TheLight Photography Magazine #15
TheLight Photography Magazine #15
FREE
EDISI XV / 2008 1
www.thelightmagz.com
THEEDITORIAL THEEDITORIAL
PATH OF
WISDOM
Beberapa edisi terakhir kami memang memberanikan diri untuk bersikap pebih
PT Imajinasia Indonesia, kritis dengan berani membuka segala hal yang kurang menyenangkan yang
terjadi di dunia fotografi Indonesia. Kritik yang masuk cukup banyak walaupun
Jl. Pelitur No. 33A, masih jauh di bawah dukungan yang masuk.
www.thelightmagz.com
Edisi ini kami masih tidak berhenti melakukan upaya untuk menjadi kritis. Kami
Pemimpin Perusahaan/
menghadirkan sosok-sosok yang bisa menjadi panutan sebagai sosok yang bijak-
Redaksi: Ignatius Untung, sana dalam berfotografi. Mulai dari Erik Prasetya yang begitu bijak melihat kritik
sebagai kesempatan untuk improvisasi. Begitu juga dengan freshmen kali ini
Technical Advisor: Gerard Adi,
COVER: yang walaupun masih tergolong muda sudah cukup bijaksana dalam menghada-
BEAUTIFUL THORN Redaksi: redaksi@thelightmagz. pi kritisi. Dari luar negeri kami mendatangkan 3 orang fotografer sekaligus dalam
FOTOGRAFER: com, Public relation: Prana edisi ini. Mulai dari Thomas Herbrich yang sudah hadir setiap bulannya, kini kami
tambahkan Eryk Fitkau yang begitu bijaksana menghadapi ketidak beruntungan
NICOLAS HENRI Pramudya, Kontributor: Novijan lingkuang sosialnya dalam mewujudkan cita-citanya sebagai fotografer hingga
Sanjaya, Thomas Herbrich, Nicolas Henri yang bijaksana memilih jalan hidupnya sebagai fotografer.
baik. Hanya saja memang untuk saat lebih menyorot kepada kekurangan- Anyway, kami sangat senang dengan hannya agar tidak membingungkan
ini prioritas kami adalah untuk terus nya saja tanpa menaruh peduli (alias kritik anda, karena dengan adanya kri- orang-orang baru seperti saya. Terima
memperbaiki kualitas konten, setelah melepaskan karakter si pembuat) tik anda ini kami memiliki kesempatan kasih.
itu baru pada kemasan yang juga dari kekurangannya tersebut. The untuk mengklarifikasi kebijakan The
termasuk gaya bahasa. Light adalah majalah fotografi bukan Light yang tidak populer yaitu menjadi
majalah gossip apalagi politik, maka provocative positif. Mas Anthony yth, terima kasih atas ket-
Mengenai liputan utama edisi XII & XIII dari itu ketika kami membicarakan ertarikannya kepada The Light.
yang dianggap provocative dan mem- kekurangan seseorang itu dilakukan Salam 1. Untuk saat ini kami tidak tertarik
bicarakan kejelekan seseorang atau dalam konteks evaluasi. Dan yang Redaksi untuk menyoroti masalah teknis
sekelompok orang, pada dasarnya menjadi subyek adalah kekurangan- secara spesifik dan detail karena teknis
inti dari yang ingin kami sampaikan nya bukan orang yang melakukannya DATA TEKNIS PEMBODOHAN adalah sesuatu yang ada habisnya.
adalah bahwa proses belajar bukan seperti yang dilakukan majalah gossip BUKAN? Fotografer-fotografer pemula seperti
hanya dari yang baik saja, namun juga ataupun politik. Anthony – via email anda mungkin saja sangat tertarik
dari yang jelek. Segalanya dilakukan pada bahasan-bahasan teknis, tapi
bukan untuk menjelek-jelekkan atau Sebagai perumpamaan jika dalam Dear Redaksi, saya baru mengetahui tanyakanlah pada mereka yang sudah
membunuh karakter fotografer yang belajar berfotografi anda memiliki majalah ini pada saat edisi 8, namun lebih dari 5 tahun di fotografi dan mer-
memiliki kekurangan tersebut namun 1000 kemungkinan dalam melakukan setelah membaca edisi 8, saya lang- eka yang sudah masuk ke segmen semi
kesalahan dan kebenaran. Dan anda sung mendownload semua edisi dan pro dan professional, mereka tidak
sudah mengetahui 300 kemungkinan terus memantau perkembangan the tertarik lagi membaca hal yang terlalu
yang merupakan suatu kebaikan, light hingga saat ini. teknis. Untuk itu, jika kami memposisi-
maka anda masih menyisakan 700 ke- Yang ingin saya tanyakan, mengapa kan diri sebagai majalah yang me-
mungkinan menjadi salah dan gagal. sampai saat ini The Light tidak tertarik nyoroti teknis sebagai bahasan utama,
Namun dengan mengambil pelajaran utk membahas masalah teknis secara maka kami harus siap kehilangan pem-
dari kegagalan orang lain sebanyak lebih detail. Dan mengapa juga The baca seperti anda ketika anda sudah
100 saja, maka kemungkinan anda light tidak menampilkan review gear lebih berpengalaman dari sekarang.
untuk gagal sudah berkurang dari 700 seperti camera, lighting, dll. Dan yang
menjadi 600 karena yang 100 sudah terakhir mengapa The light tidak mau 2. Kami tidak terlalu tertarik untuk
bisa dipastikan sebagai sebuah kesala- menampilkan skema lighting dan data menampilkan review camera, lighting
han. Untuk itu kami meyakini bahwa teknis dan bahkan mengatakan data dan lain sebagainya karena sudah ada
proses belajar bukan hanya dengan teknis sebagai pembodohan. Semen- majalah lain yang mengulas tentang
mempelajari keberhasilan orang, na- tara di majalah lain (majalah fotografi itu. Dengan terjun dan menjadikan
mun juga kegagalan orang lain. lokal juga) dikatakan bahwa data teknis review alat sebagai bahasan utama
bukan pembodohan. Mohon pencera- artinya kami hanya akan memaksakan
diri untuk membunuh majalah lain itu obyek yang sama. Tanpa kesamaan
atau terbunuh oleh majalah lain itu. mengenai poin-poin tersebut secara
Sementara jika kami tidak focus pada detail maka data teknis tidak berguna
review alat semacam itu, kami bisa karena tidak bisa menjadi patokan
hidup berdampingan saling meleng- mengenai teknis pembuatan sebuah
kapi dan yang penting sama-sama foto. Sementara untuk mencantumkan
hidup. Tapi tidak berarti selamanya tidak menjamin anda bisa menguasai keterangan mengenai merk lampu,
kami tidak menghadirkan review alat. lighting foto lain apalagi menciptakan besarnya watt, besarnya power, warna
Sesekali boleh lah untuk penyegaran. lighting khas anda. Kalau begitu bera- kulit, intensitas matahari adalah tidak
pa banyak skema lighting yang harus mungkin karena tidak ada parameter-
3. Skema lighting bagi kami ibarat anda miliki dan hapalkan untuk bisa nya atau dalam bahasa lainnya lebih
sebuah partitur sebuah lagu. Ketika menjadi fotografer handal yang serba bodoh lagi. Hehehe… Harus diingat
anda menguasai partitur sebuah bisa? 1000 skema lighting pun belum kamera bekerja dengan merekam
lagu anda bisa memainkan lagu itu tentu cukup. Untuk itu kami lebih obyek dan interaksi lingkungan sekitar
dengan baik, tapi dengan menguasai memilih untuk membiasakan pembaca terhadap obyek, jadi keterangan teknis
partitur lagu itu tidak secara otomatis melihat sebuah foto dan menerka mengenai interaksi lingkungan sekitar
membuat anda bisa memainkan lagu skema lighting dan mencobanya agar seperti intensitas pantulan, jarak, dll
erti yang mas bikin di majalah A, data
lain atau bahkan menciptakan lagu. pengetahuan lighting terinstall dalam sangat mempengaruhi. Dengan alasan
teknisnya mulai dari speed, diafragma,
Begitu juga dengan skema lighting. otak kita. itulah kami menganggap data teknis
ISO, lensa, dll sudah saya ikuti, tapi kok
Ketika mengetahui skema lighting, sebagai pembodohan, karena tidak
masih tetap saja beda ya mas. Per-
anda hanya bisa menguasai cara 4. Mengenai data teknis adalah ada gunanya dan memiliki potensi
masalahannya jika pemotretan dilaku-
pembuatan foto semacam itu, namun pembodohan, itu adalah pendapat untuk menjebak baik sengaja maupun
kan di dalam ruangan, lighting yang
kami. Sah-sah saja, dan menjadi sah tidak sengaja.
digunakan sama atau tidak, merknya,
juga buat orang lain yang mengang- besaran wattnya, powernya, jarak ke
gap hal itu bukan pembodohan, asal Salam
obyek, warna kulit si model, kondisi
disertai argumen yang bisa dicerna Redaksi
pencahayaan sekitar, warna tembok
rasio. Tanpa disertai argumen yang sekitar, dll. Jika dilakukan di luar ruan-
bisa dicerna rasio teori apapun yang gan, apakah dilakukan pada jam yang
dikemukakan boleh dikatakan sebagai sama, pada intensitas pencahayaan
usaha pembodohan. Seringkali dalam matahari yang sama, warna dan
seminar & workshop fotografi seorang karakter permukaan tempat model/
peserta menanyakan kepada pembi- obyek berpijak yang sama, warna kulit
caranya, “mas saya mau bikin foto sep- yang sama, warna obyek di sekeliling
neepís art institute (neepís) kini hadir untuk bila ingin mengambil kelas tanpa mengikuti kelas sebelumnya.
