Anda di halaman 1dari 13

Pancasila Sebagai Sistem

Filsafat
Kelompok 7 (Kelas R1B)
Nama Anggota :

1.Muhammad Raga Bakker


2.Diva Putri Nalia
3.Lisani Rupisiay
4.Julinia Zai
5.Lousethe Ruth Reawaruw
Yang Akan Dibahas

1 2
PENDAHULUAN PERMASALAHAN

3 4
PEMBAHASAN KESIMPULAN
PENDAHULUAN
Pancasila sebagai sistem filsafat pada dasarnya merupakan sebuah sistem pengetahuan. Dalam kehidupan
sehari-hari Pancasila menjadi pedoman atau dasar bagi bangsa Indonesia dalam memandang realitas alam
semesta, manusia, masyarakat, bangsa dan negara tentang makna hidup serta sebagai dasar bagi manusia dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam hidup dan kehidupan. Dengan demikian Pancasila merupakan
belief system yang diyakini kebenarannya. Namun demikian Pancasila harus dapat dijelaskan dalam sudut
pandang filosofis sebagai bentuk justifikasi kebenarannya yang hakiki.
Pancasila merupakan sebuah bentuk philosophical system yang secara esensial menempatkan manusia sebagai subjek utama dan
menjadi dasar dalam memahami semua realitas yang ada.

Filsafat Pancasila memenuhi syarat-syarat logik rasional, dapat dipahami oleh akal sehat dan sesuai dengan prinsip-prinsip dalam
pengetahuan ilmiah. Pancasila memperoleh makna yang lebih luas yang merupakan salah satu usaha-usaha rasional dan filosofis untuk
menentukan bagaimana Pancasila yang seharusnya yang memang identik dengan jati diri ke-Indonesia-an sebagai causa materialis dari
Pancasila.

Sebagai sebuah pemikiran filsafat, dan karena eksistensi Filsafat Pancasila sangat dibutuhkan dalam dinamika pemikiran kefilsafatan
yang tetap berlandaskan pada kejatidirian manusia Indonesia yang sesungguhnya maka upaya pelacakan dan penafsiran terhadap nilai-
nilai substansial sila-sila Pancasila untuk menemukan secara lebih komprehensif, penjelasan untuk dapat menemukan kebenaran baru
tentang Pancasila dewasa ini.
Permasalahan
Pancasila sebagai sistem filsafat memiliki beberapa permasalahan yang dapat dibahas, yaitu :

1.Interpretasi Beragam : Pancasila terdiri dari lima prinsip, namun interpretasinya dapat beragam antara
individu, kelompok, atau pemerintah. Ini bisa menyebabkan perbedaan pemahaman yang signifikan dan
potensial untuk disalahgunakan.

2.Implementasi Praktis : Meskipun Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia, ada permasalahan dalam
implementasinya dalam kebijakan dan praktik pemerintahan. Beberapa mungkin merasa bahwa nilai-nilai
Pancasila tidak selalu tercermin dalam tindakan pemerintah.

3.Konsistensi dengan Nilai Pribadi : Beberapa individu mungkin memiliki nilai dan keyakinan pribadi
yang berbeda dengan nilai-nilai Pancasila. Ini dapat menciptakan konflik nilai di masyarakat.
4. Kehidupan Beragama : Bagaimana Pancasila berhubungan dengan kebebasan beragama seringkali
menjadi permasalahan. Sementara Pancasila mengakui kebebasan beragama, ada kasus ketika hak ini
tampak terbatasi dalam praktiknya.

5. Peran dalam Politik : Perdebatan tentang sejauh mana Pancasila seharusnya memengaruhi politik dan
kebijakan sering kali menjadi kontroversi. Beberapa melihatnya sebagai dasar yang kuat untuk mengatur
politik, sementara yang lain ingin memisahkan politik dari aspek ideologis.

6. Evolusi dan Relevansi : Seiring perubahan sosial, ekonomi, dan politik, pertanyaan tentang apakah
Pancasila masih relevan dan dapat berkembang dengan baik dalam konteks modern juga menjadi
permasalahan.

Pancasila adalah konsep yang kompleks dan terus berkembang, dan perdebatan tentang permasalahan-
permasalahan tersebut merupakan bagian dari diskusi filosofis yang terus menerus di Indonesia
Pembahasan
Pancasila. Pancasila memiliki 3 landasan pijak filosofis yaitu ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Ontologis
dalam filsafat adalah tentang hakikat yang paling mendalam dan paling umum (mendasar). Epistemologis adalah
tentang sifat dasar pengetahuan. Aksiologis adalah tentang penelitian tentang nilai-nilai.

1. Landasan Ontologis Pancasila

Bidang ontologi menyelidiki tentang makna yang ada (eksistensi dan keberadaan) manusia, benda, alam semesta
(kosmologi), metafisika. Secara ontologis, penyelidikan Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Pancasila yang terdiri atas lima sila, setiap sila bukanlah
merupakan asas yang berdiri sendiri, melainkan memiliki satu kesatuan dasar ontologis. Subjek pendukung pokok
dari sila-sila Pancasila adalah manusia. Sedangkan manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara
ontologis memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan rohani.
2. Landasan Epistemologis Pancasila
Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan, metode, dan validitas ilmu
pengetahuan. Secara epistemologis kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari
hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan.

Pancasila sebagai sistem filsafat pada hakikatnya juga merupakan sistem pengetahuan. Ini berarti Pancasila telah
menjadi suatu belief system, sistem cita-cita, menjadi suatu ideologi. Oleh karena itu Pancasila harus memiliki unsur
rasionalitas terutama dalam kedudukannya sebagai sistem pengetahuan.

Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan dasar ontologisnya, sehingga dasar
epistemologis Pancasila sangat berkaitan erat dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia.
3. Landasan Aksiologis Pancasila

Aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita membahas tentang filsafat nilai Pancasila. Istilah aksiologi berasal
dari kata Yunani axios yang artinya nilai, manfaat, dan logos yang artinya pikiran, ilmu atau teori.

Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat menjadi substansi dan isi
pembentukan ideologi Pancasila.

Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai
dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang
mendasar dan menyeluruh.
Fungsi Dan Tujuan filsafat Pancasila :
• Sebagai jiwa bangsa Indonesia
• Sebagai kepribadian bangsa Indonesia
• Sebagai sumber dari semua sumber hukum
• Sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia
• Menjadi falsafah hidup bangsa
• Sebagai dasar negara
• Memberi hakikat kehidupan bernegara
• Memberi substansi tentang hakikat negara, ide negara, dan tujuan bernegara
• Menjadi perangkat ilmu kenegaraan

Tujuan filsafat Pancasila :


·Untuk menciptakan bangsa yang religius dan patuh kepada Tuhan yang Maha kuasa.
·Menjadi bangsa yang menjaga keadilan baik secara sosial maupun ekonomi.
·Untuk menjadi bangsa yang menghormati hak asasi manusia, untuk dapat berada dalam kaitannya HAM dengan Pancasila
sebagai dasar negara kita.
·Untuk menciptakan sebuah bangsa yang menjunjung tinggi demokrasi.
·Menjadi negara nasionalis dan cinta tanah air Indonesia.
Pancasila sebagai Sumber Etika Politik
Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, etika politik menuntut agar kekuasaan negara dijalankan sesuai dengan
norma tertentu, yaitu :

·Asas legalitas atau legalitas hukum yang dijalankan sesuai dengan hukum yang berlaku.
·Disahkan dan dijalankan secara demokratis.
·Dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip moral atau tidak bertentangan dengan moral yang berlaku.

Makna Pancasila sebagai Sumber Etika Politik


Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, seluruh aspek yang menyangkut kekuasaan, kebijaksanaan yang
berkaitan dengan publik, dan pembagian kewenangan harus berdasarkan legitimasi moral religius.Sesuai dengan sila
pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa dan sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Maka,
keadilan dalam hidup bersama harus sesuai dengan sila kelima Pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

Dalam pelaksanaan politik praktis, hal-hal yang menyangkut kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif harus
berdasarkan legitimasi dari rakyat atau legitimasi demokrasi.
Kesimpulan
Pancasila yang dihubungkan dengan filsafat muncul dari hasil perenungan para pendiri negara yang kemudian dituangkan dalam suatu
sistem yang menjalankan kehidupan masyarakat luas. Terbangunnya sistem filsafat disini memiliki hakikat satu kesatuan utuh dari
beberapa elemen yang memiliki tujuan tertentu dengan menjalankan fungsi yang saling ketergantungan. Keterkaitan antara objek,
prinsip, dan karakteristik Pancasila sebagai filsafat harus selaras dengan hakikatnya.

Sila-sila di dalam Pancasila dijadikan sebagai tolakan dalam mengamalkan nilai-nilainya dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Perealisasian yang dilakukan harus diawali dengan pemahaman terlebih dahulu pastinya. Tentang bagaimana karakteristik
sistem filsafat yang dimaksud, objek yang dituju, serta upaya pendekatan dasar yang dicerminkan sebagai bentuk pengokohan bahwa
Pancasila memang benar-benar suatu sistem filsafat.

Maka dari itu, proses berkelanjutan yang dijalankan bisa ditempuh melalui beberapa upaya pendekatan terlebih dahulu. Upaya
pendekatan in harfiahnya harus sesuai dengan hakikat sila-sila yang tercantum di dalam Pancasila.
TERIMA KASIH!

Anda mungkin juga menyukai