Kelompok 9
Kelompok 9
Nusantara
(Berupa Masjid)
Anggota Kelompok 9
1 2 3 4 5 6
Sejarah dan Budaya Sejarah dan budaya Sejarah dan Budaya
Masjid Baiturrahman Masjid Agung Yogyakarta
Masjid Agung Demak
Aceh
Sejarah Masjid Menara Kudus
Masjid Menara Kudus menjadi salah satu peninggalan Islam yang masih
ada dan masih di fungsikan sampai sekarang. Kudus jika dilihat dari segi
peninggalan purbakala, maka dapatlah diduga bahwa Kudus adalah kota
bersejarah, khususnya dalam penyebaran agama Islam. Peninggalan
budaya fisik (artefak) masa awal perkembangan Islam di Jawa merupakan
kesinambungan tradisi gaya seni bangunan pra- Islam (Hindu Budha)
dipadu dengan gaya seni bangunan Islam. Masjid Menara Kudus dimaknai
sebagai pernyataan simbolis nilai dan sikap toleransi terhadap pluralitas
kultural yang dihayati oleh masyarakat pendukung
Sejarah Masjid Baiturrahman Aceh
Masjid Raya Baiturrahman merupakan situs sejarah dan budaya dari era
Kejayaan Kesultanan Aceh yang masih bertahan sampai saat ini. Masjid
ini telah melalui banyak hal, mulai dari tragedi pembakaran oleh kolonial
Belanda tahun 1873, Gempa tsunami tahun 2004 hingga upaya renovasi
yang selesai dikerjakan pada tahun 2017.Masjid Raya Baiturrahman
seringkali dianggap sebagai representatif dari wisata sejarah dan budaya
di Kota Banda Aceh. Pengunjung juga tidak henti-hentinya datang
untukmenikmati pesona dari Masjid di Kota Serambi Mekkah ini. Namun,
apakah Masjid RayaBaiturrahman benar-benar berperan sebagai wisata
sejarah dan budaya dengan memenuhikomponen-komponen wisata
sejarah dan budaya yang memiliki nilai-nilai sejarah danwarisan budaya
secara lebih mendalam.
Budaya Masjid Baiturrahman Aceh
Masjid Raya Medan atau disebut juga Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid
peninggalan Kesultanan Deli yang dibangun pada tahun 1906 M, pada masa
pemerintahan sultan Maimun Al-Rasyid Perkasa Alamsjah. Masjid ini selesai
dibangun dan dimulai digunakan pada tahun 1909 M. Hal ini dapat diketahui dari
prasasti bertuliskan Arab Melayu, dipahatkan pada sayap kiri dan kanan pintu
gerbang masuk menuju masjid. Sekaligus digunakan yang ditandai dengan
pelaksanaan Salat Jumat pertama di masjid ini. Keseluruhan pembangunannya
menghabiskan dana sebesar satu juta Gulden. Sultan memang sengaja
membangun masjid kerajaan ini dengan megah, karena menurut prinsipnya hal itu
lebih utama ketimbang kemegahan istananya sendiri, Istana Maimun. Pendanaan
pembangunan masjid ini ditanggung sendiri oleh Sultan, tetapi Tjong A Fie, tokoh
kota Medan dari etnis Tionghoa yang sezaman dengan Sultan Ma'moen Al Rasyid
turut berkontribusi mendanai pembangunan masjid ini.
Budaya Masjid Raya Medan