memenuhi kebutuhan standarisasi dunia fotografi yang Melengkapi kelas-kelas yang sudah ada, juga telah dibuka 2 kelas
semakin meningkat. Mengikuti standar kurikulum luar digital imaging yaitu DI 1 dan DI 2. Fasilitas yang disediakan bagi
negeri yang lebih terarah, sehingga murid - murid di siswa adalah laboratorium komputer, wi-fi internet, perpustakaan
neepís bisa mendapatkan teknik yang benar. Secara dan studio.
global, dalam pendirian institusi ini, neepís yang resmi
beroperasi sejak 9 Maret 2007 lalu memiliki tujuan untuk neepís mempunyai misi untuk menyiapkan murid-muridnya menjadi
meningkatkan apresiasi foto masyarakat Indonesia ke lulusan yang matang dan siap terap di bidang fotografi dan digital
level internasional dengan cara mengembangkan imaging.
standarisasi yang lebih tinggi dalam pendidikan fotografi,
memperluas networking opportunity dan mengeksplorasi Untuk menunjang misi tersebut, maka neepís art institute membuat
bakat baru di bidang fotografi. Didukung juga dengan suatu wadah neepís community dimana ini adalah tempat bagi
pengajar yang mempunyai latar belakang fotografi dan alumni, murid dan pengajar untuk bertukar informasi. neepís
memiliki pendidikan formal fotografi di beberapa negara community mempunyai kegiatan antara lain seminar, workshop,
luar seperti Australia, Amerika Serikat dan Kanada. hunting, forum dan foto galeri.
Dengan demikian neepís diharapkan dapat menyusun
standar baru dalam dunia pendidikan fotografi di Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi (021 - 6306262)
Indonesia yang setara dengan standar yang berlaku di dan (021 - 6306333). Atau dapat langsung mengakses ke website
negara-negara maju, khususnya di Asia Tenggara. neepís di www.neeps-artinstitute.com
ERYK
How did you know photography
from the beginning, what makes
you interested on it?
FITKAU,
I got into photography by accident.
Previously I was involved in profes-
sional sport including ice hockey and
bike riding and at that time Poland was
ALTERNATIVE
a communist country and I needed a
stamp in my id document which I had
to carry all the time that I am working.
WAYS OF
In the communist system you couldn’t
work legally because it made that you
were on the poverty line. I had pretty the camera to his eye and I ripped the
comfortable living but I needed this camera out of his hand and started,
TAKING
working stamp and with my physical without any knowledge, pressing the
appearance I got into modeling. button. Later on he said to me that I
Through modeling, I met a photogra- had to become a photographer.
After a while I decided that I would
PHOTOGRAPH
pher who just started his career and we
became friends. One day he asked me have a go. We are talking about pure
to go on a photo journalistic assign- hardcore photojournalistic photogra-
ment, to protect him from potential phy and my background; combining
danger and we got to the situation that ice hockey and fighting to defend
Banyak orang yang berniat jadi footografer dan tidak pernah berhasil menyalah-
putting it mildly, it was quite shocking myself through communism, it hap-
kan situasi dan lingkungan sekitar. Mulai dari tidak punya modal sampai paksaan
and he was kind of paralyzed and I was pened a kind of miracle that after tak-
orang tua untuk mengambil pendidikan jurusan lain. Mulai dari kultur yang tidak
screaming shoot and he couldn’t put ing my first photograph, three months
mendukung hingga waktu yang terbatas. Mulai dari keterbalakangan Indonesia
on, I was working as a professional for
di bidang fotografi hingga penguasaan teknologi. Jika ditargetkan harus ada satu
a political and social magazine. Sort of
juta alasan untuk menjadi pembenaran terhadap kebelum berhasilan kita saat
the equivalent of Life magazine.
ini maka akan terlewatilah angka satu juta itu. Namun jauh di bilahan dunia lain,
I never had any formal training, I never
kami menemui Eryk Fitkau, seorang fotografer yang dibesarkan di negara komu-
assisted anybody. All my photographic
nias dan dengan segala perjuangannya untuk tetap menjadi fotografer profe-
knowledge I developed myself which
sional. Mudah-mudahan perjuangannya bisa menginspirasikan kita yang selama
leads to sometimes, very alternative
ini belum berani untuk lebih berani berjuang lagi.
because you
progression was extremely fast and
after trying all different businesses, I
never know decided to go back to photography.
“...before
thinking
pleasing
others,
pleasing
yourself.”
my activities I would have to write a
All the above. Because being a photog-
book! Every day is different and every
rapher is not only taking photographs,
day brings new challenges.
it involves a variety of skills and profes-
Basically there is no routine or schedule
sions including; building, psychology,
in my day to day life because you never
medical knowledge, problem solving
know what the next day will bring and
which involves extensive knowledge
you have to adapt to some situations
over a range of different areas, improv-
which you can’t change.
ing myself as far as concentration and
state of mind and being able to cope
What & how “photography’
with some problems. I am not perfect,
means to you? Is just a hobby, I failed once which in any cost, I want
a job/profession, or something to repair the mistake and clear my
more than that? Please explain conscious.
why.
inspiration and
involves a variety of
is working with people and managing
sometimes con-
large groups of people to achieve the
or can simply
be a pleasure to How do you see the correlations lem solving which
look at it. A bad
between photography and life?
involves extensive
knowledge over a
How a photographer should see
picture does it?
nothing or can
cause annoy- Photography is life and life is photog- range of different ar-
ance in negative raphy.
eas, improving my-
way.” What inspired you on photogra-
self as far as concen-
tration and state of
phy?
Challenge.
mind and being able
What kind of picture deserved to
to cope with some
problems...”
labeled as “good picture” to you.
Why?
“...the most
A good picture causes a reaction and
stimulation of inspiration and some-
times confusion which can lead to ana-
lyzing of things that weren’t analysed important
before or can simply be a pleasure to
rule to de-
velop ideas
look at it. A bad picture does nothing
or can cause annoyance in negative
way.
is that the
Please share some tips for they
brain is
trained to
who want to seriously learn
photography about how to learn
photography effectively right.
find the
Experience life to the max. The rest is most logi-
easy like driving a car. The key to taking
good photographs is that you have cal solu-
to have charged up to the max your
tion which
makes
emotional batteries and a combination
of sensitivity combined with toughness
things pre-
and sometimes extreme toughness.
ativity.”
24 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 25
COMMERCIALPHOTOGRAPHY COMMERCIALPHOTOGRAPHY
“every pho-
Tell us about concepting a pho-
to. How important is it for you
tographer
and how do you usually done it.
problem is
things predictable. Predictability is the
enemy of creativity.
One of my methods is that whatever
photogra-
Steven Meisel, Ellen Von Unwerth,
Javier Vallhonrat, Helmut Newton, What have you learn from any
Paolo Roversi, Cheyco Leidmann, Guy other well known names on
pher”
Bourdin photography? What¹s make
them different from any ordinary
photography interest?
DENGAN LARGE FORMAT PRINTER dengan 12 tinta berusaha mensimulasikan color gamut
RGB dengan tinta red, green dan blue.
HP DESIGNJET Z SERIES. Masalah berikut nya mengenai ICC prof ile juga
diperhatikan oleh HP Designjet Z Printer Series.Caranya,
dengan menambahkan spectrophotometer di dalamnya
untuk membuat ICC profile dari media yang digunakan.
Media apapun yang Anda gunakan akan mudah dikenali
karakternya dan tercapai 'saling pengertian' antara
software yang digunakan untuk melakukan pencetakan
dengan media yang digunakan.
GOOD
paradigm dipakai di sini dalam arti
sebagaimana yang dipergunakan oleh
C. Geertz dalam bukunya, Negara: The
“...pada mulan-
PICTURE
Theatre State in Nineteenth Century
Bali, Princeton University Press, NJ,
1980 – bagi seseorang yang akan me- ya keindahan
nentukan bentuk dan sudut pengliha- adalah “nasib”,
ATAWA dan baru kemu-
tannya berdasarkan a priori kognitifnya
dan sekaligus mempengaruhi jenis dan
dian manusia
memanggulnya
arah pilihan yang diambil berdasarkan
GAMBAR
preferensi nilai yang dianut dalam kein-
dahan bersangkutan. Karena walaupun
manusia selalu dihantui tanggung-
sebagai “tugas”.
jawab dan kewajiban untuk memberi
INDAH
sesuatu kepada kebudayaan, manusia
pada dasarnya lahir dan besar sebagai
penerima kebudayaan dari generasi
Oleh: Siddhartha Sutrisno* yang terdahulu. Rene Char, penyair Perancis yang baru
(Bagian ketiga) saja dikutip kata-katanya, tentu saja
“Notre heritage n’est precede d’aucun mau mengatakan bahwa pada mu-
“Agenda buat dayacipta akan bermanfaat kalau dia sekaligus menjadi agenda testament” lanya keindahan adalah “nasib”, dan
buat manusia.” (Warisan kita yang diturunkan tanpa baru kemudian manusia memang-
(Ignas Kleden-Sikap Ilmiah dan Kritik kebudayaan) surat wasiat) gulnya sebagai “tugas”. Pada mulanya
manusia adalah penerima yang bukan
saja menghayati tetapi juga menjadi
Warisan Tanpa Surat Wasiat penderita yang menanggung beban
kebudayaan itu, sebelum manusia
Ada banyak hal yang sulit dibicarakan tanpa prasangka, tetapi kebudayaan (baca: bangkit dalam kesadaran untuk turut
keindahan) merupakan salah satu pokok soal yang paling kuat ditandai prasang- membentuk dan mengubahnya. Pada
ka. Salah satu sebabnya ialah dalam sifatnya keindahan merupakan suatu a priori dasarnya manusia adalah pasien kein-
untuk setiap manusia, sehingga setiap usaha untuk memikirkan, memajukan (jika dahan sebelum manusia cukup kuat
dapat dikatakan demikian) dan melakukakan perubahan kebudayaan sekaligus untuk menjadi agennya. Dan pada saat
merupakan produk dari kebudayaan orang-orang yang terlibat dalam usaha manusia mengambil keputusan untuk
tersebut. Keindahan selalu menjadi juga cultural paradigm – konsep cultural melakukan sesuatu bagi keindahan,
“...adalah jelas sebetulnya manusia telah mengalami kebudayaan akan lebih mudah terjadi,
“Obyektifitas ada-
bahwa seorang
pergeseran tertentu dalam a priori kog-
nitif dan preferensi nilai dalam sistem
jika suatu kebudayaan baru tidak
ditanggapi sebagai pengaruh baru lah esensi dari
pasien akan kebudayaan. Dengan kata lain, telah yang membahayakan kebudayaan fotografi, obyekti-
menerima suatu terjadi pergantian warisan yang satu lama, melainkan sebagai lanjutan dan fitas adalah sum-
bangan sekaligus
penyembu-
dengan warisan lain, ketika manusia penyempurnaan kebudayaan lama. Se-
menjadi pasien bagi suatu kebudayaan baliknya, jika unsur-unsur kebudayaan batas-batasnya.
han – yaitu pe- baru. Dalam perbincangan tentang baru itu ditanggapi sebagai pengaruh
Kejujuran, yang
rubahan- kalau Ada, dunia yang dirasakan oleh panca yang membahayakan kebudayaan
tidak lebih merupa-
penyembuhan indra milik manusia, tetap tergan-
tung oleh indra-indra milik manusia
lama, maka akan timbul resistensi
bahkan penolakan dari kebudayaan kan intensitas dari
itu tidak terlalu tersebut. Ada itu artinya ada di dalam lama (dalam hal yang lebih mikro ada- penglihatan adalah
mendatang- kepala manusia, yang dimaksud seba- lah sebuah hal yang jamak ketika ada prasyarat sebuah
kan banyak ke- gai kesadaran. fotografer tersinggung saat The Light ekspresi yang
sulitan, yaitu
membuat tulisan tentang “Fotografer hidup. Realisasi
Kesulitan bagi setiap perubahan kein- Kadaluwarsa” beberapa edisi yang lalu).
terpenuh dari hal
diskontinuitas dahan disebabkan oleh kondisi pasien Di sini terlihat asas kontinuitas dan asas
ini adalah unggul
yang menim- keindahan itu yang mirip dengan diskontinuitas dalam perubahan kebu-
tanpa kebohongan
bulkan kebin- keadaan seorang penderita sakit-jiwa.
Dia menjadi tenang kalau – dan justeru
dayaan. Namun demikian, penjelasan
ini hanya benar sejauh perubahan daripada proses
gungan dan karena – menolak untuk menyadari kebudayaan dipandang dari jurusan atau manipulasi,
rasa tak aman. “ bahwa dia seorang pasien, dan karena penglihatan pasien kebudayaan karena melalui penggu-
itu enggan untuk disembuhkan. Kes- adalah jelas bahwa seorang pasien naan metode fo-
embuhan akan menyakitkan, karena
dunia di mana dia menjadi pasiennya
akan menerima suatu penyembuhan –
yaitu perubahan- kalau penyembuhan
tografi langsung.”
- Helmut & Allison Gernsheim -
adalah suatu dunia yang memberi- itu tidak terlalu mendatangkan banyak
kan rasa aman dan ketenangan (dan kesulitan, yaitu diskontinuitas yang
sebuah resiko jika tulisan semacam ini menimbulkan kebingungan dan rasa
pernah menimbulkan sedikit ketaknya- tak aman. Sebaliknya dari segi pan-
manan). dangan para agen kebudayaan, suatu
perubahan kebudayaan baru menjadi
Keadaan ini mempunyai dua implikasi suatu perubahan yang sebenarnya,
yang lebih jauh. Pertama, perubahan jikalau bisa ditegaskan dan didefinisi-
“gotong-royong” dapat
dayaan, akan semakin terbuka suatu dapatlah dikatakan bahwa jarak dari
kebudayaan kepada pengaruh baru, perubahan pandangan kepada pe-
Kesulitan lain yang banyak mengha- sosial untuk menghi- dinamakan transisi kebudayaan. Kalau
nantinya transisi diakhiri dengan ber-
langi perubahan kebudayaan terdapat
langkan perbedaan hasil maka tercapailah reintegrasi, re-
bersama-sama), tetapi
ingat pernyataan Bourdieu dalam kan dengan semacam entropi dalam
tulisan terdahulu? – maupun dalam bidang kebudayaan, di mana nilai
landasan material kebudayaan itu. Ini
berarti, suatu perubahan kebudayaan dapat juga berkembang dan pandangan tertentu hanya dijaga
supaya jangan mati, tetapi tidak berte-
menjadi mantap dan produktif, kalau
ke arah lain menjadi naga lagi untuk memenuhi kebutuhan
manipulasi solidaritas
normatif ) disertai pula dengan pe- material kebudayaan. Dunia fotografi
rubahan sistem sosial dan landasan Nusantara telah menderita sindrom
tanggungjawab pribadi.
tersebut, maka terjadilah desintegrasi beberapa fotografer memilih untuk
kebudayaan, disorientasi pandangan, mengaku “berkantor” di negara manca
atau disorganisasi sosial (harus kita untuk tetap mendapatkan proyek.
akui dengan sejujurnya bahwa dunia Tragis memang, tetapi persoalannya
fotografi di Nusantara telah menga- bukan pada segi nasionalis atau tidak
laminya!). Istilah-istilah ini membawa nasionalis. Bukankah estetika bisnis
konotasi yang negatif. Secara positif, tidak mengenal batas Negara? En-
paham sama sekali apa itu estetika perubahan keseluruhan alam pikiran
posmoderen. Runyam, tetapi tetap yang mempengaruhi pemilihan sudut
menarik, seperti manusia yang tidur penglihatan dan pemilihan bidang
dengan impian indah yang kacau. Kar- pengamatan atau obyek perhatian. Da-
ena memang benar-benar tidur! lam hal keindahan, hal itu lebih sukar
dan sangat mungkin lebih lambat ter-
Implikasi yang berikutnya ialah, jadi. Yang terjadi barangkali bukanlah berfikir dalam paradigma tersebut,
bahwa perubahan kebudayaan itu pun suatu Gestaltswich, yaitu pergantian walaupun dia seolah-olah (dan secara
menjadi sulit, karena baik pandangan suatu konfigurasi, tetapi pergeseran verbal) menghendaki perubahan.
pasien kebudayaan maupun pandan- bertahap dengan gradasi yang penuh
gan agen kebudayaan, sebetulnya nuansa, karena sulit diidentifikasikan Akibat lanjutannya pun sudah dapat
terdapat dalam diri seseorang atau pada saat mana pergantian paradigma diperkirakan. Setiap pemikiran pembi-
sekelompok orang yang sama. Seperti lama benar-benar terjadi. Tahap- caraan atau tindakan untuk perubahan
sudah dikatakan, kebudayaan sekali- tahap teoretisnya adalah: paradigma kebudayaan selalu penuh dengan
gus menjadi paradigma kultural bagi lama masih dipakai tanpa mengenal prasangka, dan berlangsung sebagai
seseorang. Maka perubahan kebu- paradigma baru, kemudian para- kompetisi antar-paradigma, baik antara
dayaan adalah pergantian paradigma digma baru mulai dikenal tetapi masih seseorang dengan orang lain, maupun
kebudayaan. Secara epistemologis per- dipandang menurut paradigma lama, dalam diri orang-perorangan masing-
gantian paradigma dipahami sebagai dan akhirnya penerimaan paradigma masing (tentunya untuk manusia
baru dan ditinggalkannya paradigma berkesadaran). Lebih lanjut, kompetisi
tahlah, bukan urusan tulisan ini untuk lama. Dengan rumusan lain: manusia antar-paradigma tersebut bukan hanya
membicarakan moral atau mental! hampir tak dapat membedakan sendiri mengandung persaingan antara pan-
apakah dia sedang berbicara atau dangan, keyakinan dan sistem-nilai,
Involusi adalah semacam dialektika bertindak sebagai pasien atau agen tetapi juga persaingan antara rasa
tanpa sintesa, perubahan tanpa pem- dari keindahannya. Itu sebabnya dalam aman yang satu dengan rasa aman
baruan kualitatif, yang hanya ditandai arti kebudayaan, kritik sangat identik yang lain, atau antara identitas lama
oleh meningkatnya peng-rumitan dengan krisis. Artinya manusia baru dengan identitas baru, antara kema-
bentuk tanpa perkembangan isi, akan mampu melakukan kritik atas panan lama dan kemungkinan baru.
