Anda di halaman 1dari 16

ADAPTASI FISIOLOGI

BAYI BARU LAHIR


Disusun Oleh :
Denayu Siti Abdirokhmah R.20.05.002
Giriratri Septia Pramudhyani R.20.05.005
Shella Angelita R.20.05.011
Dina Marsela R.20.05.019
Naftalia Oktaviani R.20.05.020
1. Adaptasi fisiologis BBL terhadap kehidupan di luar uterus
Bayi baru lahir harus beradaptasi dari yang bergantungan terhadap
ibunya kemudian menyesuaikan dengan dunia luar, bayi harus mendapatkan
oksigen dari bernafas sendiri, mendpaatkan nutrisi peroral untuk
mempertahankan kadar gula, mengatur suhu tubuh, melawan setiap penyakit
atau infeksi, dimana fungsi ini sebelum dilakukan oleh plasenta

A. Perubahan sistem pernafasan


Awal adanya nafas, dua faktor yang berperan
pada rangsangan nafas pertama bayi adalah sebagai
berikut :
1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik
lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan
di otak.
2) Tekanana terhadap orongga dada yang terjadi karena
kompresi paru-paru selama persalinan, yang merangsang
masuknya udara ke dalam paru-paru secara mekanis.
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
a) Mengeluarkan cairan dalam paru-paru.
b) Mengembangkan jaringan alveolus dalam paru-paru untuk
pertama kali.

B. Perubahan sistem peredaran darah


Perubahan yang paling penting dalam sirkulasi
setelah bayi lahir adalah karena penghentian mendadak aliran
darah dari plasenta dan dimulainya pernapasan melalui paru,
sehingga pengambilan oksigen terjadi di system pembuluh darah
paru.

C. Perubahan sistem gastrointestinal


Sebelum janin cukup bulan akan menghisap dan menelan reflek gumoh dan
reflek batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir, kemampuan
ini masih cukup selain mencerna ASI, hubungan antara asophagus bawah dan lambung
masih belum sempurna maka akan menyebakan gumoh pada bayi baru lahir, kapasitas
lambung sangat terbatas kurang dari 30 cc, dan akan bertambah lambat sesuai
pertumbuhannya.
Ada beberapa kondisi yang bisa menyebabkan janin mengalami stres adan
meningkatkan resiko terjadinya aspirasi mekonium yaitu :
• Kehamilan yang sudah lebih dari 40 minggu
• Persalinan yang sulit atau lama
• Kondisi kesehatan yang dialami oleh ibu hamil, seperti hipertensi atau diabetes
• Kondisi medis janin seperti hipoksia
• Gangguan pertumbuhan janin.

