Anda di halaman 1dari 38

PENCEGAHAN

DAN
LAPORAN MANAJEMEN
PENGENDALIAN
PENYAKIT(P2P)
ISPA

Rara Nabelo
N 111 17 033

Pembimbing :
dr. Maria Florence Putong
drg. Tri Setyawati, M.Sc
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit terbanyak
yang dilaporkan kepada pelayanan kesehatan. World Health Organization
(WHO) memperkirakan insidensi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000
kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia balita.
Menurut WHO ± 13 juta anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan
sebagian besar kematian tersebut terdapat di negara berkembang dan ISPA
merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan membunuh ± 4 juta
anak balita setiap tahun.2
Period prevalensi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan penduduk adalah 25 %. Lima provinsi
dengan ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur, Papua, Nusa Tenggara Barat, dan
Jawa Timur. Pada Riskesdas 2007, Nusa Tenggara Timur juga merupakan provinsi
tertinggi dengan ISPA.

Penyakir ISPA perlu diperhatikan lebih serius, karena penyakit ini selalu
menempati urutan pertama pada 10 (sepuluh) besar penyakit rawat jalan yang ada di
Puskesmas Mabelopura. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA baik
secara langsung maupun tidak langsung, menurut Sutrisna (1993) faktor resiko yang
menyebabkan ISPA pada balita adalah sosio-ekonomi (pendapatan, perumahan,
pendidikan orang tua), status gizi, tingkat pengetahuan ibu dan faktor lingkungan
(kualitas udara). Sedangkan Depkes (2002) menyebutkan bahwa faktor penyebab
ISPA pada balita adalah berat badan bayi lahir rendah (BBLR), status gizi buruk,
imunisasi yang tidak lengkap, kepadatan tempat tinggal dan lingkungan fisik. 4
1.2 Gambaran Umum Puskesmas Mabelopura

Puskesmas Mabelopura merupakan puskesmas yang berada di


wilayah kerja Kelurahan Tatura Selatan, Kota Palu dengan luas wilayah 6,14
Km2. Wilayah kerja puskesmas Mabelopura terdiri dari 2 Kelurahan, yaitu
Kelurahan Tatura Utara dan Tatura Selatan. Puskesmas Mabelopura terletak
di jl. I Gusti Ngurah Rai No. 18 Kecematan Palu Selatan Kota Palu Provinsi
Sulawesi Tengah.4
Tabel 1
Jumlah Penduduk di Wilayah kerja Puskesmas Mabelopura

Luas Wilayah Jumlah Kepadatan


No Kelurahan RT
( km²) KK Penduduk (/km²)

1. Tatura Utara 3,23 6.821

2. Tatura Selatan 2,8 4.269

Total 6.14 5.133


1.3 Rumusan Masalah

 Pada laporan manajemen kali ini, yang akan dibahas adalah


mengenai “Program Pengendalian Penyakit ISPA”. Adapun
masalah yang akan dibahas kali ini yaitu :
 Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana dalam menunjang
pelaksanaan program pengendalian ISPA di Puskesmas
Mabelopura?
 Apa saja hambatan dalam pelaksanaan program pengendalian ISPA
di Puskesmas Mabelopura?
 Bagaimana pelaporan dan pencapaian target ISPA di Puskesmas
Mabelopura?
1.4 Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan laporan manajemen ini antara


lain;
 Sebagai bahan pembelajaran dalam manajemen pengelolaan
Puskesmas.
 Sebagai syarat penyelesaian tugas di bidang Ilmu Kesehatan
Masyarakat.
 Untuk mengetahui manajemen program P2P ISPA di
Puskesmas Mabelopura.
 Untuk mengetahui hambatan dalam pelaksanaan program P2P
ISPA di Puskesmas Mabelopura.
 Sebagai evaluasi keberhasilan pelaksanaan program P2P ISPA
paru di Puskesmas Mabelopura.
BAB II
PERMASALAHAN
 Penetapan Nilai:
 P2P ISPA

