Anda di halaman 1dari 4

10 Perilaku Karakteristik Konsumen Indonesia

1.Berpikir jangka pendek (short term perspective) Contoh paling mudah adakah banyaknya kredit konsumen di Indonesia dan sulitnya cash flow rumah tangga yang hanya melakukuan perhitungan kebutuhan jangka pendek., yaitu mudah mendapatkan dalam waktu singkat.Hal ini juga dipengarihi oleh kondisi ekonomi makro yang menyebabkan penurunan daya beli masyarakat sehingga konsumen mencari solusi dengan melakukan kredit atau hal yana lain agar kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dalam jangka pendek. Selain itu konsumen Indonesia selalu membeli barang dengan berdasarkan bajet yang tersedia.hal ini dapat terlihat dengan konsumen yang selalu barang yang bernilai rendah daripada barang yang bernilai tinggi meskipun mereka mampu untuk membelinya. Dampak dari berpikir jangka pendek ini adalah membuat konsumen Indonesia cepat lupa. Sebagai contoh, pada masalah maskapai penerbangan yang selalu mengalami kecelakaan.Namun, konsumen di Indonesia selalu menggunakan maskapai penerbangan tersebut dikarenakan murahnya tiket yang ditawarkan oleh maskapai tersebut yang tidak dapat dilakukan oleh maskapai penerbangan lain yang memberikan pelayanan dan jaminan keselamatan yang kebih menjanjikan. 2. Tidak berencana (dominated by unplanned behavior) Konsumen Indonesia selalu tidak berencana dari jauh-jauh hari sebelumnya. Sebagai contoh konsumen yang selalu melakukan impulse buying yakni berbelanja dengan membeli langsung di tempat. Hal lain adalah delalu melakukan berbagai kegiatan setelah mendekati waktu yang ditentukan telah dekat.contohnya pembayaran biaya telepon, listrik, air (PAM) dan biaya pendidikan anakanak. 3. Suka Berkumpul (like to socialize) Budaya konsumen Indonesia adalah kebiasaan berkumpul dengan lingkungan sekitar atau kemasyarakatannya sangat kental dimana hal ini juga mengakibatkan suburnya bisnis-bisnis seperti klub-klub atau arena berkumpul di Indonesia. Contoh paling sederhana adalah dalam acara arisan yang selalu dilakukan oleh para ibu-ibu rumah tangga serta dalam tempat fitnes center untuk para remaja maupun orang tua yang ingin berolahraga.

4. Gaptek / Gagap Teknologi (not adaptive to high technology) Konsumen Indonesia cenderung tidak mengikuti perkembangan teknologi yang disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Indonesia. Memang tidak semua masyarakat Indonesia gaptek namun secara keseluruhan nagara Indonesia masih tidak tahu penggunaan teknologi. Menurut hasil riset menunjukkan jumlah pengguna teknologi di Indonesia hanya mencapai 7-8% saja.Sangat jauh jika dibandingkan dengan negara maju seperti Amerika Serikat yang mencapai 73%.Selain itu, sebagian dari pengguna teknologi di Indonesia yang hanya 7-8% tersebut juga dimanfaatkan untuk hal-hal yang tidak berproduktif seperti untuk bermain game online, bahkan untuk mengakses situs-situs porno yang banyak dilakukan oleh para remaja Indonesia pada saat sekarang ini.

5. Berorientasi pada konteks (context, not content oriented) Kecanderungan untuk membeli barang dilihat dari merk atau tampilan luarnya sangat melekat pada konsumen Indonesia. Konsumen Indonesia cenderung lebih suka membaca informasi yang sederhana, ringan dan mudah dicerna serta dimengerti. Pendapat tersebut terbukti dengan kurangnya minat baca masyarakat Indonesia terutama literatur maupun bacaan tentang pengetahuan yang agak susah dimengerti.Selain itu konsumen Indonesia lebih suka melihat acara di televisi yang kurang bermanfaat seperti acara sinetron, infotanment, berita krimnal, kuis, dan film dibandingkan dengan tayangan yang memiliki pengetahuan lebih besar dan bermanfaat. Sebagai contoh masalah artis sinetron Maia Ahmad yang bertengkar dengan suaminya sangat diekpos oleh media dan masyarakat.Secara umum konsumen Indonesia lebih melihat isinya atau bentuk luarnya saja dibandinakan dengan manfaat yang dapat diperolehnya. 6.Suka barang Luar Negeri Hal ini sangat dipengaruhi oleh ingin mencari kualitas yang lebih baik.Meskipun produk yang ingn dibeli lebih mahal dari produk dalam negeri.Ini disebabkan oleh pandangan masyarakat Indonesia yang selalu menganggap prodik dalam negeri lebih tidak buruk kualitasnya dibandingkan denagn produk luar negeri yang telah terkenal di dunia sehingga produsen di Indonesia cenderung membuat produk yang hampir sama merknya. Bahkan ada oknum yang mengilegalkan produknya dengan menggunakan merk yang sama dengan merk barang luar negeri yang laris di pasaran Indonesia. kadang konsumen cenderung membeli barang yang tidak dibutuhkan denagn alasan gengsi, maupun nama produk tersebut yang telah memiliki nama tersendiri dalam suatu pasaran

7.Beragama(religious) Konsumen Indonesia memilki kepercayaan yang kuat diman masyarakat Indonesia yang mayoritas memeluk agama islam yang sangat memperhatikan kehalalan suatu produk yang mempengaruhi jumlah daya beli masyarakat.Karena masyarakat lebih mengutamakan kehalalan baik produk makanan, minuman, maupun restoran. Contoh paling sederhana pada kasus bumbu maskan Ajinomoto yang dianggap mengandung lemak babi yang mengakibatkan masyarakat islam Indonesia merasa khawatir dan menurunnya daya beli masyarakat akan bumbu masakan tersebut dan sedikit berdampak pada produk lain yang sejenis. Tetapi masyarakat Indonesia dapat dipengaruhi oleh media.Sebagai contoh dengan menghadirkan tokoh agama yang bersedia mengkonsumsi makan masakan yang diopinikan haram.

8. Gengsi (putting prestige as important motive) Gengsi sangat melekat kuat pada konsumen Indonesia yang selalu ingin menggunakan produk yangh berkualitas dan bernilai eknomi tinggi. Menurut Hadi Irawan, sikap gengsi pada seseorang dapat muncul apabila: 1.Konsumen suka bersosialisasi yang mendorong seseorang untuk pamer atau menunjukkan dirinya lebih hebat dari orang lain. 2.Indonesia masih menganut paham feodal yang mana masih adanya asas stratifikasi dalam masyarakat sehingga masyarakat masih dibedakan dalam kelas-kelas sosial yang berbeda. 3.Masyarakat Indonesia masih menilai kesuksesan seseorang dari jabatan maupun barang yang dimiliki.sehingga wajar bagi seseorang yang telah memiliki atribut-atribut kesuksesan seperti mobil, laptop, rumah ,kredit card, dll telah dianggap sukses dalam hidupnya. 9.Budaya lokal (strong in subculture) Etnis, fanatisme dan kebiasaan suatu daerah sangat berbeda dengan daerah lain yang juga membuat selera konsumennya berbeda.Sebagai contoh pada masyarakat Padang yang biasa mengkonsumsi makanan yang pedas maka tidak cocok dengan masakan jawa yang cenderung manis. Oleh karena itu tidak semua merek dalam suatu negara dapat menguasai pemasaran dalam semua wilayah Indonesia sebab beragamnya budaya dan etnis di Indonesia.

10. Kurang peduli lingkungan (low consciousness towards environment) Masalah lingkungan merupakan masalah yang terus berkembang saat ini. Banyak produk yang memposisikan produknya sebagai produk ramah lingkungan tetapi bukti di lapangan hal ini tidak efektif.Masyarakat Indonesia selalu memposisikan masalah lingkungan pada urutan terbawah. Berbeda dengan luar negeri yang memposisikan masalah lingkungan di posisi paling teratas karena akibat yang ditimbulkan sangat beragam. Jadi, itulah kesepuluh karakteristik konsumen Indonesia yang jika dicermati juga sangat dipengaruhi masalah perkembangan teknologi yang semakin lama semakin berkembang dengan pesat.

Anda mungkin juga menyukai