HAMIL PUJI HASTUTI SKep., Ns., Mkep. PENDAHULUAN • Pemeriksaan laboratorium masa kehamilan, bersalin dan nifas di atur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 25 tahun 2015 • Pandemi Covid Rekomendasi Covid maternal POGI • Alasan dilakukannya pemeriksaan diagnostic pada masa kehamilan adalah Untuk memastikan kehamilan setelah menjalani perawatan medis (termasuk pengobatan fertilitas) dan Untuk memastikan kehamilan normal JENIS PEMERIKSAAN (PMK 25 tahun 2015) • Pemeriksaan Rutin merupakan jenis pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan untuk ibu hamil, bersalin dan nifas yang meliputi pemeriksaan hemoglobin, dan golongan darah • Pemeriksaan pada daerah/situasi tertentu; merupakan pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan atau ditawarkan untuk ibu hamil, bersalin, dan nifas yang meliputi pemeriksaan anti HIV, malaria, dan/atau pemeriksaan lain tergantung pada kondisi daerah/situasi tertentu tersebut • Pemeriksaan atas indikasi penyakit merupakan pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan untuk ibu hamil, bersalin dan nifas jika ditemukan indikasi penyakit tertentu PERUBAHAN HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA IBU HAMIL PERUBAHAN HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA IBU HAMIL JENIS PEMERIKSAAN TES DARAH • Tes darah dapat dilakukan sekitar 10 hari setelah ovulasi • Dapat mendeteksi HCG lebih awal daripada tes urin • Tes darah kuantitatif atau disebut juga tes beta HCG dapat menunjukkan berapa tepatnya kadar HCG dalam darah, bahkan saat kadarnya masih sedikit • Tes darah kualitatif hanya akan menunjukkan apakah ada HCG atau tidak • Golongan darah dan faktor Rhesus Ibu • Infeksi akibat virus Toxoplasma, Rubella, dan Cytomegalovirus yang berbahaya bagi kesehatan bayi, pemeriksaan yang sering disebut pemeriksaan TORCH ini perlu untuk melihat adanya antibodi dalam darah Ibu • Penyakit lain seperti HIV B, Syphilis, bahkan HIV/AIDS TES DARAH • Virus Hepatitis sangat potensial untuk ditularkan kepada janin di dalam kandungan, maka pemeriksaan laboratorium penting dilakukan selama kehamilan HBsAg (antigen hepatitis B), untuk mendeteksi adanya virus Hepatitis B. Anti HBs (antibodi hepatitis B), untuk mendeteksi apakah sudah memiliki antibodi terhadap hepatitis B. Anti HCV Total (antigen hepatitis C), untuk mendeteksi adanya virus Hepatitis C • Serologi. Pemeriksaan marker infeksi VDRL dan TPHA untuk mendeteksi adanya sifilis - jika terinfeksi dapat menyebabkan cacat pada janin. Jika terdeteksi maka segera dilakukan terapi. VDRL (Venereal Disease Research Laboratory) yaitu skrining untuk penyakit sifilis. TPHA (Treponema Pallidum Hemagglutination Assay), pemeriksaan lanjutan untuk konfirmasi penyakit sifilis TES DARAH • Virus TORCH. Pemeriksaan laboratorium yang penting selama kehamilan lainnya yaitu pemeriksaan TORCH. TORCH adalah penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan kelainan bawaan/cacat pada janin bila ibu hamil mengidap penyakit tersebut • Pemeriksaan TORCH terdiri dari toksoplasma, rubella, CMV dan herpes. Infeksi TORCH dapat terdeteksi dari adanya antibodi yang muncul sebagai reaksi terhadap infeksi. terdiri dari: Toxoplasma IgG dan IgM: antibodi terhadap parasit toxoplasma gondii yaitu untuk mendeteksi apakah terdapat infeksi Toxoplasma • Rubella IgG dan IgM: antibodi terhadap virus campak Jerman, untuk mendeteksi apakah terinfeksi virus tersebut atau tidak • Cytomegalovirus (CMV) IgG dan IgM: antibodi terhadap virus Citomegalo, untuk mendeteksi apakah terinfeksi virus CMV atau tidak. Herpes Simplex Virus 1 IgG dan IgM: antibodi terhadap virus herpes simplex 1, untuk mendeteksi apakah terinfeksi HSV1. Herpes Simplex Virus 2 IgG dan IgM: antibodi terhadap virus herpes simplex 2, untuk mendeteksi apakah terinfeksi HSV2 TES DARAH • Anti HIV Anti HIV (Antigen Human Immunodeficiency Virus) bertujuan mendeteksi adanya infeksi virus HIV yang berpotensi menular pada janin. Jika ibu hamil terinfeksi HIV harus segera diterapi dengan antivirus dan persalinannya dilakukan secara bedah sesar untuk mencegah bayi tertular virus HIV. Tes HBsAg, Anti HCV, TORCH, VDRL, TPHA, anti HIV dilakukan pada trimester pertama kehamilan • Hematologi Lengkap. Pemeriksaan hematologi lengkap merupakan tes yang digunakan untuk mendeteksi adanya kelainan pada darah dan komponennya yang dapat menggambarkan kondisi tubuh secara umum. Hematologi lengkap dapat dilakukan selama kehamilan pada trimester pertama, trimester kedua dan saat persalinan DETEKSI KELAINAN KEHAMILAN • Kelainan yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium selama kehamilan antara lain anemia (hemoglobin rendah) yang umum terjadi pada ibu hamil, kekurangan zat besi, kekurangan asam folat dan bahkan thalassemia yang merupakan kelainan produksi hemoglobin yang bersifat genetic • Hemoglobin (Hb) bertujuan untuk mendeteksi anemia - Hb kurang dari 11 g/dl. Indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) dapat menggambarkan ukuran dan warna sel darah merah sehingga dapat diketahui penyebab anemia apakah karena defisiensi besi atau defisiensi asam folat. • Leukosit dapat mendeteksi adanya infeksi dan penyebabnya yang disebabkan oleh bakteri atau virus, dan dapat melihat kekebalan tubuh serta potensi alergi. Kadar abnormal leukosit jika lebih dari /ul. Retikulosit dapat memberi informasi lebih dini sebagai prediksi anemia dan respons sumsum tulang terhadap suplementasi besi DETEKSI KELAINAN KEHAMILAN • Golongan darah A-B-O diperlukan untuk dibandingkan dengan golongan darah bayi saat lahir apakah ada kemungkinan inkompatibilitas gol darah A-B-O yang memerlukan tindakan pada bayi. Golongan darah juga perlu diketahui bila diperlukan transfusi pada ibu. Dilakukan pada trimester pertama kehamilan • Faktor rhesus (positif atau negatif ) Perlu perhatian khusus bila rhesus istri negatif sedangkan rhesus suami positif. Terdapat kemungkinan rhesus janin positif, sehingga dapat terjadi sensitisasi pada darah ibu yang akan menimbulkan antibodi terhadap rhesus positif. Hal ini dapat membahayakan janin pada kehamilan berikutnya. Untuk itu ibu hamil dengan rhesus negatif harus diberi suntikan Imunoglobulin Anti-D (digunakan untuk mencegah agar ibu rhesus-negatif tidak membentuk antibodi terhadap sel janin rhesus-positif yang memasuki sirkulasi ibu ketika dilahirkan atau ketika abortus) pada kehamilan 28 minggu untuk mengikat antibodi terhadap rhesus positif, serta dalam 72 jam setelah melahirkan apabila bayinya rhesus positif • Tes penunjang hematologi lengkap lainnya adalah ferritin yang dapat menggambarkan cadangan zat besi sebagai salah satu penyebab anemia. Ferritin dilakukan pada trimester pertama Uji Kadar HCG • Hormon Kehamilan Tes ini dilakukan pada trimester pertama, yang terdiri dari pemeriksaan laboratorium: Hormon bHCG darah, yaitu hormon kehamilan dalam darah untuk mendeteksi kehamilan di trimester awal yang meragukan karena belum tampak pada USG. Hormon Progesteron: Hormon yang mensupport kehamilan, untuk mendeteksi apakah hormon ini cukup kadarnya atau perlu suplemen progesteron dari luar. Hormon Estradiol: hormon yang mensupport kehamilan, untuk mendeteksi apakah kadarnya normal atau tidak • TES URINE Untuk mengetahui kadar HCG Human Chorionic Gonadotrophin (HCG) meningkat pada wanita hamil. Test pack ini adalah salah satu dari sekian banyak alat tes kehamilan yang PRAKTIS dan lebih pribadi, karena tidak perlu repot pergi ke laboratorium untuk memeriksa kehamilan. Melakukan tes 21hari setelah melakukan hubungan seksual. • Hasil negatif ditandai dengan hanya munculnya satu garis merah pada jendela kontrol (berbentuk bulat) Pemeriksaan Protein Urine • Langkah pemeriksaan urine: 1. Isi tabung reaksi dan tabung kontrol dengan 2-3 cc urine 2. Panaskan urine di atas lampu spiritus (bunser burner) berjarak 2-3 cm dari ujung lampu sampai mendidih 3. Angkat tabung reaksi, Bandingkan dengan tabung control 4. Jika urine keruh, tambahkan 4 tetes asam asetat 5%. Kalau kekeruhan menghilang setelah ditambah asam asetat, ini menunjukkan adanya HR dan ini tidak signifikan untuk protein. Kalau urine tetap keruh, panaskan sekali lagi. Kalau urine masih tetap keruh, berarti ada protein dalam urine 5. Hasil Pembacaan : (-) : Bila larutan jernih, (+) : Bila larutan keruh, (++) : Bila larutan keruh berbutir, (+++) : Bila larutan membentuk awan, (++++): Menggumpal 6. urine juga bisa mengandung protein kalau ibu mempunyai infeksi saluran kencing atau kalau urine terkontaminasi dengan darah atau air ketuban PEMERIKSAAN GLUCOSA • Glukosa puasa (glukosa dalam keadaan puasa jam). • Tes Toleransi Glukosa Oral (glukosa 2 jam setelah minum glukosa 75 gram). • HbA1c (Glycosylated hemoglobin) untuk mengetahui kadar glukosa darah rata-rata selama 3 bulan terakhir. • Tujuannya untuk mengetahui apakah terjadi DMG (diabetes mellitus gestasional) • Glukosa puasa dan tes toleransi glukosa oral dilakukan bila terdapat risiko DMG pada trimester pertama atau saat pertama terdiagnosis hamil, atau pada usia minggu bila tidak ada risiko DMG PEMERIKSAAN GLUCOSA • Langkah pemeriksaan urine: 1. Sediakan 2 tabung reaksi bersih dan kering dalam rak tabungIsi kedua tabung tersebut masing-masing dengan 5ml reagen benedict 2. Isi tabung kedua dengan sampel urine sebanyak 0,5 ml, kocok secara homogen 3. Nyalakan lampu spirtus, kemudian bakar tabung kedua di atas nyala api dengan menggunakan penjepit tabung sampai akan mendidih antara 1-2 menit 4. Begitu larutan mendidih segera angkat, dan simpan dalam rak tabung reaksi biarkan selama 5 menit • Amati hasilnya dan bandingkan dengan tabung kesatu. Hasil Pembacaan : a. (-) : Bila larutan dalam tabung tetap biru b. (+ / -) : Bila larutan berwarna biru kehijauan c. (+) : Bila larutan berwarna hijau disertai dengan endapan berwarna kuning d. (++) : Bila larutan berwarna kuning e. (+++) : Bila larutan berwarna oranye endapan kuning f. (++++) : Bila larutan berwarna merah bata Urine (Urinalisa) • Tujuan dari pemeriksaan laboratorium ini yaitu untuk mendeteksi infeksi saluran kemih dan kelainan lain di saluran kemih serta kelainan sistemik yang bermanifestasi di urine/air seni. • Jika infeksi di saluran kemih tidak diobati, dapat menyebabkan kontraksi dan kelahiran prematur atau ketuban pecah dini. • Tes ini dilakukan pada trimester pertama atau kedua kehamilan. Spesimen Darah
• Persiapan pasien secara umum:
1) menghindari obat yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan sebelum spesimen diambil 2) menghindari aktifitas fisik/olahraga sebelum spesimen diambil 3) memperhatikan posisi tubuh 4) memperhatikan variasi diurnal 5) untuk pemeriksaan glukosa puasa pasien harus puasa selama 8–12 jam sebelum diambil darah dan sebaiknya pada pagi hari Spesimen Urin • Persiapan pasien secara umum: 1) urin sewaktu dengan pancaran tengah (mid stream urine) 2) volume urin minimal 30 ml 3) penghentian minum obat dan vitamin perlu diperhatikan obat yang dapat mempengaruhi pemeriksaan sebaiknya dihentikan sebelum pengambilan urin selama 10 jam. Contoh : pemberian vitamin C dapat mempengaruhi analisis kimia urin, pemberian diuretik dan caffeine dapat menyebabkan pengenceran urin • Spesimen Sputum 1) sputum tidak bercampur dengan liur 2) ambil spesimen yang paling mukopurulen 3) sebelum mengambil sputum sebaiknya pasien kumur-kumur dulu dengan air putih Pengambilan Spesimen a. Wadah spesimen harus memenuhi syarat: 1) terbuat dari gelas atau plastik 2) tidak bocor atau tidak merembes 3) harus dapat ditutup rapat 4) gampang dibuka 5) besar wadah disesuaikan dengan volume spesimen 6) bersih 7) kering 8) tidak mengandung bahan kimia atau deterjen 9) untuk pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman, wadah harus steril b. Antikoagulan Antikoagulan adalah zat kimia yang digunakan untuk mencegah sampel darah membeku c. Volume Volume spesimen yang diambil harus sesuai dengan perbandingan antikoagulan yang ada dan mencukupi kebutuhan pemeriksaan laboratorium yang diminta d. Teknik Pengambilan spesimen harus disesuaikan dengan jenis pemeriksaan dan dilaksanakan dengan cara yang benar mengacu pada penyelenggaraan laboratorium yang benar Pengolahan Spesimen • Beberapa contoh pengolahan spesimen sebagai berikut: a. Darah (whole blood) darah yang diperoleh ditampung dalam tabung yang telah berisi antikoagulan, kemudian dihomogenisasi dengan cara membolak-balik tabung 10 - 12 kali secara perlahan dan merata. b. Serum 1) biarkan darah membeku terlebih dahulu pada suhu kamar selama 20 - 30 menit, kemudian disentrifus minimal 1500 g selama 10 menit. Untuk konversi ke satuan rpm, gunakan tabel normogram. 2) pemisahan serum dilakukan segera setelah disentrifus. 3) serum yang kemerahan/lisis, ikterik atau keruh harus dilaporkan dan tidak bisa digunakan untuk pemeriksaan c. Plasma 4) darah dan antikoagulan disentrifus dengan kecepatan minimal 2000 g selama 10 menit. 5) pemisahan plasma dilakukan segera setelah disentrifus 6) plasma yang kemerahan/lisis, ikterik atau keruh harus dilaporkan Pengolahan Spesimen d. Kultur Darah untuk kultur darah minimal 10 cc darah harus diambil dengan cara aseptik dan harus segera ditanam dalam media biakan. e. Urin 1) untuk uji carik celup, pemeriksaan harus segera dilakukan dalam waktu kurang dari 1 jam setelah penampungan 2) untuk pemeriksaan sedimen, 10 ml urin disentrifus terlebih dahulu dengan kecepatan 400–500 g selama 5 menit 3) untuk pemeriksaan biakan dan uji kepekaan, urin harus segera diperiksa USG • Ultrasonografi (USG) adalah alat pemeriksaan dengan menggunakan ultrasound (gelombang suara) yang dipancarkan oleh transduser. USG menggunakan bunyi ultrasonik yang memiliki frekuensi lebih dari 20 kHz. • National Institute of Health (NIH), USA (1983 – 1984) menentukan indikasi untuk dilakukannya pemeriksaan USG sebagai berikut menentukan usia gestasi, evaluasi pertumbuhan janin melalui pemeriksaan biometri janin, menentukan taksiran berat janin dan atau presentasi janin, penilaian profil biofisik janin pada kehamilan diatas 28 minggu, menemukan adanya cacat bawaan, mencari penyebab perdarahan per vaginam, menentukan bagian terendah janin, menentukan jumlah janin, membantu tindakan amniosentesis atau biopsi villi koriales, menentukan volume cairan amnion, menentukan massa pada daerah abdomen dan pelvik, pengamatan lanjut letak plasenta pada kasus plasenta praevia, alat bantu dalam tindakan khusus, misalnya fetoskopi, transfusi intra uterin, tindakan “shunting”, fertilisasi in vivo, transfer embrio, dan “chorionic villi sampling” (CVS), menentukan adanya kematian mudigah / janin, menentukan adanya abnormalitas uterus. lokalisasi alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), dan pemantauan perkembangan folikel ovarium Trimester I • Kantong kehamilan (Gestational Sac, GS) 1,2 Kantung kehamilan mulai bisa dilihat dengan alat USG pada usia kehamilan 4-5 minggu. Kantung kehamilan yang normal akan terlihat sebagai gambaran cincin ekhogenik ganda (double echogenic ring) • Crown Rumph Lenght (CRL)1,2 CRL adalah ukuran terpanjang janin dari kepala sampai bokong tanpa menyertakan anggota gerak. CRL sudah dapat diukur pada umur kehamilan 6-7 minggu. Pertumbuhan panjang janin sangat erat hubungannya dengan umur kehamilannya karena belum atau sedikit sekali dipengaruhi oleh keadaan patologis yang mungkin ada • Fetomaternal kelainan janin, menggunakan USG 4D-5D Trimester II dan III
• Pemerikaan USG pada trimester II dan III akan dapat mengidentifiksi
struktur janin secara lebih jelas dan lebih bervariasi. Penentuan umur kehamilan pada trimester II dan III dapat dilakukan melalui beberapa parameter biometri janin, misalnya: 1. Diameter Biparietal (BPD) 2. Lingkar Kepala (Head Circumference, HQ) Selain untuk menentukan umur kehamilan, HC juga digunakan untuk mendiagnosis mikrosefalus atau PJT 3. Panjang Femur (Femur Lenght/FL) Selain untuk mengukur umur kehamilan, pengukuran femur juga dapat mendiganosis displasia skeletal 4. Lingkar Perut (Abdominal Circumference/AC) 5. Air Ketuban Air ketuban adalah cairan yang mengisi rongga amnion. Rongga amnion mulai terbentuk pada hari ke 10-20 setelah ovulasi. Volume air ketuban bertambah banyak dengan makin tuanya usia kehamilan. Pada umur kehamilan 12 minggu volumenya +/- 50 ml, dan pada 20 minggu antara 350- 400ml. Pada 36-38 minggu kira-kira 1 liter. Selanjutnya, volumenya menjadi berkurang pada kehamilan posterm, tidak jarang kurang dari 500ml (siswosudarmo, 2008). Pemeriksaan cairan amnion dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu Single Pocket dan metode AFI (Amniotic Fluid Indeks) yang dikenalkan oleh Phelan. 6. Plasenta Pada pemeriksaan plasenta hal-hal yang harus diperhatikan adalah menentukan letak plasenta. Dimana normalnya berada di fundus/corpus uteri), menentukan grade maturasi plasenta untuk menentukan apakah kehamilan tersebut cukup bulan (aterm) atau tidak. Serta menentukan adanya lilitan tali pusat. TEKNIK PEMERIKSAAN USG EDUKASI PADA MASA KEHAMILAN • Proses kehamilan dan gangguannya Gejala-gejala penting yang • Pemeriksaan rutin kehamilan mengharuskan ibu untuk memeriksakan diri: • Gizi dan kebutuhan kalori selama • Hiperemesis hamil • Kenaikan berat badan yang • Pemeliharaan kebersihan tubuh berlebihan • Edema • Immunisasi • Sakit kepala dan pandangan • Perawatan payudara dan persiapan kabur menyusui • Pecah ketuban • Hilangnya gerakan bayi • Faktor risiko • Kehamilan lewat waktu • Perdarahan TERIMA KASIH