Anda di halaman 1dari 21

Persatuan dan Kesatuan

Bangsa Indonesia dari Masa ke Masa

Oleh Kelompok 4
Masa Revolusi (18 -08-1945 sampai 27-12 1949)

Dalam periode ini, bentuk Negara Republik Indonesia (NRI) adalah


kesatuan, dengan bentuk pemerintahan Republik, di mana presiden
berkedudukan sebagai kepala pemerintahan sekaligus sebagai Kepala
Negara. Ini merupakan bentuk dari persatuan dan kesatuan bangsa yang
diwujudkan dalam struktur pemerintahan.
Selain itu, pada masa ini bangsa Indonesia menghadapi berbagai tantangan
seperti Kolonial Belanda yang ingin kembali menguasai, penarikan tawanan
Jepang yang kalah perang, serta berbagai pemberontakan. Semua tantangan
ini membutuhkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia untuk bisa
melaluinya. Untuk melawan propaganda Belanda pada dunia internasional,
maka pemerintahan RI mengeluarkan tiga buah maklumat, yaitu:
Maklumat Wakil Presiden Maklumat Pemerintah
tanggal 16 Oktober 1945 yang Maklumat Pemerintahan tanggal
menghentikan kekuasaan luar tanggal 3 November 1945 14 November 1945 yang intinya
biasa dari presiden sebelum tentang pembentukan partai mengubah sistem pemerintahan
masa waktunya berakhir
(seharusnya berlaku selama
politik yang sebanyak- presidensial menjadi sistem
enam bulan) banyaknya oleh rakyat pemerintahan parlementer
Sistem pemerintahan parlementer tidak berjalan lama. Sistem tersebut
berlaku mulai tanggal 14 November 1945 dan berakhir pada tanggal 27
Desember 1949. Dalam rentang waktu itu, terjadi beberapa kali pergantian
kabinet. Kabinet yang pertama dipimpin oleh Sutan Syahrir yang
dilanjutkan dengan kabinet Sutan Syahrir II dan III. Sewaktu bubarnya
kabinet Syahrir III, sebagai akibat meruncingnya pertikaian antata
Indonesia-Belanda, pemerintah membentuk kabinet presidensial kembali
(27 Juni 1947-3 Juli 1947)
Namun atas desakan dari beberapa
partai politik, presiden Soekarno
kembali membentuk Kabinet
Patlementer, seperti berikut:
• Kabinet Amir Syarifudin I : 3 Juli 1947 - 11 November 1947
• Kabinet Amir Syarifudin II : 11 November 1947 - 29 Januari
1948
• Kabinet Hatta I : 29 Januari 1948 - 4 Agustus 1949
• Kabinet Darurat ( Mr. Sjafruddin Prawinegara) : 19 Desember
1948 - 13 Juli 1949
• Kabinet Hatta II : 4 Agustus 1949 - 20 Desember 1949
Masa Republik Indonesia Serikat (27-12-1949 sampai 17- 08-
1951)

Keadaan Persatuan, Kesatuan bangsa pada masa Republik Indonesia Serikat


atau RIS 27 Desember 1949 hingga 17 Agustus 1950 adalah buruk atau
tidak baik, hal tersebut dapat terjadi karena pada sistem RIS adanya
pembagian negara-negara di Indonesia yang mana negara tersebut
mengurusi negara-negaranya sendiri sehingga terjadi kesenjangan sosial,
pembangunan tidak merata, perpecahan hingga berbagai pemberontakan.
Keadaan RIS terhadap persatuan sangatlah buruk, hal tersebut terbukti
dengan terjadinya berbagai pemberontakan di Indonesia. Maka berikut
beberapa keadaan Persatuan, Kesatuan bangsa pada masa Republik
Indonesia Serikat atau RIS 27 Desmber 1949 hingga 17 Agustus 1950
lainnya:
RIS terdiri dari 15 negara Pada masa RIS masih
menggunakan sistem parlemen
Konstitusi RIS memiliki Terjadinya konflik
bagian dan dipimpin oleh beberapa lembaga seperti
yang mana jika pertanggung pemberontakan karena
Soekarno menjadi Presiden jawaban kabinet tidak bisa Presioden hingga Dewan pemerataan tidak
sedangkan Moh. Hatta diterima, maka kabinet tersebut Pengawas Keuangan
berjalan dengan baik.
menjadi Perdana Menteri. mau tidak mau harus dibubarkan. atau DPK.
Gerakan APRA

Latar belakang pemberontakan APRA adalah karena ketidaksepakatan atas


pembentukan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) di Jawa
Barat. Pasukan ini dibentuk oleh Kapten Raymond Westerling tersusun atas
tentara-tentara Belanda dan juga terdiri dari KNIL, yakni pasukan Belanda di
Indonesia. Tujuan pemberontakan APRA untuk mempertahankan negara federal
RIS yang dipimpin Soekarno.
Pemberontakan ini juga membuat kondisi keuangan negara menjadi sedikit
berantakan, dan mengganggu keamanan rakyat. Namun ada juga dampak positif
yang terjadi, yaitu peningkatan dari rasa saling memiliki, persatuan dan kesatuan
dari seluruh masyarakat Indonesia pada saat itu. Salah satu upaya pemerintahan
RIS dalam menumpas APRA adalah dengan melancarkan operasi militer pada
tanggal 24 Januari 1950. Kala itu, APRIS mengirimkan bala bantuan dari Jawa
Tengah dan Jawa Timur ke Bandung guna mengatasi pemberontakan APRA.
Pemberontakan Andi Azis

