Anda di halaman 1dari 5

B-13

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Matematika II Jurusan Pendidikan MIPA FKIP UNTAD 2013 ISBN 978-602-8824-49-1

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Berbantuan Laboratorium Terhadap Hasil Belajar Fisika Pada Siswa SMA Negeri 3 Palu
Muhammad Fachrurrozy*, Muslimin dan Syamsu
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta Km. 9 Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu - Sulawesi Tengah

*Alamat email :my_cara@ymail.com

ABSTRAK Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar fisika antara kelompok siswa yang mengikuti model Pembelajaran kooperatif tipe group investigation berbantuan laboratorium dengan kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe group investigation pada kelas XI SMA Negeri 3 Palu. Metode yang digunakan adalah eksperimen kuasi dengan Pretest-posttest Non Equivalent Group design. Populasi Penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 3 Palu. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen, dan kelas XI IPA 5 sebagai kelas kontrol. Instrumen hasil belajar berupa tes berbentuk pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Analisis data menggunakan uji dua pihak pada taraf signifikansi 5% dan dk= 66, dengan uji prasyarat normalitas dan homogenitas. Hasil perhitungan statistik didapatkan harga thitung sebesar 5,61 dan ttabel pada taraf signifikansi 5% dan dk = 66 adalah 1,99. Disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar fisika antara kelompok siswa yang mengikuti model Pembelajaran kooperatif tipe group investigation berbantuan laboratorium dengan kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran koopertaif tipe group investigation pada kelas XI SMA Negeri 3 Palu.

Kata Kunci:Group Investigation, Laboratorium, Hasil Belajar I. PENDAHULUAN berarti sangat mengutamakan proses tentang bagaimana cara memperoleh pengetahuan. Kurikulum 2013 memberikan sebuah Sains sebagai suatu proses penelusuran formulasi yang baru dalam dunia sains di umumnya merupakan suatu pandangan yang indonesia, kurikulum 2013 mengamanatkan menghubungkan gambaran sains yang pendekatan saintifik dalam pembelajaran. berkaitan erat dengan kegiatan laboratorium Pendekatan saintifik ini adalah pendekatan beserta perangkatnya. Pembelajaran sains ilmiah. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai siswa dituntut untuk belajar aktif siswa yang perkembangan dan pengembangan sikap, terimplikasikan dalam kegiatan secara fisik keterampilan, dan pengetahuan siswa. Metode ataupun mental, tidak hanya mencakup ilmiah ini merujuk pada teknik-teknik aktivitas hands-on tetapi juga minds-on, untuk investigasi atas suatu atau beberapa fenomena mendukung pembelajaran fisika yang sesuai atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, dengan hakikatnya, laboratorium memegang atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan peranan yang sangat penting dalam sebelumnya. Metode ilmiah harus berbasis pada meningkatkan hasil belajar siswa [1]. bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, Menurut Wiratana [2] model pembelajaran empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip yang dapat memberikan kesempatan siswa penalaran yang spesifik. Karena itu, metode untuk melakukan kegiatan hands-on dan ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas minds-on adalah model pembelajaran pengumpulan data melalui observasi atau kooperatif tipe Group Investigation yang ekperimen, mengolah informasi atau data, disingkat (GI) merupakan salah satu tipe menganalisis, kemudian memformulasi, dan pembelajaran kooperatif yang paling kompleks. menguji hipotesis Siswa dilibatkan dalam perencanaan baik topik Fisika merupakan bagian dari sains adalah yang dipelajari dan bagaimana menyelidiki pengetahuan yang telah disusun secara sebuah permasalahan. Model ini mengajarkan sistematik, terorganisir, didapatkan melalui kepada siswa dalam komunikasi kelompok dan observasi dan eksperimentasi serta bermanfaat proses kelompok yang baik. Model GI bagi manusia. Mengacu kepada pengertian ini, dikembangkan untuk membangun semua aspek jelas bahwa fisika harus diawali dengan kemampuan siswa baik di bidang kognitif, melakukan observasi dan eksperimentasi, yang psikomotor, dan afektif. Model GI ideal

