Anda di halaman 1dari 44

PENGAMBILAN KEPUTUSAN

KLINIK DENGAN
MANAJEMEN KEBIDANAN
Proses PKK
• Otak manusia mengandung dua
jenis memori :
Memori jangka lama (tersimpan
pengetahuan medis/kebidanan
untuk PKK).
Memori jangka pendek
(tersimpan pengalaman yang
diperlukan untuk PKK)
• Gabungan pengalaman-
pengalaman tersebut, akan menjadi
naluri
Proses PKK
• Dalam suatu situasi dimana terdapat kesulitan,
kepanikan atau kebingungan, seorang petugas
akan :
 Mempertimbangkan satu solusi dari pengalaman
masa lalunya
 Mengkaji ulang simpanan pengetahuannya
sekarang yang relevan untuk mencari solusi
• Jika pengalaman dan pengetahuannya tidak
memadai untuk memecahkan
kebingungan/kesulitan, maka masalah tersebut
tidak akan bisa dipecahkan
Manfaat Pengambilan Keputusan Klinis
yang benar & tepat

• Menghindari pekerjaan/tindakan rutin yg


tdk sesuai dengan kebutuhan.
• Meningkatkan efektifitas & efisiensi
pelayanan yg diberikan
• Membiasakan berfikir & bertindak
standar
• Memberikan kepuasan pelanggan
MANAJEMEN
KEBIDANAN
Manajemen Kebidanan
( Varney,1997)

Adalah proses pemecahan masalah yg


digunakan sebagai metoda untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-
penemuan, keterampilan dalam
rangkaian/tahapan yg logis untuk
pengambilan suatu keputusan yg berfokus
pd klien  Kerangka berfikir seorang
Bidan dalam mengambil keputusan.
7 langkah manajemen kebidanan
1. Mengumpulkan data klien
2. Interpretasi data untuk mengidentifikasi
diagnosa/ masalah
3. Mengidentifikasi diagnosa/masalah potensial
dan mengantisispasi penanganannya
4. Menetapkan kebutuhan tindakan
segera,melakukan
tindakan,konsultasi,kolaborasi dg tenaga kes
lainnya
5. Menyusun rencana asuhan
6. Implementasi asuhan sesuai dg rencana
7. Mengevaluasi keefektifan asuhan dan
modifikasi asuhan
Langkah 1. Mengumpulkan data
klien
• Jenis data (subjektif & objektif)
• Sumber data (primer & sekunder)
• Cara pengumpulan data (anamnesa,
pemeriksaan fisik umum & khusus,
pemeriksaan laboratorium)
• lengkap,tepat, akurat
Langkah 2: Interpretasi data untuk
mengidentifikasi diagnosa/ masalah

• Data di interpretasi

identifikasi Masalah / Diagnosa


• Rumusan Masalah dan diagnosa keduanya
digunakan karena masalah tdk dpt didefinisikan
seperti diagnosa, tapi membutuhkan penanganan
• Contoh :
Diagnosa wanita hamil trimester III
Masalah Merasa takut terhadap proses
persalinan dan melahirkan.
Lanjutan…
• Pada langkah ini bidan menganalisa data dasar yang didapat
pada langkah pertama, menginterpretasikannya secara akurat
dan logis, sehingga dapat merumuskan diagnosa atau masalah
kebidanan.
• Rumusan DIAGNOSA merupakan kesimpulan dari kondisi
klien, apakah klien dalam kondisi hamil, inpartu, nifas, bayi
baru lahir? Apakah kondisinya dalam keadaan normal?
Diagnosa ini dirumuskan menggunakan Nomenklatur
Kebidanan.
• Sedangkan MASALAH dirumuskan apabila bidan menemukan
kesenjangan yang terjadi pada respon ibu terhadap kehamilan,
persalinan, nifas dan bayi baru lahir.
• Masalah ini terjadi pada ibu tetapi belum termasuk dalam
rumusan diagnosa yang ada, karena masalah tersebut
membutuhkan penanganan/intervensi bidan, maka
dirumuskan setelah diagnosa.
• Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami
wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil
pengkajian. Masalah tersebut juga sering menyertai diagnosa.
Lanjutan…
Contoh :
• Data
Ibu tidak haid selama 3 bulan, mual dan muntah,
Plano Test +, mengaku hamil anak ke II , anak
pertama berumur 1 tahun, ibu belum
menginginkan kehamilan ke dua ini, ibu sering
merasa pusing, sering BAK di malam hari, susah
tidur dan malas makan.
• Diagnosa
 Ibu kemungkinan hamil G II, P I AO, 12 mg .
 Kehamilan tidak diinginkan
Lanjutan…
• Dari contoh rumusan diagnosa di atas menunjukan, bahwa
ketidak siapan ibu untuk menerima kehamilan dan kecemasan
ibu terhadap sering kencing di malam hari tidak termasuk dalam
kategori “Nomenklatur Standar Diagnosa” sehingga tidak
terkafer dalam diagnosa kebidanan yang dibuat.

• Tetapi kondisi ini apabila dibiarkan, dapat menciptakan suatu


masalah pada kehamilannya, terutama masalah psikologi klien.

• Oleh karena itu kesenjangan tersebut dirumuskan sebagai


masalah kebidanan, yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut
dan memerlukan suatu perencanaan untuk diberikan intervensi
khusus, baik berupa dukungan/penjelasan/tindakan /follow
up/rujukan.

• Jadi Diagnosa yang dibuat oleh bidan adalah meliputi diagnosa


kebidanan yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik
kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa
kebidanan, dan masalah kebidanan, sehingga dalam diagnosa
kebidanan bisa muncul diagnosa dan masalah, atau tanpa masalah
tergantung kondisi klien.
Diagnosa nomenklatur
kebidanan
• Diagnosa Nomenklatur Kebidanan adalah suatu
sistem nama yang telah terklasifikasikan dan
diakui serta disyahkan oleh profesi, digunakan
untuk menegakkan diagnosa sehingga
memudahkan pengambilan keputusannya. Dalam
nomenklatur kebidanan mempunyai standar yang
harus dipenuhi

• Sumber : WHO, UNFPA, UNICEF, World Bank (2000) I M P A C


(Intergrated Management of Pregnancy And Chilbirth), Managing
Complications in Pregnancy and Childbirth : A Guide for Midwives
and doctor, Departement of Reproductive Health and Research
Standar nomenklatur
diagnosa kebidanan
1. Diakui dan telah disyahkan oleh profesi
2. Berhubungan langsung dengan praktek
kebidanan
3. Memiliki ciri khas kebidanan
4. Didukung oleh clinical judgement dalam
praktek kebidanan
5. Dapat diselesaikan dengan pendekatan
manajemen kebidanan
DAFTAR DIAGNOSA NOMENKLATUR
1. Persalinan Normal 16. Presentasi Dagu
2. Partus Normal 17. Disproporsi Sevalo Pelvik
3. Syok 18. Hipertensi Kronik
4. DJJ tidak normal 19. Koagulopati
5. Abortus 20. Presentasi Ganda
6. Solusio Placentae 21. Cystitis
7. Akut Pyelonephritis 22. Eklampsia
8. Amnionitis 23. Kelainan Ektopik
9. Anemia Berat 24. Ensephalitis
10. Apendiksitis 25. Epilepsi
11. Atonia Uteri 26. Hidramnion
12. Infeksi Mammae 27. Presentasi Muka
13. Pembengkakan Mamae 28. Persalinan Semu
14. Presentasi Bokong 29. Kematian Janin
15. Asma Bronchiale 30. Hemoragik Antepartum
31. Hemorargik Postpartum 49. Abses Pelvix
32. Gagal Jantung 50. Peritonitis
33. Inertia Uteri 51. Placenta Previa
34. Infeksi Luka 52. Pneumonia
35. Invertio Uteri 53. Pre-Eklampsia Ringan/ Berat
36. Bayi Besar 54. Hipertensi Karena Kehamilan
37. Malaria Berat Dengan 55. Ketuban Pecah Dini
Komplikasi 56. Partus Prematurus
38. Malaria Ringan Dengan 57. Prolapsus Tali Pusat
Komplikasi 58. Partus Fase Laten Lama
39. Mekonium 59. Partus Kala II Lama
40. Meningitis 60. Sisa Plasenta
41. Metritis 61. Retensio Plasenta
42. Migrain 62. Ruptura Uteri
43. Kehamilan Mola 63. Bekas Luka Uteri
44. Kehamilan Ganda 64. Presentase Bahu
45. Partus Macet 65. Distosia Bahu
46. Posisi Occiput Posterior 66. Robekan Serviks dan Vagina
47. Posisi Occiput Melintang 67. Tetanus
48. Kista Ovarium 68. Letak Lintang
Langkah 3: mengidentifikasi diagnosa atau
masalah potensial dan mengantisipasi
penanganannya
• Identifikasi diagnosa atau masalah potensial
berdasarkan diagnosa/masalah yg telah
diidentifikasi ( pd langkah 2 ).
• Langkah ini merupakan langkah antisipasi,
sehingga dalam melakukan asuhan kebidanan,
bidan dituntut untuk mengantisipasi
permasalahan yang akan timbul dari kondisi
yang ada/sudah terjadi.
Lanjutan…
• Pada langkah antisipasif ini diharapkan
Bidan selalu waspada dan bersiap-siap
mencegah diagnosa/masalah potensial ini
menjadi benar-benar tidak terjadi.
• Langkah ini, penting sekali dalam
melakukan asuhan yang aman, dan langkah
ini perlu dilakukan secara cepat, karena
sering terjadi dalam kondisi emergensi.
Lanjutan…
Dengan mengidentifikasi masalah potensial
atau diagnosa potensial yang akan terjadi
berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah
ada, bidan dapat merumuskan tindakan apa
yang perlu diberikan untuk mencegah atau
menghindari masalah /diagnosa potensial
yang akan terjadi.
Lanjutan…
Contoh I :
seorang wanita inpartu dengan pembesaran uterus yang berlebihan
(bisa karena polyhidramnion, besar dari masa kehamilan, ibu
dengan diabetes kehamilan, atau kehamilan kembar).

