Anda di halaman 1dari 6

Etika Berbisnis dengan Teman

Oleh:
Sri Irtawidjajanti
Faktor – faktor yang menjadi pertimbangan:
1. Jumlah Mitra Bagi Pemula
Jumlah mitra sebaiknya tidak lebih dari tiga orang. Kalau jumlahnya lebih dari tiga,
pembagian tugas bisa jadi sulit. "Semakin banyak kepala, semakin sulit
menggabungkan ide, pendapat, visi, dan misi.
2. Minat
Akan sangat baik bila teman yang akan diajak bergabung memiliki minat yang sama dengan calon pengusaha.
Ia pun akan menjalani bisnis dengan penuh antusiasme dan tidak merasa terbebani. Kalaupun minatnya berbeda,
setidaknya ia mempunyai pengetahuan mengenai usaha yang akan dijalankan. Jangan memilih mitra yang tidak
tahu apa-apa tentang bisnis tersebut.
Faktor – faktor yang menjadi pertimbangan:
3. Pemisahan urusan kerja dari pribadi
• Tanyakan hal ini pada diri sendiri (calon pengusaha), "Dapatkah membedakan mana yang urusan pekerjaan, dan mana yang murni
urusan pribadi?" Banyak masalah usaha timbul karena orang-orang yang terlibat di dalamnya tidak mampu memilah-milah dua hal
ini. Mereka akhirnya saling menyerang aspek-aspek kehidupan pribadi dan tidak mengacu pada masalah pekerjaan yang sebenarnya.
4. Pembagian tugas
• Tentukan siapa yang menangani bagian apa. Sebaiknya kedua-duanya tidak menangani bagian yang sama karena akan tumpang-
tindih dan terjadi kesalahpahaman. Bicarakan hal ini sejak awal dengan sang sahabat. Kebanyakan pasangan bisnis bergabung karena
mereka memiliki kelebihan yang tidak dipunyai temannya. Jadi mereka saling melengkapi. Kalau lebih jago di lapangan dan supel
menghadapi orang, mungkin calon pengusaha bisa mencari mitra yang bisa menangani urusan dari balik meja, misalnya soal
administrasi.
Pembagian ini juga berlaku dalam hal dana. Mitra bisa jadi adalah orang yang menyuntikkan modal dalam nadi usaha calon
pengusaha. Atau sebaliknya, calon pengusaha memiliki modal, tapi tidak punya orang untuk menjalankannya.
Faktor – faktor yang menjadi pertimbangan:
5. Tentukan siapa bosnya
• Tidak bisa dua orang menjadi pemimpin pada saat yang bersamaan. Harus dipilih satu orang untuk
menjadi pemimpin. Kalau dua-duanya ngotot jadi pimpinan, suasana bisa tegang. Calon pengusaha
Dan teman harus menentukan siapa yang menjadi direktur dan siapa yang menjadi wakil direktur.
TmepTTempatkan ego calon pengusaha berdua di bawah kepentingan usaha. Setelah itu, komunikasikan
• hal ini kepada karyawan dan klien.
6. Pembagian keuntungan
• Inilah salah satu isu paling sensitif dalam dunia usaha. Besarnya keuntungan yang dibagi harus benar-benar dipahami dan disepakati
di awal. Kalau tidak tercapai kesepakatan, lupakan saja rencana ini.
• Pembagian keuntungan ini sifatnya sangat fleksibel. Tidak ada hukum atau undang-undang yang mengatur hal ini. Salah satu hal
yang menentukan (pembagian keuntungan) adalah jenis bisnis. Kalau usaha lebih mengacu pada usaha padat modal, pemberi
modallah yang semestinya mendapatkan bagian keuntungan lebih besar. Tetapi kalau mengacu pada usaha padat karya, orang yang
lebih banyak bekerja di lapanganlah yang seharusnya dihargai lebih.
Sistem Gaji

• Pembagian keuntungan atau sistem penggajian bisa bermacam-macam, misalnya tahunan atau bulanan. Jika
pembagian hasil baru dilakukan di penghujung tahun, pihak yang bekerja (bukan yang memberi modal) bisa
memperoleh gaji meskipun jumlahnya tidak terlalu banyak. Di akhir tahun ia akan tetap mendapat pembagian
keuntungan, tetapi sudah dikurangi gaji bulanan. Jadi jumlahnya pasti lebih sedikit daripada yang didapat si
pemberi modal.
• Gaji perlu diberikan setiap bulan kepada pihak yang lebih banyak di lapangan karena diasumsikan orang
tersebut pasti keuangannya lebih lemah daripada pihak pemberi modal.  Namun, bila pembagian hasil
dilakukan per bulan, pihak yang bekerja tidak perlu memperoleh gaji. Bukan tidak mungkin pembagian
keuntungan ini diubah sesuai perkembangan di masa depan.
Bukan tidak mungkin pembagian keuntungan ini diubah sesuai perkembangan di masa depan.
Faktor – faktor yang menjadi pertimbangan:
7. Intervensi
• Mempunyai hak suara dalam usaha calon pengusaha, apakah hanya calon pengusaha berdua atau keluarga pun bisa
mengintervensi? Harus jelas hal ini di awal. Agar suatu hari nanti, usaha calon pengusaha tidak di diganggu oleh pihak-
pihak yang tidak semestinya ikut campur.
• Pemiliki hak suara hanyalah calon pengusaha dan sahabat. Suami-suami (saudara) bahkan tidak seharusnya campur
tangan. Mereka boleh memberi masukan, tetapi pengambilan keputusan tetap berada di tangan calon pengusaha berdua.
• Bila terjadi konflik, disarankan untuk mencari seorang konsultan atau tenaga profesional lain yang bisa diajak berdiskusi.
(Tassia Sipahutar)

Anda mungkin juga menyukai