Anda di halaman 1dari 20

Mahasiswa Mampu Mengidentifikasi

Pemberian Informasi Keputusan Efektif :


 Saat – Saat Sulit Dalam Penerapan
KIP/K
 Kesulitan Saat Konseling
 Upuaya Untuk Mengatasi Kesulitan
 SAAT-SAAT SULIT DALAM KOMINIKASI INTERPRSONAL / KONSELING
1. Diam
2. Klien Menangis
3. Konselor meyakini bahwa tidak ada pemecahan bagi masalah klien
4. Konselor melakukan kesalahan
5. Konselor tidak tahu jawaban dari pertanyaan klien
6. Klien menolak bantuan konselor
7. Klien merasa tidak nyaman dengan jenis kelamin konselor
8. Waktu yang dimiliki konselor terbatas
9. Konselor tidak menciptakan hubungan yang baik
10. Konselor dan klien sudah saling kenal
11. Klien berbicara terus dan yang dibicarakan tidak sesuai dengan topic pembicaraan
12. Klien bertanya tentang hal-hal pribadi konselor
13. Konselor merasa dipermalukan dengan suatu topic pembicaraan
14. Keadaan kritis
 1. DIAM
 Klien tidak mau berbicara
UPAYA selama beberapa
MENGATASI waktu. Hal
SAAT-SAAT ini terjadi
SULIT DALAM padaKIP
klien
/ yang
merasa cemasKatau marah.
 Apabila terjadi pada awal pertemuan, setelah beberapa saat sebaiknya konselor
memperhatikan hal ini biasanya sulit untuk dibicarakan, biasanya pada awal-awal
pertemuan klien merasa begitu. Jadi tanyakan pada ibu, apakah ibu merasa
cemas?
 Apabila klien diam karena marah, sebagai konselor andadapat berkata :
bagaimana perasaan ibu saat berada disini sekarang?. Pertanyaan pertanyaan ini
harus diikuti dengan suasana hening selama beberapa saat, pada saat ini konselor
memandang klien dan memperhatikan sikap tubuh yang menunjukan perhatian.
Lanjutan ….
 Apabila terjadi pada pertengahan pertemuan, konselor harus memperhatikan pada
konteks pembicaraan dan menilai mengapa hal ini terjadi.
• Mungkin hal tersebut terjadi karena klien merasa berat menceritakan hal – hal
yang pribadi atau suatu rahasia tentng dirinya atau ia tidak senang dengan sikap konselor.
• Pada umumnya lebih baik menunggu beberapa saat, memberikan kesempatan kepada klien
untuk mengekspresikan perasaan atau pikirannya, meskipun konselor merasa tidak nyaman
dengan keadaan tersebut.
• Apabila klien diam karena sedang berfikir, konselor tidak perlu berusaha memecahkan
kesunyian, juga tidak perlu menunjukkan sikap tidak menerima.
2. Klien Menangis
 Klien yang menangis tersedu-sedu membuat konselor merasa
tidak nyaman, Reaksi wajar yang bias kita lakukan adalah
berusaha menenangkan, tetapi hal ini tidak selalu
menguntungkan dalam konseling.
 Menangis bias disebabkan karena beberapa alasan, ada
kemungkinan untuk melepaskan emosi, Dalam hal ini yang
dapat dilakukankonselor adalah menunggu beberapa saatdan
apabila terus-menerus menangis, katakana tidak apa –apa
kalua masih ingin menangis.
Lanjutan….
 Biasanya tangisan mereda sendiri setelah beberapa lama.
Kadang – kadang menangis dilakukan untuk menarik perhatian
atau untuk menghntikan pertanyaan – pertanyaan yang
menyelidik lebih lanjut,
 Tangisan juga merupakan cara klien untuk memanipulasi
konselor.
 Perlu ditegaskan lagi bahwa cara terbaik adalah dengan
memberi kesempatan klien untuk menangis, kondisi ini
biasanya mencemaskan, konselor merasa tidak tahu harus
berbuat apa.
 Perlu diingat bahwa focus utama konseling adalah pada subyek atau
orangnya, bukan pada masalahnya . Meskipun masalah yang dihadapi
sangat sulit, seperti misalnya seorang remaja putri ingin melakukan
aborsi, sementara konselor tidak mungkin memenuhi permintaan
tersebut…atau misalnya seorang ibu yang kehilangan bayi yang baru
dilahirkannya.
 Dalam hal ini tidak berarti bahwa konselor tidak dapat menolong klien.
 Salah satu langkah yang dapat dilakukan terhadap klien yang mendesak
ingin di bantu konselor dalam memecahkan masalahnya adalah dengan
mengatakan pada klien bahwa meskipun konselor tidak dapat
mengubah keadaan, tetapi konselor akan selalu menyediakan waktu
untuk klien, membantu klien saat – saat sulit.
 Semakin mengenal klien secara baik maka akan sangat membantu,
karena pada klien dapat timbul perubahan pandangan atau pemikiran
baru sehingga klien lebih siap dalam menghadapi masalahnya.
KONSELOR MELAKUKAN KESALAHAN

 Dalam banyak hal konselor dapat melakukan suatu kesalahan, konselor mungkin salah
mengartikan maksud kata-kata klien, konselor mungkin tidak konsentrasi sehingga
bertanya berkali-kali pada klien tentang suatu hal, konselor mungkin memberikan
informasi yang salah, konselor mungkin merasa malu atau marah karena ucapan klien.
 Hal utama yang terpenting untuk menciptakan hubungan yang baik dengan klien
adalah bersikap jujur, menghargai klien adalah salah satu hal yang penting dalam
konseling.
 Menghargai dan mempercayai klien dapat di tunjukkan dengan cara mengakui bahwa
konselor telah melakukan kesalahan.
 Minta maaflah apabila salah atau keliru misalnya konselor dapat mengatakan; maaf
saya lupa bahwa tadi ibu sudah mengatakan kalau ibu sudah memiliki tiga orang anak.
 Seandainya konselor tersinggung atau marah karena kata-kata klien, konselor perlu
menyadari dan dapat mengatakan penyesalan. Perlu dketahui bahwa apapun reaksi
emosi konselor, akan dirasakan klien. Semakin terbuka perasaan kita selam pertemuan
dengan klien maka semakin terbuka pula perasaann klien.
KONSELOR TIDAK TAHU JAWABAN DARI PERTANYAAN
KLIEN
 Hal ini merupakan kecemasan yang biasa di utarakan oleh konselor. Seperti situasi
sebelumnya, sudah sepantas nya mengatakan bahwa konselor tidak dapat
menjawab pertanyaan klien, tetapi akan berusaha mencari informasi tersebut untuk
klien.
 Konselor dapat menunjukan sumber lain untuk menjawab pertanyaan tersebut.
 Mengelak pertanyaan atau menjawab tanpa dasar pengetahuan akan lebih
berpengaruh negatif dalam hubungan dengan klien yang sudah terbina dengan baik,
lebih baik mengakui keterbatasan pengetahuan konselor.
KLIEN MENOLAK BANTUAN KONSELOR

 Pada pertemuan pertama penting sekali menanyai mengapa dan apa yang
mendasari atau mendorong klien untuk datang berkonsultasi, banyak klien yang
merasa terpaksa dating, mungkin karena diperintah mertua, mungkin takut
mengetahui ada sesuatu dengan kondisi kesehatannya dan dsb.
 Membuka pertanyaan dengan menanyakan mengapa mereka datang ke klinik akan
sangat membantu, selanjutnya kita dapat mengatakan:” saya dapat mengerti
perasaan ibu, kita punya waktu untuk membicarakan kebutuhan – kebutuhan ibu.”
 Kalau klien sama sekali tidak mau bicara, tekankan pada hal-hal yang positif,
paling tidak dia sudah dating dan sudah berkenalan dengan konselor, mungkin ia
akan mempertimbangkan kembali.
 Sarankan untuk melakukan pertemuan selanjutnya.
KONSELOR TIDAK MENCIPTAKAN HUBUNGAN YANG BAIK

 Kadang-kadang “rappor” yang baik dengan klien sulit terjadi. Hal ini bukan
berarti konseling harus diakhiri atau mengirimkan klien kepada konselor lain.
 Akan lebih baik konselor minta pendapat kepada teman sesame petugas
dikliniknya untuk mengamati pertemuan dan melihat dimana tingkat
kesulitannya, apakah ada sikap klien membuat konselor merasa ditolak klien,
segala kemungkinan perlu diperhatikan.
 Salah satu aspek pentingdari pelatihan adalah bahwa konselor belajar
mengatasi situasi yang tidak nyaman dari dirinyasebelum konseling yang
sesungguhnya dilakukan.
 Mengirim atau meminta klien pergi tidak akan membantu, tetapi mungkin
berpengaruh buruk pada klien.
 Lebih baik mencoba melanjutkan konseling terutama dengan membuat klien
merasa lebih nyaman tentang dirinya sendiri.
KONSELOR DAN KLIEN SUDAH SALING KENAL