atau sofistikasi internal yang terpaksa keindahannya jika dia pernah terlibat
dilakukan untuk menghindari peruba- dalam semacam krisis dengan keindah-
han yang sedang bergolak di luar. annya sendiri. Tanpa krisis yang meng-
Seringkali digunakan alasan keindahan guncangkan paradigma keindahan-
posmoderen misalnya, padahal tidak nya, manusia sebenarnya masih tetap
pasangkan. Sehing- “gotong-royong” dapat merupakan tanpa tahu bahwa mengatur tata
ga, fotograf yang suatu teknik sosial untuk menghilang- cahaya adalah persoalan yang sung-
guh rumit, karena semua lampu sudah
dihasilkan relatif kan perbedaan yang menyolok antara
pihak yang kuat dan pihak yang lemah dipasangkan. Sehingga, fotograf yang
seragam dan pe- (karena banyak hal dibuat bersama- dihasilkan relatif seragam dan pemaha-
Dengan demikian pandangan pasien mahaman tentang sama), tetapi dapat juga berkembang man tentang keindahan pun melulu
keindahan dan pandangan agen pem- keindahan pun me- ke arah lain menjadi teknik sosial untuk seragam. Keindahan kerumunan, dari
baruan dapat silih berganti merebut lulu seragam. Kein- memanipulasi solidaritas sosial untuk manusia yang “gemar berkerumun”.
dominasi dalam diri seseorang atau
dahan kerumunan, mengelak tanggungjawab pribadi. Se-
sekelompok orang, sebelum pandan-
gan salah satu dari keduanya mencapai
dari manusia yang jauh pengamatan Penulis tentang ke- Sering terjadi bahwa manusia hanya
mengakui implikasi yang baik-baik
kedudukan yang mantap. Hal ini buat “gemar berkeru- budayaan Nusantara, gotong royong,
musyawarah untuk mencapai mufakat, (syahdan yang “positif”) dan menolak
sebagiannya dapat diterangkan oleh mun”. dan sejenisnya sudah menjadi para- implikasi yang kurang baik (konon
adanya ambivalensi dan multivalensi digma yang mengakar dalam bahkan yang “negatif”) sebagai berasal dari
dalam tiap nilai keindahan/budaya dan sampai ke dalam lembaga-lembaga nilai budaya atau pandangan budaya
tiap pandangan kognitifnya. Artinya, pendidikan fotografi yang misalnya yang sama. Sikap seperti itu jelas meru-
tiap nilai dan pandangan keindahan ketika pengajaran tentang memotret pakan suatu oportunisme logis yang
selalu berisi dua atau berisi banyak, di studio dilaksanakan, peserta didik memperlakukan nilai budaya sebagai
tokoh popu-
Akibat lainnya akan berupa salah pembentukan suatu establishment
kaprah yang memandang kedudukan kebudayaan akan merangsang mun-
ler – mungkin agen dan pasien kebudayaan yang culnya inisiatif-inisiatif baru di luarnya
karena senior/ sebetulnya hanya merupakan dispo- – justeru karena orang-orang di luar
sisme. Dalam yang menjadi pasien kebudayaan, bentuk-bentuk interaksi yang telah
bahasa yang
sementara dalam kenyataannya tiap mapan. Dalam sebuah pembicar-
orang sekaligus menjadi agen dan aan di warung kopi, Penulis sempat
kasar adalah pasien kebudayaan. Kebudayaan lalu
(yaitu para cognoscenti), atau pada
orang-orang yang sangat terdidik dan
mendengar kelakar (yang sebenarnya
ADHIT
HIMAWAN &
ADI PRASETYA,
FOTOGRAFER
YANG JUGA
BERPIKIR
Mungkin anda menerka-nerka arti headline di atas seolah-olah tidak ada fo-
tografer yang berpikir. Ketika kami menemui Adhit & Adi, kami memang melihat
sosok-sosok fotografer muda yang unik. Jika kebanyak fotografer junior banyak
yang lebih tertarik untuk membicarakan kamera dan perlengkapannya, teknik
olah digital dan topik-topik sejenisnya kami menemui sosok yang berbeda dari
dua orang freshmen kami ini. Adhit & Adi tergolong kritis. Mereka berbeda dari
footgrafer junior kebanyakan. Mereka seolah-olah selalu berpikir dan merencana-
kan apa yang harus mereka lakukan setahun ke depan. Mereka menilai foto dari
sudut pandang artistik, bisnis dan juga filsafat.
Untuk itu, akan sangat berdosa jika kami tidak memberi apresiasi yang layak dan
sepantasnya kepada bibit-bibit muda fotografi Indonesia yang tidak “gitu-gitu
lagi gitu-gitu lagi.” Untuk itu kami hadirkan mereka di sini agar kita juga mulai ikut
berpikir
TALENT: SARI
“...kami juga Apa yang membuat anda ter- mungkin karakter kami sebagai menikmati ar-
sangat menyu- tarik dengan fotografi? individu secara natural menemukan
sitektur, hing-
kai sinkronisasi
tempatnya di fotografi. Pada dasarnya
kami adalah orang-orang yang tidak ga mencoba
teknik dan ar-
Kami berdua sangat menggemari
“gambar yang bicara” - citra yang pandai berbicara... Di fotografi-lah kami mengamati ber-
tistik - perhi- mampu membawa serta cerita di menemukan tempat untuk “berbi- bagai karya seni
tungan dan dalamnya. Adhit secara pribadi adalah cara” tanpa harus banyak berkatakata.
dan muatan di
baliknya.”
Selain itu, kami juga sangat menyukai
perasaan - otak
seorang penikmat manga (komik
Jepang), sementara Adi sendiri awal- sinkronisasi teknik dan artistik - perhi-
dan hati. Di fo- nya sangat tertarik dengan print-ad tungan dan perasaan - otak dan hati.
tografi-lah kami berbagai fashion brands. Sebagian diri Di fotografi-lah kami menemukan titik
keseimbangan itu.
menemukan kami memiliki keinginan kuat untuk
menciptakan gambar seperti itu - gam-
titik keseimban- bar yang dibuat untuk menyampaikan
gan itu.” gagasangagasan... Adhit yang awalnya
menjadikan fotografi tempat menu-
Apa saja yang telah anda laku-
kan dan akan anda lakukan yang
angkan ekspresi emosinya, dan Adi anda yakini dapat membantu
kan hanya sebatas bukaan seorang samurai harus terus meng- Berusaha memahami (tiap) klien
cahaya. Lebih lanjut, fo- karena kematian adalah hal yang selalu sepanjang perjalanan singkat kami,
tuk terus mengembangkan proses dasar “melihat” - penghayatan signature. Sebaliknya, kami merasa
“Fotografi
fotograf dari aneka pendekatan dan evaluasi atas kekurangan kami men-
perspektif berbeda. dorong kami menemukan cara yang
di kala- Berkolaborasi
lebih baik. Setiap kesalahan membuat
kami lebih mengerti - sedikit demi
ngan ter- Boleh dibilang, fashion photogra- sedikit... Minimnya jalur formal yang
tentu
phy adalah “idealisme” kami. Melalui kami tempuh dalam mempelajari
kolaborasi dengan rekan-rekan fashion fotografi mengkondisikan kami untuk
sekedar baru dalam proses fotografi. Interaksi terus mencari... Melahap sebanyak-
mastur-
tersebut juga kemungkinkan kami banyaknya informasi dan referensi,
melihat aneka cara pandang bervariasi untuk lantas memamahbiaknya, dan
basi visual
terhadap fotografi itu sendiri. Bertanya mengaplikasikan apa yang cocok
pada ahlinya - dan mempraktekkan- dalam situasi kami... Proses ini jugalah
stan dan kami tidak pernah malu bertanya pada tidak pernah puas, dan berdoa agar
serampan-
orang-orang yang memang sudah tidak takabur, serta terus belajar.. dari Banyak orang menilai dunia
jauh lebih berpengalaman di bidang mana saja... fotografi Indonesia menga-
G.H.O.S.T juelerie
(by Agra Satria & Yasmina Yustiviani)
G.H.O.S.T juelerie
(by Agra Satria & Yasmina Yustiviani)
MENGGUGAT
KETOKOHAN
DALAM
FOTOGRAFI
Beberapa waktu yang lalu seorang teman pernah berkata, “Indonesia ini masih
punya budaya ikut-ikutan. Entah karena budaya sungkannya yang terlalu kuat
atau karena ketidak mengertiannya sehingga selalu mengikut yang dianggap
memiliki nama atau kharisma.” Di kesempatan lain seorang teman yang lain
pernah berkata, “coba lihat di ajang pameran seni. Selalu saja kita menemui
orang-orang yang ikut mengangguk-angguk mencoba menunjukkan bahwa
kita mengerti dan mengagumi karya seni yang dipamerkan tersebut ketika baru
saja ada seorang kurator yang mencoba mengkurasi karya seni tersebut. Padahal
belum tentu kita mengerti dan sependapat. Namun nama-nama kurator besar
seakan-akan membuat sesuatu yang tadinya jelek menjadi bagus, yang tadinya
tidak mudah dimengerti dan dicerna menjadi seakan-akan mudah dicerna.”
tutup mata
pengikutnya dianggap sebagai partai besar fotografi yang mereka puja.
yang namanya
dengan karya-
yang paling benar, tokoh yang paling
banyak pengikutnya dianggap seba-
Tahap selanjutnya kami menanyakan
pertanyaan mengenai alasan mereka saya sebut tadi
karyanya dan gai tokoh kebenaran, komunitas yang menyukai merk, dan tokoh tersebut. nggak pernah
tetap bisa dibi-
paling banyak anggotanya dianggap Hasil yang didapatkan cukup menge-
mau pusing
lang bagus.
sebagai komunitas kebenaran. Belum jutkan. Pada segmen merk yang disu-
mikirin mer-
eka beken atau
tentu salah memang, tapi belum tentu kai 32% tidak bisa menjelaskan alasan
barat, tempat
Dalam bidang fotografi kami juga men- dan menggunakan merk tersebut. 26%
apa enggak
kesenian ber-
jumpai adanya upaya “penjajahan” oleh
tokoh-tokoh fotografi yang mungkin
menyebutkan alasan yang bisa di-
terima dengan rasio dan bisa diakui ke- yang penting
evolusi bera- memang dilakukan tanpa sengaja. benarannya. Sementara sebanyak 42% kerjaan mer-
bad-abad, se-
Upaya “penjajahan” ini bisa berasal menyebutkan alasan yang salah. 42%
eka ramai dan
orang seniman
atas upaya yang baik secara sengaja responden menyebutkan alasan yang
orang-orang
yang merupa-
maupun tidak sengaja dari tokohnya ternyata juga bisa didapatkan di merk
baru bisa men- maupun “kerelaan” untuk “dijajah” dari lain. Artinya hampir bisa dikatakan 42%
kan market mer-
jadi terkenal
para “terjajah” oleh tokoh tersebut responden ditambah 32% responden
setelah karya-
dengan cara mentah-mentah men- telah fanatik pada sebuah merk tanpa
eka tahu bahwa
nya dikenal le-
erima doktrin dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan tokoh tersebut
alasan yang tepat, atau kami tidak
terlalu salah jika kami katakan sebagai mereka yang
bih dahulu.” sebagai tolak ukur sebuah kebenaran. “korban marketing”. terbaik. Orang
awam tahu atau
Untuk mengupas lebih dalam men- Yang paling menarik adalah tokoh
tidak nggak per-
nah mereka pu-
genai masalah ini, kami telah men- fotorgafi, kami menanyakan kepada
gadakan riset kecil-kecilan mengenai mereka siapakah tokoh fotografi
kefanatikan pehobi fotografi pada yang mereka kagumi karena kualitas singin.”
94 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 95
LIPUTANUTAMA LIPUTANUTAMA
berdebat, orang ta- kan mana foto dari fotografer idola itu.
Kami pun meminta mereka untuk men-
gat memalukan di
Karena terbukti bahwa bidang fotografi
A tersebut pada ranking 1. Selanjutnya
yang kini diseret-seret menjadi anak
hanya 9 orang yang menempatkan
negara ini.”
tiri dari seni ternyata sangat dipengar-
foto karya fotografer A di ranking 2.
uhi oleh kharisma, nama besar, brand
Dan tidak ada satu orang responden
awareness, keartisan, dll. Seorang
pun yang menempatkan foto karya
fotografer yang begitu dikagumi oleh
yang menonjol.”
karena sesuatu yang bukan karyanya.
Bisa jadi nama besarnya, kharismanya,
penampilan fisik dan pembawaan- lain mereka jatuh cinta walaupun si
nya, ataupun hanya ikut-ikutan orang fotografer kalah populer namanya.
lain. Kemungkinan kedua, kurangnya irnya bagus tidaknya sebuah karya ditentukan bukan dari bagus tidaknya karya
pengetahuan responden mengenai Untuk menebak-nebak jawaban yang tersebut, melainkan dari siapa yang membuatnya. Sayangnya itulah yang terjadi
hasil karya fotografer lain sehingga lebih mendekati kebenaran kami pun di Indonesia.”
ketika melihat hasil karya fotografer meminta pendapat kepada beberapa
pihak. AR, seorang pengamat seni HJ, seorang pengamat bisnis dan marketing mengatakan bahwa proses pen-
mengatakan, “Di Indonesia orang ciptaan karya seni di Indonesia masih banyak disetir kepentingan-kepentingan
menjadi terkenal dulu baru selanjut- marketing. Artinya untuk bisa menjadi seorang seniman yang sukses di Indonesia
“Tidak heran nya orang bisa tutup mata dengan upaya marketing bisa sangat membantu. Misalnya melalui proses branding yang
bombastis. Hal ini pula yang dianggap HJ telah berlaku pada merk-merk fotografi.
jika di Indone- karya-karyanya dan tetap bisa dibilang
bagus. Sementara di negara-negara Merk-merk yang pernah membombardir konsumen dengan propaganda-pro-
sia, mayoritas barat, tempat kesenian berevolusi pagandanya cenderung lebih dianut oleh konsumen, walaupun kalau diperde-
sering dikono- berabad-abad, seorang seniman baru batkan dengan rasio satu persatu fiturnya, merk tersebut bukanlah yang terbaik.
tasikan dengan bisa menjadi terkenal setelah karyanya Lebih lanjut lagi HJ meyakini hal ini pula yang terjadi pada tokoh-tokoh fotografi.
HJ meyakini kebiasaan orang Indonesia untuk menghormati orang yang diposisi-
yang benar.”
dikenal lebih dahulu.”
Hal senada juga diungkapkan oleh SA, kan sebagai tokoh. Apapun yang ia katakan dianggap sebagai kebenaran. Bahkan
“berbahaya sekali jika karakter sang lebih ekstrim lagi bagi mereka yang sudah terlanjur fanatik, sang tokoh itulah
tokoh berada di depan karyanya. Akh- sang kebenaran.
ketidaktahuan, kebodo-
rajin nongol di TV banyak sekali. Tapi lemah dari orang-orang Indonesia
mereka kelasnya masih kelas lokal. lah yang membuat hal ini terjadi. ER
menghindari menjadi
di sini, seperti kiata Kwanda misalnya. sia orang hanya belajar dari sesuatu
Di bidang fotorgafi juga sama. Yang yang benar, orang tidak mau melihat
“...walau ba-
senioritas hanya menunjukkan bahwa
Masih menurut ER, ketakutan untuk ia sudah lebih dulu lahir dan lebih dulu
yang hidup
untuk menghindari menjadi salah dua orang yang hidup di dua generasi
mereka memilih jalur aman, yaitu yang berbeda tidak bisa secara adil
berbeda
seleksi yang berdasar pada argumen- SA menganggap orang yang telah
tasi yang sehat. Sikap mental seperti menjadi tokoh bisa menjadi panutan
tidak bisa ini yang entah secara sengaja maupun dan bisa menjadi penjajah. Ia bisa
tidak sengaja dimanfaatkan oleh para menjadi panutan ketika mendudukkan
diperban- hir sebagai anak atau famili dari orang berkompetisi dengannya dan melepas-
dingkan,
penting ataupun pendiri bangsa. Su- kan dirinya dari posisi tolak ukur baik
dah menjadi kultur bangsa ini bahwa buruk dengan tujuan membuat ornag
merasa kalah sebuah kekurang-ajaran. Tidak heran orang yang kebetulan lebih dulu
berkecimpung dan berhasil di bidang
“Somehow di
duluan.”
jika di mailing list-mailing list bidang
seni dan bisnis muncul kata-kata pem- itu. Seharusnya senior dan junior hanya
menunjukkan jam terbang pada suatu beberapa bi-
dang di Indone-
buka “mohon petunjuk dari master dan
suhu di sini.” Atau “mau dibawa kemana waktu pengukuran, dan jam terbang
terserah komandan saja.” tidak selalu berkorelasi dengan kualitas sia yang popu-
dan kejeniusan seseorang. Artinya ke-
ler justru bukan
yang paling ba-
Senada dengan ER, IM seorang bu- tika ada seorang fotografer senior yang
dayawan mengatakan bahwa kultur sudah populer, seharusnya seorang
feodalisme yang sudah terlanjur fotorgafer muda tidak menganggap ia
sebagai kebenaran. Namun mengang-
gus...”
berakar di Indonesia telah membuat
generasi muda menganggap seniornya gapnya sebagai teman diskusi karena
lain menjadi lebih baik lagi. Di sisi lain, lang kali dimuat di media massa asing
ia bisa menjadi penjajah ketika ia selalu pernah berkata kepada tim redaksi
menempatkan dirinya sebagai tolak kami bahwa jurnalis-jurnalis media
ukur dari segala improvement yang besar lokal kadang suka besar kepala.
dilakukan orang lain seolah-olah dialah “Padahal kalau name tag nya dicabut
kebenaran itu. juga bisa apa mereka?” ungkapnya.