Tindakan antisipasi yang harus dilakukan:


• Menyiapkan cairan infus, obat uterotonika untuk menghindari syok
hypovolemik karena perdarahan kala IV
• Menyiapkan alat resusitasi bayi untuk antisipasi aspixia pada bayi
baru lahir
• Memberikan posisi Mc robert untuk antisipasi kesulitan melahirkan
bahu

Pada langkah ke 3 ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi


masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang
akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar
masalah atau diagnosa potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini
benar, merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang
rasional/logis.
Langkah 4 :
Mengidentifikasi & Menetapkan Kebutuhan
Penanganan Segera/Tindakan Emergensi.
• Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan lainnya yang sesuai dengan
kondisi klien.

• Pada saat ini bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera,


baik tindakan intervensi , tindakan konsultasi, kolaborasi
dengan dokter lain, atau rujukan berdasarkan Kondisi Klien.

• Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses


penatalaksanaan kebidanan yang terjadi dalam kondisi
emergensi. Berdasarkan hasil analisa data, ternyata kondisi
klien membutuhkan tindakan segera untuk
menangani/mengatasi diagnosa/masalah yang terjadi.
Lanjutan…
• Pada langkah ini mungkin saja diperlukan data baru yang lebih
spesifik sehingga mengetahui penyebab langsung masalah yang
ada, sehingga diperlukan tindakan segera untuk mengetahui
penyebab masalah. Jadi tindakan segera bisa juga berupa
observasi/pemeriksaan.

• Beberapa data mungkin mengidentifikasikan situasi yang gawat


dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan
keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya menghentikan
perdarahan kala III, atau mengatasi distosia bahu pada kala II).

• Pada tahap ini mungkin juga klien memerlukan tindakan dari


seorang dokter, misalnya terjadi prolaps tali pusat, sehingga
perlu tindakan rujukan dengan segera.

• Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre-


eklamsi, kelainan panggul, adanya penyakit jantung, diabetes
atau masalah medik yang serius, maka bidan perlu melakukan
konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Lanjutan…
• Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan
memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau
tim kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli gizi.

• Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi


setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi
dan kolaborasi yang tepat dalam penatalaksanaan asuhan
klien.

• Pada penjelasan di atas menunjukan bahwa dalam


melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas
masalah / kebutuhan yang dihadapi kliennya.

• Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan


untuk mengantisipasi diagnosa / masalah potensial pada
step sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan
emergency / segera yang harus dirumuskan untuk
menyelamatkan ibu dan bayi.
Lanjutan…
Contoh Kasus Tindakan segera
Contoh I > Dari kasus perdarahan antepartum tindakan segera
yang harus dilakukan
adalah :
 Observasi perdarahan, tanda-tanda vital
 Periksa / chek kadar Hb
 Observasi DJA
 Rujuk ke RS ( bila di masyarakat ) atau kolaborasi
dengan dokter ( bila di Rumah Sakit )

