Anda di halaman 1dari 10

SURVEY DAN

INFORMASI SPASIAL
Modul ke:

9 Penentuan Posisi Vertikal

Ir. Yopi Lutfiansyah, S.T., M.T.


Fakultas
Teknik
Perencanaan &
Desain
Program Studi
Teknik Sipil
Letakkan foto Terbaik anda disini 
Penentuan Posisi Vertikal

PENENTUAN Ketinggian
POSISI DASAR-DASAR
HORIZONTAL
PENGERTIAN Beda Tinggi

POSISI VERTIKAL Naik dan Turun

Titik Nol Lokal


ACUAN
KETINGGIAN Titik Nol Normal

MSL

Sipat Datar
METODA Trigonometris
PENNETUAN Barometrik

BEDA TINGGI Hidrodstatik


Dll.
Penentuan Posisi Vertikal
1. DASAR PPENGERTIAN PENENTUAN POSISI VERTIKAL

2. Ketinggian
Ketinggian suatu titik adalah jarak vertikal titik tersebut yang diukur dari bidang
referensi (acuan) tertentu sepanjang garis yang melalui titik tersebut dan tegak lurus
bidang tersebut. Dalam pengertian lebih mendalam, garis tersebut merupakan garis gaya
berat yang melalui titik yang dimaksud.

2. Beda tinggi antara 2 titik


Jarak vertikal antara 2 (dua) bidang yang melalui kedua titik tersebut, di mana
bidang-bidang tersebut sejajar bidang referensi. Dalam prakteknya, beda tinggi dinyatakan
sebagai selisih jarak vertikal yang dibentuk melalui kedua titik tersebut (ketinggian titik).
B
eda tinggi antara dua titik, biasanya diberi notasi “ΔH” dan dituliskan “index” yang menun-
jukkan arah beda tinggi tersebut. Agar diketahui bahwa beda tinggi dari titik 1 ke titik 2
tidak sama dengan sebaliknya.
Penentuan Posisi Vertikal
3. Naik dan Turun
Dalam ilmu ukur tanah, istilah tersebut dinyatakan dalam bahasa mathematika,
sebagai positif untuk naik dan negatif untuk turun.
ΔHAB > 0 ; berarti : Titik B lebih tinggi dari titik A. (dari titik A ke titik B : naik)
ΔHAB < 0 ; berarti : Titik B lebih rendah dari titik A. (dari titik A ke titik B : turun)
Penentuan Posisi Vertikal

semua metoda yang akan


dibahas, bertujuan
“menentukan beda
tinggi antara 2 buah
titik”.

Pada Gambar di atas, dapat dilihat :


DHAB > 0 ; DHBA < 0
Bila dinyatakan secara mathematis, hubungan beda tinggi dengan ketinggian, dapat
dituliskan :
DHAB = HB - HA …….. (1.1)
atau :
HB = HA + DHAB …….. (1.2)

Dan DHAB = - DHBA …….. (1.3)


Penentuan Posisi Vertikal
2. ACUAN KETINGGIAN
1. Titik Nol Lokal

Titik nol lokal, mempunyai pengertian bahwa titik nol ketinggian diletakkan
pada tempat “sembarang”. Dengan kata lain menyatakan, ketinggian suatu
titik yang dianggap paling penting secara bebas. Titik-titik lainnya pada daerah
pemetaan, dinyatakan terhadap titik tersebut.
Model ketinggian semacam ini, digunakan untuk menyatakan ketinggian titik
pada suatu daerah yang tidak mempunyai titik ikat (titik yang diketahui
ketinggiannya ) . Ini hanya di-maksudkan untuk memberikan informasi
ketinggian daerah berupa relief dan topografi daerah pemetaan tanpa
menyatakan ketinggian yang “sebenarnya”. Ketinggian yang sebenarnya
adalah ketinggian terhadap acuan yang telah disepakati bersama (ketinggian
definitif).
Penentuan Posisi Vertikal
2. Titik Nol Normal
Titik nol yang dipilih berdasarkan tujuan atau kesepakatan tertentu. Untuk suatu
pekerjaan atau profesi dengan tujuan yang sama, diambil titik nol yang sama pula. Titik
nol Normal ini, lebih banyak yang berkenaan dengan masalah air, baik pada perencanaan,
maupun pada pelaksanaan.

Untuk memudahkan pengertian tersebut, diambil contoh sebagai berikut :


• Untuk perencanaan suatu pelabuhan, titik nol ketinggian digunakan LLWS ( Lowest
Low Water Surface = Muka/Paras Surutan Terendah ).
• Ini dimaksudkan agar tidak ada kapal yang kandas di pelabuhan pada saat surut
terendah.
• Untuk penanggulangan banjir, titik nol ketinggian yang dipilih adalah HWS ( Highest
Water Surface = Muka Pasang Tertinggi ). Pemilihan ini berdasarkan tinggi tanggul
yang direncanakan agar tidak lebih rendah dari muka air tertinggi saat pasang tinggi.
• Untuk menyatakan ketinggian badan, secara “otomatik” digunakan lantai (tempat
berpijak/telapak kaki) sebagai titik nol ketinggian.
Penentuan Posisi Vertikal

3. (Mean Sea Level)


Untuk pemetaan topografi suatu daerah yang luas (misal suatu negara), titik nol
ketinggian di-gunakan MSL (Mean Sea Level). Titik inipun merupakan titik nol
internasional.
MSL itu sendiri, merupakan ketinggian muka air laut rata-rata, yang dimaksudkan untuk
menyatakan ketinggian muka air di bumi bila tanpa gangguan.
Untuk dapat menentukan letak titik tersebut pada suatu daerah (pantai), diperlukan data
penga-matan dalam selang panjang dengan persyaratan dan pengolahan yang cukup
rumit. Hasil penentuan pengamatan yang ideal, adalah pengamatan selama 18,6 tahun
secara bersinambungan (continuous). Waktu selama itu, dinyatakan berdasarkan
posisi benda-benda langit relatif terhadap bumi akan kembali pada posisi yang sama.
Walaupun demikian, akibat massa bumi yang tidak seragam, maka ketinggian MSL di
setiap tempat belum tentu sama tinggi.

Dalam menyatakan ketinggian dalam peta yang sama, tidak dibenarkan


untuk menggunakan 2 (dua) macam titik nol ketinggian yang berbeda.
Penentuan Posisi Vertikal

3. METODA – METODA PENENTUAN BEDA TINGGI

A. METODA SIPAT DATAR (LEVELLING/WATERPASS)

B. METODA TRIGONOMETRIS

C. METODA BAROMETRIK (ALTIMETRIK)

D. METODA HIDROSTATIK

E. METODA FOTOGRAMETRIK

F. METODA SATELIT

G. METODA SOUNDING
Terima Kasih
Ir. Yopi Lutfiansyah,S.T., M.T.

Anda mungkin juga menyukai