Anda di halaman 1dari 62

Refleksi Kasus 1 Kepaniteraan Klinik Ilmu Kulit dan Kelamin

SELULITIS
Disusun oleh : Evita Zevanya/42220621
Dosen Pembimbing Klinik : dr. Gabriel Erny Widyanti,
Sp.KK., M.Kes
01.
STATUS
PASIEN
1.1 IDENTITAS PASIEN

• Nama : Tn. MBZ


• No. Rekam Medis : 00 – 54 – xx - xx
• Jenis Kelamin : Laki-Laki
• Usia : 79 tahun
• Tanggal Lahir : 01 Juli 1943
• Pekerjaan : Tidak bekerja
• Alamat : Daerah Istimewa Yogyakarta
• MRS Bethesda : 18 Januari 2023
• DPJP : dr. Gabriel Erny Widyanti, Sp.KK., M.Kes
1.2 Anamnesis

Riwayat Penyakit
Keluhan Utama
Sekarang

Pergelangan kaki kanan dan kiri hingga • Pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit
telapak kaki nyeri, gatal, kaku, kering,
Bethesda Yogyakarta pada tanggal 18 Januari 2023 dengan
dan menghitam.
keluhan pergelangan kaki kanan dan kiri hingga telapak
kaki nyeri, gatal, kaku, kering, dan menghitam sejak 2
minggu yang lalu.
• Terdapat luka pada telapak kaki kanan.
• Pasien menggunakan kursi roda dan diantar oleh anaknya.
1.2 Anamnesis
Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)

01. 02. 03.


Asma Hipertensi DM
Disangkal (+) Disangkal

04. 05. 06.


Penyakit jantung Penyakit ginjal Lainnya
(+) Disangkal • Berobat luka di kaki setahun
yang lalu, tidak kontrol
• Liken simpleks kronik
1.2 Anamnesis

Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat Pengobatan


Tidak ada Valsartan dan
Furosemide

Riwayat Alergi Riwayat Operasi


Tidak ada Tidak ada
1.2 Anamnesis
Gaya Hidup (Lifestyle)

01. 02. 03.


Merokok Alkohol NAPZA
Disangkal Disangkal Disangkal

04. 05. 06.


Makan Olahraga Aktivitas sehari-hari
Teratur sehari 3x, beragam Disangkal • Aktivitas fisik terbatas
• Banyak duduk dan
berbaring
• Dibantu keluarga
1.3 Pemeriksaan Fisik

Status Generalis
01 KU Baik

Compos mentis
02 Kesadaran E4V5M6

03 Tanda vital Tidak dilakukan

04 Ekstremitas bawah Terdapat lesi sesuai UKK


1.3 Pemeriksaan Fisik
Betis, pergelangan kaki, dan punggung kaki dextra et sinistra

Likenifikasi eritem kehitaman

Multipel, tersebar

Ukuran dan bentuk bervariasi

Batas tidak tegas

Skuama halus

Kulit xerotik

Edema terutama yang dextra


1.3 Pemeriksaan Fisik

Lutut dextra

Sikatriks atropi

Multipel

Hipopigmentasi

Bentuk bulat

Batas tegas
1.3 Pemeriksaan Fisik

Plantar dextra

Fisura

Multipel

Tidak ada perdarahan aktif

Kulit xerotik
1.4 Diagnosis Banding

01 02 03 04

Selulitis Erisipelas Dermatitis statis Liken simpleks kronik


1.5 Pemeriksaan penunjang 1.6 Diagnosis kerja

Selulitis et vulnius excoriatum


Tidak dilakukan.
1.7 Tatalaksana

01. R/ Ciprofloxacin tab mg 500 No. XIV


So12h. tab I (habiskan)

02. R/ Paracetamol tab mg 500 No.X


Sprn.3dd.tab I (jika nyeri)

R/ Loratadin tab mg 10 No. X


03. S1dd. tab I (jika gatal)
1.7 Tatalaksana

R/ Povidon iodin lar 1 : 10/100 mL Lag No. I


04. S2dd. m et v. ue (kompres pada tungkai bawah kanan dan kiri, serta telapak kaki kanan dengan kassa
steril selama 10 – 15 menit, pagi dan sore hari setelah mandi)

