Anda di halaman 1dari 101

PATIENT SAFETY

Patient Safety
……Safe care is not an option. It is the
right of every patient who entrusts
their care to our Healthcare
systems……..
Sir Liam Donaldson,
Chair, WHO World Alliance for Patient Safety,
Forward Programme, 2006–2007
LATAR BELAKANG

• Errare Humanum Est : kesalahan adalah insaniah


• Robert Bruce Salter  zero tolerance
• Akibat kesalahan pelayanan medis
• - kematian 44000 – 98000 / tahun
• - insiden 1: 25
• - 1 : 10 menderita efek yg merugikan
• Biaya mahal
Keselamatan Pasien
(Patient safety)
• Suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih
aman.
• Hal ini termasuk:
1. Asesmen risiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yg berhubungan dengan
risiko pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko

• Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh


kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil. (KKP-RS)
TAHUN 2000
IOM (INSTITUTE OF MEDICINE) A.S:
TO ERR IS HUMAN

Kejadian yang Tidak Diharapkan (KTD) (Adverse Event) di


Amerika Serikat :
Di RS di Colorado & Utah: 2,9 % pasien RS, meninggal 6,6 %
Di New York : 3,7 %, yang meninggal 13,6 %

Pasien admisi di RS pada th tsb (1997) 33,6 juta  Extrapolasi :


Pasien mati karena Medical Error : 44.000 – 98.00 dalam 1 tahun

(Kohn LT, Corrigan JM, Donaldson MS, eds. To err is human: building
a safer health system. Washington, D.C.: National Academy Press, 2000.)
“JUMBO JET UNITS”

(98.000 pasien mati / tahun)

D A L A M 1 TAHUN
S ETIAP HAR I
1 PESAWAT JUMBO JET
BERPENUMPANG 268 ORANG

J A T U H !!!
WHO ALLIANCE FOR PATIENT SAFETY
OCTOBER 2004

1. Komitmen untuk menempatkan pasien sebagai pusat


dari upaya peningkatkan keselamatan pasien di
seluruh dunia

2. Fokus pada peningkatan cara untuk mendeteksi dan


belajar dari informasi tentang masalah keselamatan
pasien di dalam negeri dan lintas negara

3. Membangun basis pengetahuan untuk membantu


menyelesaikan masalah keselamatan pasien
INDONESIA : AGUSTUS 2005
 Menteri Kesehatan telah mencanangkan Gerakan
Keselamatan Pasien Rumah Sakit pada Seminar Nasional
PERSI tgl 21 Agustus 2005, di Jakarta Convention Centre

PERSI : membuat KKP-RS (Komite Keselamatan Pasien Rumah


Sakit)  Tugas : bekerja sama dengan semua pengandil untuk
menyusun Pedoman Keselamatan Pasien Rumah sakit dan
melaksanakan pelatihan

Setiap Tahun PERSI menyelenggarakan Seminar Nasional dan


Patient Safety
REGULATORY FRAMEWORK
For Patient Safety

Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah


Sakit

Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Undang-undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik


Kedokteran

Peraturan Menteri KesehatanNo34 tahun 2017 Tentang


Akreditasi Rumah Sakit

DASAR HUKUMPeraturan Menteri Kesehatan No. 251/MENKES/SK/VII/2012


Tentang Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit

Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 tahun 2017


Tentang Keselamatan Pasien
Keselamatan Pasien
Dalam UU. No 44 th 2009 Tentang Rumah Sakit

 Pasal 2 : Asas & Tujuan :


 RS diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kpd nilai
kemanusiaan, etika & profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan
hak & anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan
pasien, serta mempunyai fungsi sosial.

 Pasal 3 ayat b: Tujuan RS


 Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat,
lingkungan RS dan SDM di RS
Lanjutan…

 Pasal 43 :
1. RS wajib menerapkan Standar Keselamatan Pasien
2. Standar Keselamatan Pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden,
mnganalisa & menetapkan pemecahan masalah dlm rangka
menurunkan angka KTD
3. RS melaporkan kegiatan ayat 2 kepada komite yang membidangi
keselamatan pasien yang ditetapkan Menteri
4. Pelaporan IKP pd ayat 2 dibuat secara anonim & ditujukan utk
mengkoreksi sistem dlm rangka meningkatkan keselamatan pasien
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai keselamatan pasien ayat 1 & ayat 2 
Peraturan Menteri
Keselamatan Pasien
Dalam UU. No 29 th 2004 Ttg Praktik Kedokteran

Pasal 2
Praktik kedokteran dilaksanakan berasaskan Pancasila dan didasarkan pada nilai
ilmiah, ………… serta perlindungan dan keselamatan pasien.

