Anda di halaman 1dari 38

MANAJEMEN MODEL

Sardo P Sipayung, M.Kom


Defenisi Pemodelan
Pemodelan merupakan suatu upaya untuk
melakukan analisis sistem pendukung
keputusan (SPK) dengan cara meniru bentuk
nyatanya daripada melakukanya pada sistem
nyata.
Elemen yang Membangun
Manajemen Model
 1. Basis Model
Basis model berisi model statistik, keuangan,
peramalan, ilmu manajemen, dan model kuantitatif lain
yang bersifat rutin dan istimewa yang menyediakan
kemampuan analisa SPK .
Terdapat lima model dalam basis model.
1. Model Strategis
2. Model Taktis
3. Model Operasional
4. Model Analitik
5. Blok Pembangunan Model dan Rutin
Basis Model….
1. Strategis : Model strategis digunakan untuk
mendukung manajemen puncak untuk menjalankan
tanggung jawab dalam perencanaan strategis.

2. Taktis : Model Taktis digunakan terutama oleh


manajemen tingkat menengah, untuk membantu
mengalokasikan dan mengontrol sumber daya
organisasi.
3. Operasional : Model ini digunakan untuk
mendukung aktivitas kerja harian transaksi
organisasi.
Basis Model….
4. Analitik : Model ini digunakan untuk menganalisis
data, model ini meliputi model statik, ilmu
manajemen, algoritma data mining, model keuangan,
dan lainnya.

5. Blok Pembangunan Model dan Rutin :


Selain berisi model strategis, taktis, dan operasional,
basis model juga berisi blok pembangunan model
dan rutin.
Sistem Manajemen Basis Model/Model Base
Management System (MBMS)
MBMS berisi beberapa elemen antara lain, yaitu
■ Eksekusi Model : Eksekusi Model adalah
proses mengontrol jalannya model.

■ Integrasi Model : Model ini mencakup


gabungan operasi dari beberapa model saat
diperlukan (misalnya mengarahkan output
suatu model, katakanlah perkiraan, untuk
diproses model lain, misal model perencanaan
pemrograman linier).
Sistem Manajemen Basis Model/Model Base
Management System (MBMS)
MBMS berisi beberapa elemen antara lain, yaitu
■ Perintah (Comman Processor Model) :
Model ini digunakan untuk menerima dan
menginterpretasikan instruksi-instruksi
pemodelan dari komponen antarmuka
pengguna dan merutekannya ke MBMS,
eksekusi model atau fungsi-fungsi integrasi
elemen-elemen tersebut beserta antarmukanya
dengan komponen sistem
pendukung keputusan
Kemampuan subsistem model dalam Sistem
Pendukung Keputusan antara lain

 ■ Mampu menciptakan model – model baru dengan


cepat dan mudah
 ■ Mampu mengkatalogkan dan mengelola model untuk
mendukung semua tingkat pemakai
 ■ Mampu menghubungkan model – model dengan
basis data melalui hubungan yang sesuai
 ■ Mampu mengelola basis model dengan fungsi
manajemen yang analog dengan database manajemen.
 Ada 2 Pemodelan dalam Analisa dan pemodelan SPK yaitu sebagai berikut:
 ■ Model Statis Menggunakan satu fokus tunggal dalam suatu keadaan dan
segala sesuatu terjadi dalam interval tunggal. Model statis mengambil satu
snapshot tunggal dari suatu situasi. Selama snapshot tersebut, segala
sesuatu terjadi dalam interval tunggal.

 ■ Model Dinamis Model ini sepanjang waktu menggunakan,


merepresentasikan, atau membuat trend dan pola-pola. Model ini juga
menunjukkan rata-rata per periode, rata-rata perubahan, dan analisi
perbandingan.
Contoh Model Statis dan Model Dinamis

■ Model Statis
1. Keputusan pembelian atau pembuatan sendiri suku
cadang suatu produk
2. Pendapatan triwulan / tahunan
3. Keputusan investasi

■ Model Dinamis Berapa banyak poin checkout harus dibuat


pada sebuah supermarket, orang harus mengambil waktu
satu hari karena jumlah pelanggan yang berbeda-beda
datang selama setiap jam. Permintaan harus diperkirakan
sepanjang waktu.
Model yang dapat digunakan dalam manajemen
model
Terdapat berbagai jenis basis model yang dapat
digunakan di dalam subsistem manajemen model,
sebagai salah satu komponen yang membangun SPK.

