Anda di halaman 1dari 33

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER 2022


UNIVERSITAS PATTIMURA

“ODS HIPERMETROPIA RINGAN + PRESBIOPIA”

DISUSUN
OLEH:

JEREMY WALSEN
NIM 201883075

KONSULEN :

dr. CARMILA L. TAMTELAHITU, Sp.M

1
Kepanitraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Mata | Fakultas Kedokteran | Universitas Pattimura | 2022
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

• Nama : Ny. CT

• Usia : 69 Tahun

• Jenis Kelamin : Perempuan

• Alamat : Latuhalat

• Agama : Kristen Protestan

• Pekerjaan : Ibu rumah tangga

• No RM : 02-28-33

• Waktu Pemeriksaan: 23 November 2022

• Tempat Pemeriksaan : Klinik Mata Utama Maluku


ANAMNESIS

1. Keluhan Utama: Kedua mata kabur saat membaca

2. Anamnesis Terpimpin:

• Pasien datang ke Klinik Mata Utama Maluku dengan keluhan pandangan mata kiri dan kanan kabur saat melihat dekat sejak 2 minggu yang lalu. Pasien mengaku

dirinya kesulitan saat membaca dalam jarak yang dekat. Pasien juga merasakan silau jika terkena sinar matahari dan sering merasa pusing serta mata kiri terasa

berat.

• Riwayat Penyakit Terdahulu: Pasien mengaku pernah mengalami stroke sekitar 10 tahun yang lalu serta memiliki riwayat hipertensi.

• Riwayat Penyakit Keluarga: pasien mengaku tidak ada anggota keluarganya yang memiliki keluhan seperti yang dialami oleh pasien.

• Riwayat Penyakit Sistemik: Riwayat penyakit Hipertensi, dan DM disangkal.

• Riwayat Sosial Ekonomi: Pasien mengaku sulit dalam membaca dekat dalam aktivitas sehari-hari.

• Riwayat Kacamata: Pasien mengaku telah menggunakan kacamata sejak sekitar 10 tahun yang lalu.
PEMERIKSAAN FISIS

1. Status Generalis

 Kesadaran : Compos mentis

 TD : 180/100 mmHg

 Nadi : 80x/mnt

 Pernapasan : 20x/mnt

 Suhu : ± 36,5°C

2. Status Oftalmologi

a. Visus :

• OD : 0.3 , S + 1.50 , 0.8

• OS : 0.7, S + 0.50 , 0.8

• PD : 66/64

• Add S + 3.00
PEMERIKSAAN FISIS

• Segmen Anterior ODS: dengan slit lamp


Segmen
OD anterior OS
bola mata
Edema (-) Palpebra Edema (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Konjungtiva
Jernih, Jernih, Pterigium
Kornea
Pterigium (-) (-)
Hifema (-) Bilik mata Hifema (-)
depan
Radier Iris Radier
Bulat, sentral, Bulat, sentral,
regular, regular, diameter
diameter 3mm, Pupil 3mm, refleks
refleks cahaya cahaya (+)
(+)
Kesan Jernih Lensa Kesan Jernih
GAMBARAN KLINIS
• Tekanan Intraokular ODS : OD 15 mmHg, OS 14 mmHg
• Pergerakan bola mata : Normal ke segala arah

• Funduskopi ODS : Tidak dilakukan

Diagnosis Kerja : ODS Hipermetropia Ringan + Presbiopia

Diagnosis Banding : Miopia, Astigmatisma

1. Perencanaan:

a. Diagnosa: -

b. Terapi : Pemberian kacamata dan artificial tears eyedrops 4 dd gtt 1 ODS

c. Monitoring: Visus dan Keluhan pasien


GAMBARAN KLINIS

a. Edukasi:

• Memberikan informasi kepada pasien bahwa pasien memiliki kelainan pembiasan pada mata yang membutuhkan koreksi dengan
lensa cembung (sferis). Menjelaskan bahwa gangguan penglihatan ini dapat dikoreksi dengan penggunaan kacamata.
Melakukan kontrol rutin, memeriksakan mata secara berkala tiap enam bulan atau bila mata bertambah kabur walaupun telah
memakai kacamata. Kemudian memberitahukan pasien untuk menghindari paparan kontak bahan iritan seperti sabun di mata,
mengurangi aktivitas dibawah sinar matahari, dan rutin menggunakan obat tetes mata setiap kali mata terasa kering.