Contoh II > Tindakan segera yang dilakukan pada kasus perdarahan


karena atonia uteri:
• Cari penyebab perdarahan
• Masase uterus untuk merangsang kontraksi
• Berikan uterotonika
• Lakukan kompresi bimanual interna (KBI)
• Kaji ulang apakah tindakan segera ini benar-benar dibutuhkan.
Langkah V :
Merencanakan Asuhan Yg Menyeluruh
• Merencanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya. Pada langkah ini data yang tidak
lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh meliputi
apa yang sudah teridentifikasi, apa yang diperkirakan akan terjadi
berikutnya, apa yang dibutuhkan dan apakah perlu merujuk klien
bila ada masalah.
• Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan
oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang
telah diidentifikasi atau diantisipasi, baik yang sifatnya segera
ataupun rutin.
• Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi
dengan merumuskan tindakan yang sifatnya
mengevaluasi/memeriksa kembali. Atau perlu tindakan yang sifatnya
follow up.
• Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi penanganan
masalah yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap
masalah yang berkaitan, tetapi juga tindakan yang bentuknya
Lanjutan…
• Begitu pula tindakan rujukan yang dibutuhkan klien bila ada
masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau
masalah psikologis. Dengan perkataan lain asuhan terhadap wanita
tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua
aspek asuhan kesehatan.
• Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak,
yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif
karena klien juga akan melaksanakan rencana tersebut (Informed
Consent).
• Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan
rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana asuhan
bersama klien kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum
melaksanakannya, baik lisan ataupun tertulis.
• Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini
harus rasional dan benar-benar nyata berdasarkan pengetahuan dan
teori yang up to date serta telah dibuktikan bahwa tindakan tersebut
bermanfaat/efektif berdasarkan penelitian (Evidence Based).
Lanjutan…
Contoh Rencana komprehensif pada kasus dengan
peradarahan ante partum :
• Beri tahu kondisi klien dan hasil pemeriksaan
• Berikan dukungan bagi ibu dan keluarga
• Berikan infus RL
• Observasi tanda-tanda vital , perdarahan, DJA dan
tanda-tanda syok
• Chek kadar Hb
• Siapkan darah
• Rujuk klien ke RS / kolaborasi dengan dokter
• Follow up ke rumah ( kunjungan rumah )
• Kaji ulang apakah rencana asuhan sudah meliputi
semua aspek asuhan kesehatan terhadap klien.
Langkah VI :
Melaksanakan Perencanaan
• Pada langkah keenam ini rencana asuhan
menyeluruh seperti yang telah diuraikan
pada langkah ke 5 dilaksanakan secara
efisien, efektif dan aman.
• Perencanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian di
lakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh
klien, atau anggota tim kesehatan lainnya.
Lanjutan…
• Apabila ada tindakan yang tidak dilakukan oleh bidan
tetapi dilakukan oleh dokter atau tim kesehatan yang lain,
bidan tetap memegang tanggung jawab untuk
mengarahkan kesinambungan asuhan berikutnya.
(misalnya memastikan langkah-langkah tersebut benar-
benar terlaksana, dan sesuai dengan kebutuhan klien).
• Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter
untuk menangani klien yang mengalami komplikasi,
maka keterlibatan bidan dalam penatalaksanaan asuhan
bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap
terlaksananya rencana bersama yang menyeluruh tersebut.
• Penatalaksanaan yang efisien akan menyangkut waktu dan
biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien.
• Kaji ulang apakah semua rencana asuhan telah
dilaksanakan.
Langkah VII : Evaluasi
• Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari
asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan
kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa.

• Pada langkah terakhir ini dilakukan evaluasi


keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan,
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasikan didalam diagnosa
dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif
jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.
Lanjutan…
• Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut
efektif sedangkan sebagian belum efektif. Mengingat
bahwa proses penatalaksanaan ini merupakan suatu
kegiatan yang berkesinambungan maka perlu
mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak
efektif melalui pengkajian ulang (memeriksa kondisi
klien).

• Proses avaluasi ini dilaksanakan untuk menilai apakah


proses penatalaksanaan efektif/tidak efektif serta
melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut.

Contoh Evaluasi
• Evaluasi perdarahan ; berhenti atau tidak, jika belum
berhenti jumlahnya berapa banyak ?
• Kondisi janin dan ibu ?
• Kadar Hb ?
Proses Penatalaksanaan
Kebidanan
Alur pikir bidan

Proses manajemen kebidanan

5 langkah (Kompetensi 7 langkah (Varney)


