menurut Iqbal (2011)
dalam Septiyan (2019) Panjang tubuhnya dapat mencapai lebih
dari 50 cm.
Belut rawa hanya diperoleh pada malam hari. Hal ini lumrah,
karena belut hidup di dalam lubang dan tidak menyukai cahaya
matahari. Belut lebih suka keluar dari sarangnya pada malam
hari. Akbar (2014) dalam Septiyan (2019) menyatakan bahwa
belut lebih menyukai hidup di dalam lumpur dan bersembunyi
dalam lubang atau genangan air tawar yang tak mengalir seperti
perairan rawa. Belut tidak betah kena cahaya. Ikan ini mampu
hidup dalam air dengan kandungan oksigen yang sangat
rendah, karena mempunyai alat pernapasan tambahan berupa
kulit tipis berlendir yang terdapat di rongga mulut.
Ikan Timpakul (Periothalmodon
schlosseri)

Sumber : wikipedia
Ikan timpakul (Periothalmodon schlosseri) merupakan jenis ikan dari famili
Gobiidae yang bersifat amphibious. Ikan ini dapat hidup di daratan dalam waktu
relatif lama seperti katak.

Ikan ini mudah dibedakan dengan jenis ikan lainnya berdasarkan ukuran dan
warna tubuh. Pada bagian punggung ikan timpakul berwarna kehijauan, sedangkan
bagian ventral berwarna putih. Ikan timpakul bergerak di daratan dengan kedua
sirip punggung dengan dibantu pergerakan tulang belakang dan sirip ekor.

Ikan ini mempunyai kekhasan lainnya yaitu membuat sarang dengan cara
melubangi tanah dengan menggunakan gigi. Bentuk sarang bagian luar seperti
sarang kepiting tetapi berbeda dalam diameter lubang sarang (Muhamat et al. 2013
dalam Muhamat, 2017).