1. Prognosis

2. Quo ad Vitam: Bonam

3. Quo ad Visam: Bonam

4. Que ad Sanationam: dubia ad bonam.


TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI
HIPERMETROPIA
DEFINISI

• Hipermetropia adalah keadaan mata tidak berakomodasi yang memfokuskan

bayangan di belakang retina.

• Hal ini disebabkan oleh berkurangnya panjang sumbu (hyperopia aksial),

seperti yang terjadi pada kelainan kongenital tertentu, atau menurunnya indeks

refraksi (hyperopia refraktif), seperti pada afakia. Penyebab utama

hipermetropia adalah panjangnya bola mata yang lebih pendek. Akibat bola

mata yang lebih pendek, bayangan benda akan difokuskan di belakang retina.
EPIDEMIOLOGI

• Menurut laporan WHO (2012a), 285 juta penduduk dunia mengalami


gangguan penglihatan dimana 39 juta di antaranya mengalami
kebutaan dan 246 juta penduduk mengalami penurunan penglihatan (low
vision). Sembilan puluh persen kejadian gangguan penglihatan terjadi
di negara berkembang. Secara umum, kelainan refraksi yang tidak
dapat dikoreksi (rabun jauh, rabun dekat, dan astigmatisme) merupakan
penyebab utama gangguan penglihatan, sedangkan katarak merupakan
penyebab utama kebutaan dinegara berpendapatan sedang dan rendah.
• Gangguan penglihatan dan kebutaan di Indonesia terus mengalami
peningkatan dengan prevalensi 1,5%
• Prevalensi keseluruhan hiperopia adalah sekitar 10%, sekitar 14 juta orang, di
Amerika Serikat. Sebagian besar bayi cukup bulan mengalami hiperopia
ringan. Pada usia 6-9 bulan sekitar 4-9% bayi mengalami hiperopia dan pada
usia 12 bulan prevalensinya sekitar 3,6%.
PATOFISIOLOGI

• Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya refraksi,


karena pada saat cahaya masuk ke mata dan dibelokkan (refraksi) ketika melalui
kornea dan struktur-struktur lain dari mata (kornea, humor aqueus, lensa,humor
vitreus) yang mempunyai kepadatan berbeda-beda untuk difokuskan diretina.
Mata mengatur (akomodasi) sedemikian rupa ketika melihat objek yang jaraknya
bervariasi dengan menipiskan dan menebalkan lensa. Penglihatan dekat
memerlukan kontraksi dari badan siliar, yang bisa memendekkan jarak antara
kedua sisi badan siliar yang diikuti relaksasi ligamen pada lensa. Lensa menjadi
lebih cembung agar cahaya dapat terfokuskan pada retina.
• Pada mata hipermetropia sinar cahaya dan partikel cahaya yang masuk ke mata
terkonvergensi pada titik di belakang retina sementara akomodasi dipertahankan
dalam keadaan relaksasi. Besarnya hyperopia ditentukan oleh kekuatan diopteric
dari lensa konvergen yang dibutuhkan untuk memajukan titik fokus cahaya ke
bidang retina
KLASIFIKASI

•Terdapat 3 bentuk hipermetropia :

1. :Hipermetropia kongenintal, diakibatkan bola mata pendek atau kecil

2. Hipermetropia simple, biasanya lanjutan hipermetropia anak yang tidak berkurang pada perkembangannya jarang

melebihi >5 dioptri

3. Hipermetropia didapat, umum didapat setelah bedah pengeluaran lensa pada katarak (afakia)

•Berdasarkan besarnya dioptri hipermetropia dikelompokan menjadi

1. Hipermetropia ringan : antara spheris +0,25 s/d +3,00 dioptri

2. Hipermetropia sedang : antara spheris +3,25 s/d +6,00 dioptri

3. Hipermetropia berat : ukuran dioptric lebih dari spheris +6,25 atau lebih
KLASIFIKASI

• Terdapat berbagai gambaran klinik hipermetropia seperti:

1. Hipermetropia manifest, yaitu hipermetropia yang dapat dikoreksi dengan kacamata positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal. Hipermetropia
ini terdiri atas hipermetropia absolut ditambah dengan hipermetropia fakultatif. Hipermetropia manifest didapatkan tanpa siklopegik dan hipermetropia yang dapat
dilihat dengan koreksi kacamata maksimal.