Penjelasan Umum
1. asas & tujuan penyelenggaraan praktik kedokteran yg menjadi landasan yg didasarkan
pada nilai ilmiah, ……….. dan keselamatan pasien

Penjelasan Pasal 2
f. perlindungan dan keselamatan pasien adalah bahwa penyelenggaraan praktik
kedokteran, ............ dengan tetap memperhatikan perlindungan dan keselamatan pasien.
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA STANDAR KOMPETENSI
DOKTER

A. Area Kompetensi

1. Komunikasi efektif
2. Keterampilan Klinis
3. Landasan llmiah llmu
Kedokteran
4. Pengelolaan Masalah
Kesehatan
5. Pengelolaan Informasi
6. Mawas Diri dan
Pengembangan Diri
7. Etika, Moral, Medikolegal
dan Profesionalisme serta
Keselamatan Pasien
13
C.7.2. Lulusan Dokter Mampu........

 Menerapkan Standar Keselamatan Pasien :


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien & kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi & program peningkatan KP
5.Peran kepemimpinan dalam meningkatkan KP
6.Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7.Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai KP

 Menerapkan 7 Langkah Keselamatan Pasien :


1.Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2.Memimpin dan mendukung staf
3.Integrasikan aktifitas pengelolaan risiko
4.Kembangkan sistem pelaporan
5.Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6.Belajar dan berbagi pengalaman ttg KP
7.Cegah cedera melalui implementasi sistem KP
Standar Keselamatan Pasien RS
(KARS – DepKes)

I. Hak pasien
II. Mendidik pasien dan keluarga
III.Keselamatan pasien dan asuhan berkesinambungan
IV. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja, untuk
melakukan evaluasi dan meningkatkan keselamatan pasien
V. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan
pasien
VI. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
VII.Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien
PENDAHULUAN

Peningkatanmutudankeselamatanpasienharusdi
lakukanberdasarkandata.

Penggunaandatasecaraefektifdapatdilakukanbi
lapraktekklinikdanpraktekmanajementelahdij
alankanberdasarkanevidence-based
16
luwi 11 Mei 2016
Meningkatkan mutu
TUJUAN secara keseluruhan dng
PENINGKATAN terus menerus
MUTU & mengurangi risiko
KESELAMATAN terhadap pasien & staf
PASIEN baik dalam proses klinis
maupun lingkungan fisik
LANGKAH-LANGKAH
PENCAPAIAN KESELAMATAN
PASIEN :

 Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien


 Memimpin dan mendukung staf
 Memimpin dan mendukung staf
 Mengembangkan sistem pelaporan
 Melibatkan komunikasi dengan pasien
 Belajar dan berbagi pengalaman
 Mencegah KTD, KNC, dan kejadian sentinel
PERLUNYA PELAPORAN

 menurunkan insiden patient safety yang terkait KTD,


KNC, dan kejadian sentinel,
 meningkatkan mutu pelayanan,
 memonitor upaya pencegahan terjadinya kesalahan
 Mendorong dilakukannya investigasi lebih lanjut
ALUR PELAPORAN

 Insiden yang dilaporkan adalah kejadian yang sudah terjadi, potensial


terjadi, ataupun yang nyaris terjadi.
 Laporan insiden dapat dibuat oleh siapa saja atau staf farmasi yang
pertama kali menemukan kejadian atau terlibat dalam kejadian.
 Pelaporan dilakukan dengan mengisi “Formulir Laporan Insiden”
yang bersifat rahasia.
VALIDASI DAN ANALISIS DARI DATA
PENILAIAN

SENTINEL RCA

MERAH &
KTD KUNING

RISK
GRADING BIRU &
KNC HIJAU
INVESTIGASI
SEDERHANA
INSIDEN KESELAMATAN PASIEN

 KTD
 KNC
 KTC
 KPC
Kejadian Tidak Diharapkan

KTD
KNC
Kejadian Nyaris Cidera
Kejadian Tidak Cidera

KTC
Kondisi Potensial Cidera

KPC
KTD yang mengakibatkan kematian atau cidera yang serius

SENTINEL EVENT
Perencanaan Pelaksanaan
Program PMKP program PMKP

DIREKTU
R RS

Rencana tindak
lanjut dan Monitoring/
Pelaporan ke pangawasan
pemilik

28
- KEGIATAN
PRIORITAS
PROGRAM PMKP
KEGIATAN YG DI
PMKP - PENERAPAN
EVALUASI
SKP
6 SASARAN KESELAMATAN PASIEN
I. Ketetapan identifikasi pasien

II. Peningkatan Komunikasi yang efektif

III. Peningkatan Keamanan Obat yang perlu Setiap area

diwaspadai sasaran
keselamatan
IV. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat
pasien minimal
pasien operasi 1 (satu) indikator

V. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan mutu

kesehatan

VI. Pengurangan risiko jatuh


SASARAN I : KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN

Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan


untuk memperbaiki / meningkatkan ketelitian
identifikasi pasien.
WRONG IDENTIFICATION  WRONG PERSON OPERATION
PETUGAS HARUS MELAKUKAN
IDENTIFIKASI PASIEN SAAT:

1. Pemberian obat
2. Pemberian darah / produk darah
3. Pengambilan darah dan spesimen
lain untuk pemeriksaan klinis
4. Sebelum memberikan pengobatan
5. Sebelum memberikan tindakan
KEBIJAKAN IDENTITAS PASIEN
1. Identifikasi pasien:
1. harus mengikuti pasien kemanapun (gelang identitas)
2. tak mudah/bisa berubah.
2. Identifikasi Pasien : menggunakan dua identitas dari minimal
tiga identitas
1. nama pasien (  e KTP)
2. tanggal lahir atau
3. nomor rekam medis


!!!! dilarang identifikasi dg nomor kamar pasien atau lokasi

Bila ada kekecualian, RS harus membuat SPO khusus
IDENTITAS PASIEN

1. Nama pasien dalam e KTP


2. Tanggal lahir
3. Nomer rekam medis

Permenkes 1691/2011, Tentang Keselamatan Pasien


Rumah Sakit. Lampiran Hal 6.
WARNA GELANG PASIEN

GELANG IDENTITAS

Biru: Laki Laki

Pink: Perempuan

GELANG PENANDA:

Merah: Alergi

Kuning: Risiko Jatuh

Ungu : Do Not Resucitate
SPO CARA IDENTIFIKASI PASIEN

1. Secara verbal: Tanyakan nama dan tanggal lahir


pasien
2. Secara visual: Lihat ke gelang pasien dua dari
tiga identitas (nama dan tanggal lahir)
SPO SAAT PEMASANGAN GELANG OLEH
PETUGAS
1. Jelaskan manfaat gelang pasien
2. Jelaskan bahaya untuk pasien yang menolak,
melepas, menutupi gelang .dll
3. Minta pasien utuk mengingatkan petugas bila akan
melakukan tindakan atau memberi obat
memberikan pengobatan tidak menkonfirmasi
nama dan mengecek ke gelang
SASARAN II : PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF


Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk
meningkatkan efektivitas komunikasi antar para
pemberi layanan.
KOMUNIKASI EFEKTIF
DALAM ANTAR PEMBERI PELAYANAN
DIDALAM RS (SKP 2)
1. Melakukan “Read Back” Terhadap Instruksi Yang
Diterima Secara Lisan Maupun Melalui Telpon Atau
Melaporkan Hasil Pemeriksaan Kritis (TULBAKON)

2. Buat Standar : Singkatan, Akronim, Simbol Yang


Berlaku Di RS dan singkatan yang dilarang

3. Buat Standar Komunikasi Pada Saat Operan / Hand


Overs Communication (SBAR)

4. Ketepatan Membuat Laporan


KOMUNIKASI YG SERING SALAH DAN MEMBAHAYAKAN PASIEN:
LISAN/LEWAT TELEPON

Dr DPJP

LAPORAN KONDISI PASIEN TERKINI

SBAR

TULBAKON
Memberikan perintah
pengobatan/tindakan
Dr Jaga/Prwt
KOMUNIKASI YANG MUDAH TERJADI KESALAHAN

Terjadi pada saat:



Perintah diberikan secara lisan

Perintah diberikan melalui telpon

Saat pelaporan kembali hasil
pemeriksaan kritis.

43
PERINTAH LISAN/LEWAT TELEPON

1. Tulis Lengkap  ISI PERINTAH


 NAMA LENGKAP DAN TANDA TANGAN
2. Baca Ulang- Eja untuk
PEMBERI PERINTAH
NORUM/LASA
 NAMA LENGKAP DAN TANDA TANGAN
3. Konfirmasilisan dan PENERIMA PERINTAH
tanda tangan  TANGGAL DAN JAM
LASA (LOOK ALIKE SOUND ALIKE)
NORUM ( NAMA OBAT RUPA MIRIP)


hidralazine  hidroxyzine

cerebyx  celebrex

vinblastine  vincristine

chlorpropamide  chlorpromazine

glipizide  glyburide

daunorubicine  doxorubicine
DAFTAR SINGKATAN YANG DILARANG
SASARAN III : PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU
DIWASPADAI (HIGH-ALERT)

Rumah sakit
Obat high alert (yang
mengembangkan suatu harus diwaspadai): obat
pendekatan untuk yang dapat
memperbaiki keamanan menimbulkan KTD atau
obat-obat yang perlu kejadian sentinel bisa
diwaspadai (high-alert) salah digunakan
OBAT HIGH ALERT


Obat yang persentasinya tinggi dalam menyebabkan
terjadi kesalahan/error dan/atau kejadian sentinel
(sentinel event)

Obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak
yang tidak diinginkan (adverse outcome)

Obat-obat yang (Nama Obat, Rupa dan Ucapan
Mirip/NORUM, atau Look-Alike Sound-Alike / LASA)
OBAT HIGH ALERT: KATAGORI OBAT (ISMPS)
1 ADRENERGIC AGONIS IV (Contoh: adrenalin)
2 ADRENERGIC ANTAGONIS IV (Contoh: Propanolol) HIGH
3 ANESTETIC AGENT GENERAL, INHALED dan IV (Misal: Propofol) ALERT
4 CARDIOPLEGIC SOLUTION
5 CHEMOTERAPIC AGENTS PARENTERAL DAN ORAL
6 DEXTROSE HIPERTONIC 20% ATAU LEBIH
7 DIALISIS SOLUTION (PERITONEAL, HEMODIALISIS)
8 OBAT EPIDURAL DAN INTRATHECAL
9 GLICOPROTEIN INHIBITOR II B/III A (Misal: Ephbatide)
10 HIPOGLIKEMIK ORAL
11 OBAT OBAT INOTROPIK IV (Misal: Digoxin, milrinone)
12 LIPOSOMAL FORM OF DRUGS (Liposomal Ampheterisine B)
13 MODERATE SEDATION AGENTS IV (Contoh : Midazolame)
14 MODERATE SEDATION AGENTS ORAL FOR CHILDREN (Contoh
Chloralhydrate)
15 ANESTETIC/OPIATE IV DAN ORAL ( Termasuk cairan konsentrat, immediate
and sustained released Formulation)
16 NEUROMUSCULAR BLOCKING AGENT (Contoh: Succynil Choline)
17 RADIO CONTRAS AGENT IV
18 THROMBOLITIC/ FIBRINOLITIC IV (Contoh: Tenecteplace)
19 TOTAL PARENTERAL SOLUTION
Sutoto.KARS 49
LOOK ALIKE SOUND
ALIKE

LASA LASA
LOOK ALIKE LASA
LASA
SASARAN IV : KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPAT PROSEDUR,
TEPAT-PASIEN OPERASI


Rumah sakit
mengembangkan suatu
pendekatan untuk
memastikan tepat-lokasi,
tepat-prosedur, dan
tepat- pasien.
OPERASI SALAH KAKI
KEBIJAKAN PENANDAAN LOKASI OPERASI

1. Penandaan dilakukan pada semua kasus termasuk sisi (laterality),


multipel struktur (jari tangan, jari kaki, lesi), atau multipel level
(tulang belakang)
2. Perlu melibatkan pasien
3. Tak mudah luntur terkena air/alkohol / betadine
4. Mudah dikenali
5. Digunakan secara konsisten di RS
6. dibuat oleh operator /orang yang akan melakukan tindakan,
7. Dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan, dan
harus terlihat sampai saat akan disayat
CONTOH PENANDAAN
BEBERAPA PROSEDUR YANG TIDAK
MEMERLUKAN PENANDAAN:


Kasus organ tunggal (misalnya operasi jantung,
operasi caesar)

Kasus intervensi seperti kateter jantung

Kasus yang melibatkan gigi

Prosedur yang melibatkan bayi prematur di
mana penandaan akan menyebabkan tato
permanen
TIME OUT
SASARAN V : PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN
KESEHATAN


Rumah sakit mengembangkan suatu
pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi
yang terkait pelayanan kesehatan.
1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi
pedoman hand hygiene terbaru yang diterbitkan
dan sudah diterima secara umum al dari WHO
Patient Safety
2. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene
yang efektif.
3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk
mengarahkan pengurangan secara berkelanjutan
risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan
DAPATKAH SEORANG PETUGAS
RS YANG TIDAK
MENCUCI TANGAN SEBELUM
MEMEGANG PASIEN
“MEMBUNUH” PASIEN?
Luka Operasi Terinfeksi
MRSA
(methicillin-resistant Staphylococcus aureus)

SETIAP STAF KLINIS HARUS MENCUCI


TANGAN SESUAI STANDAR WHO, DAN
MENERAPKAN FIVE MOMENT FOR
HAND HYGINE
CONTOH: PENGGGUNAAN JEMBATAN KELEDAI, UNTUK MEMUDAHKAN
MENGINGAT URUTAN ENAM AREA DALAM HAND-WASH/RUB


TELAPAK TANGAN TEPUNG SELACI PUPUT

PUNGGUNG TANGAN

SELA- SELA JARI

PUNGGUNG JARI-JARI (GERAKAN KUNCI) LAMA CUCI TANGAN:

SEKELILING IBU JARI (PUTAR- PUTAR) HAND RUB : 20-30 DETIK

KUKU DAN UJUNG JARI (PUTAR-PUTAR)
HAND WASH 40-60 DETIK
Acknowledgement : WHO World Alliance for Patient Safety
CUCI TANGAN DAN PENGGUNAAN SARUNG TANGAN

• Penggunaan sarung tangan tidak menggantikan cuci tangan.


• Cuci tangan harus dilakukan pada saat yang tepat tanpa
harus ada indikasi untuk pemakaian sarung tangan.
• Lepaskan sarung tangan untuk cuci tangan, ketika indikasi
terjadi saat mengenakan sarung tangan.
• Buang sarung tangan setelah setiap selesai tugas dan cuci
tangan karena sarung tangan dapat membawa kuman.
• Pemakaian sarung tangan hanya bila diindikasikan menurut
Standard dan Precaution contact jika tidak anda menjadi
berisiko tertular kuman.

(Sumber : WHO. Hand hygine WHY,HOW , WHEN?)


PEMAKAIAN SARUNG TANGAN STERIL


Prosedur bedah

Pemeriksaan vagina

Prosedur radiologi invasif

Melakukan akses vaskular dan prosedur (central line)

Menyiapkan/mencampur total parenteral nutrition

Menyiapkan/mencampur kemoterapi.

(Sumber : WHO. Hand hygine WHY,HOW , WHEN?)


PEMAKAIAN SARUNG TANGAN PEMERIKSAAN

DALAM SITUASI KLINIK


Potensi menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi dan item yang
terlihat kotor oleh cairan tubuh.

DIRECT PATIENTS EXPOSURE:


Kontak dengan darah; kontak dengan selaput lendir dan kulit yang tidak
utuh; potensi adanya organisme sangat menular dan berbahaya; situasi
darurat atau epidemi, memasang dan melepas infus, mengambil darah;
menghentian venous line; Pemeriksaan panggul dan vagina; suctioning non-
closed systems of endotracheal tubes.

INDIRECT PATIENT EXPOSURE:


Mengosongkan pot tumpahan; Menangani dan mencuci instrumen;
penanganan limbah; membersihkan tumpahan cairan tubuh.

(Sumber : WHO. Hand hygine WHY,HOW , WHEN?)


PEMAKAIAN SARUNG TANGAN TIDAK DI INDIKASIKAN
(kecuali KONTAK untuk tindakan pencegahan)


Tidak ada potensi terpapar darah atau cairan tubuh, atau lingkungan
yang terkontaminasi, mengukur tekanan darah, suhu dan denyut nadi;
melakukan suntikan IM maupun SC ; memandikan dan memakaikan
pakaian pasien; mengangkut pasien; merawat mata dan telinga (tanpa
sekresi); manipulasi vasculas line tanpa ada kebocoran darah.


TIDAK KONTAK LANGSUNG DENGAN PASIEN; Menggunakan telepon;
menulis rekam medis; memberikan obat oral; mendistribusikan atau
mengumpulkan nampan makanan pasien ; menghapus dan mengganti
linen untuk tempat tidur pasien; menempatkan peralatan ventilasi
non-invasif dan kanula oksigen; memindahkan perabotan pasien

(Sumber : WHO. Hand hygine WHY,HOW , WHEN?)


SASARAN VI : PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH

Rumah sakit mengembangkan


suatu pendekatan untuk
mengurangi risiko pasien dari
cedera karena jatuh.
MAKSUD DAN TUJUAN SKP VI.


Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera
pasien rawat inap.

Rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil
tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh.


Evaluasi :
– riwayat jatuh,
– obat dan telaah terhadap konsumsi alkohol
– gaya jalan dan keseimbangan
– serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien.


Program tersebut harus diterapkan di rumah sakit.
PEDIATRIC PATIENT FALLS SCALE
SCALE CHARACTERISTICS

General Risk Humpty-Dumpty CHAMPS Pediatric Fall Risk


Assessment of Scale- Inpatient Pediatric Fall Risk Assessment Scale
Pediatric Inpatient Assessment Tool (PFRA)
Falls (GRAF-PIF) Used at NCH

Physical & All types of falls All types of falls All types of falls
physiological falls except when child
(not developmental) is “dropped”

5 items 7 items 4 items 10 items

Scale 0 to 5+ Scale 7 to 23 Scale 0 to 4 Scale 0 to 30

Cut-off score = 2 Cut-off score = 12 Cut-off score = 1 Cut-off score = 5


Intrinsik Ekstrinsik
(berhubungan dengan kondisi pasien) (berhubungan dengan lingkungan)

Dapat di antisipasi  Riwayat jatuh sebelumnya  Lantai basah/silau, ruang


(Physiological  Inkontinensia berantakan, pencahayaan
antisipated fall)  Gangguan kognitif/psikologis kurang, kabel longgar/lepas
 Gangguan  Alas kaki tidak pas
keseimbangan/mobilitas  Dudukan toilet yang rendah
 Usia > 65 tahun  Kursi atau tempat tidur beroda
 Osteoporosis  Rawat inap berkepanjangan
 Status kesehatan yang buruk  Peralatan yang tidak aman
 Peralatan rusak
 Tempat tidur ditinggalkan
dalam posisi tinggi

Tidak dapat dii antisipasi  Kejang  Reaksi individu terhadap obat-


(an unanticipated  Aritmia jantung obatan
physiological fall)  Stroke atau Serangan Iskemik
Sementara (Transient Ischaemic
Attack-TIA)
 Pingsan
 ‘Serangan jatuh’ (Drop Attack)
No/low risk: < 45
– Pencegahan jatuh akibat kecelakaan
– Pastikan lingkungan aman
– Edukasi pasien dan keluarga
High risk: > 45
– Strategi proteksi dari jatuh:

Monitoring

Proteksi jatuh dari tempat tidur/kursi

Proteksi dari lingkungan berbahaya

Proteksi dari cedera
– Strategi pencegahan jatuh

Tranfer pasien dengan aman

Cegah kencing yang urgen

Evaluasi kemampuan komunikasi

Latihan /exercise keseimbangan

Optimalisasi kondisi fisik

Morse, Janice M..Preventing Patient Falls. Establishing a Fall Intervention Program, 2 nd Ed. Springer Publishing Company, New
York. 2009.
CONTOH:

