Anda di halaman 1dari 8

Empowerment Stress dan Konflik Dan Komunikasi Dalam Manajemen

A. Empowerment, Stres dan Konflik


1. Pengertian Empowerment
Empowerment adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi dan politik yang merangkum
berbagai nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan yang bersifat
people centered, participatory, empowering, and sustainable (Chambers, 1988).
Shardlow (1998), pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun
komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk
masa depan sesuai dengan keinginan mereka.
Empowerment adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi dan politik yang merangkum
berbagai nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan yang bersifat
people centered, participatory, empowering, and sustainable (Chambers, 1988).
Menurut Chamber (Edi Suharto, 2005), pemberdayaan sebagai paradigma baru pembangunan,
yakni yang bersifat peoplecentered, participatory, empowering, and sustainable. Konsep ini
lebih luas dari hanya semata-mata memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) atau menyediakan
mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety net), tetapi juga keberlanjutan
pembangunan dalam masyarakat.

2. Kunci efektifitas Empowerment dalam Manajemen
Konsep pemberdayaan (empowerment), menurut Friedmann muncul karena adanya dua primise
mayor, yaitu kegagalan dan harapan. Kegagalan yang dimaksud adalah gagalnya model
pembangunan ekonomi dalam menanggulangi masalah kemiskinan dan lingkungan yang
berkelanjutan, sedangkan harapan muncul karena adanya alternatif-alternatif pembangunan yang
memasukkan nilai-nilai demokrasi, persamaan gender, peran antara generasi dan pertumbuhan
ekonomi yang memadai. Dengan dasar pandangan demikian, maka pemberdayaan masyarakat
erat kaitannya dengan peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan
pada masyarakat, sehingga pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan,
pembudayaan dan pengamalan demokrasi.

3. Pengertian Stres pada manusia
Stres adalah suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang,
tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang
hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stress adalah beban rohani yang melebihi
kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat.
Stress adalah istilah payung yang merangkumi tekanan, beban, konflik, keletihan, ketegangan,
panik, perasaan gemuruh, anxieti, kemurungan dan hilang daya pertimbangan.

4. Sumber Stres pada manusia
Sumber-sumber potensi stress :
Faktor Lingkungan
Faktor Organisasi
Faktor Pribadi

5. Pendekatan terhadap stress pada manusia
a. Pendekatan Individu
Seorang karyawan dapat berusaha sendiri untuk mcngurangi level stresnya. Strategi yang bersifat
individual yang cukup efektif yaitu; pengelolaan waktu, latihan fisik, latihan relaksasi, dan
dukungan sosial. Dengan pengelolaan waktu yang baik maka seorang karyawan dapat
menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa. Dengan latihan
fisik dapat meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima sehingga mampu menghadapi tuntutan
tugas yang berat. Selain itu untuk mengurangi sires yang dihadapi pekerja pcrlu dilakukan
kegiatan-kegiatan santai. Dan sebagai stratcgi terakhir untuk mengurangi stres adalah dengan
roengumpulkan sahabat, kolega, keluarga yang akan dapat memberikan dukungan dan saran-
saran bagi dirinya.
b. Pendekatan Perusahaan
Beberapa penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur organisasi yang
scmuanya dikendalikan oleh manajemen, schingga faktor-faktor itu dapat diubah. Oleh karena
itu strategi-strategi yang mungkin digunakan oleh manajemen untuk mengurangi stres
karyawannya adalah melalui seleksi dan penempatan, penetapan tujuan, redesain pekerjaan,
pengambilan keputusan partisipatif, komunikasi organisasional, dan program kesejahteraan.
Melalui strategi tersebut akan menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuannya dan mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan serta adanya
hubungan interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi fisik dan mental. Secara
umum strategi manajemen stres kerja dapat dikelompokkan mcnjadi strategi penanganan
individual, organisasional dan dukungan sosial.