Ikan P. schlosseri bersifat karnivora dengan memakan hewan-hewan yang


berukuran relatif kecil seperti kepiting kecil, serangga, anak katak, ikan kecil, dan
udang (Muhamat, 2019).
Sumber : Wikipedia Sumber : online jurnal unja
Bagian sawah yang terendam air maupun tidak terendam air merupakan
pilihan utama ikan timpakul untuk membuat sarang dan tempat beraktivitas.
Pertimbangan kondisi suatu lingkungan dijadikan sebagai tempat untuk
membuat sarang dan beraktivitas bagi organisme, diantaranya kemudahan
dalam membuat sarang, minimnya gangguan eksternal (keamanan), dan
efektivitas penggunaan energi dalam beraktivitas.
Daerah yang terendam air akan lebih mudah dibuat sarang dibandingkan
daerah yang kering. Ikan timpakul membuat sarang dengan cara melubangi
tanah dengan menggunakan mulutnya. Tanah yang berlumpur lebih lunak
untuk dibuat sarang daripada tanah yang keras (Ravi dan Rajagopal 2010
dalam Muhamat, 2017).
Ikan timpakul dalam membuat sarang dan beraktivitas jauh dari aktivitas
manusia untuk melindungi diri. Selain itu, keberadaan mangsa di sekitar
sarang di daerah yang terendam air dan di tengah sawah akan lebih hemat
energi dalam menangkap mangsa. Hal ini merupakan salah satu faktor
penting dalam pertimbangan lokasi pembuatan sarang dan beraktivitas
(Campbel et al. 2004 dalam Muhamat, 2017).
Ikan P. schlosseri yang sudah beberapa saat berada di daratan
akan kembali ke perairan untuk mendinginkan tubuhnya. Selain
perilaku tersebut, ikan P. schlosseri mempunyai kemampuan
dalam menjaga kadar oksigen dan air dalam tubuh agar tidak
keluar dari tubuh (Jew et al. 2013; Ishimatsu 2012 dalam
Muhamat, 2017).
Dua hal yang menandai kesuksesan kehidupan suatu organisme
di darat yaitu dapat menahan hilangnya air dan oksigen dalam
tubuh.
Ikan P. schlosseri mempunyai kulit yang berbeda dengan jenis
ikan lainnya. Banyak sel-sel mukus di bagian kulit yang
menghasilkan mukus. Mukus tersebut berfungsi untuk
melindungi kulit dari kekeringan dan membantu kulit dalam
proses pengambilan oksigen oleh kapiler darah yang ada di
permukaan dermis (Rahma 2014 dalam Muhamat, 2017).
Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
Ikan nila merupakan jenis hewan
herbivora terkhusus
planktonivore (Utomo, 2012
2021dalam Dahlia, 2022).
Meskipun demikian ikan nila
memiliki kemampuan bertahan
hidup dengan kondisi lingkungan
yang memiliki sumberdaya
makanan terbatas ataupun
oksigen terbatas, sehingga dalam
kondisi tertentu ikan nila bisa
menjadi pemakan segala
(omnivora) (Dailami et al., Sumber : Thegorbasla.com
2021dalam Dahlia, 2022).
Ikan nila merupakan jenis hewan herbivora terkhusus
planktonivore (Utomo, 2012 dalam Dahlia, 2022). Ikan nila
memiliki kemampuan bertahan hidup dengan kondisi lingkungan
yang memiliki sumberdaya makanan terbatas ataupun oksigen
terbatas, sehingga dalam kondisi tertentu ikan nila bisa menjadi
pemakan segala (omnivora) (Dailami et al., 2021 dalam Dahlia,
2022).
Hal itu didukung bentuk mulut yang inferior simetris sehingga
bisa memakan berbagai jenis makanan dalam kondisi tertentu
(Fitri, 2011 dalam Dahlia, 2022). Menurut Nurhidayah (2016).
Bahwa ikan dapat memanfaatkan kelompok makanan yang
tersedia secara merata dalam jumlah yang banyak (generalis) dan
mempunyai kemampuan menyesuaikan diri terhadap ketersedian
makanan, sehingga daya adap-tasi ikan tinggi terhadap kebiasaan
makanannya serta dalam memanfaat-kan makanan yang tersedia.
Studi Kasus Perubahan Karakter Morfologi Ikan Tawes (Barbodes gonionotus)
yang Hidup di Danau Gua serpeng, Gunung Kidul

Danau Gua Serpeng merupakan sebuah perairan yang terletak di dalam Gua Serpeng. Danau
seluas 800 m2 ini berada pada kedalaman lebih kurang 96 meter di bawah permukaan tanah
(MacDonald, 1984 dalam Budiharjo,2001). Karena terletak di dalam gua danau tersebut memiliki
lingkungan yang khas dan berbeda dari lingkungan perairan lain yang terletak di luar gua.
Lingkungan yang khas tersebut ditandai dengan keadaan yang gelap total sepanjang waktu,
suhu yang relatif rendah, kelembapan udara yang relatif tinggi, kondisi lingkungan yang
konstan sepanjang tahun, serta terbatas
nya bahan pangan (Poulson & White, 1969 dalam Budiharjo,2001).
Lingkungan perairan danau terisolasi dari lingkungan di luar gua karena dibatasi oleh dinding
gua yang menyebabkan perairan danau tidak memiliki hubungan langsung dengan perairan di
luar gua. Isolasi tersebut menyebabkan ikan yang hidup di danau tersebut juga mengalami isolasi
reproduktif dari ikan yang hidup di luar gua. Akibatnya, ikan-ikan sejenis yang hidup di
Danau Serpeng hanya melakukan perkawinan antar anggota dalam populasinya sendiri
sehingga terjadi inbreeding. Dengan terjadinya inbreeding berarti tidak ada aliran gen yang
masuk dalam populasi tersebut. Dalam populasi yang kecil, inbreeding yang berlangsung dalam
waktu yang lama memungkinkan terjadinya susunan gen yang hampir seragam pada populasi
tersebut (Mettler & Gregg, 1969 dalam Budiharjo,2001).
Hasil Pengukuran Parameter
Lingkungan
No Parameter Linkungan Danau Sungai Telaga