227

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Matematika II Jurusan Pendidikan MIPA FKIP UNTAD 2013 ISBN 978-602-8824-49-1
diterapkan dalam pembelajaran sains. Topik materi yang ada mengarah pada metode ilmiah yang dimulai dari identifikasi masalah, merumuskan masalah, studi pustaka, menyusun hipotesis, melaksanakan penelitian dan menyimpulkan hasil penelitian sehingga mampu mengembangkan pengalaman belajar siswa Menurut Wahyuningsih [3] dalam hasil penelitiannya mengungkapkan Pembelajaran dengan menggunakan model Group Investigation berbasis eksperimen inkuiri terbimbing dapat memacu aktivitas dan motivasi siswa. Siswa dituntu aktif dalam pembelajaran dengan bekerjasama dengan kelompoknya untuk melakukan investigasi kelompok sebagai usaha dalam memecahkan masalah. Melalui kegiatan eksperimen inkuiri terbimbing siswa berperan langsung dalam pembelajaran dan berusaha menemukan konsep yang dituju, sehingga kemampuan berfikir siswa dapat berkembang. Berdasarkan pemantauan sebelumnya di SMA Negeri 3 Palu, bahwa kegiatan praktikum sering dilaksanakan guna untuk tercapainya indikator pembelajaran fisika, maka dari itu acuan penelitian ini melihat sebagaimana perbedaan hasil belajar fisika antara kelompok siswa yang mengikuti model Pembelajaran kooperatif tipe group investigation berbantuan laboratorium dengan kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran koopertaif tipe group investigation pada kelas XI SMA Negeri 3 Palu. II. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan mengambil dua kelas secara purposive pada sekolah SMA Negeri 3 Palu. Kedua kelas ini yaitu kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen yang mengikuti model Pembelajaran kooperatif tipe group investigation berbantuan laboratorium dan kelas XI IPA 5 sebagai kelas kontrol yang mengikuti model Pembelajaran kooperatif tipe group investigation. Ruang lingkup dalam penelitian ini hanya mencakup pada hasil belajar kognitif siswa serta materi elastisitas dan Hukum Hooke. Data yang diambil dari penelitian ini yaitu hasil belajar siswa berupa tes yang diberikan pada akhir materi pembelajaran. Untuk lebih jelasnya desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
TABEL1The Non Ekivalen Pretest-Postest Design Group Kelas eksperimen Kelas kontrol Sumber: [4] Tes Awal O1 O1 Perlakuan X1 X2 Tes Akhir O2 O2

X1 : X2 : O1 : O2 :

Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbantuan laboratorium Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation Tes awal (preetest) Tes akhir (posttest) III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Berikut adalah daftar nama dan nilai hasil belajar fisika pada kelas yang mengikuti model pembelajaran koopertaif tipe group investigation
TABEL 2 Model PembelajaranKoopertaif Tipe Group Investigation No Nama Siswa Tes Awal 40 40 40 30 30 80 0 30 60 10 40 70 0 40 40 60 0 20 20 20 50 20 50 50 0 20 30 70 50 60 30 36,30 20,65 Tes Akhir 55 50 50 65 45 60 25 25 45 30 40 35 35 50 35 50 55 40 55 30 45 45 60 40 40 40 50 35 50 60 55 42,16 10,82

1 Siswa 1 2 Siswa 2 3 Siswa 3 4 Siswa 4 5 Siswa 5 6 Siswa 6 7 Siswa 7 8 Siswa 8 9 Siswa 9 10 Siswa 10 11 Siswa 11 12 Siswa 12 13 Siswa 13 14 Siswa 14 15 Siswa 15 16 Siswa 16 17 Siswa 17 18 Siswa 18 19 Siswa 19 20 Siswa 20 21 Siswa 21 22 Siswa 22 23 Siswa 23 24 Siswa 24 25 Siswa 25 26 Siswa 26 27 Siswa 27 28 Siswa 28 29 Siswa 29 30 Siswa 30 31 Siswa 31 Rata-rata Nilai Standar deviasi

228

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Matematika II Jurusan Pendidikan MIPA FKIP UNTAD 2013 ISBN 978-602-8824-49-1
Berikut adalah daftar nama dan nilai hasil belajar fisika pada kelas yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation berbantuan laboratorium.
TABEL 3 Model Pembelajaran Koopertaif Tipe Group Investigation Berbantuan Laboratorium No Nama Siswa Tes Awal 30 30 40 30 30 40 40 60 40 30 0 70 60 50 30 50 40 50 60 60 50 30 50 60 30 60 40 30 30 0 0 80 50 30 50 40 50 41,31 17,34 Tes Akhir 65 60 65 50 55 60 35 50 85 60 60 55 60 50 60 85 45 50 60 60 65 65 50 60 65 60 65 65 50 70 65 50 65 55 75 55 75 59,43 10,09