6. Definisi Konflik
Menurut Nardjana (1994) Konflik yaitu akibat situasi dimana keinginan atau kehendak yang
berbeda atau berlawanan antara satu dengan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya saling
terganggu.
Menurut Killman dan Thomas (1978), konflik adalah kondisi terjadinya ketidakcocokan antar
nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam
hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat mengganggu
bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi dan
produktivitas kerja.
Menurut Wood, Walace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, dan Osborn yang dimaksud dengan
konflik (dalam ruang lingkup organisasi) yaitu : Conflict is a situation which two or more people
disagree over issues of organisational substance and/or experience some emotional antagonism
with one another. Yang kurang lebih artinya konflik adalah suatu situasi dimana dua atau banyak
orang saling tidak setuju terhadap suatu permasalahan yang menyangkut kepentingan organisasi
dan/atau dengan timbulnya perasaan permusuhan satu dengan yang lainnya.
Menurut Stoner Konflik organisasi ialah mencakup ketidaksepakatan soal alokasi sumberdaya
yang langka atau peselisihan soal tujuan, status, nilai, persepsi, atau kepribadian.
Daniel Webster mendefinisikan konflik sebagai:
1. Persaingan atau pertentangan antara pihak-pihak yang tidak cocok satu sama lain.
2. Keadaan atau perilaku yang bertentangan.

7. Jenis-jenis Konflik
Konflik itu mempunyai banyak jenis seperti yang dikatakan James A.F. Stoner dan Charles
Wankel dikenal ada lima jenis konflikyaitu konflik intrapersonal, konflik interpersonal, konflik
antar individu dan kelompok, konflik antar kelompok dan konflik antar organisasi.
a. Konflik Intrapersonal
Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila pada
waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus.
Sebagaimana diketahui bahwa dalam diri seseorang itu biasanya terdapat hal-hal sebagai berikut:
Sejumlah kebutuhan-kebutuhan dan peranan-peranan yang bersaing
Banyaknya bentuk halangan-halangan yang bisa terjadi di antara dorongan dan tujuan.
Terdapatnya baik aspek yang positif maupun negatif yang menghalangi tujuan tujuan
yang diinginkan.

Hal-hal di atas dalam proses adaptasi seseorang terhadap lingkungannya acap kali menimbulkan
konflik. Kalau konflik dibiarkan maka akan menimbulkan keadaan yang tidak menyenangkan.
Ada tiga macam bentuk konflik intrapersonal yaitu :
Konflik pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang
sama-sama menarik.
Konflik pendekatan penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang
sama menyulitkan.
Konflik penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada satu hal yang
mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus.
b. Konflik Interpersonal
Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena
pertentengan kepentingan atau keinginan. Maka Hal ini sering terjadi antara dua orang yang
berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini merupakan suatu
dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi. Karena konflik semacam ini akan
melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan
mempngaruhi proses pencapaian tujuan organisasi tersebut. Konflik antar individu-individu dan
kelompok-kelompok Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-
tekanan untuk mencapai konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja
mereka.

Sebagai contoh dapat dikatakan bahwa seseorang individu dapat dihukum oleh kelompok
kerjanya karena ia tidak dapat mencapai norma-norma produktivitas kelompok dimana ia berada.
Konflik antara kelompok dalam organisasi yang sama Konflik ini merupakan tipe konflik yang
banyak terjadi di dalam organisasiorganisasi. Konflik antar lini dan staf, pekerja dan pekerja
manajemen merupakan dua macam bidang konflik antar kelompok. Konflik antara organisasi.
Contoh seperti di bidang ekonomi dimana Amerika Serikat dan negara-negara lain dianggap
sebagai bentuk konflik, dan konflik ini biasanya disebut dengan persaingan. Konflik ini
berdasarkan pengalaman ternyata telah menyebabkan timbulnya pengembangan produk-produk
baru, teknologi baru dan servis baru, harga lebih rendah dan pemanfaatan sumber daya secara
lebih efisien.
- Konflik antar perorangan
- Konflik antar perorangan
Konflik antar perorangan terjadi antara satu individu dengan individu lain atau lebih. Konflik ini
biasanya disebabkan oleh adanya perbedaan sifat dan perilaku setiap orang dalam organisasi. Hal
ini biasanya pernah dialami oleh setiap anggota organisasi baik hanya dirasakan sendiri maupun
ditunjukkan dengan sikap. Misalnya seorang manajer pemasaran merasa tidak senang dengan
hasil kerja manajer produksi. Akan tetapi perasaan ini tidak selalu dilakukan secara terbuka tapi
bisa juga secara diam-diam. Apabila ini berlangsung lebih lama, bisa menyebabkan ketidak
selarasan dalam pengambilan keputusan
d. Konflik Antar Kelompok
Tingkat lainnya dalam konflik di organisasi adalah konflik antar kelompok. Seperti diketahui
bahwa sebuah organisasi terbentuk dari beberapa kelompok kerja yang terdiri dari banyak unit.
Apabila diantara unit-unit disuatu kelompok mengalami pertentangan dengan unit-unit dari
kelompok lain maka manajer merupakan pihak yang harus bisa menjadi penghubung antara
keduanya. Hubungan pertentangan ini apabila dipertahankan maka akan menjadi koordinasi dan
integrasi kegiatan-kegiatan menjadi sulit.
e. Konflik antar organisasi
Konflik juga bisa terjadi antara organisasi yang satu dengan yang lain. Hal ini tidak selalu
disebabkan oleh persaingan dari perusahaan-perusahaan di pasar yang sama. Konflik ini bisa
terjadi karena adanya ketidak cocokan suaut badan terhadap kinerja suatu organisasi.
Sebagai contoh badan serikat pekerja di cocok dengan perlakuan suatu perusahaan terhadap
pekerja yang menjadi anggota serikatnya. Konflik ini dimulai dari ketidak sesuaian antara para
manajer sebagai individu yang mewakili organisasi secara total. Pada situasi konflik seperti ini
para manajer tingkat menengah kebawah bisa berperan sebagai penghubung-penghubung dengan
pihak luar yang berhubungan dengan bidangnya.
Apabila konflik ini bisa diselesaikan dengan prioritas keorganisasian atau perbaikan pada
kegiatan organisasi, maka konflik-konflik bisa dijadikan perbaikan demi kemajuan organisasi.
8. Proses Konflik
Menurut Louis R.Pandy mengukapkan proses konflik terdiri dari 5 tahap :