D. Perubahan sistem kekebalan tubuh


Sistem imun bayi masih belum matang sehingga rentan
terhadap berbagai infeksi dan alergi jika sistem imun matang akan
memberikan kekebalan alami atau didapat, berikut contoh kekebalan
alami :
1. Perlindungan oleh kulit membran mukosa.
2. Fungsi saringan-saringan saluran nafas.
3. Pembentukan koloni mikroba oleh kulit halus dan anus.
4. Perlindungan kimia oleh lingkungan asaam lambung.
E. Mekanisme kehilangan panas tubuh
Tubuh bayi baru lahir belum mampu untuk melakukan regulasi temperatur tubuh
sehingga apabila penangan pencegahan kehilangan panas tubuh dan lingkungan sekitar tidak
disiapkan dengan baik, bayi tersebut dapat mengalami hipotermi yang dapat mengakibatkan
bayi menjadi sakit atau mengalami gangguan fatal.
• Evaporasi (penguapan cairan pada permukaan tubuh bayi)
• Konduksi (tubuh bayi bersentuhan dengan permukaan yang temperaturnya lebih rendah)
• Konveksi (tubuh bayi terpapar udara atau lingkungan bertemperatur dingin)
• Radiasi (pelepasan panas akibat adanya benda yang lebih dingin di dekat tubuh bayi)
F. Perubahan sistem ginjal
Pada bulan keempat kehidupana janin, ginjal
terbentuk. Didalam rahim, urin sudah terbentuk dan di ekskresi
ke dalam cairan amnion. Beban kerja ginjal dimulai saat bayi lahir
sehingga masukkan cairan meningkat, mungkin urin akan tampak
keruh termasuk berwarna merah muda. Hal ini disebabakan oleh
kadar urin yang tidak banyak berarti. Biasanya sejumlah kecil
urin terdapat dalam kandungan kemih bayi saat lahir, tetapi bayi
baru lahir mungkin tidak mengeluarkan urin selama 12-24 jam.
Berkemih sring terjadi setelah periode ini. Berkemih 6-10 kali
dengan warna urin pucat menunjukkan masukkan cairan yang
cukup. Umumnya, bayi cukup bulan mengeluarka urin 15-60 ml/kg
perhari.
G. Perubahan sistem reproduksi
Anak laki-laki tidak menghasilkan sperma sampai pubertas, teteapi anak perempuan
mempunyai ovum atau sel telur dalam indung telurnya. Kedua jenis kelamin mungkin memperlihatkan
pembesaran payudara, terkadang disertai sekresi cairan pada puting pada hari 4-5 karna adanya
gejala berhentinya sirkulasi hormon ibu.
Pada anak perempuan,peningkatan kadar estrogen selama masa hamil yang diikuti dengan penurunan
setelah bayi lahir mengakibatkan pengeluaran suatu cairan mukoid atau terkadang pengeluaran bercak
darah melalui vagina. Pada bayi baru lahir cukup bulan, labia mayora dan minora menutupi vestibulum.

H. Perubahan sistem musculoskeletal


Otot sudah dalam keadaan lengkap pada saat lahir, tetapi tumbuh melalui proses hipertrofi.
Tumpang tindih atau moulage dapat terjadi pada waktu lahir karena tulang pembungkus tengkorak
belum seluruhnya mengalami proses pembentukan tulang (osifikasi). Moulage ini dapat menghilang
beberapa hari setelah melahirkan.
I. Perubahan sistem saraf
Jika dibandingkan dengan sistem tubuh yang lain, sistem saraf belum
matang secara anatomi dan fisiologi. Hal ini mengakibatkan kontrol yang minimal
oleh korteks serebri terhadap sebagian besar batang otak dan aktivitas refleks
tulang belakang pada bulan pertama kehidupan walaupun sudah terjadi interaksi
sosial.

J. Perubahan sistem integument


Pada bayi baru lahir cukup bulan, kulit berwarna merah dengan sedikit verniks
kaseosa. Sementara itu, bayi prematur memiliki kulit tembus pandang dan banyak verniks. Pada
saat lahir, tidak semua verniks dihilangkan karena absorpasi oleh kulit bayi dan hilang dalam 24
jam. Bayi baru lahir tidak memerlukan memerlukan bedak atau cream karena zat-zat kimia dapat
memengaruhi pH kulit bayi.
2. Perlindungan termal (Termoregulasi)
A. Mencegah kehilangan panas tubuh
• Keringkan tubuh bayi dengan handuk bersih,
• Kering dan hangat,selimuti,tutup bagian kepala bayi,
• Minta ibu untuk mendekap tubuh bayi dan segera menyusukan bayinya,
• Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat,
• Jangan segera menimbang (tanpa penutup tubuh) dan memandikan
bayi.
B. Rekomendasi untuk memandikan bayi
• Tunggu (minimal) 6 jam sebelum memandikan bayi (tunggu lebih lama untuk
bayi asfiksia atau hipotermia),
• Lakukan setelah stabilnya temperatur tubuh bayi (36,5-37,5 º c)
• Mandikan dalam rungan yang hangat dan tidak banyak hembusan angin
• Mandikan secara cepat dengan menggunakan air hangat
• Segera keringkan tubuhnya (dengan handuk bersih,kering, dan hangat)
• Segera kenakan pakaiannya
• Tempatkan di dekat ibunya C. Stress dingin
• Beri ASI sedini mungkin. Stres dingin menimbulkan masalah fisiologis dan
metabolisme pada semua bayi baru lahir tanpa memandang usia
kehamilan dan kondisi lain. Kecepatan pernafasan meningkat sebagai
respon terhadap kebutuhan oksigen ketika konsumsi oksigen
meningkat secara bermaksa pada stres dingin.
3. Pemeliharaan pernafasan
A. Menjaga suhu tubuh
Bayi diletakkan di atas radiant warmer dan secepat mungkin
dikeringkan. Lepaskan dengan cepat kain yang basah dan bungkus bayi dalam
selimut yang hangat untuk mengurangi kehilangan panas. Atau dengan cara
meletakkan bayi yang kering di kulit dada atau perut ibu yang menggunakan
suhu panas dari tubuh ibu.
B. Pembebasan jalan nafas
Posisi bayi lahir adalah terlentang atau miring pada satu sisi dan
kepala pada posisi netral. Kemudian lendir dibersihkan dengan mengusap mulut
dan hidung dengan menggunakan kasa atau kain. Bila lendir banyak kepala bayi
dimiringkan ke samping dan lendir dihisap dari jalan nafas.
C. Rangsangan taktil
Apabila tidak terjadi pernafasan spontan, dilakukan pengusapan punggung,
jentikan pada telapak kaki mungkin bisa merangsang pernafasan spontan. 4. Pemberian
oksigen Pemberian oksigen 100% diberikan pada keadaan seperti sianosis, bradikardi,
dan tanda distress pernafasan yang lain pada bayi yang bernafas selama stabilisasi.
4. Pemotongan dan perawatan tali pusat
A. Pemotongan tali pusat
Setelah seluruh badan bayi lahir pegang bayi bertumpu pada lengan kanan sedemikian rupa
hingga bayi menghadap ke arah penolong, nilai bayi dengan cepat, kemudian letakkan bayi di atas
perut ibu dengan posisi kepala lebih rendah dari badan. (Bila tali pusat terlalu pendek, letakkan bayi
di tempat yang memungkinkan). Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi
kecuali bagian tali pusat, menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilicus bayi,
melakukan urutan pada tali pusat ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama
memegang tali pusat di antara 2 klem menggunakan tangan kiri, dengan perlindungan jari-jari tangan
kiri, memotong tali pusat di antara kedua klem.

B. Mengikat tali pusat


Mengikat tali pusat ± 1 cm dari umbilikus dengan simpul mati, mengikat baik tali pusat
dengan simpul mati untuk kedua kalinya, melepaskan klem pada tali pusat dan memasukkannya dalam
wadah berisi larutan 0,5%, membungkus kembali bayi.
C. Merawat tali pusat
Sementara menggunakan sarung tangan, bersihkan cemaran atau darah dalam larutan
klorin 0,5 %, bilas dengan air matang atau DTT kemudian keringkan dengan handuk, ikat (dengan
simpul kunci) tali pusat pada 1 cm dari pusat bayi (dengan tali atau menjepit), lepaskan klem menjepit
tali pusat dan masuk pusat (pengolesan alkohol atau povidone iodine pada puntung tali pusat masih
dibolehkan selama tidak menyebabkan tali pusat basah/lembab).
D. Nasehat bagi ibu atau keluarganya untuk merawat tali pusat
Lipat popok dibawah puntung tali pusat, jika puntungnya
kotor, bersihkan dengan air matang/DTT kemudian keringkan kembali
secara seksama, warna kemerahan atau ytimbulnya nanah pada pusar
atau puntung tali pusat adalah tanda abnormal (bayi tersebut harus
dirujuk untuk penanganan lebih lanjut)

E. Kewaspadaan pencegahan infeksi


Anggaplah setiap orang berpotensi menularkan infeksi, cuci
tangan/gunakan cairan dengan basisi alkohol, gunakan sarung tangan, pakai baju
pelindugn, bersihkan bila perlu lakukan DTT peralatan, bersihkan ruang
perawatan secara rutin, letakkan bayi yang mungkin mengkontaminasi lingkungan.

F. Pencegahan infeksi
Cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan bayi, gunakan sarung tangan
bersih saat menangani bayi yang belum dimandikan, semua peralatan sudah di DTT dan
jangan menggunakan alat dari bayi yang satu dengan lainnya sebelum di proses dengan
benar, pastikan handuk,pakaian,selimut,kain dan sebagainya dalam keadaan bersih sebelum
dipakaikan pada bayi, termasuk penggunaan timbangan,pita pengukur,stetoskop da peralatan
lainnya.
G. Tetes mata profilaksis
Gunakan tetes mata perak nitrat 1%, salep tetrasiklin 1% atau salep eritromisin
0,5 %, berikan dalam 1 jam pertama kelahiran, setelah pemberian tetes mata profilaksis,
kembalikan bayi pada ibunya untuk disusukan dan bergabung kembali.
5. Evaluasi nilai APGAR
Penilaian ini dilakukan pada saat bayi lahir (menit ke 1 dan 5 sehingga dapat menidentifikasi
bayi baru lahir yang memerlukan pertolongan lebih cepat.
a. Penilaian awal
Menangis kuat atau bernafas tanpa kesulitan, warna kulit bayi (merah muda,pucat atau
kebiruan), gerakan, posisi ekstremitas atau tonus otot bayi.
b. Penatalaksanaan awal BBL
Penilaian awal, mencegah kehilangan panas tubuh, rangsangan taktil, merawat tali pusat,
memulai pemberian asi, pencegahan infeksi, termasuk profilaksis gangguan pada mata.
c. Mekonium pada cairan ketuban
Berkaitan dengan adanya gangguan intrauterin kesejahteraan bayi terauma bila
konsistensinya kental atau jumlahnya berlebihan, menimbulkan masalah apabila terjadi aspirasi ke dalam
saluran nafas bayi baru lahir, walaupun bayi tampak bugar, tetap lakukan pemantuan terhadap
kemungkinkan terjadinya penyulit.
d. Kondisi yang memerlukan rujukan
Bayi dengan kelainan bawaan (hidrosefalus, mikrosefalus, megakolom, langit-langit terbelah,
bibir sumbing), bayi dengan gejala dan tanda infeksi, tidak dapat menyusui atau keadaan umumnya jelek,
asfiksia dan tidak memberi respons yang baik terhadap tindakan resusitasi.
KESIMPULAN
Bayi baru lahir harus beradaptasi dari yang bergantungan terhadap ibunya
kemudian menyesuaikan dengan dunia luar, bayi harus mendapatkan oksigen dari bernafas
sendiri, mendpaatkan nutrisi peroral untuk mempertahankan kadar gula, mengatur suhu
tubuh, melawan setiap penyakit atau infeksi, dimana fungsi ini sebelum dilakukan oleh
plasenta.
Asfiksia merupakan penyebab utama lahir mati dan kematian neonatus. Selain
itu asfiksia menyebabkan mortalitas yang tinggi dan sering menimbulkan gejala sisa
berupa kelainan neurology. Inside asfiksia perinatal di negara maju berkisar antara 1,0-
1,5 % tergantung dari masa gestasi dan berat lahir. Insidensi asfiksia pada bayi matur
berkisar 0,5 %,sedangkan bayi prematur adalah 0,6 %. Diindonesia, prevalensi asfiksia
sekitar 3 % kelahiran (1998) atau setiap tahunnya sekitar 144/900 bayi dilahirkan dengan
keadaan asfiksia dengan dan berat. Batasan asfiksia adalah suatu keadaan hipoksia yang
progresif,akumulasi CO2 dan asidosis.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai