Karisya 2
Karisya 2
Pemilu
I
KRAS
DEMO
o n esia
Ind
KARISYA LUHTITISARI
11000117140516
PENATAAN DEMOKRASI & PEMILU DI INDONESIA PASCA
REFORMASI
. IM AM
M
A S E F,
N .H .
S.H. , M
DR .
OF . A,
PR U D
•
T U LH .
A
NI’M ., M.HUM
S.H
Kata Pengantar
PROF. DR. MOH. MAHFUD MD
Bab 1 Negara Hukum dan Demokrasi
This is a
sample text.
Insert your
desired text
here.
1
Konsepsi Demokrasi Negara Hukum
5 Indonesia
Konsepsi Negara Hukum Modern
2
o Ada tiga ciri rule of law, yaitu supremasi absolute, equality before
the law, dan konstitusi sbg konsekuensi dari hak-hak individu yg
dirumuskan dan ditegaskan oleh peradilan.
o Prinsip rechsstaat dan the rule of law tsb digabungkan dan
menandai ciri-ciri negara hukum modern zaman skrng.
o Univerasalitas the rule of law memiliki relativitas dimaba tidak ada
ukuran atau standar yg sama utk dipakai semua orng dlm
praktiknya dan memberikan hasil yg memuaskan, karena rule of law
hanyalah prinsip-prinsip saja, bukan aturan konkret.
3. Korelasi Demokrasi dengan Negara Hukum
o Ciri khas Demokrasi Konstitusional ialah gagasan bahwa pemerintah
yg demokratis adalah pemerintah yg terbatas kekuasaannya dan tdk
dibenarkan bertindak sewenang-wenang thd warga negaranya.
Kekuasaan negara dibagi sedemikian rupa shg penyalahgunaan
kekuasaan diperkecil, yaitu dgn menyerahkannya kpd bbrp
orng/badan dan tdk memusatkan kekuasaan pemerintah dlm satu
tangan/badan. Perumusan yuridis dari prinsip ini dikenal dgn
rechsstaat dan the rule of law.
o Atas dsr sifat-sifat liberal dan demokratis, ciri-ciri rechsstaat adlh:
1. Adanya UUD atau konstitusi yg memuat ketentuan tertulis ttg hub.
Antara penguasa dan rakyat.
2. Adanya pembagian kekuasaan negara, meliputi: kekuasaan
pembuatan uu yg ada pd parlemen, kekuasaan kehakiman yg
Next...
Sample text
Sample text
Pemilu hrs didasarkan pd prinsip free and fair election (bebas adil),
salah satu elemen pentingnya adalah penyelenggara pemilu.
Penyelenggara pemilu merupakan nahkoda dari Pemilu yg menentukan
arah pemilu akan berlabuh. Tujuan idealnya adlh berhasil tdknya
pemilu, shg peforma penyelenggara berperan penting.
Desain kelembagaan yg kompatibel dgn prinsip2 pemilu yg bebas
adil akan menghasilkan pemilu yg bebas adil pula. Dalam
perkembangannya, Indonesia memiliki desain kelembagaan yg berubah
serta memiliki standar khusus. Misalnya saja Indonesia memiliki
lembaga pengawas pemilu, Indonesia jg memiliki lembaga kode etik
penyelenggara pemilu.
B. Pelembagaan Penyelenggara Pemilu
Reformasi 1998 yg melahirkan masa transisi politik yg berimplikasi
thd penyelenggaraan pemilu di Indonesia. Jimly Asshiddiqie
mengatakan, independensi lembaga2 atau badan2 negara sgt oenting
utk menjamin demokrasi. Apabila independensi tsb hilang, maka fungsi
lembaga2 dgn sgt mudah dpt disalahgunakan oleh pemerintah yg
berkuasa semata-mata utk melanggengkan kekuasaan.
1. KPU dan Panwas pada Pemilu 1999
Merupakan penyelenggaraan pemilu pertama pasca-reformasi, dan
sbg pionir pelaksanaan Pemilu pd sistem politik demokratis.
Ketentuan penyelenggaraan Pemilu 1999 diatur dlm UU No. 3 Tahun
1999 ttg Pemilu. Dalam uu ini LPU diubah mjd KPU. KPU diposisikan sbg
penyelenggara pemilu yg sebenarnya, yaitu
mewujudkan free and fair election atau pemilu yg jujur dan adil.
Pemilu 1999 jg dikenal panitia pengawas pemilihan umum
(Panwas). Lembaga ini bersifat mandiri & tdk bertanggungjawab kpd
KPU. Dalam laporan pertanggungjawaban, Panwas 1999 mengakui
bahwa lembaga tsb tdk efektif dlm menjalankan fungsi dan tugasnya
sbg penegak hukum peraturan Pemilu. Satu hal yg menarik, yaitu
kemunculan berbagai macam lembaga pemantau independen scr masif.
Hal ini dikarenakan Pemilu 1999 adalah Pemilu Demokratis pertama
Orde Baru, shg menyedot perhatian masyarakat dalam dan luar negeri.
KPU & Panwas pada Pemilu 1999 memiliki banyak kekurangan
dalam menjalankan tugasnya serta kelembagaan yg masih perlu
disempurnakan atau dioptimalkan. Namun perlu apresiasi KPU &
Panwas 1999 karena telah berhasil menyelenggarakan pemilu.
