Thermodinamika adalah ilmu yang membahas hubungan antara panas dengan kerja. Hubungan ini didasarkan pada dua hukum-hukum dasar thermodinamika, yaitu HUKUM THERMODINAMIKA PERTAMA dan HUKUM THERMODINAMIKA KEDUA.
SISTEM THERMODINAMIKA
Pada pelajaran (pengetahuan) thermodinamika, benda kerja yang dimaksudkan sering disebut dengan sistem. Hal ini dimaksudkan untuk memisahkan benda kerja dengan sekelilingnya (sekitarnya).
SISTEM THERMODINAMIKA
Adapun definisi dari sistem adalah : suatu batasan yang dipakai untuk menunjukan suatu benda (benda kerja) dalam suatu permukaan tertutup.
SISTEM THERMODINAMIKA
Misalnya : *) Udara dikompresi di dalam silinder. Dalam hal ini sistem adalah udara yang dikompresikan dan permukaan tertutup adalah permukaan yang dibatasi silinder
Pada thermodinamika, volume V, temperatur T, tekanan P, kerapatan dan lain-lain disebut sebagai koordinat sistem. Keadaan sistem tergantung pada koordinat sistem, bila koordinat sistem berubah maka keadaan sistem akan berubah. Sehingga koordinat sistem sering disebut sebagai perubah (variabel) keadaan sistem/zat. Dimana perubahan keadaan sistem dari suatu keadaan ke keadaan lain dapat digambarkan pada diagram V, T, P.
Dalam thermodinamika, besaran sistem dapat dibagi menjadi dua besaran thermodinamika yaitu : besaran Extensive dan besaran Intensive. Besaran extensive dipengaruhi oleh massa atau mole sistem, sedangkan besaran intensive tidak dipengaruhi oleh massa atau mole sistem sistem.
Contoh : Besaran extensive : Volume, Kapasitas Panas, Kerja (energi), entropy dll. Besaran intensive : Tekanan, Temperatur, kerapatan dll.
**) Haraga jenis molar adalah perbandingan antara besaran extensive dengan jumlah mole dari suatu sistem/zat.
Contoh : Volume Jenis Molar :
V v* ! n
;
m3 ft 3 kg mole ; lb mole
m n! M
Maka :
V v* ! m/ M
M .V v* ! m
v* ! M .v
m 1 ! V ! V v
Sehingga didapat :
kg 3 ; m
lb 3 ft
M v* ! V
TEKANAN (PRESSURE)
Bila permukaan suatu zat (padat, cair dan gas) menerima gaya-gaya luar maka bagian permukaan zat yang menerima gaya tegak lurus akan mengalami tekanan (tertekan). Gaya tegak lurus pada permukaan tersebut dibagi luas permukaannya disebut Tekanan. Dengan rumus dapat ditulis :
F P! A
kg lb 2 ; 2 m ft
Dimana :
kg
; lb
ft 2
Dalam thermodinamika, tekanan p umumnya dinyatakan dalam harga absolut (tekanan absolut/mutlak), maka dalam diktat ini simbol p menyatakan tekanan absolut dari sistem/zat Tekanan absolut tergantung pada tekanan pengukuran sistem, jadi:
1. Bila tekanan pengukuran (pressure gauge) sistem diatas tekanan atmosfir, maka :
Tekanan absolut = Tekanan pengukuran + Tekanan Atmosfir Atau :
Pabs = P gauge + P atm 2. Bila tekanan pengukuran (pressure gauge) sistem di bawah tekanan atmosfir maka :
Tekanan absolut = Tekanan atmosfir Tekanan pengukuran Atau :
Dalam satuan British, tekanan absolut dan tekanan pengukuran masing-masing dinyatakan dalam psia (pound persquare inch absolut) dan psig (pound persquare inch gauge).
1 standard atmosfir
TEMPERATUR
HUBUNGAN ANTARA SKALA RANKINE DAN FAHRENHEIT KELVIN, CELCIUS,
Skala temperatur mutlak ada dua macam yakni : Dalam satuan internasional Tabs = 273 + T 0C (0K) Dalam satuan British Tabs = 460 + T 0F (0R)
Dimana :
672
212
373
100
Ttk. didih
492
32
273
Ttk didih
- 460
- 273
Nol absolut
PERSAMAAN KEADAAN
PERSAMAAN KEADAAN GAS IDEAL (GAS SEMPURNA)
Dalam thermodinamika, gas yang dipergunakan sebagai benda kerja umumnya semuanya dianggap bersifat sebagai gas ideal. Hal ini disebabkan karena sifat-sifat gas ideal hanya berbeda sedikit dari sifat-sifat gas yang sebenarnya Gas ideal (sempurna) adalah gas dimana tenaga ikat molekul-molekulnya dapat diabaikan. Jadi setiap gas Bila tenaga ikat molekul-molekulnya dapat diabaikan tergolong dalam gas ideal
untuk
P.v = RT
Dimana : P = Tekanan absolut (N/m2) ; lb/ft2 ; kg/m2) v = volume jenis gas (m3/kg ; ft3/lb) R = Konstanta gas (joule/kg-mole ; ft.lb/lb-mole) T = Temperatur absolut gas (0K ; 0R)
P.V = m.R.T
Dimana :
V = volume gas sebenarnya (m3 ; ft3) M = massa gas (kg ; lb) Untuk jumlah mole gas persamaan gas ideal menjadi :
Pv* = R0T
Atau :
PV = n.R0.T
Dimana :
n = jumlah mole gas (kg-mole ; lb-mole) v* = volume jenis molar (m3/kg-mole ; ft3/lb-mole) R0 = konstanta gas universil (joule/kg-mole.0K ; ft.lb/lbmole.0R)
Dengan:
R = R0/M
Dimana : M = berat molekul gas (kg/kg-mole ; lb/lb-mole)
Harga R0 adalah:
Nm R0 ! 8,3149.10 kg mole.0 K
3
temperatur
T=konstan
Gas dimasukan kedalam silinder torak. Keadaan gas akan dirubah dari keadaan 1 ke keadaan 2 dengan menekan torak. Suhu gas dijaga agar tetap konstan dengan jalan mendinginkan dan memanaskan silinder
V
V2
V1
P2
P1
1 V V = konstan
keadaan gas dirubah dari keadaan 1 ke keadaan 2 dengan memanaskan silinder, sedang torak ditahan supaya jangan bergerak sehingga volume gas dalam silinder tetap konstan
1 P1 = P2
V V1 V2
Keadaan gas dirubah dari keadaan 1 ke keadaan 2 dengan memanaskan silinder, sedang torak dibuat bebas bergerak sehingga tekanan gas dalam silinder tetap konstan
Bila kita berikan sejumlah panas kecil dQ pada satu sistem, maka sistem tersebut akan berekspansi dan melakukan kerja luar yang kecil sebesar dW.
Energi yang diperlukan untuk hal ini disebut pertambahan energi dalam (internal energy). Jadi panas dQ sebagian dirubah untuk pertambahan energi dalam. Selain itu juga sistem mengalami pertambahan energi kinetik dan pertambahan energi potensial luar akibat gaya-gaya konservatif luar seperti gaya gravitasi dan lain-lain.
dQ = dW + dU + dEk + dEp
dQ = dU + dW
Bila kerja negative , berarti system menerima kerja (kerja luar) dari sekelilingnya. Bila kerja positif , berarti system melakukan kerja terhadap sekelilingnya. Untuk menjelaskan hal ini marilah kita tinjau suatu silinder berisi gas yang dilengkapi dengan torak yang dapat bergerak
P 1
2 V V2
V1
dV
ds
P2
2
V V1 V2
V2 W ! m.R.T .Ln V1
Tekanan Konstan/isobaric
P P1 = P2
V1
V2
W = P(V2 V1)
Bila pada suatu sistem diberikan panas dQ hingga menaikan temperatur sistem sebesar dT, maka perbandingan panas dQ dengan kenaikan temperatur dT disebut kapasitas panas dari sistem.
Bila C adalah kapasitas panas dari sistem, maka :
dQ dU dW C! ! dT dT
Bila proses berjalan dengan volume konstan, maka kapasitas panas tersebut diatas disebut dengan kapasitas panas pada volume konstan disimbolkan dengan Cv. Selanjutnya bila proses berjalan dengan tekanan konstan, maka kapasitas panas tersebut disebut dengan kapasitas panas pada tekanan konstan yang disimbolkan dengan Cp.
Kapasitas panas C persatuan massa m disebut panas jenis (specific heat) disimbol dengan c, jadi panas jenis suatu sistem adalah :
C dQ c! ! m m.dT
Panas yang masuk kesistem persatuan massa untuk perubahan temperatur dT, besarnya :
dq = c.dT
Untuk proses dengan volume konstan :
dq = du = cv.dT
dq = cp.dT
dQ = m.dq = m.cp.dT
atau :
Q ! m c p .dT
T1
T2
Bila cp konstan, maka : Q = m.cp (T2 T1) Untuk proses dengan volume konstan : Q = U2 U1 = m cv (T2 T1) Untuk semua gas dapat ditulis :
cp cv = R dimana : cp/cv = , maka :
cv = R / ( 1) cp = .R / ( 1)
PROSES ADIABATIK
Perubahan keadaan disebut adiabatik bila tidak ada panas yang dikeluarkan/diterima sistem dari/terhadap sekelilingnya atau dq = 0.
Hal ini dimungkinkan bila sistem diisolasi. Kejadian ini terjadi pada motor-motor bakar jenis diesel, pada akhir kompresi temperatur udara sangat tinggi hingga sanggup membakar bahan bakar tanpa menggunakan bunga api.
Pandang suatu silinder berisolasi berisi gas yang dilengkapi dengan piston seperti terlihat pada gambar berikut : Hukum thermodinamika pertama dq = du + dw 0 = du + dw atau U2 U1 = - W
U1 U2 = W
P-V Diagram Proses Adiabatik
1 W! ( P1V1 P2V2 ) K 1
Pada proses kompresi Adiabatik
1 W! ( P2V2 P1V1 ) K 1
ENTALPY
Entalpy suatu sistem adalah penjumlahan dari energi dalam dengan hasil kali tekanan dan volume sistem.
H = U + P.V
Q = H2 H1 H2 H1 = m.cp(T2 T1)
h2 h1 = cp(T2 T1)
T1
W4 ! dU ! m cv dT ! m.cv (T2 T1 )
4 T1
T2
Pada proses ekspansi isothermal 1-2 dan proses kompresi isothermal 3-4, energi dalam gas ideal adalah konstan, maka :
W 2 = Q 2 ; W1 = Q 1
W = Q2 Q1
W Q2 Q1 Lt ! ! Q2 Q2
T2 T1 Lt ! T2
Dari kedua persamaan diatas didapat hubungan :
Q1 T1 ! Q2 T2
adalah
proses
Proses yang dibalik ini disebut dengan refrigerator carnot. Jadi refrigerator carnot bekerja dengan kebalikan dari mesin panas carnot. Mesin carnot disebut dengan direct cycle sedang refrigerator carnot disebut reversed cycle Refrigerator carnot menerima kerja luar W dan menyerap panas Q1 dari reservoar dingin (heat sink) temperatur T1 serta memberikan panas Q2 ke reservoar panas temperatur T2
W = Q2 Q1
Koefisien of Performan :
Q1 Q1 T1 c! ! ! W Q2 Q1 T2 T1