1 Oksigen Terlarut (ppm) 5,67 ± 0,17 11,53 ± 0,80 12,20 ± 0,56

2 Co2 Terlarut (pmm) 45,00 ± 2,60 18,67 ± 3,51 19,00 ± 2,34

5 Kelembapan Udara(%) 24,00 ± 0,00 31,00 ± 1,00 30,67 ± 1,36

3 Suhu Udara (oC) 24,00 ± 0,00 29,33 ± 1,08 30,00 ± 1,00

4 Suhu Air (oC) 97,30 ± 0,52 39,30 ± 8,45 42,67 ± 4,67

6 Intensitas Cahaya 0 1.233,33 ± 28,80 1.266,67 + 28,2


Kandungan oksigen terlarut perairan danau jauh lebih rendah
daripada oksigen terlarut sungai dan telaga .
Rendahnya oksigen terlarut dalam danau terutama disebabkan
terbatasnya oksigen dalam lingkungan gua, tidak adanya
proses fotosintesis karena tidak ada cahaya matahari dan
oksigen yang terlarut selalu digunakan oleh hewan danau.
Karbon dioksida terlarut dalam danau jauh lebih tinggi
daripada perairan sungai dan telaga. Nilai CO2 terlarut dalam
danau yang tinggi terutama karena adanya CO2 hasil respirasi
hewan yang larut dalam air, reaksi kimia pelarutan batuan karst
yang menghasilkan CO2 dan tidak adanya penggunaan CO2
melalui fotosintesis.
Tidak adanya cahaya matahari di lingkungan perairan danau
menyebabkan suhu udara menjadi lebih rendah.
Aliran udara yang sangat lambat dalam lorong gua dan
lingkungan gua yang selalu berair menyebabkan panas dari luar
gua yang masuk sampai lingkungan danau sangat sedikit.
Akibatnya, suhu udara di danau menjadi rendah.
Kondisi gua yang selalu basah dan berair, tidak ada cahaya,
aliran udara yang lambat dan terjebaknya uap air oleh dinding
gua menyebabkan kelembapan udara di lingkungan danau jauh
lebih tinggi daripada lingkungan telaga dan sungai.
Lorong gua yang panjang menyebabkan cahaya matahari tidak
dapat mencapai lingkungan danau sehingga keadaannya gelap
total. Sebaliknya, lingkungan telaga dan sungai yang terbuka
cahaya matahari sangat melimpah.
Aspek Morfologi
Lingkungan gua yang berbeda dari lingkungan asal mengharuskan
ikan yang hidup dalam gua melakukan berbagai penyesuaian diri.
Penyesuaian diri tersebut dapat menyebabkan terjadinya perbedaan
morfologi antara ikan yang hidup dalam gua dan ikan luar gua.
Dalam penelitian ini perbedaan morfologi yang diamati meliputi
warna sisik, jumlah vertebrae, meristik dan morfometri.
Warna Sisik
Sisik ikan dari danau tampak transparan karena pigmennya tidak
berkembang. Sebaliknya, ikan dari sungai dan telaga pigmennya
berkembang sehingga sisiknya tampak ada warna tertentu, yaitu
keperakan atau hijau gelap. Moyle & Cech (1982) dalam
Budiharjo (2001) menjelaskan sisik yang transparan pada ikan gua
karena pigmen melanofor yang dapat berfungsi menyerap cahaya
tereduksi. Hilangnya pigmen ini terutama karena tidak adanya
cahaya matahari di lingkungan danau.
Ikan Tawes
A. Ikan Danau Gua
Serpeng
B. Sungai kalisuci
C. Telaga Desa Serpeng

Sumber : Budiharjo
Jumlah Vertebrae
Hasil pengamatan menunjukkan ikan dari telaga dan sungai
vertebraenya berjumlah 29 buah, sedangkan vertebrae ikan
danau 31 buah. Menurut Ferguson (1980) dalam Budiharjo
(2001) perbedaan jumlah vertebrae tersebut terutama akibat
pengaruh suhu air yang berbeda.