R/ Clobetasol propionate oint 0,05% Tube No.1


05. S2dd. m et v. ue (dioles pada tungkai bawah kanan dan kiri selain telapak kaki setelah kompres
dengan povidon iodin)

06. R/Asam fusidat krim 2% Tube No.1


S2dd. m et v. ue (dioles pada telapak kaki kanan, setelah kompres dengan povidone iodin)
1.8 Edukasi

01 Kaki dievelasi/diangkat untuk mengurangi bengkak

02 Jangan digaruk jika terasa gatal

03 Tetap melakukan fisik sederhana

04 Menjaga kebersihan tubuh

Mengkonsumsi dan mengoleskan obat secara teratur, antibiotic


05 dihabiskan

06 Jika obat hampir habis dan kondisi tidak membaik, kontrol


1.9 Prognosis

Quo ad vitam Bonam

Quo ad functionam Bonam

Quo ad sanationam Dubia ad malam


02. TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Definisi Selulitis

- Infeksi bakteri pada kulit yang mencapai dermis dan jaringan


subkutan  pioderma profunda
- Tanda inflamasi akut : eritem difus, teraba hangat, nyeri, dan
edema.
- Paling sering terjadi pada tungkai bawah.
2.2 Epidemiologi Selulitis
Posisi ke-18 pada Global Kasus diperkirakan mencapai

DALYs Disease Burden 14 juta– 650 ribu rawat inap -

Ranking biaya pengobatan 3,7 miliyar


Dollar / tahun (USA)

Posisi ke-4 - penyebab


Usia > 45 tahun
disabilitas secara global

?
2.3 Faktor Risiko Selulitis - Lokal

01. 02. 03.


Riwayat selulitis Luka
Edema tungkai kronik
sebelumnya

04. 05. 06.


Ulkus baru atau - Tinea pedis Riwayat operasi, tindakan
riwayat ulkus - Dermatitis invasif
- Psoriasis
2.3 Faktor Risiko Selulitis - Sistemik

01. 02. 03.


Malnutrisi Imunodefisiensi DM – ulkus diabetik

04. 05. 06.


Obesitas Insufisiensi vena
Penyakit arteri perifer
2.3 Faktor Risiko Selulitis - Sistemik

07. 08. 09.


Penyalahgunaan obat
Riwayat merokok Konsumsi alkohol (injeksi)

10. 11. 12.


Pasien kanker dan
Terapi glukokortikoid
kemoterapi Limfadema kronik
2.3 Faktor
Risiko
Selulitis
2.4 ETIOLOGI SELULITIS

Paling sering Anak-anak


Staphylococcus aureus dan Pneumococci
Streptococcus grup A Neisseria meningitidis grup B

Lebih jarang Gigitan anjing/kucing


Streptococcus grup B, C, dan G;
Pasteurella multocida;
Pasteurella multocida
Vibrio vulnificus;
Myocbacterium fortuitum complex.
2.5 PATOGENESIS SELULITIS
• Patogen  bagian kulit atau mukosa yang tidak intak - port de entry.
• Faktor virulensi bakteri  kerusakan skin barrier dan inflamasi.
• Patogen akan tersebar dan menginvasi lapisan epidermis, dermis, dan jaringan subkutan.
• Jumlah patogen umumnya sedikit - reaksi terhadap sitokin dan superantigen bakteri dominan.
Faktor virulensi Staphylococcus aureus

Bakteri gram positif

Didapati pada 25 – 30% individu dewasa sehat dan 25% individu yang bekerja di rumah sakit

Faktor virulensi  lisis sel inang, stimulasi inflamasi, dan menghambat rekrutmen neutrofil
Faktor virulensi Staphylococcus aureus - Toksin

• Toksin alfa-hemolisin, gamma-hemolisin, Panton-Valentine


leucocidin (PVL), leucocidin E/D, dan leucocidin M/F-PV-
like.
• Pelarut monomer pada sel target - membentuk pori pada
membran sel - melisis sel secara langsung.
• Alfa-hemolisin - agregasi dan formasi mikrotrombi -
berpotensi membentuk sumbatan kecil pada pembuluh
darah.
• Penetrasi barrier epitel, mengaktivasi inflamasi, dan
pertahanan patogen.
Faktor virulensi Staphylococcus aureus

Protein A (SpA) MSCRAMMs (microbial surface components


recognizing adhesive matrix molecules)

Dimediasi LPxTG akan berikatan dengan reseptor • Diekspresikan pada permukaan sel bakteri.

Fc-gamma antibodi IgG  masking antigen  efek • Elastin-binding protein, collagen-binding protein,

antifagotik dan mencegah opsonofagosis sel bakteri. dan fibronectin-binding protein .


• Adhesi sel bakteri dengan sel sekitarnya.
• Kemungkinan penting terhadap proses infeksi,
kolonisasi, dan invasi, namun belum diketahui.
Faktor virulensi Staphylococcus aureus

Asam lipoteicoic Koagulase

• Komponen dinding sel bakteri. • Canonical coagulase (Coa) dan von Willebrand
• Aktivasi sistem imun bawaan – neutrophil dan factor binding protein (vWbp).
sitokin pro-inflamasi. • berikatan dan mengaktivasi prothrombin  kaskade
koagulasi.
• memicu polimerisasi fibrin  berikatan silang
dengan bakteri pada bekuan  mencegah bakteri
terdeteksi oleh sistem imun tubuh,
• vWbpp akan mendukung proses koagulasi.
Faktor virulensi Staphylococcus Grup A

• Asam lipoteichoic dan protein F pada dinding sel  adhesi bakteri ke


sel host dan mendukung proses kolonisasi.
• Mensekresi streptolysin dan hialuroidase  melisiskan sel host dan
berperan dalam proses invasi ke jaringan kulit yang lebih dalam.
• Kapsul, protein G, C5a peptidase, dan protein M (inhibisi fagositosis)
memproteksi bakteri dari mekanisme imunitas host
Respons Sistem Imun

01. 02.

Sistem Imun Bawaan Sistem Imun Adaptif


• Sitokin pro-inflamasi • Sel B  antibodi melawan toksin, faktor virulensi
• Kaskade komplemen lainnya
• Produksi antimicrobial peptide (amps) -cathelicidin • Sel Th1  IFN-gamma  memediasi sistem imun
antimicrobial peptide (CAMP) dan β-defensins diperantarai sel
• CAMP  mendisrupsi integritas membran sel bakteri • Sel Th2  IL-4 and IL-13  antibodi
dan aktivasi neutrofil  fagositosis • Sel Th17  IL-17, IL-22, dan IL-26  rekrutmen
neutrophil dan pembentukan abses
Respons Sistem Imun
Respons Sistem Imun
Respons Sistem Imun
2.6 Gambaran Klinis

Gejala konstitusi: demam tinggi (38,5 Vesikel, bula, erosi, abses, perdarahan, dan
oC) dan malaise nekrosis disekitar patch dan/atau plak

selulitis
Patch eritem, batas tidak tegas, bentuk Pembesaran dan nyeri limfonodi regional
ireguler, edema, nyeri, dan teraba hangat sekitar lesi
Luka operasi  regio batang
Dewasa  tungkai bawah tubuh

Injeksi intravena dan post- Wajah - gejala rhinitis,


masektomi  area lengan konjungtivitis, dan faringitis
Selulitis dengan erosi, bula, skuama, plak, patch Selulitis dengan eritem ireguler dan berbatas
eritem dan edema pada dorsum pedis dextra tidak tegas, papul kehitaman, edema tungkai
pasien tinea pedis bawah, pasien mengalami demam
Selulitis berulang area lengan pada pasien dengan Selulitis dengan plak eritem kehitaman dan
limfadema kronik (riwayat masektomi) bula pada pasien diabetes melitus
Selulitis pasca luka tusuk, eritem, edema, abses, Selulitis dengan plak eritem kehitaman dan
krusta, vesikel bula pada pasien diabetes melitus
2.7 Pemeriksaan Penunjang Selulitis

Tidak rutin dilakukan, karena dapat didiagnosis secara klinis

Pemeriksaan darah rutin – leukositosis

Kultur darah – 29% (confirmed), indikasi : pireksia

Biopsi jaringan kulit - tidak menunjukkan hasil spesifik.

Pemeriksaan radiologi - ultrasonografi Doppler - jika diagnosis klinis diragukan.


Keuntungan : deteksi deep vein thrombosis
2.8 Diagnosis Banding
1. Erisipelas
 bakteri menginfeksi lapisan epidermis
dan dermis kulit.
 etiologi utama Streptococcus beta
hemoliticus.
 patch eritema cerah yang berbatas tegas
dengan peninggian bagian tepi, edema
ringan, vesikel, bula.
 peau d’orange appearance.
2.8 Diagnosis Banding
2. Dermatitis statis

 inflamasi kulit tungkai bawah - insufisiensi atau hipertensi


pembuluh darah vena yang bersifat kronis.
 individu berusia > 50 tahun.
 trauma, pembedahan, dan trombosis.
 onset lambat.
 varises dan edema (terutama setelah berdiri lama) 
hiperpigmentasi dan muncul purpura  likenifikasi dan fibrotic
(botol terbalik).
 eritema, deskuamasi superfisial, dan keluhan gatal bilateral.
2.8 Diagnosis Banding
3. Liken Simpleks Kronik

 inflamasi kronik kulit - gatal dan penebalan kulit -


siklus gatal-garuk yang berulang.
 plak eritematosa disertai edema ringan  likenifikasi,
skuama, hiperpigmentasi, dan ekskoriasi, serta batas
dengan kulit normal tidak jelas
 kulit kepala, leher, lengan ekstensor, pubis, vulva,
skrotum, perianal, tungkai atas, lutut, tungkai bawah
lateral, pergelangan kaki, dan punggung kaki.
2.9 Tatalaksana Selulitis

Kompres terbuka dengan larutan antiseptik

Analgesik-antipiretik

Antibiotik sistemik

Derajat berat – toksisitas sistemik  rawat inap

Abses berukuran besar – pertimbangkan insisi dan drainase


Antibiotik Sistemik – Lini Pertama

01. Kloksasilin/dikloksasilin : 4 x 250-500 mg/hari pada dewasa; 25-


50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis pada anak-anak.

Amoksisilin dan asam klavulanat: 3 x 250 - 500 mg/hari


02. pada dewasa; anak-anak 25 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3
dosis.

03. Sefaleksin: 25-50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis.


Antibiotik Sistemik – Lini Kedua

01. Azitromisin : 1 x 500 mg/hari (hari 1), dilanjutkan 1 x 250 mg (hari 2-5)

02. Klindamisin : 15 mg/kgBB/hari terbagi 3 dosis

Eritromisin : 4 x 250-500 mg/hari pada dewasa; 20-50 mg/kgBB/hari


03. pada anak-anak
Antibiotik Parentral

Indikasi : sepsis dan terjadi di area berbahaya (maksila)


o Nafcillin 1 - 2 gram IV tiap 4 jam, anak 100-150
mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis;
o Penisilin G 2 - 4 juta unit IV tiap 4-6 jam, anak: 60-
100.000 unit/kgBB tiap 6 jam;
o Cefazolin IV 1 gram tiap 8 jam, anak: 50 mg/kgbb/hari
dibagi dalam 3 dosis;
o Ceftriaxone IV 1 - 2 gram ,1 kali/hari.
Selulitis

2. 10 Edukasi 2.11 Prognosis

• Elevasi tungkai bawah sedikit lebih tinggi dari • Tergantung status imun, derajat keparahan, dan
jantung untuk mengurangi edema. pemilihan terapi yang tepat.
• Menjaga kebersihan dan menghindari trauma • Terapi yang tepat pada pasien imunokompeten dan
pada area lesi dan bagian tubuh lainnya. tanpa komplikasi  memperbaiki kondisi klinis
pasien dalam 48 jam.
• Komplikasi: bakteriemia, endocarditis, dan
osteomyelitis.
03. Refleksi Kasus
3.1 Deskripsi Kasus

Pasien laki-laki berusia 79 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta pada tanggal 18 Januari 2023 dengan keluhan pergelangan kaki kanan dan kiri
hingga telapak kaki nyeri, gatal, kaku, kering, dan menghitam sejak 2 minggu yang lalu. Terdapat
luka pada telapak kaki kanan. Pasien menggunakan kursi roda dan diantar oleh anaknya. Pasien
memiliki penyakit penyerta hipertensi dan penyakit jantung sehingga rutin mengkonsumsi Valsartan
dan Furosemide. Riwayat alergi disangkal. Pasien pernah berobat ke Poliklinik Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta karena luka di bagian kaki tahun lalu, setelahnya pasien tidak
kontrol dan beli obat sendiri. Pasien pernah di diagnosis liken simpleks kronik. Aktivitas sehari-hari
pasien dibantu keluarga karena pasien berkursi roda. Pasien terbatas dalam melakukan aktivitas
fisik..
3.1 Deskripsi Kasus

Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan pada betis, pergelangan kaki, dan punggung kaki
dextra et sinistra terlihat edema terutama tungkai bawah dextra dan terdapat likenifikasi
berwarna eritem dan kehitaman, multipel, dengan berbagai bentuk dan ukuran, berbatas tidak
tegas, tersebar, dan disertai skuama. Tekstur kulit pasien kasar dan xerotik; pada lutut kanan
terdapat sikatriks atropi hipopigmentasi, multipel, berbentuk bulat, dengan diameter kurang lebih
1,5 cm, dan berbatas tegas; dan pada plantar dextra tepatnya dibawah jari-jari kaki terdapat
fisura multipel, tidak ada perdarahan aktif, kulit xerotik.
3.1 Deskripsi Kasus

Pasien didiagnosis selulitis et vulnus excoriatum dan diberikan farmakoterapi berupa


Ciprofloxacin tablet 500 mg tiap 12 jam selama 7 hari; Paracetamol tablet 500 mg sehari 3 kali (jika
nyeri); Loratadin tablet 10 mg sehari 1 kali (jika gatal); Povidon iodin larutan 1 : 10/100 mL, sehari 2
kali setelah mandi pagi dan sore, dikompres pada tungkai bawah kanan dan kiri, serta telapak kanan
dengan kassa steril selama 10 – 15 menit; Clobetasol propionate ointment 0,05% sehari 2 pada tungkai
bawah kanan dan kiri selain telapak kanan, setelah kompres dengan povidon iodin; dan Asam fusidat
krim 2% sehari dua kali pada telapak kaki kanan, setelah kompres dengan Povidon Iodin. Pasien diberi
edukasi untuk elevasi kaki lebih tinggi dari jantung, tidak menggaruk jika gatal, minum dan
oleskan obat secara teratur, dan jika kondisi tidak membaik setelah obat hampir habis kembali
kontrol.
3.2 Perasaan Personal
1. Perasaan yang menyenangkan
- Merasa senang dapat mempelajari banyak ilmu baru dan mendalami berbagai literatur terkait
selulitis.
- Merasa senang karena dapat melakukan anamnesis kepada pasien dan keluarga, menginspeksi
langsung lesi pada kulit pasien, dan mempelajari lebih lanjut terkait kasus pasien, seperti faktor
risiko dan terapi yang tepat.
- Terharu karena anak pasien sangat perhatian dengannya dan membantu menjelaskan berbagai keluhan
yang dialami pasien.

2. Perasaan yang tidak menyenangkan


- merasa prihatin pada pasien karena pasien merasa terganggu terhadap keluhan gatal, nyeri, dan
kaku dikakinya.
3.3 Analisis
o Faktor risiko selulitis pada pasien ini  riwayat trauma pada lutut.
o Edema diperberat  pasien berkursi roda sehingga aktivitas fisik terbatas.
o Selulitis - tingkat kompetensi 3A pada SNPPDI 2019.
o Anamnesis - lengkap untuk mengetahui riwayat penyakit dan pengobatan pada pasien.
o Pemeriksaan fisik - dilakukan secara hati-hati dan jangan sampai membuat pasien tidak nyaman atau
memberat gejala.
o Pasien memiliki penyakit penyerta dan mengkonsumsi obat-obatan rutin  pemilihan obat harus
dilakukan secara hati-hati  mencegah interaksi obat yang tidak diinginkan.
o Edukasi terkait cara minum dan pemakaian obat topikal perlu disampaikan dengan jelas  pengobatan
pasien maksimal. 
3.4 Evaluasi
• Perlu menguasai penyakit-penyakit pada SNPPDI 2019
sesuai tingkat kompetensi.
• Pemahaman terkait UKK dan keluhan tiap penyakit perlu
dikuasai agar dapat mendiagnosis dengan tepat.
• Menggali faktor risiko yang berkait dengan diagnosis
banding perlu dilakukan.
• Mempelajari lebih lanjut mengenai interaksi obat yang
sering digunakan dalam praktik klinis.
3.5 KESIMPULAN

• Penegakkan diagnosis selulitis dilakukan dengan anamnesis dan


pemeriksaan fisik yang tepat.
• Pemahaman dalam menilai UKK, keluhan, dan faktor risiko sangat
penting untuk penegakan diagnosis.
• Pemberian farmakoterapi yang tepat dan penyampaian edukasi secara
jelas dapat memberikan oucome klinis yang baik bagi pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Burian E, Karlsmark P, Frans J, et al. (2021). Cellulitis in Chronic Oedemao Of The Lower Leg: An
International Cross-Sectional Study. British Journal of Dermatology, 185(1):110-118.
Brown BD &Hood Watson KL. (2022). Cellulitis. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK549770/
Cheong HS, Chang YS, Joo EJ, et al. (2019). Metabolic Obesity Phenotypes and Risk of Cellulitis: A
Cohort Study. J Clin Med, 8(7):953. doi: 10.3390/jcm8070953.
Cranedonk DR, Lavrijsen APM, Prins JM, et al. (2017). Cellulitis: Current Insights Into Pathophysiology
and Clinical Management. The Netherlands Journal of Medicine, 75(9): 366 – 378.
Crisp JG, et al. (2015). Inability of Polymerase Chain Reaction, Pyrosequencing, and Culture Of Infected
And Uninfected Site Skin Biopsy Specimens To Identify The Cause of Cellulitis. Clin Infect Dis, 61(11): 1679-
1687. http://dx.doi.org/10.1093/cid/civ655
Kaye KS, Petty LA, Shorr AF, Zilberberg MD. (2019). Current Epidemiology, Etiology, and Burden of
Acute Skin Infections in the United States. Clin Infect Dis, 68(3):S193-S199.
DAFTAR PUSTAKA
Krishna S & Miller LS. (2012). Innate and Adaptive Immune Responses Against Staphylococcus Aureus
Skin Infections. Semin Immunopathol, 34(2):261-80. doi: 10.1007/s00281-011-0292-6.
Kwiecinski JM & Horswill AR. (2020). Staphylococcus Aureus Bloodstream Infections: Pathogenesis and
Regulatory Mechanisms. Curr Opin Microbiol, 53:51-60. doi: 10.1016/j.mib.2020.02.005.
Lacey KA, Geoghegan JA, McLoughlin RM. (2016). The Role of Staphylococcus aureus Virulence Factors
in Skin Infection and Their Potential as Vaccine Antigens. Pathogens,5(1):22.
https://doi.org/10.3390/pathogens5010022
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/1186/2022 tentang Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. Halaman 568 – 571.
McAdow M, Missiakas DM, Schneewind O. (2012). Staphylococcus Aureus Secretes Coagulase And Von
Willebrand Factor Binding Protein To Modify The Coagulation Cascade And Establish Host Infections. J Innate
Immun, 4(2):141-8. doi: 10.1159/000333447
Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W, et al. (2016). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketujuh.
Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman 183 – 185; 188 - 189.
DAFTAR PUSTAKA
Mohammad, M., Na, M., Hu, Z. et al. (2021). Staphylococcus Aureus Lipoproteins Promote Abscess
Formation in Mice, Shielding Bacteria from Immune Killing. Commun Biol, 4:432.
https://doi.org/10.1038/s42003-021-01947-z
Newberger R & Gupta V. (2022). Streptococcus Group A. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559240/
Phoenix G, Das S, Joshi M. (2012). Diagnosis and Management of Cellulitis. BMJ, 345:e4955. doi:
10.1136/bmj.e4955
Quirke M, Ayoub F, McCabe A, et al. (2017). Risk Factors For Nonpurulent Leg Cellulitis: A Systematic
Review And Meta‐Analysis. British Journal of Dermatology, 177(2):382–394, DOI:
https://doi.org/10.1111/bjd.15186
Raff AB & Kroshinsky D. (2016). Cellulitis: A Review. JAMA, 316(3):325-37. DOI:
10.1001/jama.2016.8825
Seo HS & Park KH. (2014). Cutaneous Immune Defenses Against Staphylococcus aureus Infections.
Journal of Lifestyle Medicine, 4(1):39 –46. DOI: 10.15280/jlm.2014.4.1.39
Widati S, Soebono H, Nilasari H, et al. (2017). Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit dan
DAFTAR PUSTAKA
Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, et al. (2008). Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine Seventh
Edition. New York: MacGrawHill Education. Pages 1722-1723.
Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP, Roh EK. (2017). Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology Eight Edition. New York : MacGrawHill Education. Pages 40 – 42; 541 - 547.
Xue Y, Zhou J, Xu BN. (2022). Global Burden of Bacterial Skin Diseases: A Systematic Analysis Combined
with Sociodemographic Index, 1990-2019. Front Med, 9: 861115. doi: 10.3389/fmed.2022.861115
Terima kasih 
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
, including icons by Flaticon and infographics & images by including icons by Flaticon and infographics & images by
Freepik Freepik

Anda mungkin juga menyukai