Pemberontakan Andi Azis adalah salah satu gerakan perlawanan yang menentang rencana
penyatuan Negara Indonesia Timur (NIT) ke bagian NKRI. Peristiwa ini terjadi pada masa
kepemimpinan Kapten Andi Azis di Makassar, Sulawesi Selatan.pemberontakan Andi Azis
dilatar belakangi oleh sikap Andi Azis yang menolak masuknya pasukan-pasukan APRIS dari
TNI ke Sulawesi Selatan.Andi Azis menuntut agar para pasukan APRIS bekas KNIL yang
bertanggung jawab atas keamanan di daerah NIT. Waktu itu ia sangat menentang dan
menghalangi masuknya pasukan APRIS dari TNI yang dipimpin oleh Mayor Worang.
Menurutnya, Negara Indonesia Timur harus tetap dipertahankan.
Faktor Penyebab Pemberontakan Andi Azis yaitu Ketika RIS meresmikan diri
sebagai NKRI dan membawa sejumlah Negara Bagian di dalamnya, sayangnya
NIT baru mendapat kabar penyatuan pada 4 April 1950. Hal ini menyebabkan
Andi Azis dan mantan anggota KNIL menentang hal tersebut terutama rencana
kedatangan APRIS pada 5 April ke wilayah Makassar. Pasalnya, mereka khawatir
akan diperlakukan diskriminatif oleh pimpinan APRIS/TNI.
Gerakan RMS

Republik Maluku Selatan (RMS) adalah gerakan separatis yang diproklamasikan


pada 25 April 1950 dan bermarkas di Ambon . Soumokil merupakan dalang utama
dalam gerakan pemberontakan ini.
Adapun tujuan dari Soumokil adalah memisahkan Maluku Selatan (Ambon, Buru,
dan Seram) dari wilayah NKRI. Ia melancarkan berbagai propaganda untuk
menambah pengikut, termasuk beberapa daerah di Maluku Tengah.
Pada 25 April 1950, proklamasi RMS didengungkan dan beberapa jajaran
pemerintahan seperti Presiden dan para menteri telah dipilih.
Susunan pemerintahan RMS meliputi J.H. Manuhutu selaku Presiden, Albert
Wairisal sebagai Perdana Menteri, dan menteri-menteri (Soumokil, D.J. Gasperz,
J. Toule, S.J.H. Norimarna, J.B. Pattiradjawane, P.W. Lokollo, H.F. Pieter, A.
Nanlohy, Manusama, dan Z. Pesuwarissa).
Masa Demokrasi Liberal (17-08-1950 sampai 5-07-1959)

Pada periode ini, Indonesia menggunakan UUDS RI 1950, undang-undang ini merupakan
perubahan dari Kontitusi RIS yang diselenggarakan sesuai dengan Piagam
Persetujuanantara Pemerintah RIS dan Pemerintah RI pada tanggal 19 Mei 1950. Pada
saat mulai berlakunya UUDS RI 1950, dibentuk Dewan Perwakilan Rakyat Sementara
yang merupakan gabungan anggota DPR RIS ditambah ketua dananggota Badan Pekerja
Komite Nasional Indonesia Pusat dananggota yang ditunjuk oleh prersiden. Praktik sistem
pemerintahan parlementer yang diterapkanselama berlakunya UUDS RI 1950 ini tidak
membawalndonesia ke arah yang lebih baik.
Hal ini tercermin dari jatuh
bangunnya kabinet dalam kurun
waktu 1950-1959, yaitu:
• Kabinet Natsir: 6 September 1950-27 April 1951
• Kabinet Sukirman: 27 April 1951-3 April 1952
• Kabinet Wilopo: 3 April 1952-30 Juli 1953
• Kabinet Ali Sastroamidjojo I: 30 Juli 1953-12 Agustus 1955
• Kabinet Burhanudin Harahap: 12 Agustus 1955-24 Maret
1956
• Kabinet Ali Sastroamidjojo II: 24 Maret 1956-9 April 1957
• Kabinet Djuanda (Karya): 9 April 1957-10 Juli 1959
Hal yang menyebabkan kacaunya kondisi negara pada periode ini yaitu
tidak berhasilnya konstituante menyusun undang- undang dasar yang baru.
Kondisi yang membahayakan ini mendorong Presiden Soekarno untuk
mengajukan rancangannya mengenai konsep demokrasi terpimpin dalam
rangka kembali kepada UUD 1945.
Terjadi perdebatan dankondisi negara makin tak terkendali
yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Hal ini
mendorong presiden untuk mengeluarkan Dekret Presiden
tanggal 5 Juli 1959. yang berisi:
Pembubaran konstituante, Memberlakukan kembali UUD
1945 dan tidakberlakunya lagi UUDS 195 dan o
Pembentukan MPR dan DPA sementara
Adong
sukkun²?
Mauliate
Godang ma!!

Anda mungkin juga menyukai