Untuk itu dengan alasan mencerdas-
Pada akhirnya, untuk menghindari kan peminat fotografi, kami menga-
“Seharusnya se-
menjadi “jajahan” dari para tokoh baik jak semua pihak untuk mau dengan
itu merk maupun tokoh personal da- legowo bertukar pikiran dengan bebas
lam bidang fotografi, SA menyarankan tanpa dicampuri gengsi, emosi dan nior dan junior
harga diri yang kelewat tinggi akibat
hanya menun-
senioritas, popularitas, penghargaan
yang pernah diperoleh, jam terbang, jukkan jam
ataupun alasan apapun. Karena foto terbang pada
yang baik adalah foto yang baik, sama
suatu waktu
generasi muda untuk tidak secara
fanatik menempatkan tokoh tersebut
sekali tidak dipengaruhi oleh siapa
pengukuran,
dan jam ter-
yang membuatnya. Begitu juga den-
sebagai kebenaran dan menempatkan gan foto yang jelek adalah foto yang
tokoh sebagai partner diskusi yang jelek walaupun yang membuatnya bang tidak se-
berdasarkan rasio. Dan jika ada upaya seorang fotografer terkenal, termahal
lalu berkorelasi
dari sang tokoh untuk “menjajah”, ajak-
lah ia untuk berdiskusi atau berdebat
dan paling disegani di negara ini.
dengan kualitas
dalam kerangka argumentative yang dan kejeniusan
bisa dicerna rasio tanpa menempatkan
diri sebagai tokoh fotografi. Dengan
seseorang.”
begitu niscaya hanya sesuatu yang
bisa dipertanggung jawabkanlah yang
layak menjadi tokoh. Bukan hasil dari
upaya marketing dan branding.
ERIK
PRASETYA,
SETIA PADA
FOTOGRAFI
IDEAL
Anda yang mengeluti fotografi sejak tahun 90an pasti pernah mendengar nama
Erik Prasetya. Erik Prasetya adalah seorang fotografer berbasis jurnalistik yang kini
semakin mewarnai karyanya dengan sentuhan seni. Banyak nama-nama besar di
bidang fotografi yang pernah belajar darinya. Untuk itu pada kesempatan kali ini
kami menghadirkan Erik Prasetya dengan pemikiran-pemikiran kritisnya menge-
nai fotografi Indonesia.
“Waktu jaman kamera hanya sebagai pembantu. setuju boleh tidak. Yang penting ada
era masih begitu pada masa kini ketika kamera diang- Kami pun tertarik untuk menggali
sederhana, sulit gap sebagai yang utama siapapun di lebih dalam lagi alasan Erik belum
dan lambat banyak belakangnya menjadi merasa bisa.” mempelajari fotorgafi digital. Ia pun
muncul fotografer- Sambungnya. mengaku ada dua alasan yang paling
fotorgafer intelek- utama. Yang pertama adalah karena
tual. Karena pada Kemudahan teknologi di bidang fo- faktor umur. “Sejago-jagonya yang tua,
pada masa kini ke- menghabiskan manual book lalu mera- analog. Karena banyak pencapaian di
kan selera pemesan. Berbeda dengan kelas menengah karena mereka sudah
fotorgafer fine art yang memotret kenyang dengan yang terjadi di kelas
“Pemahaman
dengan memuaskan selera diri sendiri. menengah.” Ungkapnya. “Untuk itu
Akhirnya jika fotografer-fotografer pro- saya tertarik membuat foto-foto kelas
fessional itu lupa berkarya maka lama menengah supaya menjadi cermin
kelamaan akan terjebak dan merasa
belum berbuat apa-apa.” Tegasnya.
mengenai pe- untuk kita berkaca.” Sambungnya.
kusi mengenai
menyelesaikan buku yang akn diter- yang belum keluar zangrenya.” Ung-
bitkan awal tahun depan oleh Dewan kapnya. Permasalahannya fotografer
kesalahan orang
Kesenian Jakarta. Buku itu berisi hasil sekarag banyak yang tidak mengerti
jepretannya tentang Jakarta dari awal akan hal ini. “Foto pintu keraton pakai
perlu melakukan
gelandangan, pekerja jalanan, dan contoh Erik pun menceritakan sebuah
lain sebagainya. Pilihan lainnya adalah seri foto yang sangat ia kagumi. “Pada
kesalahan itu.”
foto-foto dari kalangan kelas atas saat bom di kedutaan besar Australia
seperti kaum bangsawan, orang-orang meledak semua fotografer memotret
penting kehidupan orang kaya dan hal yang sama. Hingga pada suatu hari
lain sebagainya. Ini karena fotografer saya melihat sebuah foto yang menarik
hidup di tengah, jadi yang menarik di Kompas. Fotonya adalah seri yang
buat mereka adalah yang dari kelas terdiri dari 8 foto. Foto tersebut adalah
atas atau bawah, bukan yang terjadi di foto close up seorang anak kecil, kom-
Erik juga tertarik mengenai sikap anti “Saya merasa ada beberapa fotografer
kritik yang dimiliki banyak fotografer. yang cenderung melecehkan pe-
mikiran. Makanya nggak salah mereka
jadi tukang.” Jelasnya. “Pemahaman
mengenai pemikiran akan jauh lebih
baik dicerna kalau kita berdiskusi men-
genai kesalahan orang lain, bukan
untuk menjelekkan tapi agar kita tidak
perlu melakukan kesalahan itu.” Sam-
bungnya. Erik pernah diundang diskusi
mengenai fotografi dari perspektif
filsafat. Sayangnya yang datang hanya
3 orang. Alasan mereka yang tidak
datang adalah karena mereka merasa
diskusi semacam itu seperti killing field
HOW TO MAKE A
GOOD PHOTO?
In my last column I spoke about my idea, why is a photo a good photo?
Today I want to figure out: How to make a good photo?
there, but it was very foggy. I couldn’t
see the last row of metronomes, and “A good
First a little experiment: Think about an artist, whose work you really like. Okay,
we had to make noise all the time for
not getting lost in the fog. Suddenly photo is
now try to remember his best pictures. How many do you remember?
May I suppose, that you don’t remember more than 5 pictures?
the fog totally disappeared and we had
bright, dramatic sunlight. No metro- always the
What does this mean? It is very difficult to make really good pictures, which are so
good to be remembered for a long time. Even in the work of famous artists there
nome made a shadow on another one!
I am not religious, but this photo was a result of
are only few all-time-highlights! So you better lean back and relax: Even the best
professional photographers in the world can’t shoot a super-photo every day. Ask
present of God!
THINKING.
any professional – he’ll agree! Next day I wanted to shoot an alterna-
tive version, but this time I wasn’t lucky Before you
Good photos are seldom shot incidentally! And if so, not because of the photogra-
pher’s talent, but by LUCK.
at all: the light was boring, the flood
came very fast, and we lost some of the press the
A little bit of luck is always needed even by the best photographers, otherwise
they’ll get just a “normal” photo, not an “outstanding” one, believe me!
metronomes. (see page 126-127)
button –
For example i use a photo of mine which call metronome (see page 124-125). With
this picture I had an enormous amount of luck! I shot in the mud-flats of the North
A good photo is always the result of
THINKING. Before you press the button
– think!
think!”
Sea. You can be there only for few hours, then the flood comes back and you have Amateurs always run around to catch
leave quickly, it is dangerous. We had to arrange these metronome-dummies a good photo. They may find few nice
pictures, but with a little thinking tographer: The beginner starts totally
before, they would have much more visual. For example he says: “Hey, this is
success. a fabulous phone. I want to take a cool
Guess, you want to photograph a photo of it!” The mature photographer
famous building. As a professional pho- starts different: “What is new with this
tographer I would find out, how this phone? What makes it different to oth-
object has been shot by other photog- er phones? What kind of people would
raphers before. I don’t want to take the love that phone?” Such questions help
same photos! Be sure: if you shoot the to find new ways of photographing this
building daytime from a normal per-
spective, like every tourist does, then
phone.
“Think
you’ll get just a total normal photo –
nothing special! But if you be there at
Try this also! Think deeply about the
theme you want to shoot. It’s fun and deeply
about the
an unusual time (maybe at night, with you’ll have the better photos in the
the moon above), then your chance for end!
had to do at the British coast. He was
theme you
a good photo is much higher!
Or you’ll ask in the opposite building looking for a special view to photo- And, if you are not successful in the
graph the life in a small seaside resort.
want to
for shooting from the roof – then you’ll beginning, remind this aphorism:
get an unseen perspective. This is how He used only one 50mm lens, and had “Only the mediocre photographer is in
professional photographers work. fixed it to maximum 60cm focus. So top form every day!”
the better
today this is an outstanding photo (Thomas Herbrich www.herbrich.com)
report.
Energi mu-
pada hal kecil dan mengabaikan hal-
hal besar. Walaupun mungkin saja dia
dah sekali
juga berpikir hal tersebut kepada saya.
Namun setelah saya telusuri, sebelum
menular
bergaul akrab dengan saya, ia banyak
bergaul dengan teman-teman yang
selalu ingin “menikmati hidup”. Mereka
yang walaupun hidup pas-pasan tapi
tidak pernah “menyiksa” diri dengan genit karena baru mendapat teman melalui in-
teraksi di
fantasi-fantasi kehidupan yang lebih dekat yang juga centil dan genit.
baik secara materi sehingga tidak Mungkin adalah sifat alamiah manusia
antara dua
memiliki dorongan untuk “bergerak”, untuk beradaptasi dengan lingkun-
kepribadian yang “nrimo” seperti orang gannya. Lihatlah betapa mudahnya
orang.