= = = = (

59,43 42,16 (10,09)2 = 101,09 (10,82)2 = 117,07 ) ( ( ) ) ( )

1 Siswa 1 2 Siswa 2 3 Siswa 3 4 Siswa 4 5 Siswa 5 6 Siswa 6 7 Siswa 7 8 Siswa 8 9 Siswa 9 10 Siswa 10 11 Siswa 11 12 Siswa 12 13 Siswa 13 14 Siswa 14 15 Siswa 15 16 Siswa 16 17 Siswa 17 18 Siswa 18 19 Siswa 19 20 Siswa 20 21 Siswa 21 22 Siswa 22 23 Siswa 23 24 Siswa 24 25 Siswa 25 26 Siswa 26 27 Siswa 27 28 Siswa 28 29 Siswa 29 30 Siswa 30 31 Siswa 31 32 Siswa 32 33 Siswa 33 34 Siswa 34 35 Siswa 35 36 Siswa 36 37 Siswa 37 Rata-rata Nilai Standar deviasi

thitung = = t
hitung

= 5.62

Berdasarkan syarat dan ketentuan, H1 diterima jika thitung> ttabel dengan ttabel pada taraf nyata = 0,05 dan dk = n1 + n2 2= 31 + 37 2 = 66 pada tabel distribusi ttabel= 1,99 dan thitung = 5.62. Dapat disimpulkan bahwa t hitung berada pada di daerah penerimaan , yaitu t hitung > ttabel dengan demikian Ho ditolak dan diterima. Pembahasan Menurut Wiratana [2], mengemukakan bahwa model pembelajaran group investigation, dapat memberikan kesempatan siswa untuk melakukan kegiatan hands-on dan minds-on. Model pembelajaran ini melatih siswa untuk lebih aktif, dan lebih mandiri dalam menemukan gagasan baru. Laboratorium merupakan sebuah tempat yang memberikan kesempatan siswa untuk merekontruksi gagasan tersebut. Menurut Maliki [6], dalam menerapkan metode eksperimen siswa diberi kesempatan mengalami dan membuktikan sendiri, mengikuti proses mengamati, menganalisis dan menarik kesimpulan dari apa yang telah diamati. Meninjau dari pernyataan tersebut, bahwa laboratorium sangat diperlukan dalam menunjang hasil belajar siswa. Penelitian Fauzi [7], penelitian tersebut membandingkan kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran group investigation dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar fisika. Penelitian tersebut menunjukan hasil belajar fisika yang sangat signifikan, namun jika pembelajaran berlangsung di laboratorium ada kemungkinan akan terjadi perbedaan hasil

Pengujian Hipotesis Tes Hasil Belajar Fisika Siswa Pada model Pembelajaran kooperatif tipe group investigation berbantuan laboratorium dan Pada model Pembelajaran kooperatif tipe group investigation Pada pengujian ini menggunakan uji Statistik yaitu uji-t (dua pihak) [5] dengan persamaan sebagai berikut: Dengan beberapa data yang diperoleh yaitu:

229

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Matematika II Jurusan Pendidikan MIPA FKIP UNTAD 2013 ISBN 978-602-8824-49-1
belajar yang akan lebih besar dari hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut. Penelitian ini membuktikan bahwa perbedaan yang sangat signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran group investigation berbantuan laboratorium dengan kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran group investigation, terbukti bahwa nilai t hitung sebesar 5,62 dan nilai t tabel pada taraf signifikansi ( = 0,05) sebesar 1,99. hasil pengujian yang diperoleh menunjukan bahwa thitung berada pada di daerah penerimaan H1, yaitu t hitung > ttabel dengan demikian Ho ditolak dan H1 diterima, yang artinya bahwa terdapat perbedaan antara penggunaan kedua model pembelajaran ini. Hasil observasi persentase kelas kontrol lebih besar dibandingkan degan kelas eksperimen, akan tetapi dalam tahap perencanaan dan tahap investigasi kelas eksperimen lebih besar. Perbandingan ini dapat dilihat dalam Tabel 4 dan Gambar 1 keterlaksaan investigasi siswa.
TABEL 4Keterlaksanaan Investigasi Siswa Kelas kontrol eksperimen Pertemuan I II 70% 80% 100% 85% Rata-rata Kegiatan Investigasi Siswa 75% 93%

investigasi, laboratorium memberikan kesempatan siswa untuk bereksperimen, mengurai pengetahuan yang lebih kompleks dan mengambil kesimpulan dari pengamatan di laboratorium. Proses investigasi siswa dalam bereksperimen akan meningkatkan hasil belajar fisika siswa di sekolah terlihat perbedaan hasil tersebut pada Gambar 2. Kelas Eksperimen 59,43 42,16 Kelas kontol