1. Tahap I konflik laten yaitu tahap munculnya factor-faktor penyebab konflik dalam organisasi
yaitu :

Saling ketergantungan kerja
Perbedaan tujuan dan prioritas
Perbedaaan status
Sumber daya yang terbatas

2. Tahap II konflik yang dipersepsikan (konflik yang dirasakan) , pada tahap ini salah satu pihak
memandang pihak lain sebagai penghambat atau mengancam pencapaina tujuan.
3. Tahap III Konflik yang dirasakan, pada tahap ini konflik tidak sekedar dipandang ada, akan
tetapi benar-benar sudah dirasakan.
4. Tahap IV konflik yang dimanifestasikan, pada tahap ini prilaku tertentu sebagai indicator
konflik sudah mulai ditunjukan, seperti adanya sabotase, agresi terbuka, konfrontasi, rendahnya
kenerja dan lain-lainnya.
5. Tahap V konflik Aftermath, jika konflik benar-benar diselesaikan maka hal itu akan
meningkatkan hubungan para anggota organisasi. Hanya jika penyelesaian tidak tepat maka
akan timbul konflik baru.

B. Komunikasi dalam Manajemen

1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak
kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat
dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh
keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan,
menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu.
Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.

2. Proses Komunikasi
Berangkat dari paradigma Lasswell, Effendy (1994:11-19) membedakan proses komunikasi
menjadi dua tahap, yaitu:
1. Proses komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang
sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah pesan verbal (bahasa), dan pesan
nonverbal (kial/gesture, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya) yang secara langsung
dapat/mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.
Seperti disinggung di muka, komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam
pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan kata lain , komunikasi adalah proses membuat
pesan yang setala bagi komunikator dan komunikan. Prosesnya sebagai berikut, pertama-tama
komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan disampaikan kepada komunikan.
Ini berarti komunikator memformulasikan pikiran dan atau perasaannya ke dalam lambang
(bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian giliran komunikan
untuk menterjemahkan (decode) pesan dari komunikator. Ini berarti ia menafsirkan lambang
yang mengandung pikiran dan atau perasaan komunikator tadi dalam konteks pengertian. Yang
penting dalam proses penyandian (coding) adalah komunikator dapat menyandi dan komunikan
dapat menerjemahkan sandi tersebut (terdapat kesamaan makna).
Wilbur Schramm (dalam Effendy, 1994) menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil (terdapat
kesamaan makna) apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka
acuan (frame of reference) , yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences
and meanings) yang diperoleh oleh komunikan. Schramm menambahkan, bahwa bidang (field of
experience) merupakan faktor penting juga dalam komunikasi. Jika bidang pengalaman
komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar.
Sebaliknya, bila bidang pengalaman komunikan tidak sama dengan bidang pengalaman
komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain. Sebagai contoh seperti yang
diungkapkan oleh Sendjaja(1994:33)yakni : Si A seorang mahasiswa ingin berbincang-bincang
mengenai perkembangan valuta asing dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Bagi si A
tentunya akan lebih mudah dan lancar apabila pembicaraan mengenai hal tersebut dilakukan
dengan si B yang juga sama-sama mahasiswa. Seandainya si A tersebut membicarakan hal
tersebut dengan si C, sorang pemuda desa tamatan SD tentunya proses komunikaasi tidak akan
berjalan sebagaimana mestinya seperti yang diharapkan si A. Karena antara si A dan si C
terdapat perbedaan yang menyangkut tingkat pengetahuan, pengalaman, budaya, orientasi dan
mungkin juga kepentingannya.
Contoh tersebut dapat memberikan gambaran bahwa proses komunikasiakan berjalan baik atau
mudah apabila di antara pelaku (sumber dan penerima) relatif sama. Artinya apabila kita ingin
berkomunikasi dengan baik dengan seseorang, maka kita harsu mengolah dan menyampaikan
pesan dalam bahasa dan cara-cara yang sesuai dengan tingkat pengetahuan, pengalaman,
orientasi dan latar belakang budayanya. Dengan kata lain komunikator perlu mengenali
karakteristik individual, sosial dan budaya dari komunikan.
2. Proses komunikasi sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai
lambang sebagai media pertama.
Seorang komunikator menggunakan media ke dua dalam menyampaikan komunikasike karena
komunikan sebagai sasaran berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat,
telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dsb adalah media kedua yang sering
digunakan dalam komunikasi. Proses komunikasi secara sekunder itu menggunakan media yang
dapat diklasifikasikan sebagai media massa (surat kabar, televisi, radio, dsb.) dan media nirmassa
(telepon, surat, megapon, dsb.).
3. Hambatan dalam Komunikasi
Melakukan komunikasi yang efektif tidaklah mudah. Beberapa ahli menyatakan bahwa tidak ada
proses komunikasi yang sebenar-benarnya efektif, karena selalu terdapat hambatan. Hambatan
komunikasi pada umumnya mempunyai dua sifat berikut ini :
a) Hambatan yang bersifat objektif, yaitu hambatan terhadap proses komunikasi yang tidak
disengaja dibuat oleh pihak lain tetapi lebih disebabkan oleh keadaan yang tidak
menguntungkan. Misalnya karena cuaca, kebisingan kalau komunikasi di tempat ramai, waktu
yang tidak tepat, penggunaan media yang keliru, ataupun karena tidak kesamaan atau tidak in
tune dari frame of reference dan field of reference antara komunikator dengan komunikan.

b) Hambatan yang bersifat subjektif, yaitu hambatan yang sengaja di buat orang lain sebagai
upaya penentangan, misalnya pertentangan kepentingan, prasangka, tamak, iri hati, apatisme, dan
mencemoohkan komunikasi.
Sedangkan kalau diklasifikasikan hambatan komunikasi meliputi :
1. Gangguan (Noises), terdiri dari :
Gangguan mekanik (mechanical/channel noise), yaitu gangguan disebabkan saluran komunikasi
atau kegaduhan yang bersifat fisik.
Gangguan semantik (semantic noise), yaitu bersangkutan dengan pesan komunikasi yang
pengertiannya menjadi rusak. Lebih banyak kekacauan penggunaan bahasa, pengertian suatu
istilah atau konsep terdapat perbedaan antara komunikator dengan komunikan.
Gangguan personal (personnel noise), yaitu bersangkutan dengan kondisi fisik komunikan atau
komunikator yang sedang kelelalahan, rasa lapar, atau sedang ngantuk. Juga kondisi psikologis,
misalnya tidak ada minat, bosan, dan sebagainya.
2. Kepentingan (Interest) Interest akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau
menghayati suatu pesan. Orang akan memperhatikan perangsang yang ada kaitannya dengan
kepentingannya. Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian kita tetapi juga menentukan
daya tanggap, perasaan, pikiran, dan tingkah laku yang akan merupakan sikap reaktif terhadap
segala perangsang yang tidak bersesuaian atau bertentangan dengan suatu kepentingan.
3. Motivasi Motif atau daya dorong dalam diri seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu yang sesuai dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Pada umumnya motif
seseorang berbeda-beda jenis maupun intensitas dengan yang lainnya, termasuk intensitas
tanggapan seseorang terhadap suatu komunikasi. Semakin komunikasi sesuai motivasinya
semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak komunikan.
4. Prasangka (Prejudice) Sikap seseorang terhadap sesuatu secara umum selalu terdapat dua
alternatif like and dislike, atau pun simpati dan tidak simpati. Dalam sikap negatif (dislike juga
tidak simpati) termasuk prasangka yang akan melahirkan curiga dan menentang komunikasi.
Dalam prasangka emosi memaksa seseorang untuk menarik kesimpulan atas dasar stereotif
(tanpa menggunakan pikiran rasional). Emosi sering membutakan pikiran dan pandangan
terhadap fakta yang nyata, tidak akan berpikir secara objektif dan segala yang dilihat selalu akan
dinilai negatif.
5. Evasi Komunikasi Evasion of communication adalah gejala mencemoohkan dan mengelakkan
suatu komunikasi untuk kemudian mendiskreditkan atau menyesatkan pesan komunikasi.
Menurut E. Cooper dan M. Johada yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendi dalam buku Ilmu,
Teori Dan Filsafat Komunikasi menyatakan beberapa jenis evasi :
Menyesatkan pengertian (understanding derailed), contoh : Apabila seorang mahasiswa
menyerukan pada teman-temannya untuk meningkatkan prestasi belajar dengan jalan
rajin masuk kuliah, rajin membaca, dan menghormati dosen. Maka komunikasinya oleh
mahasiswa lain mungkin akan diangggap sebagai usaha mencari muka.
Mencacadkan pesan komunikasi (message made invalid), contoh : Apabila seorang siswa
A tidak disenangi oleh siswa B, C, D, dan E. Ketika B melihat A sedang dinasehati guru
BP, maka B mengatakan pada C bahwa A sedang dimarahi Guru BP. C mungkin
mengatakan pada D bahwa A sedang dimaki-maki Guru BP. Dan D mengatakan pada E
bahwa A diskor oleh Guru BP.
Mengubah kerangka referensi (changing frame of reference), menunjukkan seseorang
yang menggapi komunikasi dengan diukur oleh kerangka referensi sendiri, menurut
seleranya sendiri tanpa memperhatikan kerangka referensi orang yang akan diberikan
pesan tersebut.

4. Komunikasi Interpersonal
a. Componential
Menjelaskan komunikasi antar pribadi dengan mengamati komponen-komponen utamanya,
dalam hal ini adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain
dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikanumpan balik segera.
b. Situasional
Interaksi tatap muka antara dua orang dengan potensi umpan balik langsung.

5. Model Pengolahan Informasi Komunikasi
Model-model Pengolahan Informasi pada dasarnya menitikberatkan pada cara-cara memperkuat
dorongan-dorongan internal (datang dari dalam diri) manusia untuk memahami dunia dengan
cara menggali dan mengorganisasikan data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan
pemecahannya, serta mengembangkan bahasa untuk mengungkapkannya. Model Pengolahan
informasi berorientasi pada :
Proses Kognitif
Pemahaman Dunia
Pemecahan Masalah
Berpikir Induktif

6. Model Interaktif Manajemen dalam Komunikasi
Prinsif Model Interaktif manajemen:

Keseluruhan proses manajemen dibangun berdasarkan hubungan ikatan kepercayaan yang
membutuhkan keterbukaan dan kejujuran baik dari pihak manajer maupun pekerja. Bawahan
menurut /melakukan pekerjaannya, bukan karena mereka dibuat seperti itu, tetapi karena mereka
merasa mengerti oleh manajer dan memahami masalahnya. Pekerja bekerja keras untuk membuat
keputusan yang benar. Mereka merasa tidak suka dimanipulasi, dikontrol, atau dibujuk untuk
membuat keputusan bahkan jika keputusan itu yang akhirnya mereka buat. Jangan memecahkan
masalah bawahan. Mereka akan merasa tidak menyukai solusi tersebut, dan jika anda sebagai
manajer memperkenalkan solusinya, mereka akan tidak menyukai anda. Tunjukan masalahnya;
jangan pecahkan. Biarkan bawahan memecahkan masalah-masalah mereka dengan bantuan anda.


Sumber:
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/06/penanganan-stress-kerja.html
http://pengertianmanagement.blogspot.com/2013/03/manajemen-konflik-definisi-ciri-
sumber.html
http://fitria-inasya.blogspot.com/2013/12/empowerment-stres-dan-konflik.html
http://raitetsu.wordpress.com/2009/11/29/jenis-jenis-konflik/
http://firslesson.blogspot.com/2012/09/prosesterjadinya-konflik-menurut.html
http://adiprakosa.blogspot.com/2008/09/pengertian-komunikasi.html
http://bec00n.blogspot.com/2012/11/hambatan-hambatan-dalam-komunikasi.html
http://operadewa.wordpress.com/2013/01/15/komunikasi-antar-pribadi/
http://boydiharten.blogspot.com/2013/11/komunikasi-dalam-manajemen-bagian-2.html

Anda mungkin juga menyukai