ASESMEN RISIKO JATUH


MORSE FALL SCALE
SKALA RISIKO JATUH HUMPTY DUMPTY
PARAMETER KRITERIA NILAI SKOR

Usia  < 3 tahun 4


 3 – 7 tahun 3
 7 – 13 tahun 2
 ≥ 13 tahun 1

Jenis kelamin  Laki-laki 2


 Perempuan 1
Diagnosis  Diagnosis neurologi 4
 Perubahan oksigenasi (diagnosis respiratorik, dehidrasi, anemia, anoreksia, 3
sinkop, pusing, dsb.)
 Gangguan perilaku / psikiatri 2
 Diagnosis lainnya 1

Gangguan kognitif  Tidak menyadari keterbatasan dirinya 3


 Lupa akan adanya keterbatasan 2
 Orientasi baik terhadap diri sendiri 1
Faktor lingkungan  Riwayat jatuh / bayi diletakkan di tempat tidur dewasa 4
 Pasien menggunakan alat bantu / bayi diletakkan dalam tempat tidur bayi 3
/ perabot rumah
 Pasien diletakkan di tempat tidur 2
 Area di luar rumah sakit 1

Respons terhadap:  Dalam 24 jam 3


1. Pembedahan/ sedasi /  Dalam 48 jam 2
 > 48 jam atau tidak menjalani pembedahan / sedasi/ anestesi 1
anestesi
 Penggunaan multipel: sedatif, obat hipnosis, barbiturat, fenotiazin, 3
2. Penggunaan antidepresan, pencahar, diuretik, narkose
medikamentosa  Penggunaan salah satu obat di atas 2
 Penggunaan medikasi lainnya / tidak ada medikasi 1
81
SKALA RISIKO JATUH ONTARIO MODIFIED STRATIFY - SYDNEY SCORING
Parameter Skrining Jawaban Keterangan Nilai Skor
apakah pasien datang ke rumah sakit karena jatuh? Ya / tidak Salah satu jawaban
Riwayat jatuh jika tidak, apakah pasien mengalami jatuh dalam 2 bulan Ya/ tidak ya = 6
terakhir ini?
apakah pasien delirium? (tidak dapat membuat keputusan, pola Ya/ tidak
pikir tidak terorganisir, gangguan daya ingat)
Salah satu jawaban
Status mental
apakah pasien disorientasi? (salah menyebutkan waktu, Ya/ tidak ya = 14
tempat, atau orang)
apakah pasien mengalami agitasi? (ketakutan, gelisah, dan Ya/ tidak
cemas)
apakah pasien memakai kacamata? Ya/ tidak
Salah satu jawaban
Penglihatan apakah pasien mengeluh adanya penglihatan buram? Ya/ tidak ya = 1
apakah pasien mempunyai glaukoma, katarak, atau degenerasi Ya/ tidak
makula?
apakah terdapat perubahan perilaku berkemih? (frekuensi, Ya/ tidak
Kebiasaan berkemih urgensi, inkontinensia, nokturia) ya = 2
mandiri (boleh menggunakan alat bantu jalan) 0
jumlahkan nilai
Transfer (dari tempat memerlukan sedikit bantuan (1 orang) / dalam pengawasan 1 transfer dan
tidur ke kursi dan mobilitas. Jika nilai
kembali ke tempat tidur) memerlukan bantuan yang nyata (2 orang) 2 total 0-3, maka skor
tidak dapat duduk dengan seimbang, perlu bantuan total 3 = 0. jika nilai total 4-
mandiri (boleh menggunakan alat bantu jalan) 0 6, maka skor = 7

berjalan dengan bantuan 1 orang (verbal / fisik) 1


Mobilitas
menggunakan kursi roda 2
imobilisasi 3
CONTOH LANGKAH PENCEGAHAN PASIEN RISIKO JATUH
SEDANG
Tgl /
LANGKAH jam

1. Anjurkan pasien meminta bantuan yang diperlukan


2. Anjurkan pasien untuk memakai alas kaki anti slip
3. Sediakan kursi roda yang terkunci di samping tempat tidur
pasien
4. Pastikan bahwa jalur ke kamar kecil bebas dari hambatan
dan terang
5. Pastikan lorong bebas hambatan
6. Tempatkan alat bantu seperti walkers/tongkat dalam
jangkauan pasien
7. Mengamati lingkungan untuk kondisi berpotensi tidak
aman, dan segera laporkan untuk perbaikan
CONTOH LANGKAH PENCEGAHAN PASIEN RISIKO JATUH TINGGI

1. Pasang Bedside rel


2. Evaluasi kursi dan tinggi tempat tidur
3. Pasang Bedside rel
4. Evaluasi kursi dan tinggi tempat tidur
5. Pertimbangkan efek puncak obat yang diresepkan yang
mempengaruhi tingkat kesadaran, dan gait
6. Jangan biarkan pasien berisiko jatuh tanpa pengawasan saat
di daerah diagnostik atau terapi
7. Pastikan pasien yang diangkut dengan brandcard / tempat
tidur, posisi bedside rel dalam keadaan terpasang
8. Informasikan dan mendidik pasien dan / atau anggota
keluarga mengenai rencana perawatan untuk mencegah
jatuh
9. Berkolaborasi dengan pasien atau keluarga untuk
memberikan bantuan yang dibutuhkan dengan
VALIDASI DAN ANALISIS DARI DATA
PENILAIAN

SENTINEL RCA

MERAH &
KTD KUNING

RISK
GRADING BIRU &
KNC HIJAU
INVESTIGASI
SEDERHANA
ANALISIS MATRIKS RISIKO

 dilakukan untuk menentukan seberapa besar risiko suatu


insiden berdasarkan dampak dan probabilitasnya.
 Penilaian dampak dapat diartikan sebagai seberapa berat
akibat yang dialami pasien mulai dari tidak ada cedera
sampai meninggal.
 Penilaian tingkat probabilitas dapat diartikan sebagai
seberapa seringnya insiden tersebut.
 Setelah nilai dampak dan probabilitas diketahui, masukkan ke dalam tabel
matriks grading risiko untuk menghitung skor risiko dan mencari warna
bands risiko.
 Skor risiko ini ditentukan dengan menggunakan tabel matriks grading
risiko, yaitu:
- Pada kolom kiri: frekuensi.
- Pada baris kearah kanan: dampak.
- Pertemuan antara frekuensi dan dampak: ditetapkan untuk mendapatkan
warna bands.
PENILAIAN DAMPAK KLINIS/KONSEKUENSI/SEVERITY
(1)

TK RIKS Deskripsi Dampak

1 Tdk significant Tidak ada cedera

2 Minor • Cedera ringan , mis luka lecet


• Dapat diatasi dng P3K

3 Moderat • Cedera sedang, mis : luka robek


• Berkurangnya fungsi motorik/sensorik/psikologis
atau intelektual (reversibel. Tdk berhubungan dng
penyakit
• Setiap kasus yg meperpanjang perawatan

4 Mayor • Cedera luas/berat, mis : cacat, lumpuh


• Kehilangan fungsi motorik/sensorik/ psikologis
atau intelektual (ireversibel), tdk berhubungan dng
penyakit

5 Katatropik Kematian yg tdk berhubungan dng perjalanan 88


luwi 11 Mei 2016
penyakit
TINGKAT DESKRIPSI
RISIKO
1 Sangat jarang/ rare (> 5 tahun/kali)

2 Jarang/unlikey (> 2 – 5 tahun/kali)

3 Mungkin/ Posible (1 -2 tahun/kali)

4 Sering/Likely (beberapa kali/tahun)

5 Sangat sering/ almost certain (tiap minggu/ bulan)

PENILAIAN
PROBABILITAS/FREKUENSI
SKOR RISIKO = DAMPAK X PROBABILITY
MATRIKS GRADING RISIKO

Probabilitas Tak Significant MINOR Moderat Mayor Katatrospik


1 2 3 4 5
Sangat sering terjadi Moderat Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
(Tiap minggu/bulan)
5
Sering terjadi Moderat Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
(bbrp kali/tahun)
4

Mungkin terjadi Rendah Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim


(1 - < 2 tahun/kali)
3
Jarang terjadi Rendah Rendah Moderat Tinggi Ekstrim
(> 2 - < 5 th/kali)
2
Sangat jarang terjadi Rendah Rendah Moderat Tinggi Ekstrim
( > 5 thn/Kali)
1
90
luwi 11 Mei 2016
TINDAKAN SESUAI TINGKAT & BAND
RISIKO

LEVEL/BANDS TINDAKAN
EKSTREM Risiko ekstrem, dilakukan RCA paling lama 45 hari,
(SANGAT TINGGI) membutuhkan tindakan segera, perhatian sampai
ke Direktur RS
HIGH Risiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45 hari,
(TINGGI) kaji dng detail & perlu tindakan segera, serta
membutuhkan tindakan top manajemen

MODERATE Risiko sedang dilakukan investigasi sederhana


(SEDANG) paling lama 2 minggu. Manajer/pimpinan klinis
sebaiknnya menilai dampak terhadap bahaya &
kelola risiko
LOW Risiko rendah dilakukan investigasi sederhana
(RENDAH) paling lama 1 minggu diselesaikan dng prosedur91
luwi 11 Mei 2016
rutin
CONTOH

Di RS X pasien jatuh dari tempat tidur dan meninggal,


kejadian seperti ini pernah terjadi kurang dari 2 tahun yang
lalu
Nilai dampak : 5 (katastropik), karena pasien meninggal
Nilai probabilitas : 3 (mungkin terjadi) karena pernah terjadi kurang 2
tahun yang lalu
Skoring risiko : 5 X 3 = 15
Warna Bands : Merah (ekstrim)
UNIVERSAL PRECAUTION
SEJARAH PERKEMBANGAN
UNIVERSAL PRECAUTION ( UP )

1847 tindakan medis dpt menularkan inf ( RSU VIENA )


-600-800 ibu mati dl setahun stl persalinan krn demam ->
sumber inf dr petugas kesehatan yg menolong partus
-kematian ibu bisa ditekan -> 11,4 % - 2,7 % setelah wajib cuci
tangan dg klorin
1889 pertama kali diperkenankan sarung tangan sbg salah satu
prosedur dl tindakan medis
Di AS, - 1967 CDC Atlanta -> 7 kategori tehnik isolasi
- 1983 : -Category - specific isolation
-Disease- specific isolation precautions
SEJARAH ( LANJUTAN )...