NPD : (A+B) C = (8+9) 4 = 17 x 4 = 51


NPT : (A+B) CxD = (8+9) 4 x1 = 13x2 = 51
 Gizi

NPD : (A+B) C = (7+9) 3= 16 x 3 = 48


NPT : (A+B) CxD = (5+8) 3x1 = 16 x 2 = 48
 P2P TB

NPD : (A+B) C = (6+8) 4 = 14 x 3 = 42


NPT : (A+B) CxD = (6+8) 4x1 = 14x1 = 42

Ket :
NPD : Penetapan prioritas dasar
NPT : Penetapan priorita total
2.2 Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.5
2.3 Kebijakan Program Pengendalian ISPA
Untuk mencapai tujuan pengendalian pneumonia dan influenza maka
ditetapkan Kebijakan operasional sebagai berikut : 6
1. Advokasi kepada pemangku kepentingan di semua tingkat untuk
membangun komitmen dalam pencapaian tujuan pengendalian ISPA.

2. Pengendalian ISPA dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan


yang berlaku.

3. Peningkatan penemuan kasus dan tatalaksana pneumonia Balita sesuai


dengan standar di semua fasilitas pelayanan kesehatan.

4. KIE pengendalian ISPA melalui berbagai media sesuai dengan kondisi


sosial dan budaya setempat.

5. Ketersediaan logistik pengendalian ISPA menjadi tanggung jawab pusat


dan daerah.
6. Pengendalian ISPA dilaksanakan melalui kerjasama dan jejaring dengan
lintas program, lintas sektor, swasta, perguruan tinggi dan organisasi non
pemerintah baik nasional maupun internasional.

7. Meningkatkan kualitas pelayanan melalui peningkatan kemampuan sumber


daya, pembinaan/supervisi, sistem pemantauan dan evaluasi program serta
sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat.

8. Autopsi verbal dilakukan dalam rangka menentukan penyebab kematian


Balita.

9. Penyusunan rencana kontinjensi kesiapsiagaan dan respon pandemi influenza


di semua tingkat.

10. Rencana pengendalian pneumonia disusun berbasis bukti (evidence based)


2.4 Strategi Program Pengendalian ISPA
1. Membangun komitmen dengan pengambil kebijakan di semua tingkat dengan
melaksanakan advokasi dan sosialisasi pengendalian ISPA dalam rangka
pencapaian tujuan nasional dan global.
2. Penguatan jejaring internal dan eksternal (LP/LS, profesi, perguruan tinggi,
LSM, ormas, swasta, lembaga internasional, dll).
3. Penemuan kasus pneumonia dilakukan secara aktif dan pasif.
4. Peningkatan mutu pelayanan melalui ketersediaan tenaga terlatih dan
logistik.
5. Peningkatan peran serta masyarakat dalam rangka deteksi dini pneumonia
Balita dan pencarian pengobatan ke fasilitas pelayanan kesehata.
6. Pelaksanaan Autopsi Verbal Balita di masyarakat.
7. Penguatan kesiapsiagaan dan respon pandemi influenza melalui
penyusunan rencana kontinjensi di semua jenjang, latihan (exercise),
penguatan surveilans dan penyiapan sarana prasana.
8. Pencatatan dan pelaporan dikembangkan secara bertahap dengan sistem
komputerisasi berbasis web.
9. Monitoring dan pembinaan teknis dilakukan secara berjenjang, terstandar
dan berkala.
10. Evaluasi program dilaksanakan secara berkala.
2.5 Penemuan dan Tatalaksana Pneumonia

Aktif

Penemuan

Pasif
2.6 Klasifikasi Balita Batuk dan atau Kesukaran
Bernapas

Tabel 2. Klasifikasi Balita Batuk dan Kesukaran Bernapas


2.7 Perkiraan jumlah penderita Pneumonia
Balita

 Kebijakan tahun 2011 target penemuan penderita pneumonia Balita =


70%.6
2.8 Tatalaksana Pnemonia balita
Tabel 3 .Tatalakasana penderita batuk dan atau kesukaran bernapas umur < 2 bulan
BAB III
PEMBAHASAN
Alat pemeriksaan yang tersedia di puskesmas Mabelopura
yaitu seperti stetoskop anak dan stetoskop dewasa,1 buah Acute
Respiratory Infection Soundtimer 5 buah yang di simpan dan 1 buah
yang digunakan di puskesmas, sphygmomanometer air raksa untuk
dewasa, 1 buah sphygmomanometer air raksa untuk anak, dan 1
buah termometer. Namun belum terdapat oksigen konsentrator dan
pulseoxymetry. Hal ini dikarenakan alat tersebut diperuntukkan bagi
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan rawat inap
dan unit gawat darurat yang mempunyai sumber daya energi (listrik/
generator), sementara di Puskesmas Mabelopura belum terdapat
ruangan khusus seperti itu.
3.2 PROSES
Program pengendalian ISPA di puskesmas
Mabelopura dikelola oleh seorang perawat yang bekerjasama
dengan dokter. Kegiatan awalnya berupa penemuan kasus
yang bersifat pasif (penemuan kasus berdasarkan pasien
yang datang ke puskesmas yang memiliki gejala utama
seperti batuk dan pernafasan yang cepat) pasien yang
memiliki gejala tersebut akan dilakukan pemeriksaan tanda-
tanda vital khususnya pemeriksaan pernafasan dan tanda-
tanda sesak atau tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam yang kuat (TDDK).
Selanjutnya pasien diklasifikasikan oleh perawat,
kemudian dengan tanda dan gejala yang didapatkan, pasien
dapat diklasifikasikan berdasarkan acuan pada Pedoman
Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut yaitu batuk
bukan pneumonia, pneumonia dan pneumonia berat.
Dokter pada puskesmas bertindak sebagai konsulen apabila
terdapat masalah dalam pengklasifikasian pasien oleh
perawat yang terlatih.
Secara umum hambatan untuk program penanggulan
ISPA menurut pemegang progam ada beberapa hal yang
menjadi kendala seperti kurangnya partisipasi dari
masyarakat itu sendiri yang didapatkan pada saat petugas
puskesmas melakukan kunjungan rumah dimana masih
didapatkan masyrakat yang masih enggan melakukan
pemeriksaan lebih lanjut dipuskesmas atas himbauan
petugas. Sering kali juga di dapatkan pada saat di lakukan
kunjungan oleh petugas pasien telah pindah sebab hanya
tingal sebagai penyewa rumah atau kos.
3.3 OUTPUT
 Pelaporan:
 Pencapaian target
Pada tahun 2018 di dapatkan 3256 balita dan di harapkan 10% dapat
tertangani. Sehingga di dapatkan target untuk tahun 2018 sebanyak
249 balita tertangani. Target yang telah di capai dari bulan Januari
hingga bulan agustus sebanyak 57 % dari presentase target secara
keseluruhan. Pencapain target untuk bulan agustus sangat baik yakni
sebanyak 95%.
Sarana dan
Prasarana SDM
INPUT
LENGKAP
Hanya 1 alat
yg digunakan

Kurangnya
petugas

INPUT

10%
Tertangani

Sasaran Akses Sumber dana


Proses Output 70% balita
bebas
ISPA
Partisipasi
masyarakat Perpindahan
alamat pasien
Pencapaian
57%
Kurangnya
Penyuluhan

P2P
ISPA

Kurangnya
Petugas

Input
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
 Kurangnya peran aktif dari masyarakat dalam pengendalian
ISPA masih kurang.
 Petugas juga mengalami kesulitan saat dilakukan kunjungan
ke rumah pasien namun ternyata pasien telah berpindah
alamat.
 Penyuluhan lebih banyak di lakukan pada tingkat UKP.
 Kurangnya sarana yang dapat di gunakan dimana hanya 1
alat Acute Respiratory Infection Soundtimer yang dapat
digunakan.
 Pencapaian yang di dapatkan dari bulan Januari sampai
agustus 2018 adalah 57%.
Saran
 Dilakukan penyuluhan yang bekerjasama dengan bagian
promkes mengenai definisi, tanda-dan gejala, penyebab serta
pencegahan dari penyakit ISPA.
 Bekerjasama dengan kelurahan, RT dan RW dalam pencarian
informasi pasien yang telah pindah. Sehingga pendekatan
pelaksanaan pengendalian ISPA lebih baik lagi kedepannya.
 Memperbanyak penyuluhan di tingkat UKM dengan bekerja
sama dengan program promosi kesahatan.
 Melakukan pengadaan alat Acute Respiratory Infection
Soundtimer.

Anda mungkin juga menyukai