Bidan)
Pengumpulan data dasar Pengumpulan data dasar
Diagnosis Interpretasi data dasar
Perencanaan Mengantisipasi diagnosa/ masalah
potensial
menetapkan kebutuhan penanganan
segera
Merencanakan asuhan
Implementasi Pelaksanaan asuhan
Evaluasi Evaluasi
CONTOH KASUS
LANGKAH I
 Anamnesa
• Tanggal pengkajian 25-12-2017
• Ny. N 25 th, mengaku hamil 8 bulan, kehamilan pertama,
HPHT : 2-5-2017 dan TP: 9-2-2018
• Riwayat kehamilan sekarang :
Merasakan gerakan anak pd awal Oktober, suami istri
mengharapkan kehamilan ini. Hubungan seksual
berlangsung normal. Ibu ingin memeriksakan
kehamilannya dan ibu mengeluh sering merasakan pegal
pada tungkai bawah dan kadang2 merasa ada desakan pd
perut bagian atas.
• Riwayat kesehatan
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit kronis,
dan tidak pernah dirawat di RS.
• Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan tdk ada keluarga yg menderita
penyakit kronis, keturunan seperti DM, hipertensi,
asma, gemeli.
• Riwayat obstetrik : primi gravida
• Riwayat menstruasi : menarche 12 th, menstruasi setiap
28 hari, lamanya 5 hari dengan perdarahan banyak 2-3
kali ganti pembalut/hari. Dismenore tidak pernah.
• Riwayat kontrasepsi : ibu belum pernah menggunakan
obat/alat kontrasepsi
• Riwayat sosial
Ibu lulus pendidikan Diploma dan bekerja di institusi
pendidikan bagian administrasi. Suami bekerja
sebagai wiraswasta. Mereka tinggal bersama orang tua
dan 2 orang adik. Hubungan antara keluarga dan
tetangga baik. Lama menikah 2 tahun dan mereka
memelihara kucing.
 Pemeriksaan fisik
• KU : baik, Kesadaran : composmentis
• TD : 120/80 mmHg, S : 37°C, N : 84 x/mnt, R: 24 x/mn
• TB 156 cm, BB (sebelum hamil) : 48 kg , BB (saat ini) : 59 kg,
kenaikan BB selama hamil 11 kg.
• Leher tidak ada kelainan, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid
• Payudara : bentuk simetris, tidak ada benjolan yang
abnormal, puting menonjol, kebersihan cukup bersih,
colostrum sudah keluar.
• Abdomen
Leopold I : TFU 32 cm, teraba bagian keras, melenting
Leopold II : punggung kanan (bagian terbesar teraba di
sebelah kanan)
Leopold III : teraba bagian lunak, tidak melenting
Leopold IV : bagian terbawah janin belum masuk PAP
Auskultasi : DDJ 140-144 x/mnt, teratur, sepusat
• Anogenital : tidak ada masalah
• Laboratorium : Hb 11,5 mg %
Langkah II
• Diagnosa:
– Primigravida, 33-34 minggu, janin hidup,
tunggal, intrauterin, presentasi bokong,
belum masuk PAP W, KU ibu + janin baik
– ANC : 25 – 12 - 2017
– Hpht : 2- 5 - 2017
------------------------------
23 (7 x 4 1/3)=28 mg+2 1/3 mg
- 23 hari+ 2 hari = 25 hari = 3 mg 4 hari
 28 + 2 + 3 = 33 – 34 mg
• Masalah : pegal pada tungkai bawah
• Kebutuhan : ..............?
Hpht : 2-5 -2017  4 mg 1 hr
2-6- 2017  4 mg 2 hr
2-7-  4 mg 3 hr
2- 8  4 mg 3 hr
2 -9  4 mg 2 hr
2- 10  4 mg 3hr
2- 11  4 mg 2 hr
25- 12  3 mg 4 hr
31 mg 20 hr =33-34 mg
Langkah III
• Antisipasi diagnosa : CPD
• Masalah potensial : tidak ada
Langkah IV
• Tindakan segera (mandiri, kolaborasi
dan rujukan) : tidak ada
• Tindakan segera : rujuk ke RS
Langkah V
Rencana asuhan
•Beritahu hasil pemeriksaan
•Beritahu waktu istirahat
•Ajarkan senam hamil utk posisi
menungging
•Atur posisi kaki saat bekerja
•Mobilisasi
Langkah V – rujukan
• Beritahu kondisi ibu
• Stabilisasi ibU : pasang infus
• Informed concent
• Antar ke RS
• Siapkan golongan darah yg sesuai
• BAKSOKUDA (bidan, alat,
kendaraan, surat, obat, keluarga,
uang, darah)
Langkah VI
• Pelaksanaan asuhan
• Memberitahu ibu hasil
pemeriksaannya bahwasannya KU
baik, janin baik, presentasi bokong
• Membicarakan tentang waktu
istirahat yaitu ......
• Senam hamil dgn cara .........
• Mengatur posisi saat bekerja yaitu ....
Langkah VII
• Evaluasi
• Ibu sudah mengetahui kondisinya
• Ibu sudah bisa menyebutkan kembali
cara senam hamil
• Ibu berencana melakukan kunjungan
ulang 2 minggu lagi

Anda mungkin juga menyukai