Anda di halaman 1dari 20

KEUTAMAAN

BIRUL WALIDAIN

by Djajuli - Penyuluh Agama


Orang tua
"Orang tua adalah salah satu nikmat terbesar yang Allah karuniakan kepada kita di dunia ini. Orang
tua merupakan sebab adanya kita di dunia. Tidak diragukan lagi bahwa jasa keduanya sangatlah besar
dalam kehidupan kita mulai dari kita kecil sampai dewasa.

Lihatlah pengorbanan ibu kita, beliau telah mengandung kita dengan berbagai derita dan kesusahan,
bahkan mengorbankan nyawanya saat melahirkan kita. Begitu juga dengan ayah, beliau telah bekerja
dengan keras supaya dapat memberikan nafkah dan memenuhi kebutuhan bagi anak-anaknya. Oleh
karena mulianya jasa orang tua itulah, Islam sangat memotivasi umatnya untuk memiliki sikap birrul
walidain.

Perintah Untuk Birrul Walidain


Birrul walidain artinya berbuat baik kepada orang tua. Di antara motivasi Islam untuk birrul walidain
adalah apa yang Allah Ta’ala firmankan"
An - Nisa ayat 36

۞ ‫َوا ْعبُ ُدوا هّٰللا َ َواَل تُ ْش ِر ُك ْوا بِ ٖه َش ْيـًٔا َّوبِ ْال َوالِ َد ْي ِن اِ ْح َسانًا َّوبِ ِذى ْالقُ ْر ٰبى‬
‫ب‬
ِ ‫َّاح‬
ِ ‫ب َوالص‬ ِ ُ‫ار ِذى ْالقُرْ ٰبى َو ْال َجا ِرـ ْال ُجن‬ ِ ‫ج‬
َ ْ
‫ال‬ ‫و‬
َ ‫ْن‬
ِ ‫ي‬‫ك‬ِ ٰ
‫س‬ ‫م‬
َ ْ
‫ال‬‫و‬َ ‫ى‬ ‫م‬ ٰ ٰ
‫ت‬ َ ‫ي‬ ْ
‫ال‬ ‫َو‬
‫هّٰللا‬ ۢ
َ ْ ‫اَل‬ َّ ُ ُ ْ َ ْ َ َ
َ ‫ب َواب ِن ال َّسبِي ِل َو َما َملكت اي َمانك ْم ۗ اِن َ ي ُِحبُّ َمن ك‬
‫ان‬ ۙ ْ ْ ِ ‫بِ ْال َجن‬
ْ
‫ُم ْختَااًل فَ ُخ ْو ًرـ ۙا‬
Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan
berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki.
Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri,
luqman ayat 14

‫ان بِ َوالِ َد ْي ۚ ِه َح َملَ ْتهُ اُ ُّم ٗه َو ْهنًا َع ٰلى َو ْه ٍن‬


َ ‫ص ْينَا ااْل ِ ْن َس‬
َّ ‫َو َو‬
‫ص ْي ُر‬ َ ۗ ‫صالُ ٗه فِ ْي َعا َمي ِْن اَ ِن ا ْش ُكرْ لِ ْي َولِ َوالِ َد ْي‬
ِ ‫ك اِلَ َّي ْال َم‬ َ ِ‫َّوف‬
Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang
tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah,
dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua
orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.
Al-isra’ ayat 23
Al-Isra' ayat 24

ِّ ‫ض لَهُ َما َجنَا َح ال ُّذ ِّل ِم َن الر َّْح َم ِة َوقُ ْل ر‬


ْ ‫َّب‬
‫ار َح ْمهُ َما‬ ْ ‫َو‬
ْ ِ‫اخف‬
‫ص ِغ ْي ًر ۗا‬
َ ‫َك َما َربَّ ٰينِ ْي‬
Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah,
“Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada
waktu kecil.”
"Yang dimaksud dengan ‘berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya’ adalah berbakti,
mengasihi, dan lemah lembut kepada keduanya.

Dan yang dimaksud ‘janganlah kamu membentak mereka adalah janganlah kamu berbicara kepada
keduanya dengan rasa jengkel ketika keduanya memasuki usia senja. Dalam ayat ini, Allah meletakkan
perintah berbuat baik kepada orang tua langsung setelah perintah Allah kepada para hambaNya untuk
menyembahNya saja karena besarnya hak kedua orang tua atas diri kita. Dan sebaliknya Allah juga
menyertakan tindakan buruk kepada orang tua serta ketiadaan bakti terhadap keduanya dengan perbuatan
kesyirikan. Sebagaimana yang telah disebutkan di dalam Shahihain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:

“Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang dosa-dosa besar yang paling besar?” Kami menjawab: ‘Tentu
wahai Rasulullah’. Rasulullah bersabda, ‘Menyekutukan Allah dan mendurhakai orang tua” (HR. Bukhari-Muslim)
"Bahkan sampai urusan jihad pun harus meminta izin pada orang tua. Dari
Abdullah bin ‘Amr Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhu, ia berkata yang artinya:
”Ada seseorang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
ia ingin meminta izin untuk berjihad. Nabi lantas bertanya,

‫ فَفِي ِهما فَ َجا ِه ْد‬:‫ قَا َل‬،‫ نَ َع ْم‬:‫ قَا َل‬،‫ك؟‬


َ ‫أ َح ٌّي والِ َدا‬
Apakah kedua orang tuamu masih hidup?’ Ia jawab, Iya masih’. Nabi pun bersabda,’Datangilah keduanya dan
berjihadlah dengan berbakti kepada keduanya.’ (HR. Muslim, no. 2549). Imam Nawawi menerangkan bahwa ini
semua mejadi dalil agungnya keutamaan berbakti kepada kedua orang tua. Berbakti kepada kedua orang tua lebih
utama dibandingkan jihad.

Dalam hal berbuat baik kepada kedua orang tua ini, ibu lebih diutamakan baru kemudian ayah. Karena dalam hadits
ini bagi ibu ada tiga kali bagian dari bagian yang didapatkan ayah. Dalam Shahihain disebutkan bahwa ada
seseorang menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bertanya:
“Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berhak untuk dipergauli dengan baik?” Beliau menjawab,
”ibumu”. Ia bertanya lagi, “lalu siapa lagi?” Beliau menjawab,”ibumu.” Ia bertanya lagi “lalu siapa lagi?”
Beliau menjawab ibumu.” Ia bertanya lagi “Lalu siapa lagi”? Beliau pun menjawab, “ayahmu, kemudian
kerabatmu yang terdekat, begitu seterusnya.” (HR. Bukhari-Muslim)
"Kedudukan Berbakti kepada Kedua Orang Tua dalam Islam

Islam menjadikan berbakti kepada kedua orang tua sebagai sebuah kewajiban yang sangat besar.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ketika ditanya tentang amal-amal saleh yang paling
tinggi dan mulia,

“Shalat tepat pada waktunya … berbuat baik kepada kedua orang tua … jihad di jalan Allah.” (HR.
Bukhari dan Muslim)

Lihatlah … betapa kedudukan orang tua sangat agung dalam Islam, sampai-sampai Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam menempatkannya sebagai salah satu amalan yang paling utama. Lalu,
sudahkah kita berbakti kepada kedua orang tua?"
"Suatu ketika Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma bertanya kepada seseorang, “Apakah engkau takut
masuk neraka dan ingin masuk ke dalam surga?” Orang itu menjawab, “Ya.” Ibnu Umar berkata,
“Berbaktilah kepada ibumu. Demi Allah, jika engkau melembutkan kata-kata untuknya, memberinya
makan, niscaya engkau akan masuk surga selama engkau menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Bukhari)

"Kisah Seorang Wanita yang Berbakti kepada Ibunya

Yahya bin Katsir menceritakan, “Suatu ketika Abu Musa Al-Asy’ari dan Abu Amir radhiyallahu
‘anhuma datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berbaiat kepada beliau dan
masuk Islam. Ketika itu, beliau bertanya, ‘Apa yang kamu lakukan terhadap istrimu yang kamu tuduh
ini dan itu?’ Keduanya menjawab, ‘Kami tinggalkan dia bersama keluarganya.’ Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya mereka telah diampuni.’
‘Mengapa wahai Rasulullah?’ tanya mereka. Beliau menjawab, ‘Karena dia telah berbuat baik kepada
ibunya.’ Kemudian beliau melanjutkan, ‘Dia memiliki ibu yang sangat tua. Suatu ketika ada orang yang
berseru, ‘Hai, ada musuh yang hendak memporak-porandakan kalian!’ Lalu ia menggendong ibunya yang
telah tua itu. Bila kelelahan, ia turunkan ibunya kemudian ia gendong ibunya di depan. Ia taruh telapak kaki
ibunya di atas telapak kakinya agar ibunya tidak terkena panas. Begitu seterusnya hingga akhirnya mereka
selamat dari sergapan musuh.’”