Suhu air danau (rata-rata 24 derajat celcius) berada di bawah


suhu optimum ikan tawes pada umumnya (28-32 derajat
celcius). Apabila selama masa perkembangan embrio ikan
berada pada suhu yang lebih rendah dari suhu optimumnya dan
terus berlangsung dari satu generasi ke generasi berikutnya dapat
merangsang jumlah vertebrae berkembang menjadi maksimal
dalam variasinya. Faktor inilah yang diduga paling berpengaruh
terhadap perubahan jumlah vertebrae ikan Danau Serpeng.
Perhitungan Meristik
Data meristik yang diamati meliputi jumlah sisik pada linea lateralis dan
jumlah jari-jari sirip. Sisik pada linea lateralis ikan gua berjumlah 31,
sedangkan ikan dari telaga dan sungai jumlahnya 29 buah. Jumlah sisik
linea lateralis ikan gua yang lebih banyak erat kaitannya dengan
lingkungan yang gelap total, sehingga untuk mengetahui keadaan
lingkungan fungsi linea lateralis sangat besar. Sementara itu, ikan di luar
gua fungsi untuk mengetahui keadaan lingkungan selain menggunakan
linea lateralis, juga dapat menggunakan organ penglihatan. Dengan
demikian, fungsi linea lateralis ikan di luar tidak semaksimal ikan gua.
Rumus jari-jari sirip ikan gua agak berbeda dibandingkan dengan ikan
dari sungai dan telaga. Perbedaan tersebut pada jumlah jarijari pada sirip
ventral. Rumus sirip ikan tawes di luar gua semuanya D.I. 8½, C.22,
P.13½, V.8½, A.6½ , namun pada ikan dari gua rumus sirip ventralnya
adalah V.7½ . Jadi, pada sirip ventral berbeda 1 jari-jari. Menurut Vandel
(1965) dalam Budiharjo (2001) perbedaan itu karena pada ikan gua
umumnya sirip ventral tereduksi.
Morfometri
Dari data morfometri tubuh ikan yang diukur menunjukkan ikan
gua memiliki proporsi tubuh yang berbeda dibandingkan dengan
ikan dari sungai dan telaga. Secara umum bentuk tubuh ikan gua
lebih langsing daripada ikan dari luar gua. Hal ini dapat dilihat
dari indeks tinggi kepala dan tinggi badannya. Beberapa sirip,
yaitu sirip dorsal, ventral dan anal letak dasarnya agak bergeser
ke arah kaudal. Posisi ini berkaitan dengan kemudahan bergerak
ikan karena dapat memperkecil gesekan dengan air.
Pada dasarnya, perbedaan-perbedaan tersebut sangat dipengaruhi
oleh kondisi perairan danau yang berbeda dari sungai dan telaga.
Kondisi yang gelap total dan terbatasnya bahan pakan merupakan
faktor yang sangat berpengaruh terhadap perubahan morfologi
tubuh ikan (Alle & Schmidt, 1963 Banister, 1984; Culver, 1982;
Hard et al, 2000; McDowall, 1998 dalam Budiharjo,2001).
Perubahan dan perbedaan ciri ikan tawes di Danau Gua Serpeng
memerlukan proses yang kompleks dan waktu yang panjang.
Salah satu kuncinya adalah adanya variasi individu. Kondisi
danau yang terisolir dengan lingkungan yang berbeda serta
populasi ikan yang kecil, dapat menyebabkan terjadinya mutasi,
