Anda di halaman 1dari 10

PEMAHAMAN PENGATURAN

PENYIDIKAN BERSAMA PENEGAKAN


HUKUM YANG DILAKUKAN PPNS

OLEH

SIE KORWAS PPNS DITRESKRIMSUS


POLDA BENGKULU
PENGERTIAN DAN PENGATURAN MENGENAI PPNS
Pasal 1 angka 6 PP No. 58 Tahun 2010 ttg Perubahan Atas PP No. 27 Tahun 1983 ttg
Pelaksanaan KUHAP memberikan pengertian PPNS adalah pegawai negeri sipil tertentu
sebagaimana dimaksud dalam KUHAP, baik yang berada di pusat maupun daerah yang
diberi wewenang khusus oleh UU. Kemudian Pasal 1 angka 11 dan Pasal 3 UU No. 2 Tahun
2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia juga memberikan, yaitu:

Pasal 1 angka 11
Penyidik Pegawai Negeri Sipil adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan ditunjuk selaku penyidik dan mempunyai
wewenang untuk melakukan penyidikan tindak pidana dalam lingkup Undang-Undang yang
menjadi dasar hukumnya masing-masing.

Pasal 3
(1) Pengemban fungsi kepolisian adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
dibantu oleh:
a. kepolisian khusus;
b. penyidik pegawai negeri sipil; dan/atau
c. bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.
(2) Pengemban fungsi kepolisian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, b, dan c,
melaksanakan fungsi kepolisian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
menjadi dasar hukumnya masing-masing
SINKRONISASI DAN KEHARMONISAN
DALAM SUBSISTEM PENYIDIKAN
Proses penyidikan tindak pidana merupakan salah satu subsistem dlm
sistem peradilan pidana sbgmn diatur dlm KUHAP dan dlm proses
penyidikan ini sangat perlu adanya sinkronisasi dan keharmonisan dlm
subsistem penyidikan.
Konsepsi Sistem Peradilan Pidana Terpadu menghendaki adanya
kerjasama secara terpadu di antara komponen2 yg terlibat, kegagalan dari
salah satu komponen dalam sistem tersebut akan mempengaruhi cara
dan hasil kerja dari komponen lainnya. Selain itu perlu kesatuan pola
pikir bahwa keberhasilan pelaksanaan tugas hanya dapat dicapai karena
adanya kerjasama di antara para penegak hukum. Untuk itu setiap
komponen perlu mengembangkan pola pikir yg seragam dlm pelaksanaan
tugas masing2, Lemahnya koordinasi antar instansi penegak hukum dpt
menimbulkan tumpang tindih kewenangan dan kebijakan masing2
pihak. Kondisi ini rawan menimbulkan konflik kepentingan antar intansi
penegak hukum
PELAKSANAAN KOORDINASI DAN PENGAWASAN
Mekanisme pelaksanaan koordinasi dan pengawasan yang dilakukan Penyidik Polri
terhadap PPNS sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1981, yaitu:
1) Untuk kepentingan penyidikan, penyidik pada Polri memberikan petunjuk kepada
PPNS dan memberikan bantuan penyidikan yang diperlukan (Pasal 107 ayat (1));
2) Dalam hal suatu peristiwa yang patut diduga merupakan tindak pidana sedang dalam
penyidikan oleh PPNS dan kemudian ditemukan bukti yang kuat untuk diajukan
kepada penuntut umum, PPNS melaporkan hal itu kepada Penyidik Polri (Pasal 107
ayat (2));
3) Dalam hal tindak pidana telah selesai disidik oleh PPNS, ia segera menyerahkan hasil
penyidikannya kepada penuntut umum melalui Penyidik Polri (Pasal 107 ayat (3));
4) Dalam hal penghentian penyidikan karena tidak terdapat cukup bukti, atau peristiwa
tersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana, atau penyidikan dihentikan demi
hukum yang dilakukan oleh PPNS, pemberitahuan mengenai hal itu segera
disampaikan kepada penyidik dan penuntut umum (Pasal 109 ayat (3)).

Pengaturan lebih lanjut mengenai kewajiban Polri untuk melakukan koordinasi,


pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap PPNS sebagaimana diatur dalam Pasal 14
ayat (1) huruf f Undang-Undang No. 2 Tahun 2002, kemudian pada Pasal 16 ayat (1)
huruf k Polri mempunyai wewenang untuk memberikan petunjuk dan bantuan penyidikan
PPNS, serta menerima hasil penyidikan PPNS untuk diserahkan kepada penuntut umum
PENGATURAN TEKNIS MENGENAI
KOORDINASI DAN PENGAWASAN
Pengaturan teknis mengenai korwas PPNS lebih lanjut diatur dlm PP No. 43 Thn 2012 ttg
Tata Cara Pelaksanaan Koordinasi, Pengawasan, dan Pembinaan Teknis Thp Kepolisian
Khusus, PPNS, dan Bentuk2 Pengamanan Swakarsa. PP ini bertujuan utk meningkatkan
kerjasama, menunjang kelancaran pelaksanaan tugas, serta utk menjamin agar kegiatan
yg dilakukan dpt berjalan sesuai dgn ketentuan. Koordinasi di bidang operasional
penyidikan dilaksanakan dgn cara:
1) menerima SPDP dari PPNS serta meneruskan kpd Penuntut Umum sesuai dgn
ketentuan peraturan per UU;
2) merencanakan kegiatan dlm rangka pelaksanaan penyidikan bersama sesuai
kewenangan masing2;
3) memberikan bantuan teknis, taktis, tindakan upaya paksa, dan konsultasi penyidikan
kepada PPNS;
4) Melakukan penelitian berkas perkara Bersama-sama PPNS dan meneruskan kpda
Penuntut Umum jika telah memenuhi persyaratan formil dan materil;
5) menghadiri atau menyelenggarakan gelar perkara yang ditangani oleh PPNS;
6) menerima pemberitahuan mengenai penghentian penyidikan dari PPNS dan
diteruskan ke Penuntut Umum;
7) tukar menukar data dan informasi mengenai dugaan tindak pidana yg penyidikannya
dilakukan oleh PPNS; dan
8) menghadiri rapat berkala yang diselenggarakan oleh PPNS
SINERGITAS DENGAN PPNS
Dalam rangka meningkatkan sinergitas antara penyidik Polri dengan jajaran
PPNS dapat dilakukan dalam bentuk :

a. Sinergi Strategis
dilakukan dgn menyelenggarakan koordinasi formal (menjalin MoU dan PKS,
memperbaharui MoU dan PKS yg sudah habis masa berlakunya,serta
menganalisis / mengevaluasi MoU dan PKS yg sdh tdk sesuai dgn
perkembangan zaman) dan koordinasi informal (silaturahmi, tatapmuka,
maupun pertemuan antara penyidik Polri dgn PPNS utk meningkatkan ikatan
emosional).
b. Sinergi Operasional
dilakukan dgn kerjasama operasi dlm wujud penyidikan bersama antara
Penyidik Polri dgn PPNS thp penanganan kasus/tindakpidana yg rumit dan
sulit, serta koordinasi antar manager di lapangan, sehingga memudahkan dlm
mendukung penyidikan tindak pidana yg terhambat oleh minimnya barang bukti
dan rumitnya aturan yg ada.
c. Sinergi Taktis
diterapkan melalui penyelenggaraan pelatihan peningkatan kemampuan
PPNS, pelaksanaan coaching clinic yg dilakukan secara berkala, & gelar rapat
kerja teknis membahas aturan terkini terkait dgn penyidikan tindak pidana.
DATA PERKEMBANGAN KASUS TINDAK PIDANA RINGAN (TIPIRING)
DAN/ATAU
PENYIDIKAN KASUS TINDAK PIDANA LAINNYA YG DITANGANI OLEH PPNS
BULAN JANUARI S.D SEPTEMBER

TIPIRING PENYIDIKAN
JML
KIRIM TUNGG
NO INSTANSI PERKA KURUN KIRIM LIMPAH CABUT VONI KET
DENDA SIDIK P-21 TSK & AKAN
RA GAN BP POLRI / SP.3 S
BB
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
BALAI POM DI
1. 3 - - 3 1 - - 1 1 - -  
BKL
KANTOR SAT POL
2. 6 6 - - - - - - 6 - -  
PP KOTA BKL
DISNAKER PROV.
3. 1 1 - - - - - - 1 - -  
BKL
  JUMLAH 10 - - 3 1 - - 1 8 - -  
DATA JMLH KEGIATAN BANTUAN TAKTIS, TEHNIS PENYIDIKAN & UPAYA PAKSA
BULAN JANUARI S.D SEPTEMBER 2022

BAN BAN
UPAYA PAKSA KET
TAKTIS TEKNIS
NO INSTANSI
LAB DOK GLD
PERS ALT IDEN FOR POL GIL SITA KAP HAN PERS  
H
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

KANTOR BALAI
1 12 - - - - - - - - - -  
MONSPEKFRERAD BKL
2 BKSDA BKL 3 - - - - - - - - - -  
3 BALAI POM DI BKL 31 - - - 2 - - - - - -  
4. DINAS SOSIAL BENGKULU 7 - - - - - - - - - -  

5. DISNAKER BKL 3 - - - - - - - - - -  

6. BWS SUMATRA VII BENGKULU 6 - - - - - - - - - -  

7. PLN UP3 BENGKULU 43 - - - - - - - - - -  


  JUMLAH 105 - - - 2 - - - - - -  
PERMASALAHAN PPNS DIWILKUM POLDA BENGKULU
1. Masih adanya intervensi terhadap tugas, fungsi dan tanggung jawab PPNS
pada instansi terkait terutama PPNS yg berada di bawah OPD
2. Masih adanya rasa kekhawatiran pada PPNS untuk memulai melakukan
penyidikan dan belum adanya keberanian untuk melakukan penyidikan.
3. Masih adanya ketidaksamaan presepsi antara pimpinan dengan tugas dan
tanggung jawab PPNS pada instansi terkait terutama PPNS yang berada
dibawah OPD
4. Dalam melakaukan penyidikan / penegakan hukum berdasarkan undang-
undang yg menjadi dasar hukum masih terkendala oleh anggaran terutama
PPNS yg berada dibawah opd
5. Banyak jabatan PPNS pada instansi masing2 Belum memiliki status yg jelas
SEKIAN
&
TERIMA KASIH

10

Anda mungkin juga menyukai