Saudariku … renungkanlah, bila kita simak kisah di atas lebih mendalam, kita akan mengetahui bahwa
berbakti kepada orang tua—terutama ibu—menjadi sebab kebahagiaan seseorang di dunia dan di akhirat.
Maka selayaknya kita berusaha agar bisa meraih kebahagiaan itu selagi orang tua kita masih hidup.
Kemudian bandingkanlah keadaan di zaman kita dengan kisah di atas. Alangkah jauh perbedaannya! Apakah
yang memberatkan kita untuk berbakti kepadanya sebagaimana yang telah dilakukan oleh salafush shalih?
Apa yang menghalangi kita untuk berbakti kepadanya jika hal tersebut akan membuat kita bahagia dan
menjadi orang yang kaya pahala dan tenteram hatinya?
"Sungguh merugi jika kita mengetahui dekatnya surga denganberbakti
kepada kedua orang tua, tetapi kita malah melalaikannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaih wa sallam bersabda,

“Orang tua adalah pintu surga yang paling tengah. Jika engkau ingin maka sia-siakanlah pintu itu atau jagalah ia.”
(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Dalam hadits lain beliau juga bersabda, “Celaka, celaka, celaka!” Ada yang bertanya,”Siapa wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab, “Orang yang mendapati salah satu atau kedua orang tuanya telah berusia lanjut, tetapi tidak membuatnya
masuk ke dalam surga.” (HR. Muslim)

Bakti Seorang Anak ketika Orang Tua telah Tiada

Terkadang sebagian kita beranggapan bahwa kewajiban berbakti kepada kedua orang tua telah usai ketika orang tua
telah wafat. Jika memang demikian, alangkah bakhilnya diri kita. Alangkah singkatnya bakti kita kepada orang tua
yang telah mengasuh kita dengan penuh kasih sayang, yang telah mengorbankan siang dan malamnya untuk
kebahagiaan sang anak. Seseorang yang telah mengucurkan banyak air mata dan keringat untuk kebaikan sang anak.
Lantas, apakah balas budi kepada mereka akan berakhir seiring berakhirnya kehidupan mereka??
Saudariku … ketahuilah, bahwa saat setelah wafat adalah saat di mana kedua
orang tua paling membutuhkan bakti anak-anaknya, yaitu ketika mereka telah
memasuki alam barzah. Mereka sangat membutuhkan doa yang baik dan
permohonan ampun melalui seorang anak untuk mengangkat kedua telapak tangannya kepada Allah Ta’ala.

Seseorang datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah masih
tersisa sesuatu sebagai baktiku kepada kedua orang tuaku setelah keduanya wafat?” Beliau bersabda, “Ya, engkau
mendoakan keduanya, memohonkan ampunan untuk keduanya, menunaikan janji keduanya, memuliakan teman
keduanya, dan silaturahmi yang tidak tersambung kecuali dengan keduanya.” (HR. Al-Hakim)

Begitulah, bakti seorang anak kepada kedua orang tua senantiasa menjadi utang manusia selama ruh masih berada
pada jasadnya, selama jantung masih berdetak, selama nadi masih berdenyut, dan selama napas masih berembus. Oleh
karena itu, sangat keliru jika ada orang yang beranggapan bahwa baktinya telah usai ketika orang tua telah wafat.
Bakti seorang anak kepada orang tua senantiasa menjadi hutang yang harus ditunaikan sampai ia bertemu dengan
Allah Ta’ala. Mereka sangat membutuhkan doa yang tulus serta permohonan ampun sehingga mereka mendapatkan
limpahan rahmat dan ampunan dari Allah karenanya.
“Sesungguhnya Allah mengangkat derajat seorang hamba yang saleh di surga.
Lantas ia bertanya, ‘Wahai Rabb, mengapa aku mendapatkan ini?’ Allah menjawab,
‘Karena permohonan ampunan anakmu untukmu.’” (HR. Ahmad)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Apabila seorang anak Adam meninggal dunia maka amalnya
terputus, kecuali tiga perkara: … ,anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim)

Faedah Berbakti kepada Kedua Orang Tua

Berbakti kepada kedua orang tua membuahkan banyak keutamaan. Berikut ini beberapa faedah berbakti kepada kedua
orang tua:

Dikabulkannya doa (sebagaimana kisah yang telah disebutkan).


Sebab dihapuskannya dosa besar.
Seorang laki-laki mendatangi Nabi shallallahu ‘alaih wa sallam lalu berkata, “Wahai Rasulullah, aku telah melakukan
dosa besar. Apakah ada taubat untukku?” Nabi bertanya, “Apakah engkau memiliki seorang ibu?” Laki-laki itu
menjawab, “Tidak.” Nabi bertanya lagi, “Apakah engkau memiliki seorang bibi?” Ia menjawab, “Ya. “ Nabi bersabda,
“Berbaktilah kepadanya.” (HR. Ibnu Hibban)
Berbakti kepada kedua orang tua merupakan penyebab keberkahan dan
bertambahnya rezeki. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezekinya,
hendaklah ia berbakti kepada kedua orang tuanya dan hendaklah ia menyambung silaturahmi.” (HR. Ahmad)

hadits ridho orang tua adalah ridho Allah SWT:

‫َّب‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل ِر‬


ِّ ‫ضى الر‬ َ ‫َع ْن َع ْب ِد هَّللا ِ ب ِْن َع ْم ٍرو َع ْن النَّبِ ِّي‬
‫َّب فِي َس َخ ِط ْال َوالِ ِد‬ ِّ ‫ضى ْال َوالِ ِد َو َس َخطُ الر‬ َ ‫فِي ِر‬
Artinya: “Dari Abdullah bin Amr radliallahu `anhuma dari Nabi shallallaahu `alaihi wa sallam, beliau bersabda:
"Ridho Allah terdapat pada ridho orang tua, dan murka Allah juga terdapat pada murkanya orang tua." (HR. Tirmidzi)
"Rasulullah SAW mengungkapkan bahwa berbakti kepada orang tua
akan membawa kemudahan rezeki bagi seorang anak. Sebagaimana
dijelaskan dalam hadits berikut:

َّ‫ « َم ْن َأ َحب‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ِ ‫ قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬:‫قَا َل‬، ‫س ب ِْن َمالِ ٍك‬ ِ َ‫َع ْن َأن‬
ُ‫ص ْل َر ِح َمه‬ ِ َ‫ َو ْلي‬،‫ فَ ْليَبَ َّر َوالِ َد ْي ِه‬،‫ َوَأ ْن يُ َزا َد لَهُ فِي ِر ْزقِ ِه‬،‫َأ ْن يُ َم َّد لَهُ فِي ُع ْم ِر ِه‬
Artinya: “Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, Rasulullah SAW bersabda; "Siapa yang ingin
dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezkinya, maka hendaknya ia berbakti kepada kedua orang
tuanya dan menyambug silaturrahim (kekerabatan)." (HR Ahmad).
BENTUK-BENTUK DURHAKA KEPADA KEDUA ORANG TUA
1. Menimbulkan gangguan terhadap orang tua, baik berupa perkataan atau pun
perbuatan yang mem-buat orang tua sedih atau sakit hati.
2. Berkata “ah” atau “cis” dan tidak memenuhi pang-gilan orang tua.
3. Membentak atau menghardik orang tua.
4. Bakhil atau kikir, tidak mengurus orang tuanya, bahkan lebih mementingkan yang lain daripada mengurus orang tuanya,
padahal orang tuanya sangat membutuhkan. Seandainya memberi nafkah pun, dilakukan dengan penuh perhitungan.
5. Bermuka masam dan cemberut di hadapan orang tua, merendahkan orang tua, mengatakan bodoh, “kolot”, dan lain-lain.
6. Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan. Pekerjaan tersebut sangat tidak pantas bagi
orang tua, terutama jika mereka sudah tua dan lemah. Tetapi, jika si ibu melakukan pekerjaan tersebut dengan
kemauannya sendiri, maka tidaklah mengapa, dan karena itu seorang anak harus berterima kasih dan membantu orang tua.
7. Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan nama baik orang tua.
8. Lebih mentaati isteri daripada kedua orang tua. Bahkan ada sebagian orang yang tega mengusir ibunya demi menuruti
kemauan isterinya. Nas-alullaahas salaamah wal ‘aafiyah"
● Jangan kau lupakan IbumuBerikanlah kasih sayang selama ibu kita masih ada, percuma kita
memberikan bunga maupun tangisan apabila ibu telah tiada, karena Ibu tidak akan bisa melihatnya
lagi....Gandenglah tangannya, selama ia masih sanggup menggenggam tanganmu.Berjalanlah
bersamanya, selama ia masih kuat melangkah bersamamu,Bisikkanlah kata sayang, saat telinganya
masih bisa mendengar ucapanmu.Nyatakanlah sekarang, ketika masih ada waktu bersama, selama masih
ada kesempatan, sebab akan tiba waktu yang tidak pernah engkau tahu, dia akan pergi dari sisimu.Kasih
sayang Ibu terhadapmu, tak dapat kau tebus dengan apapun yang ada di muka bumi ini,...Dan jangan
pernah kau bilang, "aku kaya dan aku telah menyenangkan ibuku” salah, karena nilai (ketulusan) setiap
Ibu tak sebanding dengan hartamu walau sebanyak yang kau punya....Ibnu Abbas radhiyallahu anhu
berkata:"Sesungguhnya aku tidak mengetahui sebuah amalan yang (bisa membuat) lebih dekat kepada
Allah azza wa jalla dibandingkan dengan berbuat baik kepada ibu."(HR. Bukhari dalam Al Adabul
Mufrad dan dishahihkan oleh Al Albani)

● "Semoga dengan memahami dan mengamalkan nilai-nilai Islam tersebut, kita dimudahkan oleh Allah
‘Azza wa Jalla dalam mewujudkan keluarga yang sakinah, mawadd
TERIMA
KASIH
WA : 0821-3434-0933
Email : djajuliustadzsmg@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai