Anda di halaman 1dari 23

MONOPOLI DAN KEBIJAKSANAAN PEMERINTAH

(STUDI KASUS KARTEL MINYAK GORENG DI


INDONESIA)

Nama Kelompok
Santun Benardo Nainggolan (190502103)
Kaleb Andrian Siahaan(190502115)
Hirfan Arifin(190502128)
Aryanto Situmorang(190502132)
Monopoli

Secara gamblang, dalam ekonomi monopoli bisa diartikan


sebagai satu kondisi bisnis atau pasar dimana hanya ada satu
produsen didalamnya yang menjual barang yang unik serta
akan sangat sulit untuk mendapat akses masuk bagi produsen
lain sehingga para konsumen tidak mempunyai pilihan lain.

Ciri-ciri dari pasar monopoli:


1. hanya ada satu produsen yang menguasai penawaran
2. tidak ada barang subtitusi/pengganti yang mirip (close
substitute)
3. produsen memiliki kekuatan menetukan harga
4. tidak ada/sedikit pengusaha lain yang memasuki pasar
tersebut karena ada hambatan berapa
Faktor yang Menimbulkan Monopoli
Perusahaan monopoli pada umumnya dapat menikmati
01 skala ekonomi hingga ke tingkat produksi yang sangat
tinggi

Perusahaan monopoli mempunyai suatu sumber daya


02 yang dapat dikatan unik dan tifak dimiliki perusahaan
lain.

Monopoli akan terwujud dan berkembang melalui


03 undang – undang, yaitu pemerintahan memberi
hak monopoli kepada perusahaan tersebut.
Monopoli
Contoh Perusahaan Monopoli yang Ada di Sekitar Kita Konklusi
1.PLN 4. KAI
2.PDAM 5.PELNI
3.Pertamina 6.BULOG Monopoli merupakan konsep pasar dimana hanya ada
satu produsen didalamnya dan akan sangat sulit untuk
Etiskah Monopoli? kompetitor bisa masuk ke dalam pasar. Di indonesia
Jika kita berbicara mengenai kehidupan khalayak sendiri konsep monopoli diatur dalam perundang-
banyak, perusahaan monopoli yang dikendalikan undangan dengan beberapa lingkup bisnis yang
langsung oleh pemerintah akan menjadi bentuk etis dari dianggap penting dan vital bagi kehidupan khalayak
monopoli itu sendiri. Namun, jika kita berbicara tentang banyak. Selama monopoli ini mampu
bagaimana seharusnya bisnis berjalan dan mekanisme dipertanggungjawabkan oleh pemerintah sebagai satu-
pasar bergerak maka monopoli bukan merupakan satunya pemain di pasar, maka monopoli dalam hal ini
kegiatan etis di mata bisnis. Jadi dapat disimpulkan masih termasuk tindakan etis. Namun tetap saja secara
bahwa kasus monopoli ini akan bersifat kontradiktif kebebasan berbisnis monopoli merupakan pelencengan
berdasarkan darimana kita berpandangan. dikarenakan tidak diberinya akses kepada perusahaan
lain untuk bisa bergabung dan ikut andil dalam pasar
tersebut.
Oligopoli
Oligopoli adalah salah satu bentuk monopoli tetapi agak
berbeda sifatnya. Kalau monopoli merupakan kolusi antara
pengusaha dan penguasa, maka oligopoli sesungguhnya
adalah kolusi antara pengusaha dengan pengusaha. Oligopoli
agak berbeda sifatnya dengan monopoli karena oligopoli
terletak di antara pasar yang bebas clan terbuka di satu pihak
clan monopoli di pihak yang lain. Inti dari oligopoli adalah
bahwa beberapa perusahaan sepakat baik secara tersirat
maupun tersurat untuk menetapkan harga produk dari
industri sejenis pada tingkat yang jauh lebih tinggi dari harga
berdasarkan mekanisme murni dalam pasar. Kalau dalam
praktek monopoli artifisial perusahaan tertentu melakukan
kolusi dengan penguasa demi mengalahkan, atau lebih tepat
menyingkirkan, perusahaan lain, maka dalam praktek
oligopoli yang terjadi adalah persekongkolan antara beberapa
perusahaan sejenis dengan tujuan utama untuk mengalahkan
clan mendikte konsumen.
Praktek Oligopoli

Praktek Oligopoli MERGER


Kalau dalam praktek monopoli artifisial perusahaan Penggabungan beberapa perusahaan yang
tertentu melakukan kolusi dengan penguasa demi sebelumnya bersing satu sama lain menjadi satu
mengalahkan, atau lebih tepat menyingkirkan perusahaan raksasa
perusahaan lain, maka dalam praktek oligopoli yang
terjadi adalah persekongkolan antara beberapa
perusahaan sejenis dengan tujuan utama untuk KARTEL
mengalahkan clan mendikte konsumen Suatu hubungan adanya kerjasama atau kolusi
antara beberapa kelompok produsen atau
perusahaan

PRICE FIXING
Perusahaan-perusahaan oligopolistis sepakat untuk
menetapkan harga lebih tinggi clan memaksa
konsumen untuk menerima harga terse but

MANIPULASI PENAWARAN
Perusahaan-perusahaan oligopolistis sepakat untuk
menangguhkan produksi untuk kurun waktu tertentu
Bentuk lain dari praktek oligopoli adalah price leadership atau juga dikenal
sebagai persetujuan diam-diam. Yang terjadi adalah bahwa sudah ada semacam
kesepakatan diam-diam di antara perusahaan-perusahaan sejenis untuk
menaikkan atau sebaliknya menurunkan harga produk mereka mengikuti
langkah yang diambil oleh salah satu dari perusahaan sejenis. Dengan melihat
beberapa praktek oligopoli di atas, terlihat jelas bahwa persoalan etis yang
muncul dari praktek oligopoli tidak jauh berbeda dari persoalan yang muncul
dalam praktek monopoli. Hanya saja, yang paling dirugikan dengan praktek
oligopoli adalah pihak konsumen. Konsumen diperlakukan secara tidak adil
karena dirugikan clan dalam banyak hal tidak bebas menentukan pilihannya
baik dalam hal jenis barang maupun harga yang lebih kompetitif.
suap
Salah satu praktek yang sampai tingkat tertentu juga
mengarah pada monopoli dan juga merusak pasar adalah
suap. Suap mengarah pada monopoli karena dengan suap
menyuap mencegah perusahaan lain untuk masuk dalam
pasar untuk bersaing secara fair. Dengan suap, perusahaan
penyuap mendapat hak istimewa untuk melakukan bisnis
tertentu yang tidak bisa dimasuki oleh perusahaan lain.
Melalui suap, pihak pemerintah mengeluarkan peraturan
tertentu untuk melindungi kegiatan bisnis perusahaan
penyuap tadi atau mengeluarkan langkah atau kebijaksanaan
tertentu yang bertujuan untuk melindungi perusahan penyuap
tadi. Jadi, sesungguhnya suap pun berkaitan langsung dengan
monopoli. Dengan kata lain, praktek suap juga akhirnya
menyebabkan perusahaan lain kalah dan tersingkir secara
menyakitkan melalui permainan yang tidak fair
Contoh SUAP

Ada beberapa masalah etis yang terkait dengan praktek suap. Masalah-masalah tersebut sedikit banyaknya punya
kemiripan dengan masalah yang ditimbulkan oleh monopoli dan oligopoli.

Pertama adalah bahwa praktek suap adalah praktek yang tidak fair, tidak adil. Dengan suap pihak lain disingkirkan
bukan karena atas dasar objektif, melainkan karena permainan kotor bernama suap. Dalam kaitan dengan itu, suap
juga menimbulkan masalah ketidakadilan distributif. Ketidakadilan distributif akibat praktek suap muncul dalam
beberapa wujud. Misalnya, kelompok tertentu yang mendapat proyek, atau diberi hak monopoli impor, ekspor, atau
penjualan produk tertentu, lalu dengan mudah menjadi kaya raya melalui cara yang tidak fair.
Dana masyarakat yang seharusnya bisa terbagi secara merata di antara berbagai pengusaha melalui mekanisme
persaingan murni dalam pasar, lalu hanya berkonsentrasi pada kelompok tertentu.
SUAP

Kedua Dalam wujud yang lain, ketidakadilan distributif juga muncul dalam bentuk pembayaran upah buruh yang
rendah. Maksudnya, dalam pasar yang masih memungkinkan untuk adanya persaingan, demi tetap menjaga daya
saing perusahaan penyuap, biaya untuk suap diperoleh dengan cara menekan upah buruh serendah mungkin. Ini
terutama terjadi dalam kaitan dengan perusahaan dalam negeri yang berorientasi ekspor. Di dalam negeri
perusahaan tersebut melakukan suap untuk mendapat perlindungan dari pemerintah, tetapi pada taraf global ia
harus tetap bersaing dengan perusahaan dari negara lain. Untuk bisa kompetitif, biaya produksi ditekan serendah
mungkin. Jalan yang ditempuh untuk itu adalah dengan menekan upah buruh.

Ketiga, dalam kasus suap yang melibatkan pihak birokrasi pemerintah, praktek suap melahirkan praktek
kenegaraan yang tidak etis karena pelayanan publik yang menjadi tugas, tanggung jawab, dan kewajiban moral
birokrasi pemerintah diperjualbelikan. Dalam bahasa yang lebih populer, suap merupakan tindakan manipulasi
jabatan dan kedudukan. Ini tidak hanya merendahkan martabat pejabat birokrasi tersebut atau malah
memperlihatkan rendahnya moralitas dan integritas moral pejabat melainkan juga merendahkan martabat birokrasi
pemerintah sebagai pelayan publik dan mengganggu kehidupan bersama.
Undang-Undang Anti Monopoli
Terlepas dari kenyataan bahwa dalam situasi tertentu kita membutuhkan
perusahaan besar dengan kekuatan ekonomi yang besar, dalam banyak hal praktek
monopoli, oligopoli, suap, harus dibatasi dan dikendalikan, karena sebagaimana telah
kita lihat, merugikan kepentingan masyarakat pada umumnya dan kelompok-kelompok
tertentu dalam masyarakat. Strategi yang paling ampuh untuk itu, sebagaimana juga
ditempuh oleh negara maju semacam Amerika, adalah melalui undang-undang anti-
monopoli.
Diakui atau tidak, praktek monopoli, oligopoli, clan suap bersentuhan
dengan kepentingan pihak-pihak tertentu dalam birokrasi pemerintah. Maka, pertanya-
annya adalah beranikah pemerintah mengutamakan kepentingan bersama daripada
kepentingan mereka sebagai pribadi, sebagai oknum. Sebagai gambaran, ada baiknya
kita lihat tujuan yang ada di balik undang-undang antitrust di Amerika. Undang-
undang antitrust yang paling penting adalah apa yang dikenal sebagai The Sherman Act,
tahun 1890. Undang-undang ini dapat dianggap sebagai induk peraturan perundang-
undangan mengenai kontrol atas monopoli dan praktek-praktek perdagangan yang
tidak fair
Tujuan Undang-Undang Antitrust.
PERTAMA KEDUA KETIGA
Dalam kaitan dengan
Untuk melindungi clan Undang-undang anti-
itu, undang-undang
menjaga persaingan monopoli juga bermaksud
anti-monopoli juga
yang sehat di antara melindungi perusahaan
bertujuan melindungi
berbagai kekuatan kecil dan menengah dari
kesejahteraan
ekonomi dalam pasar. praktek bisnis yang
konsumen dengan
melarang praktek- monopolis dan
praktek bisnis yang oligopolistis
curang dan tidak fair

Dengan melihat tujuan dari undang-undang antitrust ini, kita bisa


melihat bahwa melalui undang-undang semacam ini fungsi pasar
dan fungsi pemerintah dipadukan dan dijamin di dalamnya:
sama-sama berfungsi untuk melinclungi hak dan kepentingan
setiap dan semua orang secara sama dalam bidang ekonomi.
Undang-Undang Monopoli
Undang-Undang Monopoli Undang-Undang Monopoli

Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek


Berbeda dengan Indonesia nanti setelah dilanda berbagai krisis, Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, memiliki aturan-
mulai dari krisis keuangan, ekonomi kemudian krisis multi- aturan pelaksanaan yaitu:
dimensi barulah pada tahun 1999, tepatnya bulan Maret Undang- Peraturan Pemerintah No. 57/2010 tentang Penggabungan atau
Undang tentang monopoli diterbitkan, yakni Undang-Undang No. 5 Peleburan Badan Usaha dan Pengambilan Saham Perusahaan
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan
Usaha Tidak Sehat, padahal diskusi-diskusi tentang pentingnya Persaingan Usaha Tidak Sehat. Melaksanakan Ketentuan Pasal 28
Undang-Undang Anti Monopoli sudah lama dibicarakan. UU 5 ayat 3.
tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Peraturan Pemerintah No. 57/2010 tentang Penggabungan atau
Usaha Tidak Sehat mengatur mengenai perjanjian yang dilarang, Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan
kegiatan yang dilarang, posisi dominan, Komisi Pengawas yang dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha, dan penegakan hukum. Persaingan Usaha Tidak Sehat. Melaksanakan ketentuan Pasal 29
Ayat 2.
Keputusan Presiden No. 75/1999 tentang Komisi Pengawas
Persaingan Usaha sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Presiden No. 80 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Keputusan
Presiden No. 75 Tahun 1999 tentang Komisi Pengawas Persaingan
Usaha. Melaksanakan ketentuan Pasal 34 ayat 1.
Pada intinya Undang-Undang Anti Monopoli dirancang untuk mengoreksi tindakan-tindakan dari kelompok pelaku
ekonomi yang menguasai pasar. Karena dengan posisi dominan maka mereka dapat menggunakan kekuatannya untuk
berbagai macam kepentingan yang menguntungkan pelaku usaha. Sehingga dengan lahirnya Undang-Undang Anti
Monopoli maka ada koridor-koridor hukum yang mengatur ketika terjadi persaingan usaha tidak sehat antara pelaku-
pelaku usaha.
Ditinjau lebih lanjut sebenarnya terjadinya suatu peningkatan konsentrasi dalam suatu struktur pasar dapat disebabkan
oleh beberapa hal yang dapat menimbulkan terjadinya monopolistik di antaranya adalah pembangunan industri besar
dengan teknologi produksi massal (mass production) sehingga dengan mudah dapat membentuk struktur pasar yang
monopolistik dan oligopolistik, kemudian faktor yang lain adalah pada umumnya industri atau usaha yang besar
memperoleh proteksi efektif yang tinggi, bahkan melebihi rata-rata industri yang ada kemudian faktor yang lain adalah
industri tersebut memperoleh kemudahan dalam mendapatkan Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia
(SDM) yang lebih baik, dan dengan adanya berbagai usaha yang menghambat usaha baru. Sebagai akibatnya pelaku usaha
yang memiliki industri tersebut membentuk kelompok dan dengan mudah memasuki pasar baru serta pada tahap
selanjutnya akan melakukan diversifikasi usaha dengan mengambil keuntungan dari kelebihan sumber daya manusia dan
alam serta keuangan yang berhasil dikumpulkan dari pasar yang ada.
Kehadiran Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU No.5 Tahun 1999)
telah banyak memberikan arti bagi perubahan dalam iklim berusaha menjadi
lebih sehat dibandingkan sebelum diberlakukan undang-undang ini. Sebagai
lembaga yang akan mengawasi pelaksanaan undang-undang ini sekaligus
melakukan penegakan hukum, maka berdasarkan perintah Pasal 30 ayat (1) UU
Persaingan Usaha dibentuklah Komisi Pengawas Persaingan Usaha yang
selanjutnya disebut dengan KPPU. KPPU ini dikatakan sebagai suatu lembaga
independen yang terlepas dari pengaruh dan kekuasaan pemerintah serta pihak
lain.8 Dengan kewenangan yang dimiliki oleh KPPU, diharapkan lembaga
pengawas tersebut dapat menjalankan tugas dan fungsinya sebaik-baiknya serta
mampu bertindak secara independen.

KPPU saat ini telah berhasil menangani perkara-perkara praktik


monopoli dan persaingan tidak sehat, antara lain yang cukup terkenal adalah
kasus dugaan praktek monopoli yang dilakukan oleh PT. Carrefour Indonesia
selanjutnya disebut dengan Carrefour melalui akuisisi terhadap saham PT. Alfa
Retailindo,Tbk, selanjutnya disebut dengan Alfa. Dimana pada tanggal 21
Januari 2008 Carrefour menandatangani perjanjian jual beli saham dengan PT.
Sigmantara Alfindo dan Prime Horizon Pte.Ltd. Jumlah saham Alfa milik PT.
Sigmantara Alfindo yang dibeli Carrefour sebesar 35% (tiga puluh lima persen)
dan sahamAlfa milik Prime Horizon yang dibeli Carrefour Indonesia adalah 45%
(empat puluh lima persen).
Peran KPPU sebagai lembaga pengawas persaingan usaha juga niscaya akan
semakin berat dengan makin terintegrasinya ekonomi Indonesia secara regional.
Studi Kasus Kartel dan
Monopoli Minyak Goreng
Kartel adalah perjanjian satu pelaku usaha dengan pelaku usaha
pesaingnya untuk menghilangkan persaingan diantara keduanya.
Dengan kata lain, kartel adalah kerjasama dari produsen-produsen
produk tertentu yang bertujuan untuk mengawasi produksi, penjualan,
dan harga serta untuk melakukan monopoli terhadap komoditas atau
industri tertentu.Kartel biasanya diprakarsai oleh asosiasi dagang (trade
associations) bersama para anggotanya. Kartel disebut juga dengan
syndicate, yaitu suatu kesepakatan tertulis antara beberapa perusahaan
produsen dan lain lain yang sejenis untuk mengatur dan mengendalikan
berbagai hal, seperti harga, wilayah pemasaran dengan tujuan menekan
persaingan dan meraih keuntungan.
Kartel dan Monopoli
Kartel tidak hanya menguntungkan bagi produsen atau pelaku
usaha, tetapi juga menimbulkan kerugian bagi produsen sendiri dan Contoh
konsumen. Terjadinya praktik monopoli oleh para pelaku kartel
sehingga secara makro mengakibatkan inefisiensi alokasi sumber daya
yang dicerminkan dengan timbulnya deadweight loss atau bobot hilang Salah satu contoh persaingan usaha yang tidak sehat adalah praktek
yang umumnya disebabkan kebijaksanaan pembatasan produksi yang kartel minyak goring yang sudah melanggar etika bisnis yang dilakukan
biasa dipraktekan oleh perusahaan monopoli untuk menjaga agar oleh 20 pelaku usaha minyak goreng di Indonesia. Mereka terbukti
harga tetap tinggi. melakukan kartel harga karena melanggar ketentuan Pasal 4, Pasal 5
dan Pasal 11 UU No. 5 Tahun 1999 yang terdapat dalam putusan
Adapun dari segi konsumen akan kehilangan pilihan harga, kualitas KPPU No. 24/KPPU-I/2009. Praktek kartel tersebut mengakibatkan
yang bersaing dan layanan purna jual yang baik. Kebanyakan negara adanya kerugian yang diderita oleh masyarakat .Kasus tersebut terkait
lain menghukum praktik kartel dengan pendekatan per se illegal yaitu dengan gejolak harga CPO dunia yang secara faktual mempengaruhi
suatu perbuatan itu dengan sendirinya telah melanggar ketentuan yang terjadinya harga minyak goreng di pasar domestik. Naiknya harga CPO
diatur jika perbuatan itu telah memenuhi rumusan dari undang-undang dari kisaran harga US$ 1.300/ton menjadi alasan logis tentang naiknya
tanpa alasan pembenaran, dan tanpa perlu melihat akibat dari tindakan harga minyak goreng sawit dipasar domestik yang saat itu dari kisaran
yang dilakukan. Di Indonesia, perjanjian kartel diatur dalam Pasal 11 harga Rp. 7.000/kg menjadi Rp. 12.900/kg. Namun ketika terjadi
Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Anti Monopoli dan penurunan harga di pasar dunia, harga minyak goreng pada pasar
Persaingan Usaha Tidak Sehat yang berbunyi, “Pelaku usaha dilarang domestik tidak merespon secara proporsional sehingga hal tersebut
membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya, yang yang melatarbelakangi dugaan terjadinya praktek persaingan usaha
bermaksud untuk mempengaruhi harga dengan mengatur produksi dan tidak sehat yang dilakukan oleh para pelaku usaha minyak goreng di
atau pemasaran suatu barang dan atau jasa yang dapat Indonesia
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha
tidak sehat”. Pasal tersebut menetapkan bahwa para pelaku usaha
dilarang membuat perjanjian dengan para pesaingnya untuk
mempengaruhi harga ‘hanya jika’ perjanjian tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha
tidak sehat. Jadi, ketentuan ini menggunakan pendekatan rule of
reason
Daftar perusahaan yang melakukan kartel minyak goreng baik curah maupun kemasan
Bukti 1 Bukti 2

Bukti kedua yang terkait dengan struktur yaitu adanya price


Pertama, adalah bukti yang terkait dengan struktur pada intinya paralism. Majelis Komisi dalam membuktikan ada atau tidaknya
menjelaskan mengenai adanya struktur pasar minyak goreng curah price parallism menggunakan Uji Homogenity of Varians yang
yang sangat terkonsentrasi. Perusahaan besar menguasai pangsa hasilnya menunjukkan fakta adanya price parallism pada pasar
pasar dan memiliki kekuatan untuk menentukan tingkat harga minyak goreng curah dan kemasan (bermerek) karena nilai
adanya produk minyak goreng yang relatif homogen, dan tingkat probabilitas hasil uji tersebut lebih besar dari 5%. Selain itu,
hambatan masuk didalam pasar minyak goreng kemasan relatif adanya fakta facilitating practices yang dilakukan melalui price
tinggi, permintaan minyak goreng memiliki karakteristik inelastis, signaling dalam melakukan kegiatan promosi pada waktu yang
serta adanya transparasi dan pertukaran informasi harga minyak tidak bersamaan serta pertemuan-pertemuan atau komunikasi antar
goreng. pesaing melalui asosiasi.
Pembagian pasar antara minyak goreng curah dan minyak goreng kemasan (bermerek)
tersebut dibandingkan dengan total konsumsi nasional, dapat diketahui pangsa pasar masing-
masing produk yaitu:

Minyak Goreng Curah Minyak Goreng Kemasan


Pelanggaran Undang undang BISNIS
Pasal 5 UU No. 5/1999 yang unsurnya meliputi unsur Selain Pasal 4 dan Pasal 5 UUNo. 5/1999, ada juga
pelaku usaha dan perjanjian dengan pelaku usaha pelanggaran terhadap Pasal 11 UU No. 5/1999, yang
pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu barang unsurnya adalah unsur pelaku usaha, perjanjian dengan
dan atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pelaku usaha pesaingnya, yang bermaksud untuk
pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama. Dalam hal mempengaruhi harga dengan mengatur produksi dan atau
ini, Majelis Komisi menilai berdasarkan fakta-fakta terkait pemasaran suatu barang dan atau jasa, dan unsur yang
dengan struktur dan perilaku. Secara struktural, pasar dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
minyak goreng merupakan bentuk pasar oligopoli yang persaingan usaha tidak sehat.14 Pembuktian unsur ‘yang
makin terkonsentrasi sedangkan perilaku para pelaku usaha dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
dapat dikategorikan sebagai price parallelism dan/atau persaingan usaha tidak sehat’ dilakukan Majelis Komisi
facilitating practices yang dilakukan melalui price signaling. dengan cara menilai dampak perilaku pemasaran para
Berdasarkan fakta-fakta tersebut, Majelis Komisi menilai pelaku usaha mengakibatkan tidak adanya persaingan dari
komunikasi dan/atau koordinasi dengan didukung bukti sisi harga. Selain itu, ditemukan perilaku pengaturan dalam
ekonomi tersebut dapat dikategorikan sebagai perjanjian pemasaran produk yang dilakukan para pelaku usaha
yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha minyak goreng sehingga mengakibatkan kerugian
pesaingnya untuk menetapkan harga minyak goreng yang konsumen. Kerugian tersebut dapat dikategorikan sebagai
harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada Pasar kerugian terhadap kepentingan umum, mengingat produk
Bersangkutan yang sama. minyak goreng merupakan kebutuhan pokok atau
kebutuhan strategis masyarakat.
KESIMPULAN

1.Pengaturan kartel oleh KPPU bertujuan untuk menjamin hak berkompetisi sehat bagi pelaku usaha dan peluang
kesejahteraan konsumen. KPPU bisa menindak kartel-kartel yang merugikan konsumen. KPPU meyakini bahwa kartel itu
sama dengan perjanjian yang dilarang karena ada praktik monopoli pengusaha yang menguasai pasar kemudian menaikkan
harga secara tidak wajar. KPPU menyatakan bahwa terjadi praktik kartel harga atau paralel pricing yang dilakukan oleh
beberapa perusahaan minyak goreng di Indonesia. Dengan demikian, ini telah melanggar peraturan tentang kartel dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU No. 5
Tahun 1999) seperti Pasal 5 tentang kartel harga (price fixing) dan Pasal 11 tentang kartel produksi dan pemasaran. Selain
itu, kartel berseberangan dengan aturan dalam UU No. 5/1999 yakni Pasal 12 (trust), Pasal 22 (persekongkolan tender),
Pasal 24 (persekongkolan menghambat produksi dan atau pemasaran).

2.Bukti ekonomi dan bukti tidak langsung seperti pertemuan pertemuan yang dilakukan oleh para pelaku usaha seharusnya
tidak perlu dimasukan dalam bukti indirect evidence/ bukti tidak langsung karena jelas pengadilan akan menolak bukti
tersebut karena susah dibuktikan dan peradilan Indonesia belum mengenal bukti indirect evidence. KPPU dapat
menetapkan hasil temuannya seperti bukti ekonomi dan pertemuan tersebut ke dalam bukti tertulis sesuai alat bukti yang
dikenal di peradilan Indonesia. Jadi, menurut ketentuan hukum atau kepastian hukum yang berlaku di Indonesia,
pertimbangan hukum Pengadilan Negeri yang tepat dalam kasus kartel minyak goreng, tetapi berdasarkan asas keadilan dan
kemanfaatan maka pertimbangan hukum KPPU yang tepat.
SARAN

1.KPPU sebaiknya melakukan pencegahan dengan cara memberikan saran dan pertimbangan sebagai upaya
terciptanya iklim persaingan usaha yang sehat yang dapat dijadikan sebagai jaminan kepastian hukum bagi
investor dalam berusaha di Indonesia. Selain itu, pemerintah perlu melakukan perbaikan undang-undang yang
dirasakan masih banyak celah yang bisa dimanfaatkan, khususnya oleh para pelaku usaha yang sering
melakukan perjanjian kartel.
2.KPPU terus memberikan pengertian kepada pemerintah dan DPR RI bahwa secara spesifik bukti tidak
langsung selama ini lazim dipakai dan diterima dalam hukum persaingan usaha yang diterapkan pada negara
lain. KPPU juga harus selalu melakukan kerjasama dengan para penegak hukum antara lain KPK, Kejaksaan,
dan Kepolisian mengingat KPPU tidak diberikan kewenangan untuk menyita, menggeledah, dan menyadap.

Anda mungkin juga menyukai