 Pada kelompok masyarakat kecil biasanya antara konselor dan klien sudah saling
kenal. Kalau hubungan ini biasa-biasa saja (tidak terlalu akrab), konselor dapat
melayani seperti pada umumnya, tetapi perlu di tekankan bahwa kerahasiaan akan
tetap terjaga, dan konselor akan bersikap sedikit berbeda dengan sikap diluar
konseling terhadap klien sebagai temannya apabila hubungan konselor dan klien
sudah sangat akrab.
 Perlu disampaikan pada klien bahwa lebih baik pindah ke konselor lain yang
melayani konseling berdasarkan pengalaman, hubungan akrab ini dapat sangat
mempengaruhi jalannya konseling.
KLIEN BERBICARA TERUS DAN YANG DIBICARAKAN TIDAK SESUAI
DENGAN TOPIK PEMBICARAAN

 Situasi ini kebalikan dari situasi dimana klien tidak mau berbicara, tetapi sama-
sama menimbulkan kecemasan dan kesulitan bicara bagi konselor.
 Apabila klien terus menerus mengulang pembicaraan, setelah beberapa saat perlu
di potong pembicaraannya dengan mengatakan seperti: “maafkan saya, bu
apakah ibu tegang atau cemas tentang sesuatu, saya perhatikan ibu menyatakan
sesuatu hal yang sama berulang-ulang, apakah ada kesulitan yang disampaikan?”
 Pertanyaan seperti ini membantu klien memfokuskan kembali percakapan
Lanjut…
 Hal ini akan menimbulkan salah pengertian pada klien, seakan ada
hal yang salah pada konselor atau pada klien karena perhatian pada
masalah tersebut.
 Akan lebih baik apabila ada pertanyaan-pertanyaan pribadi
konselor yang menyatakan bahwa konselor bercerita tentang
dirinya tidak akan membantu klien. oleh karena itu lebih baik tidak
bercerita. Klien akan menerima aturan ini.
 Hal ini akan lebih baik daripada akan menjawab sebagian saja dari
pertanyaan klien, bukan semuanya, atau lebih-lebih mengelak
karena akan merusak kepercayaannya/keterbukaan klien terhadap
konselor.
KESULITAN SAAT KONSELING

 Beberapa kesulitan tersembunyi yang disadari oleh konselor, terutama konselor pemula.
Antara lain:
 Berusaha terlalu banyak dan terlalu dini
 Lebih banyak mengajar dari pada membina hubungan
 Penerimaan yang berlebihan
 Menampilkan masalah konseling pada orang yang tidak berpengalaman
 Kecenderungan untuk menampilkan kepribadian konseling
 Merenungkan setelah sesi yang sulit
UPAYA UNTUK MENGATASI KESULITAN KONSELOR SAAT KONSELING
 1. Setiap individu memahami dirinya, dengan memahami diri sendiri
maka akan bisa mengatasi kesulitan-kesulitan bidan
sendiri.
 2. Untuk memperlancar komunikasi siapkan materi, bahan, alat untuk
mempermudah penerimaan klien,
 3. Menguasai ilmu komunikasi, sehingga dapat melakukan
konseling pada semua klien dengan bermacam karakter dan
keterbatasan mereka
 4. Meletakan kearifan sebagai dasar kepribadian konselor aktif.
Lanjutan…
 Kearifan merupakan satu perangkat ciri kognitif dan afektif
tertentu yang secara langsung pada keterampilan dan pemahaman
hidup. Karakteristiknya meliputi :
 Aspek afektif dan kesadaran meliputi empati, kepedulian,
pengenalan rasa, deotomatisasi (menolak kecenderungan
kebiasaan, perilaku dan pola berfikir otomatik, menekankan
kesadaran tindakan dan pilihan yang bertanggung jawab)
 Aspek kognitif meliputi penalaran dialek (mengenal konteks,
situasi, berorientasi pada perubahan yang bermanfaat)

Anda mungkin juga menyukai