Gambar 2 Diagram Rata-rata Hasil Belajar Siswa

kelas kontrol 100% 70%

kelas eksperimen

93% 80% 85% 75%

Pertemuan Pertemuan kegiatan ke I ke II investigasi siswa Gambar 1 Diagram Keterlaksanaan Investigasi Siswa

Gambar 1 menggambarkan proses investgasi siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe group investigation. Persentase kelas kontrol yaitu sebesar 75% sedangkan pada kelas eksperimen sebesar 93%. Data tersebut membuktikan bahwa pembelajaran dengan model kooperatif tipe group investigation berbantuan laboratorium, siswa akan lebih baik dalam melakukan aktivitas berupa perencanaan dan investgasi. Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation berbantuan laboratorium memudahkan siswa dalam perencanaan dan

Berdasarkan acuan diatas, Ada beberapa keunggulan dari model pembelajaran kooperatif tipe group investigation berbantuan laboratorium : 1. Latihan yang diberikan pada pembelajaran berbantuan laboratorium membuat siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dengan melakukan aktivitas berupa perencanaan dan investgasi yang dikondisikan oleh guru, sehingga siswa ikut terlibat dalam pembelajaran. 2. Fokus kegiatan siswa lebih pada perencanaan dan investgasi siswa dalam membuktikan kosep fisika. 3. Proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal bukan hanya menuntut siswa sekedar mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir. 4. Jarang memungkinkan siswa terjadi kesalahan karena proses investgasi dilaksanakan dengan benar sesuai dengan tahap-tahap eksperimen. IV. KESIMPULAN Hasil pengujian yang diperoleh menunjukan bahwa thitung berada pada di daerah penerimaan H1, yaitu t hitung> ttabel dengan demikian Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara kelompok siswa yang mengikuti model Pembelajaran kooperatif tipe group

230

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Matematika II Jurusan Pendidikan MIPA FKIP UNTAD 2013 ISBN 978-602-8824-49-1
investigation berbantuan laboratorium dengan kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran group investigation pada kelas XI SMA Negeri 3 Palu. DAFTAR PUSTAKA
[1] Katili, S.N., Sadia, W.I. dan Suma, K. (2013). Analisis Sarana dan Intensitas Penggunaan Laboratorium Fisika Serta Kontribusinya Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Negeri di Kabupaten Jembrana. Dalam eJournal Program Pascasarjana UniversitasPendidikanGanesha[Online],Vol3Tahun2013 .Tersedia:http://pasca.undiksha.ac.id/ejournal/index.p hp/jurnalipa/article/download/795/580.html[11 oktober 2013]. Wiratana, (2013).Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok(Group Investigation) Terhadap Keterampilan Proses Dan Hasil Belajar Sains Siswa SMP. DalameJournalProgramPascasarjanaUniversitaPendidikan Ganesha Program Studi IPA (Volume3).Tersedia:http://pasca.undiksha.ac.id/ejour nal/index.php/jurnal_ipa/article/download/798/583.ht ml. [2 november 2013] Wahyuningsih Indra, Sarwi dan Sugianto, (2012). Penerapan Model Kooperatif Group Investigation Berbasis Eksperimen Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar. Dalam Unnes Physics Education Journal [UPEJ (1) (2012)]. Tersedia: http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej. [2 november 2013]. Sugiyono, (2011). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sudjana, Nana (2008). Penilaian Hasil Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Maliki, L. F dan Anggaryani, M. (2013). Efektivitas Pembelajaran Berbasis Kegiatan Laboratorium Untuk Siswa Kelas VIII SMP Negeri 6 Surabaya Pada Materi Pokok Alat Optik. Dalam jurnal Inovasi Pendidikan Fisika [Online]. Vol 02 No 02 Tahun 2013,35 39.Tersedia:http://www.scribd.com/doc/147784624/U ntitled.html.[9 okteber 2013]. Fauzi, Ahmad, (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Listrik Dinamis di Kelas IX Semester I SMP Swasta An-Nizam Medan T.P 2012/2013. Dalam skripsi Universitas Negeri Medan

[2]

[3]

[4] [5] [6]

[7]

231

Anda mungkin juga menyukai