 Sejak th 80an indonesia menerapkan kategori isolasi yi: i-pernapasan,


i. saluran cerna, i. perlindungan, dan i.blood precautions
 1985 strategi Atlanta -> blood and body fluid precautions
 1977, 1998 diperbaharui -> universal precautions ( UP ) =
Kewaspadaan universal
 1984, Body Substance Isolation ( BSI ) – isi hampir sama dg UP 1988
dg penekanan selain pd darah juga jaringan tubuh, faeces dll
 1994, UP dikembangkan sbg upy pencegahan inf di RS yg berupa 2
tingkatan kewaspadaan:
-Standard Precautions = UP / Kewaspadaan universal
( kewaspdn tk pertama )
-Transmision Based Precautions ( kewaspadaan tk kedua )
 dikembangkan sejak th 1980an
 th 2001 salah satu tolok ukur akreditisasi RS ( pengendalian peny
nosocomial )-> termasuk penerapan up
 meningkatnya hiv UP sangat strategis u/ mengendalikan infeksi hiv
di sarana yankes -> menghindari diskriminasi layanan oleh nakes

KEBIJAKAN DEPKES
KEWASPADAAN UNIVERSAL /
UNIVERSAL PRECAUTION ( UP )

 Cuci tangan
 Alat pelindung
 Pengelolaan alat kesehatan
 Pengelolaan limbah
 Kecelakaan kerja
 Kewaspadaan khusus
SARUNG TANGAN
Apakah kontak
dengan darah atau TIDAK TANPA SARUNG TANGAN
cairan tubuh?

YA

S.T. RUMAH TANGGA


Apakah kontak TIDAK atau
dengan pasien?
SARUNG TANGAN BERSIH

YA

Apakah kontak SARUNG TANGAN BERSIH


dengan jaringan di TIDAK atau
bawah kulit? SARUNG TANGAN DTT

YA

SARUNG TANGAN STERIL


atau
SARUNG TANGAN DTT
PENGATURAN DAN TATA RUANG

SISTEM VENTILASI
 ICU
 R. isolasi
 Bag. Onkologi
 R. operasi

LALU LITAS MANUSIA


Tempat-tempat yg tdk boleh dikunjungi tamu
UP DI UNIT TERTENTU

1. Bedah dan anastesi


2. Unit kamar bersalin
3. RRI / ICU
4. Rr perinatologi
5. Unit pelayanan penyakit dalam
6. Unit pelayanan gigi
7. Unit pelayanan lab
8. Unit pelayanan sterilisasi dan disinfeksi
9. Unit pelayanan binatu
10. Unit pelayanan gizi
11. Pemulasaraan jenasah
12. Ambulan gd, pemadam kebakaran, polisi dan sarana umum
UP DI BEDAH
 Prinsip tindakan adalah memperlakukan darah dan cairan
tubuh lainnya sebagai bahan infeksius

 Ketentuan umum; dilarang:


 mak, min, rok, di dl km bedah
 memakai cincin, jam tang, gelang,kuku panjang dan cat kuku
 rambut panjang ( ikat / tutup )
 bekerja, memakai sarung tangan, keluar ruangan sebelum cuci tangan
 bekerja bila menderita luka trbuka pd kulit tangandan lengan bawah

hal yang bersifat rinci tentang: tindakan anastesi, lingkungan kamar


bedah, pembagian daerah sekitar dan dl km bedah, pemeliharaan
peralatan, meja bedah, pemantauan mikrobiologi,pemeliharaan kamar
bedah septik/kotor, persiapan pasien – petugas - alat kes dll ada dl
buku pedoman
UP DI UNIT KAMAR
BERSALIN
 Prinsip tindakan adalah memperlakukan darah dan cairan tubuh
lainnya sebagai bahan infeksius (sda)

Resusitasi dan pembersihan jalan nafas pd bayi baru lahir


 Resusitasi sedapat mungkin menggunakan ambubag, bila terpaksa dari
mulut kemulut batasi dg kain
Penghisapan lendir
 jangan menggunakan mulut, pakai mesin penghisap lendir, bila tdk ada -
>pakai pipa dg balon karet
PAJANAN HIV DI TEMPAT KERJA

TATA LAKSANA PAJANAN:


 Jangan panik !!!
 Bila tertusuk jarum segera bilas dg air mengalir
+sabun/antiseptik , tekan daerah luka sampai darah keluar
 Bila darah mengenai kulit yg utuh tanpa luka/tusukan cuci
dg sbn+air atau lrt garam dpr
 Bila mengenai mulut, ludahkan dan kumur bbrp kali
 Terpecik pd mata, irigasi dg air mengalir/grm fisiologis
 Jika memercik kehidung, hembuskan dan cuci dg air
 Jadi yg tertusuk tdk boleh dihisap dg mulut !!!,  rujuk dl
waktu 2-4 jam U/ mendpt profilaksis ARV
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai