Anda di halaman 1dari 15

KELOMPOK 9

SEJARAH
CHENG HO
XI 8/IPS 1
Javier &
Siapa itu cheng ho ?
Laksamana Cheng Ho lahir di Yunnan pada 1371 dengan nama Ma He, dari pasangan
Ma Hazhi dan Wen. Ia adalah keturunan Suku Hui, suku minoritas di China yang
mayoritas beragama Islam. Ketika berusia 12 tahun, Yunnan direbut oleh Dinasti Ming
dan para pemudanya banyak ditawan untuk dikebiri kemudian dijadikan abdi Pangeran
Zhu Di. Berawal dari kasim, Ma He kemudian menjadi penasihat Pangeran Zhu Di dan
diberi marga Cheng.

Sejak saat itu ia dikenal dengan nama Cheng Ho. Setelah Pangeran Zhu Di berhasil
merebut takhta dan berganti nama menjadi Kaisar Yong Le, ia bertekad untuk
mengembalikan kejayaan China setelah runtuhnya Dinasti Mongol pada 1368. Pada
saat itu, Cheng Ho menawarkan diri untuk melakukan ekspedisi ke berbagai negeri.
Dengan senang hati, kaisar mengizinkannya dan dari situlah awal penjelajahan Cheng
Ho.
01
PENJELAJAHAN CHENG
HO DI ASIA DAN AFRIKA
Cheng Ho melakukan ekspedisi ke berbagai daerah di Asia dan Afrika, antara lain: Vietnam, Taiwan, Malaka,
Palembang, Sumatra, Jawa, Sri Lanka, India bagian Selatan, Persia, Teluk Persia, Arab, Laut Merah, ke utara hingga
Mesir, Afrika, ke selatan hingga Selat Mozambik.

Di bawah komando Laksamana Cheng Ho, armada China memulai pelayaran pada 1405.
Pelayaran pertamanya mampu mencapai wilayah Asia Tenggara, yaitu Semenanjung Malaya, Sumatera, dan Jawa.
Laksamana Cheng Ho kemudian menjalankan ekspedisi kedua antara 1407-1409, dan ekspedisi ketiga pada 1409
sampai 1411. Dari tiga ekspedisi yang dilakukan, Laksamana Cheng Ho telah menjelajah sampai di daerah India dan
Srilanka. Antara 1413-1415, pelayaran Laksamana Cheng Ho semakin jauh, yaitu mencapai daerah Aden, Teluk Persia,
dan Afrika Timur.

Jalur ini kembali ia lewati saat menjalankan ekspedisi kelima (1417-1419) dan keenam (1421-1422). Pada pelayarannya
yang terakhir, antara 1431-1433, Laksamana Cheng Ho berhasil mencapai Laut Merah. Cheng Ho memimpin tujuh
ekspedisi ke tempat yang oleh orang Tionghoa disebut Samudera Barat (Samudera Indonesia).
02
CHENG HO DI
INDONESIA
Selama tujuh kali ekspedisinya, Laksamana Cheng Ho selalu mengunjungi Indonesia. Salah satu
buktinya adalah ketika ia berkunjung ke Samudera Pasai dan memberikan lonceng Cakra Donya
kepada Sultan Aceh yang kini masih tersimpan di Museum Banda Aceh. Pada 1415, Laksamana
Cheng Ho juga berlabuh di Muara Jati, Cirebon dan menghadiahi beberapa barang khas
Tiongkok kepada Sultan Cirebon. Salah satu pemberiannya adalah piring bertuliskan Ayat Kursi
yang masih tersimpan di Keraton Kasepuhan Cirebon. Bukti lain adalah Kelenteng Sam Po
Kong, serta patung yang disebut Mbah Ledakar Juragan Dampo Awang Sam Po Kong.

Pada masa pemerintahan Raja Wikramawardhana, Laksamana Cheng Ho juga pernah mengunjungi
Kerajaan Majapahit. Misi utama ekspedisi Cheng Ho adalah untuk menjalin persahabatan dengan
negara-negara lain serta menunjukkan supremasi politik negerinya. Selain itu, beberapa
sejarawan menyebut bahwa Laksamana Cheng Ho juga memiliki agenda sendiri, yaitu untuk
menyebarkan Islam. Di Indonesia, pengaruhnya dalam penyebaran Islam pun dapat dilihat dari
Masjid Cheng Ho yang ada di Surabaya, Palembang, Malang, dan beberapa daerah lainnya.
03
ARMADA CHENG HO
Armada Cheng Ho terdiri dari 27.000 anak buah kapal dan 307
(armada) kapal laut yang terdiri dari kapal besar dan kecil, mulai
dari kapal bertiang layar tiga hingga bertiang layar sembilan.

Kapal terbesar mempunyai panjang sekitar 400 feet atau 120 meter
dan lebar 160 feet atau 50 meter. Rangka layar kapal terdiri dari
bambu Tiongkok. Selama berlayar mereka membawa perbekalan
yang beragam termasuk binatang seperti sapi, ayam dan kambing
yang kemudian dapat disembelih untuk seluruh anak buah kapal
selama di perjalanan. Selain itu, mereka juga membawa banyak
bambu Tiongkok sebagai suku cadang jika rangka tiang kapal
mengalami kerusakan. Mereka juga membawa kain sutra untuk
dijual.
04
KEPULANGAN CHENG HO
Sepulangnya dari ekspedisi, Cheng Ho kembali dengan membawa berbagai penghargaan dan
utusan lebih dari 30 kerajaan - termasuk Raja Alagonakkara dari Sri Lanka, yang datang ke
Tiongkok untuk meminta maaf kepada kaisar Tiongkok. Pada saat pulang Cheng Ho
membawa banyak barang berharga, di antaranya kulit, getah pohon kemenyan, batu permata
(ruby, emerald, dan lain-lain), dan beberapa orang Afrika, India dan Arab sebagai bukti
perjalanannya. Cheng Ho bahkan membawa pulang beberapa binatang asli Afrika termasuk
sepasang jerapah hadiah dari salah satu Raja Afrika, tetapi sayangnya satu jerapah mati
dalam perjalanan pulang.
05
REKOR CHENG HO
Majalah Life menempatkan Laksamana Cheng Ho sebagai orang terpenting ke-
14 dalam milenium terakhir. Perjalanan Cheng Ho menghasilkan Peta Navigasi
Cheng Ho yang mampu mengubah peta navigasi dunia sampai abad ke-15.
Dalam buku tersebut ada 24 peta navigasi mengenai arah pelayaran, jarak di
lautan, dan berbagai pelabuhan.

Cheng Ho adalah penjelajah dengan armada kapal terbanyak sepanjang sejarah


dunia yang pernah tercatat. Cheng Ho juga memiliki kapal kayu terbesar dan
terbanyak sepanjang masa hingga saat ini. Selain itu, ia pun dikenal sebagai
pemimpin yang arif bijaksana, mengingat dengan armada sebegitu besar ia dan
anak buahnya tidak pernah menjajah negara atau wilayah mana pun tempat
armadanya merapat.

Semasa singgah di India termasuk Kalkuta, anak buah juga mempelajari seni
beladiri lokal yang bernama Kallary Payatt yang mana setelah dikembangkan di
negeri Tiongkok menjadi salah satu cabang seni beladiri Kungfu.
06
Akhir hidup Laksamana Cheng
Ho dan catatannya
Cheng Ho meninggal pada April 1433 di Calcuta, India. Beberapa pendapat
menyebut bahwa jenazahnya dikuburkan di daerah Semarang, hanya rambut
dan pakaiannya saja yang dibawa ke China pada Juli 1433. Di China,
makamnya berada di kawasan Niu Shou Shan, Kota Nanjing.

Catatan perjalanan Laksamana Cheng Ho yang terkenal akhirnya


menghasilkan satu panduan pelayaran, Zheng He's Navigation Map, yang
mengubah peta navigasi dunia sampai abad ke-15. Ekspedisi yang dilakukan
Laksamana Cheng Ho pun berhasil membuat nama China semakin dikenal di
mata dunia.
TERIMAKASI
H

Anda mungkin juga menyukai