2. Hipermetropia absolut, dimana kelainan refraksi tidak diimbangi dengan akomodasi dan memerlukan kacamata positif untuk melihat jauh. Biasanya hipermetropia
laten yang ada berakhir dengan hipermetropia absolut ini. Hipermetropia manifest yang tidak memakai tenaga akomodasi sama sekali disebut sebagai hipermetropia
absolut, sehingga jumlah hipermetropia fakultatif dengan hipermetropia absolut adalah hipermetropia manifest.

3. Hipermetropia fakultatif, dimana kelainan hipermetropia dapat diimbangi dengan akomodasi ataupun dengan kacamata positif. Pasien yang hanya mempunyai
hipermetropia fakultatif akan melihat normal tanpa kaca mata yang bila diberikan kaca mata positif yang memberikan pengelihatan normal maka otot
akomodasinya akan beristirahat. Hipermetropia manifest yang masih memakai tenaga akomodasi disebut sebagai hipermetropia fakultatif.

4. Hipermetropia laten, dimana kelainan hipermetropia tanpa sikloplegia (atau dengan obat yang melemahkan akomodasi) diimbangi seluruhnya dengan akomodasi.
Hipermetropia laten hanya dapat diukur bila diberikan sikloplegia. Makin muda makin besar komponen hipermetropia laten seseorang. Makin tua seseorang akan
terjadi kelemahan akomodasi sehingga hipermetropia laten menjadi hipermetropia fakultatif dan kemudian akan menjadi hipermetropia absolut. Hipermetropia laten
sehari-hari diatasi pasien dengan akomodasi terus menerus, terutama bila pasien masih muda dan daya akomodasinya masih kuat. Atropin adalah standar emas untuk
menghasilkan sikloplegia; Namun, karena komplikasinya, regimen sulit dan penurunan berkepanjangan dari penglihatan dekat, secara bertahap telah digantikan
oleh cyclopentolate, yang memiliki komplikasi minimal, lebih mudah untuk mengelola, dan memiliki durasi aksi yang lebih pendek

5. Hipermetropia total, hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah diberikan sikloplegia


DIAGNOSIS

• Hipermetropia dapat ditegakkan melalui pemeriksaan refraksi baik subjektif

maupun objektif, dimana tajam penglihatan membaik dengan pemberian

koreksi lensa positif. Standard utama untuk mendiagnosis hypermetropia secara

subjektif adalah menggunakan Snellen chart sedangkan secara objektif

menggunakan autorefraksi atau retinoskopi. Metode retinoskopi disarankan

digunakan pada bayi atau anak-anak.


TATALAKSANA

• Pada pasien dengan hipermetropia sebaiknya dibeirkan kacamata sferis positif terkuat atau lensa positif terbesar yang masih

memberikan tajam penglihatan maksimal. Bila dengan +3.0 ataupun dengan +3.25 memberikan tajam penglihatan 6/6 maka

diberikan kacamata +3.25. Hal ini untuk memberikan istirahat pada mata. Pada pasien dimana akomodasi masih sangat kuat pada

anak-anak, maka sebaiknya pemeriksaan dilakukan dengan memberian sikloplegik atau melumpuhkan otot akomodasi.

• Dengan melumpuhkan otot akomodasi, maka pasien akan mendapatkan koreksi kacamatanya dengan mata yang isitirahat.

• Hipermetropi pada pasien yang sudah tua sebaiknya diberikan kacamata sferis positif terkuat yang memberikan penglihatan

maksimal. Modifikasi yang dapat dilakukan adalah pengunaan cahaya yang cukup dalam aktivitas, menjaga kualitas kebersihan mata

dan apabila pasien adalah pengguna komputer sebaiknya menggunakan komputer dengan kondisi ergonomis.

• Penyulit yang dapat terjadi pada pasien dengan hipermetropia adalah esotropia atau juling ke dalam terjadi akibat pasien selamanya

melakukan akomodasi dan glaukoma sekunder terjadi akibat hipertrofi otot siliar pada badan siliar yang akan mempersempit sudut

bilik mata
PRESBIOPI
DEFINISI DAN EPIDEMIOLOGI

• Presbiopia didefinisikan sebagai kemunduran penglihatan dekat yang


disebabkan oleh bertambahnya usia, yang dialami lebih dari 80% usia 40
tahun atau lebih. Berdasarkan pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan
secara alami, terjadinya presbiopia umumnya dimulai pada usia 40 tahun.
Kemampuan akomodasi berkurang secara kontinyu akibat berkurangnya
elastisitas lensa yang disebabkan oleh perubahan komposisi kimiawi, dikenal
dengan istilah presbiop yang diterapi dengan kacamata baca

• Prevalensi presbiopia mencapai 35,6% pada usia 35 tahun, 40,3% pada usia
lebih dari 50 tahun, dan lebih dari 90% pasien presbiopia berada di negara
berkembang
ETIOLOGI

1. Teori Helmholtz: Sesuai teori ini, kontraksi otot siliaris menghasilkan relaksasi zonula dan

peningkatan kecembungan kapsul lensa anterior.

2. Teori Schachar: Teori ini, berbeda dengan teori Helmholtz, mengatakan bahwa kontraksi otot siliaris

menghasilkan peningkatan ketegangan serat zonular ekuatorial dengan relaksasi simultan serat zonular

anterior dan posterior. Konsep ini menghasilkan pendalaman bagian sentral anterior lensa dengan

perataan pinggiran lensa.

3. Catenary theory of Coleman: Sesuai dengan teori ini, dengan kontraksi otot siliaris, terjadi

peningkatan gradien tekanan dari kompartemen vitreous ke kompartemen berair, menghasilkan

pendalaman kapsul lensa anterior di tengah.

4. Teori lain termasuk teori Tscherning dan teori Baikoff.


GEJALA

a. Setelah membaca, mata menjadi merah, berair dan sering terasa pedih. Bisa

juga disertai kelelahan mata dan sakit kepala jika membaca terlalu lama.

b. Membaca dengan cara menjauhkan kertas yang dibaca karena tulisan tampak

kabur pada jarak baca yang biasa

c. Sukar mengerjakan pekerjaan dengan melihat dekat, terutama di malam hari

d. Memerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca

e. Terganggu secara emosional dan fisik


PATOFISIOLOGI

a. Ada berbagai penjelasan tentang patofisiologi presbiopia. Di antara semua konsep, peningkatan kekakuan lensa kristal adalah yang paling populer dan diterima

secara luas. Presbiopia adalah kondisi fisiologis di mana terjadi penurunan fungsional progresif dalam kapasitas akomodatif lensa kristal. Secara klinis, ini

bermanifestasi sebagai kesulitan progresif dalam membaca pada jarak membaca biasa. Dalam studi in-vitro oleh Glasser dan Campbell, mereka melihat tidak

ada perubahan dalam panjang fokus, dengan ketegangan dan relaksasi zonula yang disimulasikan.

b. Biasanya, nukleus lebih kaku daripada korteks pada lensa yang lebih tua, sedangkan pada individu muda, korteks lebih kaku daripada nukleus. Namun,

kekakuan nukleus dan korteks setara antara 35 hingga 40 tahun; dan ini mungkin penyebab timbulnya gejala presbiopia sekitar usia 40 tahun. Faktor penting

lainnya yang terkait dengan presbiopia adalah perubahan relatif dalam bentuk lensa dengan bertambahnya usia (peningkatan ketebalan lensa), sehingga gaya

vektor yang diberikan oleh zonula di ekuator menyebar ke wilayah yang lebih luas di sekitar ekuator. Hal ini menghasilkan efek minimal pada bentuk lensa

dengan kontraksi dan relaksasi zonula


DIAGNOSIS

• Anamnesa gejala-gejala dan tanda-tanda presbiopia


• Pemeriksaan oftalmologi

a. Visus, dimana pemeriksaan dasar untuk mengevaluasi presbiopi dengan menggunakan snellen chart

b. Refraksi, memeriksa mata satu per satu, mulai dengan mata kanan. Pasien diminta untuk memperhatikan kartu Jaeger

dan menentukan kalimat terkecil yang bisa dibaca pada kartu. Target koreksi pada huruf sebesar 20/30.

c. Motilitas ocular, penglihatan binocular, dan akomodasi termasuk pemeriksaan duksi dan versi, tes tutup dan tes tutup-

buka, tes Hirschberg, amplitud dan fasilitas akomodasi dan steoreopsis

d. Penilaian kesehatan ocular dan skrining kesehatan umum untuk mendiagnosa penyakit-penyakit yang bisa

menyebabkan presbiopi

e. Pemeriksaan ini termasuk reflex cahaya pupil, tes konfrontasi, penglihatan warna, tekanan intraocular, dan pemeriksaan

menyeluruh tentang kesehatan segmen anterior dan posterior dari mata.


• Biasanya pemeriksaan dengan ophtalmoskopi indirect untuk mengevaluasi segmen media dan posterior
TATALAKSANA

B. Bedah
A. Non-bedah
1. Prosedur kornea
1. Kacamata
2. Prosedur sklera

2. Lensa bifokal 3. Monovision dengan implan intraokular

4. Lensa intraokular Phakic termasuk lensa bilik mata


3. Lensa kontak
depan (didukung sudut dan cakar iris) dan lensa bilik

mata belakang

5. Ekstraksi lensa bening diikuti dengan implantasi IOL


TATALAKSANA

• Digunakan lensa positif untuk koreksi presbiopia. Tujuan koreksi adalah untuk mengkompensasi ketidakmampuan mata untuk

memfokuskan objek-objek yang dekat. Kekuatan lensa mata yang berkurang ditambahan dengan lensa positif sesuai usia dan hasil pemeriksaan

subjektif sehingga pasien mampu membaca tulisan pada kartu Jaeger 20/30 Karena jarak baca biasanya 33 cm, maka adisi +3.00 D adalah lensa

positif terkuat yang dapat diberikan pada pasien. Pada kekuatan ini, mata tidak melakukan akomodasi bila membaca pada jarak 33 cm, karena

tulisan yang dibaca terletak pada titik fokus lensa +3.00D. Pada pasien presbiopia ini diperlukan kacamata baca atau adisi untuk membaca dekat

yang berkekuatan tertentu, biasanya:

1. 40 tahun +1.00 D

2. 45 tahun +1.50 D

3. 50 tahun +2.00 D

4. 55 tahun +2.50 D

5. 60 tahun +3.00 D
DIAGNOSIS BANDING

1. Penyakit makula/retina : Pada penyakit makula, penglihatan tidak membaik dengan

koreksi refraksi, dan tomografi koherensi optik retina dapat mengungkapkan

kelainan.

2. Penyakit saraf optik

3. Katarak subkapsular posterior - Tidak seperti presbiopia, penglihatan dekat

semakin memburuk dalam cahaya terang.

4. Hipermetropia

5. Astigmatisme
KOMPLIKASI

Hasil presbiopia yang tidak dikoreksi tidak hanya mengakibatkan kesulitan

membaca dekat tetapi juga menyebabkan kantuk dan sakit kepala. Dengan

koreksi presbiopia, gejala ini juga hilang.


PROGNOSIS

Presbiopia tidak dapat dihindari dan biasanya dimulai sekitar usia 40 tahun.

Pasien lebih baik dengan kacamata dan lensa kontak. Pilihan bedah dengan

penerimaan yang relatif baik juga telah dibahas.


DISKUSI
KESIMPULAN

• Pasien perempuan berusia 69 tahun datang dengan keluhan pandangan mata kiri maupun mata kanan kabur sejak 2

bulan yang lalu ketika melihat jauh maupun dekat. Pasien merasakan dirinya kesulitan membaca dalam jarak dekat.

pasien juga mengeluhkan matanya terasa berat, silau saat dibawah matahari dan merasa pusing. Pasien mengaku telah

menggunakan kacamata lebih dari 10 tahun yang lalu. Pasien mengaku memiliki riwayat stroke pada 10 tahun yang lalu

dan riwayat hipertensi.

• Pemeriksaan oftalmologi, didapatkan hasil visus pasien mata kanan 0.3 dan visus mata kiri 0.7, TIO OD: 15

mmHg OS: 14 mmHg. Edema palpebral (-), Konjungtiva hiperemis (-), pterigium pada kornea (-), pupil jernih dan lensa

jernih.

• Sesuai dengan anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi didapatkan diagnosis ODS Hipermetropia + Presbiopia.

Untuk tatalaksana yang diberikan adalah dengan pemberian kacamata lensa OD S +1,25, OS S+0.50 ditambah koreksi

kacamata baca S +3,00. Kemudian pasien juga diberikan artificial tears 4x1 ODS sebagai air mata buatan untuk

mengobati mata kering.


DISKUSI

• Prognosis Quo ad Vitam pada pasien ini umumnya bonam karena tidak
mengancam kehidupan. Untuk prognosis Quo ad functionam juga bonam
karena keluhan pasien tidak sampai mengganggu fungsi atau aktivitas pasien
dan prognosis Que ad sanationam adalah dubia ad bonam karena tingkat
keparahan pada keluhan pasien dapat berkurang apabila pasien menaati segala
larangan untuk mencegah perburukan pada kondisi hipermetropia dan
presbiopia pasien.

Anda mungkin juga menyukai