terputusnya aliran gen, proses genetic drift dan seleksi alam.
Dalam waktu yang lama, berbagai faktor tersebut dapat
menyebabkan suatu proses evolusioner yang efeknya dapat
terlihat pada perubahan dan perbedaan ciri taksonomi yang ada.
ikan dari gua masih dapat diidentifikasi sebagai ikan tawes atau
Barbodes goniontus. Namun, karena isolasi geografis dan
memiliki perbedaan yang cukup besar dengan ikan tawes dari
sungai dan telaga, dengan mengacu pada pendapat Simpson
(1961) dalam Budiharjo (2001) populasi ikan dalam danau
tersebut merupakan suatu subspesies tersendiri dari ikan tawes.
Akan tetapi mengingat adanya beberapa perbedaan karakter
morfologi yang diamati, ada kecenderungan bahwa kedua
populasi tersebut spesiesnya sudah berbeda. Meskipun demikian,
apabila mengacu pada konsep spesies biologi yang menyangkut
isolasi reproduksi secara alamiah, pendapat ini belum dapat
dibuktikan.
Kesimpulan
Adaptasi Morfologi yaitu perubahan bentuk tubuh atau struktur alat-alat tubuh tertentu dari suatu organisme
terhadap lingkungannya. Adaptasi morfologi adalah adaptasi yang paling mudah dilihat. Adaptasi Morfologi
:
1.Dari Segi warna : Ikan Sepatung yang tertangkap di rawa umumnya berwarna coklat kehitaman,
sedangkan ikan yang tertangkap di sungai berwarna kuning cerah hingga kuning kecoklatan.
2. Bentuk adaptasi ikan antara lain adaptasi morfologi pada tipe letak mulut, tipe gigi rahang bawah dan
bentuk sirip ekor. Ikan gabus memiliki daya tahan tubuh cukup kuat meskipun berada didaratan. Hal itu
dikarenakan kemampuannya mampu bernapas langsung dari udara, alat bantu pernafasan
diverticula/kantong yang bentuknya seperti labirin terdapat di bagian atas insang.
3. Belut mampu hidup dalam air dengan kandungan oksigen yang sangat rendah, karena mempunyai alat
pernapasan tambahan berupa kulit tipis berlendir yang terdapat di rongga mulut.
4. Ikan timpakul mempunyai kekhasan yaitu membuat sarang dengan cara melubangi tanah dengan
menggunakan gigi.
5. Ikan nila memiliki kemampuan bertahan hidup dengan kondisi lingkungan yang memiliki sumberdaya
makanan terbatas ataupun oksigen terbatas, sehingga bentuk mulutnya inferior simetris sehingga bisa
memakan berbagai jenis makanan dalam kondisi tertentu.
Pada Studi kasus
Karakter morfologi pada ikan tawes gua berbeda dengan ikan tawes sungai dan telaga yaitu meliputi
morfometrik, meristik, warna sisik, dan jumlah vertebrae. Adaptasi Morfologi ikan lahan basah juga
dipengaruhi pada kemampuan komposisi pakan dan parameter lingkungan seperti oksigen terlarut,
karbondioksida terlarut, suhu, kelembapan udara dan intensitas cahaya.
Daftar Pustaka
Anayanti, T.2015. Inventarisasi jenis ikan di Danau Bengaris aerah aliran Sungai Kahayan kota Palangka Raya.(tesis) IAIN Palangkaraya.

Belut rawa Asia Cuchia Fish, gambar diakses pada tanggal 27 februari 2023 dari https://www.pngwing.com/id/free-png-zmdpq.

Budiharjo, A.2001. Perubahan Karakter Morfologi Ikan Tawes (Barbodes gonionotus) yang Hidup di Danau Gua Serpeng, Gunungkidul.
Biodiversitas. 2(1): 104-109

Dahlia, Syafrialdi S dan Kholis M.N, 2022. Studo Morfometrik Ikan Gabus (Channa striata) di Rawa Genangan Banjir Air Gemuruh
Kecamatan Batin III Kabupaten Bungo Provinsi Jambi. Semah.6(2):64-75

Detik (Jumat, 22 Juli 2022), 20 Manfaat Ikan Gabus Untuk Kesehatan,gambar diakses pada tanggal 27 februari 2023 dari
https://www.detik.com/jabar/jabar-gaskeun/d-6191700/20-manfaat-ikan-gabus-untuk-kesehatan-penderita-diabetes-wajib-tahu.

Ensiklopedia Dunia air dan ikan (3 desember 2015), Ikan Rainbow Boesemani Jantan Betina, gambar diakses tanggal 27 Februari 2023 dari
https://duniaair.com/ikan-rainbow-boesemani-pelangi-penghias-akuarium/ikan-rainbow-boesemani-jnatan-betina/.

 Fishbase (08 Juni 2019), Pristolepis grootii , gambar diakses pada tanggal 27 februari 2023 dari
https://www.fishbase.se/Summary/SpeciesSummary.php?id=12290&lang=bahasa.

Kumparan.com, (12 Juli 2022), Mengenal Ikan Channa, Predator Air Tawar yang Kaya Akan Gizi, gambar diakses pada tanggal 27 februari
2023 dari https://kumparan.com/berita-hari-ini/mengenal-ikan-channa-predator-air-tawar-yang-kaya-akan-gizi-1yRpxwcrfzp/full/gallery/1 .

Latuconsina H. 2021. Ekologi Ikan Perairan Tropis. Biodiversitas Adaptasi Ancaman dan Pengelolaannya. UGM Press.

Muhamat, Santoso H.R dan Hidayaturrahmah. 2017. Adaptasi Ikan Timpakul (Perioptholmodon schlosseri) di Habitat terganggu Muara
Sungai Barito, Kalimantan Selatan . Biospecies.10(2): 60-66
Muslim, dkk. 2019. Adaptasi Ikan Sepatung (Pristolepis grootii) Dalam Wadah Budidaya. (Cetakan Pertama), Uwais Inspirasi
Indonesia, Jawa Timur.

Online jurnal unja, Ikan timpakul, gambar diakses pada tanggal 27 februari 2023
Rahardjo, M., F (Agustus 2020), Aneka Ragam Bentuk Sirip Ikan, gambar diakses tanggal 27 februari 2023 dari
http://iktiologi-indonesia.org/wp-content/uploads/2020/12/5-M-Fadjar-Rahardjo-Aneka-Ragam-Bentuk-Sirip-Ikan-i.pdf.

Septiyan, R.A, Soendjoto M.A dan Arifin Y.F. 2019. Deskripsi Lima Spesies Ikan yang Hidup di Kawasan Rawa Desa Malintang,
Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar: Survei Pendahuluan. ResearchGate.4(3): 629-633

Suparmi, A (27 Desember 2017), Morfologi Ikan, gambar diakses tanggal 27 Februari 2023 dari
http://anikperikanan.blogspot.com/search/label/Morfologi%20ikan#.

Supriatna, A (12 Oktober 2020), Morfologi Ikan, gambar di akses tanggal 27 Februari 2023 dari
https://www.lalaukan.com/2020/10/morfologi-ikan.html.

Thegorbasla.com, Ikan Nila : Cara Merawat, Budidaya, Pakan, Harga Jual (Lengkap), gambar diakses pada tanggal 27 februari
2023 dari https://thegorbalsla.com/ikan-nila/.

Wikipedia, Giant mudskipper, gambar diakses pada tanggal 27 februari 2023 dari https://en.wikipedia.org/wiki/Giant_mudskipper
.

Wikipedia, Timpakul, gambar diakses pada tanggal 27 februari 2023 dari https://bjn.wikipedia.org/wiki/Timpakul.
Yanuarti, E (2023), 4 Tipe Mulut Ikan, gambar diakses tanggal 27 februari 2023 dari https://haloedukasi.com/tipe-mulut-ikan
 

Anda mungkin juga menyukai