Yogya asli. kita membicarakan orang lain ketika
kita bertemu salah seorang teman
Dari pengamatan saya tersebut saya kita dan ia membuka pembicaraan
mulai berani menyimpulkan bahwa dengan kata-kata “Eh tau nggak, Ria
manusia sangat dipengaruhi oleh ling- teman SD kita dulu sekarang badannya
kungannya. Beberapa minggu belakan- seksi banget. Padahal dulu kan nggak
gan ini seorang pembantu rumah tang- karuan.” Lalu dalam hitungan menit
ga kakak saya yang tadinya sangat alim atau bahkan detik kita bisa menjawab
dan santun berubah menjadi centil dan “Ah masak sih, dulu kan dia nggak ada
banyak untuk mewujudkan keinginan- yang ngelirik. Terus sekarang udah
nya tersebut. punya pacar belum dia?” Ya energi
mudah sekali menular melalui interaksi
Di sisi lain, saya memiliki seseorang di antara dua orang.
yang sangat dekat dengan saya. Di
awal perkenalan saya dengan dia saya Seorang teman saya yang lain yang
banyak menemui ketidakcocokan cara merupakan make up artist terkenal
pemikiran. Menurut saya pemikiran- menjadi contoh otentik berikutnya.
nya dangkal. Ia tidak bisa mengam- Beberapa tahun yang lalu ketika saya
bil keputusan dengan cepat, selalu baru saja dikenalkan dengannya oleh
bergantung pada orang lain, berpikir seorang teman, ia adalah lelaki tulen
seperti kebanyakan pria. Walaupun
resistensi yang jadi make up artis nanti ikutan jadi erung menjadi sumber dari energi dan
tinggi sehingga
banci.” Dan benar saja, tidak sampai 3 benchmark dari segala mindset dan
tahun kemudian gaya bicaranya mulai perilaku yang berlaku di kelompok itu.
mereka tidak mendayu, tangannya mulai melambai, ada yang spesial seperti orang keban-
dengan mudah cara berpakaiannya mulai seperti banci Mungkin anda sekarang mulai berpikir, yakan, fotografer-fotografer wannabe,
gerombolan yang tidak ada habisnya
atau bahkan (tanpa bermaksud merendahkan kaum
waria).
wah kok omongannya jadi ngalor
ngidul nggak jelas gini sih? Baiklah, membicarakan alat, gadget dan gear
mungkin ada untuk mempersingkat omongan yang camera namun meminta uang orang
yang tidak ter- Saya tidak pernah membaca tentang nggak jelas ngalor ngidul ini, inti dari tua ketika ingin membelinya.
pengaruh sama teori ini dimanapun sehingga saya pemikiran saya ini adalah mungkin
Saya tidak menyarankan anda untuk
sekali. Dan tidak
tidak tahu apakah teori saya ini sudah sudah saatnya kita mengevaluasi diri
diuji kebenarannya atau belum oleh kita dalam hal bergaul. Dengan orang- memilih-milih teman. Saya juga tidak
jarang, mereka pakar di bidangnya. Namun saya orang seperti apakah kita bergaul menyarankan anda untuk mening-
yang memiliki meyakini bahwa sifat manusia adalah secara akrab belakangan ini? Apakah galkan teman-teman anda yang “orang
biasa-biasa” saja. Tapi mulailah untuk
resistensi yang beradaptasi. Ketika kita berada dalam
suatu kelompok pergaulan secara
dengan orang-orang yang berpikiran
maju, pengusaha, trend setter, pence- bergaul dengan orang-orang yang
tinggi cend- intensif alam bawah sadar kita beru- tus ide, fotografer yang sudah terbukti anda ingin sekali menjadi mereka.
erung menjadi saha merekam prototype orang-orang dan diakui kemampuannya, orang- Orang-orang yang jauh lebih dari seke-
sumber dari en- yang ada di sekeliling kita dan secara orang yang dilabeli kreatif bukan dar biasa-biasa saja. Orang-orang yang
bisa mentransfer energi dan sistem
ergi dan bench-
perlahan dan tanpa sadar menginstall sekedar karena bekerja di divisi kreatif
ke dalam system tubuh kita. Mulai dari sebuah perusahaan namun yang dila- berpikir dan berperilakuknya kepada
mark dari segala cara bicara, ketertarikan terhadap ses- beli kreatif karena pemikiran kreatifnya. anda.
mindset dan uatu, hingga pada akhirnya cara pikir. Pehobi foto yang dalam 2 tahun ke
AURA
GOTHIC
NICOLAS
HENRI
Setelah cukup puas menghadirkan nama-nama besar di industri fashion photog-
raphy di Indonesia, pada kesempatan kali ini kami menghadirkan Nicolas Henri,
seorang fotografer fashion dari Basel, Switzerland. Seperti kebanyakan fotor-
gafer pada umumnya, Nicolas juga tidak bercita-cita menjadi seorang fotografer.
Namun berkat niatnya dan usahanya yang keras Nicolas berhasil mengkonversi
hobbynya menjadi profesi tetapnya saat ini. Berikut cuplikan pembicaraan kami
dengannya.
How did you get into photography. Tell us from the beginning.
“Know-
learn to get better on it, what
have you done and you will do
ing what
to get improved continuously.
you still
There are many ways to improve. I read
a lot of photography magazines and
have to
look at a lot of stuff on deviantART and
similar platfroms. Seeing what other
learn is a
photographers do, can be a great in-
spiration. Not to copy them but to see
that there are always different ways to
“There will
always be
someone
who’s better
than you and
so there’s al-
ways room
to improve -
a blessing in
my opinion!”
148 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 149
FASHIONPHOTOGRAPHY FASHIONPHOTOGRAPHY
something be-
is a great starting point for that.
“As a pho-
tographer
in any
genre one
should al-
ways try
to suck in
all the real
life imag-
ery that
presents
itself to
you.”
“Personal” or “intimate”
Well that happens a lot. I just a got a book on Edward Steichen this weekend.
He was one of the great photographers of the 20’s and 30’s who shaped
fashion photography to what it still is today. There’s one image in the book
with a woman in a black dress against a white background with a black bar
going across it. The image is so strikingly simple but with an immense graph-
ic impact. The Composition is pristine. Another example is a portrait of the
daughter of Charlie Chaplin done by Peter Lindbergh in his book “Untitled
116”. It is very simple as well but the emotional impact is amazing. There is
also a series entitled “Reflections of Glamour” by Steven Meisel (he did it for
the american Vogue, I believe) which keeps on striking me as brilliant.
“I believe
the essence to becoming artisticly and/ dead. beautiful perhaps, but uninter-
or commercially successful. esting and interchangeable.
are seri- believe it will hurt your own career a lot be able to bring a sense of story and
ous about
more when you copy than it will hurt depth to the image. Fashion can’t exist
the original artist. without a human wearing it. So there
work there same look it was always just a start- layer which connects the product to
is no big
ing point. In the end something quite the person wearing it. Ultimately you
different came out with my own stamp need to unlock an interesting and
danger
on it. I believe if you are serious about disreable world to the viewer and the
your own work there is no big dan- piece of fashion must a part of it.
cause you
raphy? cessful fashion photographer
don’t do or have compared to
will al- A lot of photographers or photo edi-
tors and art buyers might answer that successful fashion photographer
ways bring you are supposed to have a feeling which makes them unsuccessful.
yourself
and understanding for the product
(the clothing which is displayed) and Being successful and being good/
into the
that you need to be able to work out talented are two different things of
the texture, the detail and the indi- course. I can only answer what sets
TIME TO TELL,
A PHOTO
EXHIBITION OF
LEO LUMANTO
RASUNA EPICENTRUM - JAKARTA, 14 - 30 AGUSTUS 2008
Nayana berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti Mata. Lewat mata jugalah kita
berjalan di kehidupan ini.
Perjalanan hidup yang begitu panjang dan berliku, terkadang menyisakan satu
pengalaman spiritual yang selalu mengugah rasa.
Saat kita sudah bisa menikmati perjalanan tadi sebagai satu relaksasi batin yang
menyenangkan, nampaknya saat itu juga ada satu pertalian rasa yang dalam
antara kita dan esensi hidup lainnya.
Lewat foto-foto inilah satu perjalanan Spiritual yang saya rasakan dalam men-
garungi bahtera hidup menjadi satu kesatuan hakiki yang mendalam baik antara
rasa, hasrat dan emosi.
Menyimpulkan akhir dari perjalanan inilah yang masih menjadi tanda tanya. Ras-
anya tak ada yang membekas secara dalam selain kekosongan dan kehampaan
semata. Berteman dengan kesunyian tidak lagi mebuahkan rasa takut, justru saat
alam berbicara dengan gayanya, semua menjadi semakin sempurna.
Biarkan alam ini yang nanti akan bersaksi di akhir hidup. Setidaknya mereka pasti
akan lebih jujur bertutur tentang kita.
batu, pohon, dll, menjadi suatu objek Leo Lumanto dalam hubungannya
yg “hidup” dan dibalik sunyi sepi dengan fotografi, di mata saya meru-
benda-benda alam tersebut bisa kita pakan sosok yang memiliki kepe-
“rasakan” emosi dari mood situasi di kaan yang cukup tinggi. Ia memiliki
lokasi landscape tesbut . radar yang mampu mengidentifikasi
Dengan memandang kesederhanaan momen-momen fotografis, benda-
foto2 beliau, makna terdalam yg beliau benda dan lokasi-lokasi fotografis.
terjemahkan sebnarnya sudah men- Kepekaan inilah yang membuatnya
gena dgn mudahnya ke audience Kalau saya melihat karya foto-fotonya “muncul” di tengah ribuan pehobi
foto-foto beliau, teringat kembali pada Leo Lumanto, sudah bagus hasilnya. fotografi yang “gitu-gitu lagi gitu-gitu
kata-kata beliau pada saya : Lihatlah Baik dari segi komposisi dan teknik lagi”.
dgn mata hati mu. fotografinya. Karena saya tahu persis
Salute to You , for my friend Leo Lu- perjalanan bagaimana pertamakali dia Jujur saja membicarakan kelebihan
manto , Godspeed! mulai mengenal fotografi. Sejak awal, kemampuan fotografi Leo Lumanto
saya memperkenalkan apa itu fotografi bukan hal yang cukup menarik buat
Hans T Winata dan filosofinya. Karena dia memiliki saya, karena saya yakin semua orang
kepekaan terhadap sebuah kondisi, yang melihat fotonya akan berkata hal
tak heran kalau Leo Lumanto sangat seperti itu. biasa”. Justru karena saya tahu bahwa
mudah menerjemahkanya kedalam Sebagai seorang teman, saya lebih ter- seorang Leo Lumanto memiliki kepe-
sebuah karya fotografi yang selalu ber- tarik untuk menantang Pak Leo untuk kaan di atas rata-rata termasuk untuk
sanding dengan filosofi dan rasa. mulai melepaskan diri dari teknologi menghadirkan aura “tak biasa” dalam
digital infra red yang menurut keyaki- foto-fotonya saya rasa memanfaatkan
Bicara teknis, itu bisa dipelajari. Yang nan saya terlalu memberikan kemu- teknologi digital infra red hanya akan
terpenting adalah bagaimana kita bisa dahan untuk menghadirkan aura “tak mempertumpul kepekaan dan kemam-
mengolah dan menjaga kepekaan rasa puannya untuk menangkap aura “tak
yang kita miliki seperti yang dilakukan biasa” itu.
Leo Lumanto. Bermodalkan itulah saya
rasa perjalanan dunia fotografi Leo Selamat atas pameran tunggalnya pak.
Lumanto, kedepannya akan lebih baik Ditunggu foto-foto non infra red nya
seiring dengan perjalanan hidupnya pak.
yang selalu mengolah rasa.
Salam
(Darwis Triadi) Ignatius Untung
JAKARTA Perhimpunan Fotografi Taru- CybiLens Jl. KH Hasyim Ashari No. 18, Jakarta POIsongraphy Satyabodhi
Telefikom Fotografi manegara PT Cyberindo Aditama, Mang- SUSAN + PRO ConocoPhillips d/a Ratu Prabu 2 Kampus Universitas Pasundan
Universitas Prof. Dr. Moestopo (B), Kampus I UNTAR Blok M Lt. 7 Ruang gala Wanabakti IV, 6th floor. Jl. Kemang raya No. 15 Lt.3, Jakarta jl.TB.Simatupang kav 18 Jl. Setiabudi No 190, Bandung
Jalan Hang Lekir I, JakPus PFT. Jl. Letjen S. Parman I JakBar Gatot Subroto, jakarta 10270 12730 Jakarta 12560 Himpunan Mahasiswa Planologi
Indonesia Photographer Pt. Komatsu Indonesia FSRD Trisakti e-Studio NV Akademie (HMP) ITB
Organization (IPO) Jl. Raya Cakung Cilincing Km. 4 FSRD Trisakti, Kampus A. Jl. Kyai Wisma Starpage, Salemba Tengah Jl. Janur Elok VIII Blok QG4 No.15 Gedung Labtek XI A, Jl Ganesha 10
Studio 35, Rumah Samsara, Jl. Jakarta Utara 14140 Tapa, Grogol. Surat menyurat: jl. No. 5, JKT 10440 Kelapa Gading permai Bandung 40132
Bunga Mawar, no. 27, Jakarta LFCN (Lembaga Fotografi Dr. Susilo 2B/ 30, Grogol, Jakbar VOGUE PHOTO STUDIO Jakarta 14240
Selatan 12410 Candra Naya) SKRAF (Seputar Kamera Ruko Sentra Bisnis Blok B16-17, TASIKMALAYA
Unit Seni Fotografi IPEBI (USF- Komplek Green Ville -AW / 58-59, Fikom) Tanjung Duren raya 1-38 BEKASI Eco Adventure Community
IPEBI) Jakarta Barat 11510 Universitas SAHID Jl. Prof. Dr. Shoot & Print Lubang Mata Jl. Margasari No. 34 Rt. 002/ 008,
Komplek Perkantoran Bank HSBC Photo Club Soepomo, SH No. 84, Jak-Sel jl. Boulevard Raya Blok FV-1 no. 4, Jl. Pondok Cipta Raya B2/ 28, Bekasi Rajapolah, Tasikmalaya 46155
Indonesia, Menara Sjafrud- Menara Mulia Lt. 22, Jl. Jendral 12870 Kelapa Gading Permai, jkt Barat, 17134
din Prawiranegara lantai 4, Jl. Gatoto Subroto Kav. 9-11, JakSel One Shoot Photography Q Foto SEMARANG
MH.Thamrin No.2, Jakarta 12930 FIKOM UPI YAI jl. Diponegoro no. Jl. Balai Pustaka Timur No. 17, BANDUNG PRISMA (UNDIP)
UKM mahasiswa IBII, Fotografi XL Photograph 74, JakPus Rawamangun, Jkt PAF Bandung PKM (Pusat Kegiatan Mahasiswa)
Institut Bisnis Indonesia (FOBI) Jl. Mega Kuningan Kav. E4-7 No. 1 Lasalle College Digital Studio College Kompleks Banceuy Permai Kav A-17, Joglo Jl. Imam Bardjo SH No. 1
Kampus STIE-IBII, Jl Yos Sudarso JakSel Sahid Office Boutique Unit D-E-F Jl. Cideng Barat No. 21 A, Jak-Pus Bandung 40111 Semarang 50243
Kav 87, Sunter, Jakarta Utara Kelompok Pelajar Peminat (komp. Hotel Sahid Jaya). Jl. Darwis Triadi School of Photog- Jepret MATA Semarang Photography
Perhimpunan Penggemar Fotografi SMU 28 Jend Sudirman Kav. 86, Jakarta raphy Sekretariat Jepret Lt. Basement Club
Fotografi Garuda Indonesia Jl. Raya Ragunan (Depan RS Pasar 1220 jl. Patimura No. 2, Kebayoran Baru Labtek IXB Arsitektur ITB, Jl Ganesha FISIP UNDIP
(PPFGA) Minggu) JakSel Jurusan Ilmu Komunikasi eK-gadgets centre 10, Bandung Jl. Imam Bardjo SH. No.1, Semarang
PPFGA, Jl. Medan Merdeka Selatan FreePhot (Freeport Jakarta Universitas Al-Azhar Indo- Roxy Square Lt. 1 Blok B2 28-29, Jkt Spektrum (Perkumpulan Unit DIGIMAGE STUDIO
No.13, Gedung Garuda Indonesia Photography Community) nesia Style Photo Fotografi Unpad) Jl. Setyabui 86A, Semarang
Lt.18 PT Freeport Indonesia Plaza 89, 1st Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Jl. Gaya Motor Raya No. 8, Gedung jl. Raya Jatinangor Km 21 Sumed- Jl. Pleburan VIII No.2, Semarang 50243
Komunitas Fotografi Psikologi Floor baru, Jak-Sel, 12110 AMDI-B, Sunter JakUt, 14330 ang, Jabar Ady Photo Studio
Atma Jaya, JKT Jl. Rasuna Said Kav X-7 No. 6 LSPR Photography Club Neep’s Art Institute Padupadankan Photography d/a Kanwil Bank BRI Semarang, Jln.
Jl. Jendral Sudirman 51, Ja- PSFN Nothofagus (Perhimpu- London School of Public Relation Jl. Cideng Barat 12BB, Jakarta Jl. Lombok No. 9S Bandung Teuku Umar 24 Semarang
karta.Sekretariat Bersama Fakultas nan Seni Fotografi PT Freeport Campus B (Sudirman Park Office V3 Technology Studio intermodel Pandawa7 digital photo studio
Psikologi Atma Jaya Ruang G. 100 Indonesia) Complex) Mall ambassador Lt.UG/47. Jl. Prof Jl. Cihampelas 57 A, Bandung 40116 Jl. Wonodri sendang raya No. 1068C,
Studio 51 PT Freeport Indonesia Plaza 89, 1st Jl. KH Mas Mansyur Kav 35 Dr. Satrio, Kuningan, Jakarta Lab Teknologi Proses Material ITB Semarang
Unversitas Atma Jaya, Jl. Jendral Floor Jakarta Pusat 10220 Cetakfoto.net Jl. Ganesha 10 Labtek VI Lt. dasar, Kloz-ap Photo Studio
Sudirman 51, Jakarta Jl Rasuna Said Kav X-7 No. 6 FOCUS NUSANTARA Kemang raya 49D, Jakarta 12730 Bandung Jl. Kalicari Timur No. 22 Semarang