Model umumnya merepresentasikan kenyataan dan


meniru kenyataan tersebut. Manajemen Model adalah
teknik untuk melaksanakan percobaan. Artinya
melibatkan testing pada nilai-nilai tertentu dari decision
yang ada pada model, dan mengamati akibatnya pada
variabel output.
Manajemen model dapat dapat menjelaskan
dan/atau memperkirakan karakteristik sistem
tertentu pada berbagai keadaan yang berbeda-
beda. Sekali karakteristik ini dapat diketahui maka
alternatif terbaik dari alternatif yang ada dapat
dipilih.
Manajemen model yang dimaksud dapat berupa
suatu metode maupun perhitungan matematis
sederhana yang akan digunakan dalam
menyelesaikan suatu permasalahan dalam suatu
pemilihan solusi.
Suatu SPK yang terdiri dari subsistem
manajemen model , biasanya terdiri dari
beberapa kriteria (multikriteria) yang
digunakan dalam prosespemilihan alternatif
yang nantinya dijadikan solusi.
Terdapat beberapa model atau metode yang
dapat digunakan dalam subsistem manajemen
model yaitu :
1. Simple Addtive Weighting (SAW)
2. Weigh Product
3. Elimination Et Choix Traduisant la Realite
(ELECTRE)
4. TOPSIS (Technique for Order Preference by
Similarity to Ideal Solution)
5. Analytical Hierarchy Process (AHP)
6. Multifactor Evaluation Process (MFEP)
7. Profile Matching
8. Fuzzy Inference System
Simple Additive Weighting
(SAW)
Pengertian Metode Simple Additive
Weighting (SAW)
Simple Additive Weighting (SAW)
Merupakan metode penjumlahan terbobot.
Konsep dasar SAW adalah mencari penjumlahan
terbobot dari rating kinerja pada setiap alternatif
pada semua kriteria ( Kusumadewi, 2006) .

Metode SAW membutuhkan proses normalisasi


matrik keputusan (X) ke suatu skala yang dapat
diperbandingkan dengan semua rating alternatif
yang ada.
Metode SAW mengenal adanya 2 attribut :
1. Kriteria keuntungan (benefit) dan
2. Kriteria biaya (cost)

Cost merupakan jenis kriteria yang


mengutamakan nilai terendah, sedangkan
benefit merupakan jenis kriteria yang
mengutamakan nilai tertinggi sebagai acuan
pemilihan.
Konsep Perhitungan Metode SAW
Adapun langkah-langkah penyelesaian dalam
menggunakannya adalah :
1. Mentukan Alternatif (Ai).
2. Menentukan kriteria yang akan dijadikan acuan
dalam pengambilan keputusan, yaitu Cj.
3. Menentukan bobot preferensi atau tingkat
kepentingan (W) setiap kriteria.
W = (W1, W2, .......Wj)
4. Membuat tabel rating kecocokan dari setiap
alternatif pada setiap kriteria.
Konsep Perhitungan Metode SAW…
5. Membuat matrik keputusan X yang
dibentuk dari tabel rating kecocokan dari
setiap alternatif pada setiap kriteria. Nilai x
setiap alternatif (Ai) pada setiap kriteria (Cj)
yang sudah ditentukan, dimana, i=1,2,…m dan
j=1,2,…n.
Konsep Perhitungan Metode SAW…
6. Melakukan normalisasi matrik keputusan
dengan cara menghitung nilai rating
kinerja ternomalisasi (rij) dari alternatif Ai
pada kriteria Cj.
Keterangan :
a. Kriteria keuntungan dilakukan apabila
nilai memberikan keuntungan bagi
pengambil keputusan. Sebaliknya,
kriteria biaya dilakukan apabila
menimbulkan biaya bagi pengambil
keputusan.
b. Apabila berupa kriteria keuntungan maka
nilai dibagi dengan nilai dari setiap kolom.
Sedangkan untuk kriteria biaya dari setiap
kolom dibagi dengan nilai.
7. Hasil dari nilai rating kinerja
ternomalisasi (rij) membentuk matrik
ternormalisasi (R)
8. Hasil akhir nilai preferensi (Vi ) diperoleh
dari penjumlahan dari perkalian elemen
baris matrik ternormalisasi (R) dengan
bobot preferensi (W) yang bersesuaian
elemen kolom matrik (W).
Keterangan :
Vi = rangking untuk setiap alternatif
wj = nilai bobot dari setiap kriteria
rij = nilai rating kinerja ternormalisasi

Hasil perhitungan nilai Vi yang lebih besar


mengindikasikan bahwa alternatif Ai merupakan
alternatif terbaik (Kusumadewi, 2006).
Contoh Studi Kasus
Studi kasus berikut adalah mengenai
Penilaian proses belajar mengajar yang
dilakukan oleh dosen.
Proses penilaian akan menggunakan
perhitungan dengan metode SAW untuk
memberikan kemudahan dalam penentuan
dosen terbaik berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan.
1. Alternatif dosen yang dinilai dan ditandai
dengan D1sampai D6, dengan uraian sebagai
berikut :
D1 = dosen 1
D2 = dosen 2
D3 = dosen 3
D4 = dosen 4
D5 = dosen 5
D6 = dosen 6
2. Kriteria Penilaian ditandai dengan K1 sampai dengan K9.
K1 = Tingkat kehadiran mengajar
K2 = Ketepatan mulai dan mengakhiri kuliah
K3 = Kesesuain materi dengan silabus
K4 = Kemudahan penyampaian materi untuk
dipahami
K5 = memotivasi belajar dalam mendalami MK
K6 = Penggunaan alat bantu memperjelas Materi
K7 = Melayani dan memberi perhatian dalam
komunikasi dua arah
K8 = Membantu dan mudah untuk ditemui
K9 = Memiliki pengetahuan aktual dalam pembelajaran
3. Menentukan bobot preferensi, yaitu tingkat
kepentingan dari setiap indikator yang
memberikan nilai pada setiap indikator.
(1,1,1,1,1,1,1,1,1)
, dimana penentuan bobot preferensi atau
tingkat kepentingan ini diambil dari
kebijaksanaan manajemen salah satu
perguruan tinggi swasta pada perhitungan
manual.
4. Memberikan nilai rating kecocokan setiap alternatif
untuk semua kriteria. Sebagai contoh perhitungan setelah
dilakukan penilaian kinerja didapatkan skor sebagai
berikut :
No Dosen K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9
1 D1 70 50 80 60 70 50 80 60 70
2 D2 50 60 82 70 50 60 82 70 50
3 D3 85 55 80 75 85 55 80 75 85
4 D4 82 70 65 85 82 70 65 85 82
5 D5 75 75 85 74 75 75 85 74 75
6 D6 62 50 75 80 62 50 75 80 62
5. Membuat matriks keputusan dari skor
pembobotan setiap alternatif dari setiap
indikator

70 50 80 60 70 50 80 60 70
50 60 82 70 50 60 82 70 50

R= 85 55 80 75 85 55 80 75 85
82 70 65 85 82 70 65 85 82
75 75 85 74 75 75 85 74 75
62 50 75 80 62 50 75 80 62
6. Melakukan proses normalisasi matrik (Rij)
R11 = =
R12 = =

R21 = =
R22 = =

Dst…sampai R99
7. Membentuk matriks ternormalisasi

0.82 0.67 0.94 0.71 0.82 0.67 0.94 0.71 0.82


0.59 0.80 0.96 0.82 0.59 0.80 0.96 0.82 0.59
1.00 0.73 0.94 0.88 1.00 0.73 0.94 0.88 1.00
R=
0.96 0.93 0.76 1.00 0.96 0.93 0.76 1.00 0.96
0.88 1.00 1.00 0.87 0.88 1.00 1.00 0.87 0.88
0.73 0.67 0.88 0.94 0.73 0.67 0.88 0.94 0.73
8. Proses perangkingan dengan menggunakan bobot yang telah
ditentukan oleh pengambil keputusan
D1 {(1)0.82) + (1)(0.67)+ (1)(0.94)+ (1)(0.71)+ (1)(0.82)+ (1)(0.67)+ (1)(0.94)+ (1)(0.71)+ (1)

D2 {(1)(0.59)+ (1)(0.80)+ (1)(0.96)+ (1)(0.82)+ (1)(0.59)+ (1)(0.80)+ ()(0.96)+ (1)(0.82)+ (1)

D3 1.00 0.73 0.94 0.88 1.00 0.73 0.94 0.88 1

D4 0.96 0.93 0.76 1.00 0.96 0.93 0.76 1.00 0

D5 0.88 1.00 1.00 0.87 0.88 1.00 1.00 0.87 0

D6 0.73 0.67 0.88 0.94 0.73 0.67 0.88 0.94 0


D1 = 7.1
D2 = 6.94
D3 = 8.1
D4 = 8.2
D5 = 8.38
D6 = 7.17
Nilai terbesar ada pada D5 sehingga alternatif
D5 adalah rekomendasi alternatif dosen
dengan nilai tertinggi.
Latihan soal
1. Jelaskan mengenai pengertian Simple
Additive Weighting!
2. Jelaskan konsep perhitungan Simple Additive
Weighting!
3. Selesaikan permasalahan berikut dengan
menggunakan Simple Additive Weighting
Pemberian beasiswa kepada mahasiswa
didasarkan pada beberapa kriteria yang telah
dilengkapi dengan bobot tiap kriteria yaitu

No Kriteria Bobot
1 IPK 5
2 Penghasilan Orangtua 4
3 Jumlah Tanggungan Orangtua 4
4 Prestasi Non Akademis 3
Terdapat 3 mahasiswa yang akan dnilai untuk mengikuti
seleksi penerimaan beasiswa.
Tiap mahasiswa memiliki nilai untuk setiap kriteria yang ada
yaitu :
No Mahasiswa IPK Penghasilan Jumlah Prestasi
Orangtua Tanggungan Non
(perbulan) Orangtua Akademis

1 Mbappe 3.00 Rp. 1.000.000 5 5


2 Ronaldo 3.35 Rp. 1.750.000 2 2
3 Messi
Tiap 3.65 diberikan
variabel akan Rp. 1.500.000 3
skala penilaian 3
1-5 dengan
1 = Sangat kurang, 2 = Kurang, 3 = Cukup, 4 = Baik, 5=
Sangat baik

Anda mungkin juga menyukai