2. KPU dan Panwaslu pada Pemilu 2004
Untuk mewujudkan demokrasi terjadi perubahan ketatanegaraan di
Indonesia. Hasil amandemen konstitusi melahirkan berbagai perubahan
fundamental bagi sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu yg
menonjol adalah pengembalian kedaulatan rakyat kpd pemilik aslinya.
Dalam proses amandemen ke-3 UUD 1945 (1999-2002) pengaturan
Pemilu dimasukkan dlm batang tubuh UUD NRI 1945. Tepatnya pada pasal
22E. Dalam pasal ini, posisi KPU sbg penyelenggara pemilu semakin
dikukuhkan & memberi jaminan agar KPU mjd lembaga yg independen.
Seperti yg pernah dinyatakan RH Taylor, salah satu prinsip demokratis
adalah adanya lembaga penyelenggara Pemilu yg independen.
Amandemen UUD juga membentuk lembaga baru bernama Dewan
Perwakilan Daerah (DPD) yg anggotanya jg dipilih melalui pemilu. Dalam
UU 12/2003 menyebutkan bahwa penyelenggara Pemilu terdiri atas KPU,
KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota.
Dalam rangka menjamin profesionalitas & independensi KPU, UU
12/2003 mengatur dibentuknya Dewan Kehormatan KPU. DK KPU bertugas
utk memerikasa pengaduan adanya penyelenggaraan kode etik yg
dilakukan oleh anggota KPU.
Dalam penyelenggaraan Pemilu tahun 2004 terdapat banyak kasus yg
mjd bukti inefektivitas DK KPU. Terdapat banyak permasalah juga yg
mendera KPU. Sedangkan hasil kinerja Panwaslu pada Pemilu 2004 dapat
dikatakan lebih baik dari pemilu sblmnya, meski msh tdpt bbrp kendala.
Revisi UU Pemilu memberikan andil dalam pencapaian Panwaslu.
3. KPU dan Bawaslu pada Pemilu 2009
Pada Maret 2007, UU No. 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara
Pemilihan Umum disahkan. Selain itu lahirnya UU No. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah, menempatkan Pilkada bagian dari
otonomi daerah yg menimbulkan kontroversi mengenai siapa yg
berwenang menyelenggarakannya, pemerintah atau KPU.
Menempatkan pilkada sbg urusan KPU memang tdk mudah, karena
pada pasal 22E hanya menyebutkan pemilu legisalatif & presiden yg
mjd kewenangan KPU. Akhirnya MK merekomendasikan agar
Pilkada diurus oleh KPU/KPUD.
Untuk menjalankan tugas & wewenangnya, KPU dan KPUD
diberikan otoritas utk membentuk peraturan dan mengeluarkan
keputusan.
Produk hukum yg dikeluarkan KPU dapat dikontrol melalui judicial
review ke MA untuk yg berbentuk peraturan. Untuk yg berbentuk sbg
keputusan dapay diajukan ke MK. Dengan demikan, pada Pemilu 2009,
produk hukum KPU memiliki mekanisme kontrol yg lebih baik.
Salah satu kemajuan di dalam UU 12/2003 ialah pengaturan tentang
kewajiban-kewajiban KPU. Kemajuan tsb dipertahankan dan
disempurnakan dalam UU 22/2007. Sayangnya, pengaturan ttg
kewajiban KPU dan KPUD di atas tdk diiukuti dgn pengaturan ttg sanksi.
Beruntungnya, UU 22/2007 memerintahkan utk dibentuknya peraturan
bersama antara KPU dan Bawaslu ttg kode etik penyelenggara Pemilu.
Dalam rangka menegakkan peraturan kode etik, di dlm uu
mengamanatkan utk pembentukan Dewan Kehormatan, yg bersifat ad
hoc.
DK yg dibentuk di KPU Pusat dan KPU Provinsi. DK KPU berwenang
memeriksa pengaduan/laporan adanya dugaan pelanggaran kode etik yg
dilakukan oleh anggota KPU.
Secara umum, pengaturan dan desain kelembagaan penyelenggara
Pemilu lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Namun peforma KPU tdk
berbanding lurus, banyak masalah seputar penyelenggaraan pemilu &
kurang responsifnya KPU dlm mengatasi persoalan tsb.
Seperti sebelumnya, penyelenggaraan pemilu diawasi oleh lembaga
pengawas Pemilu. Bahkan dalam Pemilu 2009, lembaga tsb telah
dipermanenkan dgn nama Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu).
Dalam UU 22/2007 kedudukan bawaslu tidak lagi sbg subordinat KPU,
tetapi sejajar dgn KPU.
Kedudukan yg sejajar akan mewujudkan pengawasan yg efektif, serta ada
check and balances.
Kinerja Bawaslu 2009 dapat dikatakan belum cukup efektif. Masih
banyak kekurangan dan kelemahan dlm proses pengawasan Pemilu 2009.
Hal tsb disebabkan Bawaslu masih dlm proses adaptasi dgn desain
kelembagaannya yg baru.
KPU, Bawaslu, dan DKPP
Sample text
Sample text
Sample text
Sample text
Sample text
Sample text
Sample text