Anda di halaman 1dari 93

EDISI 15/2008

FREE

EDISI XV / 2008 1
www.thelightmagz.com
THEEDITORIAL THEEDITORIAL

PATH OF
WISDOM
Beberapa edisi terakhir kami memang memberanikan diri untuk bersikap pebih
PT Imajinasia Indonesia, kritis dengan berani membuka segala hal yang kurang menyenangkan yang
terjadi di dunia fotografi Indonesia. Kritik yang masuk cukup banyak walaupun
Jl. Pelitur No. 33A, masih jauh di bawah dukungan yang masuk.
www.thelightmagz.com
Edisi ini kami masih tidak berhenti melakukan upaya untuk menjadi kritis. Kami
Pemimpin Perusahaan/
menghadirkan sosok-sosok yang bisa menjadi panutan sebagai sosok yang bijak-
Redaksi: Ignatius Untung, sana dalam berfotografi. Mulai dari Erik Prasetya yang begitu bijak melihat kritik
sebagai kesempatan untuk improvisasi. Begitu juga dengan freshmen kali ini
Technical Advisor: Gerard Adi,
COVER: yang walaupun masih tergolong muda sudah cukup bijaksana dalam menghada-
BEAUTIFUL THORN Redaksi: redaksi@thelightmagz. pi kritisi. Dari luar negeri kami mendatangkan 3 orang fotografer sekaligus dalam
FOTOGRAFER: com, Public relation: Prana edisi ini. Mulai dari Thomas Herbrich yang sudah hadir setiap bulannya, kini kami
tambahkan Eryk Fitkau yang begitu bijaksana menghadapi ketidak beruntungan
NICOLAS HENRI Pramudya, Kontributor: Novijan lingkuang sosialnya dalam mewujudkan cita-citanya sebagai fotografer hingga
Sanjaya, Thomas Herbrich, Nicolas Henri yang bijaksana memilih jalan hidupnya sebagai fotografer.

Siddharta Sutrisno, Iklan:


Pada akhirnya kami mengajak anda semua untuk bersikap lebih bijaksana. Karena
“Hak cipta semua foto dalam ma-
jalah ini milik fotografer yang ber- marketing@thelightmagz.com - bijaksana bukan monopoli orang dewasa ataupun senioritas. Siapapun bisa jadi
sangkutan dan pihak-pihak yang bijaksana bahkan walaupun belum dewasa. Dibanding menjadi dewasa dan
terlibat dalam pembuatannya, 0813 1100 5200, Sirkulasi: Maria
serta dilindungi oleh Undang- senior tanpa kebijaksanaan.
undang. Penggunaan foto-foto Fransisca Pricilia,
dalam majalah ini sudah seijin Semoga berkenan.
fotografernya. Dilarang meng- sirkulasi@thelightmagz.com,
gunakan foto dalam majalah ini
dalam bentuk / keperluan apapun Graphic Design: ImagineAsia,
tanpa ijin tertulis pemiliknya.”
Webmaster: Gatot Suryanto The Light

2 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 3


COVERSTORY SURAT PEMBACA

MEMBICARAKAN KEKURAN- diulas sehingga dapat memberikan


GAN ORANG pencerahan kepada pembaca Th Light
reggy – via guestbook www.thelight- Magz..
magz.com
Kemudian, soal tata cara penulisan,
Melihat perkembangan The Light Magz tanda baca, gaya bahasa dan logika
dari 1-XIII, cukup mengagumkan. Saya kalimat, sejujurnya, masih jauh dan
sangat menyukai karya2 yg ditampil- tidak sesuai dengan cara penulisan di
kan. Hampir semua rubrik saya baca. media yang sering saya baca. Lihat saja:
Cuma ada masalah yang mengganjal, kompas, tempo, Swa, Media Indonesia
2 edisi terakhir ini. Yaitu: soal isi liputan dll.
utama. Secara judul besar isyu cukup
menarik (XII-XIII). Akan tetapi ketika Akhir kata, saya mohon maaf dan
saya membacanya dan cermati, isinya semoga semoga hal ini bisa menjadi
lebih kepada mengomentari sikap input bagi redaksi.
seorang/kelompok fotografer.
Tabik
Dahulu, banyak memberikan pencera-
han perkembangan dunia fotografi.
Maaf. Mungkin saya salah melihatnya. Mas Reggy yth, terima kasih atas kritik,
Sekadar bertanya kepada redaksi The saran dan masukannya. Mengenai
Ligth, apakah The Light sudah mempo- penulisan, tanda baca, gaya bahasa
sisikan sebagai media yang isinya lebih dan logika kalimat memang masih
keapda “provokatif”? menjadi PR buat kami. Dan tentu
saja dilihat dari jumlah awaknya,
Saya tidak pro atau kontra kepada sia- kami tidak terlalu layak dibanding-
papun. Akan tetapi, yang harus dicatat, kan dengan media massa besar yang
setiap orang memiliki kelebihan dan sudah berpengalaman seperti Kompas,
kekurangannya. Sebaiknya, coba lihat Tempo, Swa dan Media Indonesia.
sisi positif dari orang tersebut dalam Namun kami sadar bahwa umur dan
kepiawaiannya d dunia fotografi. Bukan jumlah team yang kami miliki memang
sisi negatifnya. Bukan pribadinya yang seharusnya tidak menjadi pembenaran
diulas. Tetapi karyanya yang harus untuk menjadi cacat atau kurang

4 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 5


SURAT PEMBACA SURAT PEMBACA

baik. Hanya saja memang untuk saat lebih menyorot kepada kekurangan- Anyway, kami sangat senang dengan hannya agar tidak membingungkan
ini prioritas kami adalah untuk terus nya saja tanpa menaruh peduli (alias kritik anda, karena dengan adanya kri- orang-orang baru seperti saya. Terima
memperbaiki kualitas konten, setelah melepaskan karakter si pembuat) tik anda ini kami memiliki kesempatan kasih.
itu baru pada kemasan yang juga dari kekurangannya tersebut. The untuk mengklarifikasi kebijakan The
termasuk gaya bahasa. Light adalah majalah fotografi bukan Light yang tidak populer yaitu menjadi
majalah gossip apalagi politik, maka provocative positif. Mas Anthony yth, terima kasih atas ket-
Mengenai liputan utama edisi XII & XIII dari itu ketika kami membicarakan ertarikannya kepada The Light.
yang dianggap provocative dan mem- kekurangan seseorang itu dilakukan Salam 1. Untuk saat ini kami tidak tertarik
bicarakan kejelekan seseorang atau dalam konteks evaluasi. Dan yang Redaksi untuk menyoroti masalah teknis
sekelompok orang, pada dasarnya menjadi subyek adalah kekurangan- secara spesifik dan detail karena teknis
inti dari yang ingin kami sampaikan nya bukan orang yang melakukannya DATA TEKNIS PEMBODOHAN adalah sesuatu yang ada habisnya.
adalah bahwa proses belajar bukan seperti yang dilakukan majalah gossip BUKAN? Fotografer-fotografer pemula seperti
hanya dari yang baik saja, namun juga ataupun politik. Anthony – via email anda mungkin saja sangat tertarik
dari yang jelek. Segalanya dilakukan pada bahasan-bahasan teknis, tapi
bukan untuk menjelek-jelekkan atau Sebagai perumpamaan jika dalam Dear Redaksi, saya baru mengetahui tanyakanlah pada mereka yang sudah
membunuh karakter fotografer yang belajar berfotografi anda memiliki majalah ini pada saat edisi 8, namun lebih dari 5 tahun di fotografi dan mer-
memiliki kekurangan tersebut namun 1000 kemungkinan dalam melakukan setelah membaca edisi 8, saya lang- eka yang sudah masuk ke segmen semi
kesalahan dan kebenaran. Dan anda sung mendownload semua edisi dan pro dan professional, mereka tidak
sudah mengetahui 300 kemungkinan terus memantau perkembangan the tertarik lagi membaca hal yang terlalu
yang merupakan suatu kebaikan, light hingga saat ini. teknis. Untuk itu, jika kami memposisi-
maka anda masih menyisakan 700 ke- Yang ingin saya tanyakan, mengapa kan diri sebagai majalah yang me-
mungkinan menjadi salah dan gagal. sampai saat ini The Light tidak tertarik nyoroti teknis sebagai bahasan utama,
Namun dengan mengambil pelajaran utk membahas masalah teknis secara maka kami harus siap kehilangan pem-
dari kegagalan orang lain sebanyak lebih detail. Dan mengapa juga The baca seperti anda ketika anda sudah
100 saja, maka kemungkinan anda light tidak menampilkan review gear lebih berpengalaman dari sekarang.
untuk gagal sudah berkurang dari 700 seperti camera, lighting, dll. Dan yang
menjadi 600 karena yang 100 sudah terakhir mengapa The light tidak mau 2. Kami tidak terlalu tertarik untuk
bisa dipastikan sebagai sebuah kesala- menampilkan skema lighting dan data menampilkan review camera, lighting
han. Untuk itu kami meyakini bahwa teknis dan bahkan mengatakan data dan lain sebagainya karena sudah ada
proses belajar bukan hanya dengan teknis sebagai pembodohan. Semen- majalah lain yang mengulas tentang
mempelajari keberhasilan orang, na- tara di majalah lain (majalah fotografi itu. Dengan terjun dan menjadikan
mun juga kegagalan orang lain. lokal juga) dikatakan bahwa data teknis review alat sebagai bahasan utama
bukan pembodohan. Mohon pencera- artinya kami hanya akan memaksakan

6 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 7


SURAT PEMBACA SURAT PEMBACA

diri untuk membunuh majalah lain itu obyek yang sama. Tanpa kesamaan
atau terbunuh oleh majalah lain itu. mengenai poin-poin tersebut secara
Sementara jika kami tidak focus pada detail maka data teknis tidak berguna
review alat semacam itu, kami bisa karena tidak bisa menjadi patokan
hidup berdampingan saling meleng- mengenai teknis pembuatan sebuah
kapi dan yang penting sama-sama foto. Sementara untuk mencantumkan
hidup. Tapi tidak berarti selamanya tidak menjamin anda bisa menguasai keterangan mengenai merk lampu,
kami tidak menghadirkan review alat. lighting foto lain apalagi menciptakan besarnya watt, besarnya power, warna
Sesekali boleh lah untuk penyegaran. lighting khas anda. Kalau begitu bera- kulit, intensitas matahari adalah tidak
pa banyak skema lighting yang harus mungkin karena tidak ada parameter-
3. Skema lighting bagi kami ibarat anda miliki dan hapalkan untuk bisa nya atau dalam bahasa lainnya lebih
sebuah partitur sebuah lagu. Ketika menjadi fotografer handal yang serba bodoh lagi. Hehehe… Harus diingat
anda menguasai partitur sebuah bisa? 1000 skema lighting pun belum kamera bekerja dengan merekam
lagu anda bisa memainkan lagu itu tentu cukup. Untuk itu kami lebih obyek dan interaksi lingkungan sekitar
dengan baik, tapi dengan menguasai memilih untuk membiasakan pembaca terhadap obyek, jadi keterangan teknis
partitur lagu itu tidak secara otomatis melihat sebuah foto dan menerka mengenai interaksi lingkungan sekitar
membuat anda bisa memainkan lagu skema lighting dan mencobanya agar seperti intensitas pantulan, jarak, dll
erti yang mas bikin di majalah A, data
lain atau bahkan menciptakan lagu. pengetahuan lighting terinstall dalam sangat mempengaruhi. Dengan alasan
teknisnya mulai dari speed, diafragma,
Begitu juga dengan skema lighting. otak kita. itulah kami menganggap data teknis
ISO, lensa, dll sudah saya ikuti, tapi kok
Ketika mengetahui skema lighting, sebagai pembodohan, karena tidak
masih tetap saja beda ya mas. Per-
anda hanya bisa menguasai cara 4. Mengenai data teknis adalah ada gunanya dan memiliki potensi
masalahannya jika pemotretan dilaku-
pembuatan foto semacam itu, namun pembodohan, itu adalah pendapat untuk menjebak baik sengaja maupun
kan di dalam ruangan, lighting yang
kami. Sah-sah saja, dan menjadi sah tidak sengaja.
digunakan sama atau tidak, merknya,
juga buat orang lain yang mengang- besaran wattnya, powernya, jarak ke
gap hal itu bukan pembodohan, asal Salam
obyek, warna kulit si model, kondisi
disertai argumen yang bisa dicerna Redaksi
pencahayaan sekitar, warna tembok
rasio. Tanpa disertai argumen yang sekitar, dll. Jika dilakukan di luar ruan-
bisa dicerna rasio teori apapun yang gan, apakah dilakukan pada jam yang
dikemukakan boleh dikatakan sebagai sama, pada intensitas pencahayaan
usaha pembodohan. Seringkali dalam matahari yang sama, warna dan
seminar & workshop fotografi seorang karakter permukaan tempat model/
peserta menanyakan kepada pembi- obyek berpijak yang sama, warna kulit
caranya, “mas saya mau bikin foto sep- yang sama, warna obyek di sekeliling

8 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 9


FASHIONPHOTOGRAPHY FASHIONPHOTOGRAPHY

Disamping musik,sektor lain di industri kreatif yang berkembang pesat


adalah fotografi. Industri fotografi diyakini tidak akan mati karena
peminat fotografi semakin meningkat dan teknologi fotografi menjadi
semakin terjangkau. Hal ini secara tak langsung juga meningkatkan
standar fotografi itu sendiri.

neepís art institute (neepís) kini hadir untuk bila ingin mengambil kelas tanpa mengikuti kelas sebelumnya.
memenuhi kebutuhan standarisasi dunia fotografi yang Melengkapi kelas-kelas yang sudah ada, juga telah dibuka 2 kelas
semakin meningkat. Mengikuti standar kurikulum luar digital imaging yaitu DI 1 dan DI 2. Fasilitas yang disediakan bagi
negeri yang lebih terarah, sehingga murid - murid di siswa adalah laboratorium komputer, wi-fi internet, perpustakaan
neepís bisa mendapatkan teknik yang benar. Secara dan studio.
global, dalam pendirian institusi ini, neepís yang resmi
beroperasi sejak 9 Maret 2007 lalu memiliki tujuan untuk neepís mempunyai misi untuk menyiapkan murid-muridnya menjadi
meningkatkan apresiasi foto masyarakat Indonesia ke lulusan yang matang dan siap terap di bidang fotografi dan digital
level internasional dengan cara mengembangkan imaging.
standarisasi yang lebih tinggi dalam pendidikan fotografi,
memperluas networking opportunity dan mengeksplorasi Untuk menunjang misi tersebut, maka neepís art institute membuat
bakat baru di bidang fotografi. Didukung juga dengan suatu wadah neepís community dimana ini adalah tempat bagi
pengajar yang mempunyai latar belakang fotografi dan alumni, murid dan pengajar untuk bertukar informasi. neepís
memiliki pendidikan formal fotografi di beberapa negara community mempunyai kegiatan antara lain seminar, workshop,
luar seperti Australia, Amerika Serikat dan Kanada. hunting, forum dan foto galeri.
Dengan demikian neepís diharapkan dapat menyusun
standar baru dalam dunia pendidikan fotografi di Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi (021 - 6306262)
Indonesia yang setara dengan standar yang berlaku di dan (021 - 6306333). Atau dapat langsung mengakses ke website
negara-negara maju, khususnya di Asia Tenggara. neepís di www.neeps-artinstitute.com

Saat ini, neeps telah membuka 4 kelas fotografi yaitu


NP 1, NP 2, NP 3 dan NP 4. Kelas-kelas tersebut adalah
kelas berurutan, siswa harus mengikuti placement test
10 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 11
COMMERCIALPHOTOGRAPHY COMMERCIALPHOTOGRAPHY

ERYK
How did you know photography
from the beginning, what makes
you interested on it?

FITKAU,
I got into photography by accident.
Previously I was involved in profes-
sional sport including ice hockey and
bike riding and at that time Poland was

ALTERNATIVE
a communist country and I needed a
stamp in my id document which I had
to carry all the time that I am working.

WAYS OF
In the communist system you couldn’t
work legally because it made that you
were on the poverty line. I had pretty the camera to his eye and I ripped the
comfortable living but I needed this camera out of his hand and started,

TAKING
working stamp and with my physical without any knowledge, pressing the
appearance I got into modeling. button. Later on he said to me that I
Through modeling, I met a photogra- had to become a photographer.
After a while I decided that I would

PHOTOGRAPH
pher who just started his career and we
became friends. One day he asked me have a go. We are talking about pure
to go on a photo journalistic assign- hardcore photojournalistic photogra-
ment, to protect him from potential phy and my background; combining
danger and we got to the situation that ice hockey and fighting to defend
Banyak orang yang berniat jadi footografer dan tidak pernah berhasil menyalah-
putting it mildly, it was quite shocking myself through communism, it hap-
kan situasi dan lingkungan sekitar. Mulai dari tidak punya modal sampai paksaan
and he was kind of paralyzed and I was pened a kind of miracle that after tak-
orang tua untuk mengambil pendidikan jurusan lain. Mulai dari kultur yang tidak
screaming shoot and he couldn’t put ing my first photograph, three months
mendukung hingga waktu yang terbatas. Mulai dari keterbalakangan Indonesia
on, I was working as a professional for
di bidang fotografi hingga penguasaan teknologi. Jika ditargetkan harus ada satu
a political and social magazine. Sort of
juta alasan untuk menjadi pembenaran terhadap kebelum berhasilan kita saat
the equivalent of Life magazine.
ini maka akan terlewatilah angka satu juta itu. Namun jauh di bilahan dunia lain,
I never had any formal training, I never
kami menemui Eryk Fitkau, seorang fotografer yang dibesarkan di negara komu-
assisted anybody. All my photographic
nias dan dengan segala perjuangannya untuk tetap menjadi fotografer profe-
knowledge I developed myself which
sional. Mudah-mudahan perjuangannya bisa menginspirasikan kita yang selama
leads to sometimes, very alternative
ini belum berani untuk lebih berani berjuang lagi.

12 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 13


COMMERCIALPHOTOGRAPHY COMMERCIALPHOTOGRAPHY

“Basically there ways of taking photographs.


I escaped from communist Poland in
is no routine or 1979 and with no English and with
schedule in my no money, I tried all different ways to

day to day life support myself. I have to say that the

because you
progression was extremely fast and
after trying all different businesses, I
never know decided to go back to photography.

what the next In Australia there didn’t exist photo-

day will bring journalism as such, that I decided to


have a go at advertising commercial
and you have photography. Like before, I was finding
to adapt to my own way to keep on progressing

some situations and developing the skill as required

which you can’t


and because my 27 year old life was full
of extreme experiences, I can say, that
change. “ maybe I have knowledge about life
which was much more than the aver-
age person my age and I am talking
about experience on all different levels.
That I think answers how I become a
photographer.

Tell us your daily activity.

Advertising photography consumes


most of the hours of the day. It is not
only taking photographs but running
a business, managing staff etc etc. For
some time I was keeping a balance
where I had a holiday house on the
beach and my love to nature was coun-
teracting my business life. To describe

14 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 15


COMMERCIALPHOTOGRAPHY COMMERCIALPHOTOGRAPHY

“...before
thinking
pleasing
others,
pleasing
yourself.”
my activities I would have to write a
All the above. Because being a photog-
book! Every day is different and every
rapher is not only taking photographs,
day brings new challenges.
it involves a variety of skills and profes-
Basically there is no routine or schedule
sions including; building, psychology,
in my day to day life because you never
medical knowledge, problem solving
know what the next day will bring and
which involves extensive knowledge
you have to adapt to some situations
over a range of different areas, improv-
which you can’t change.
ing myself as far as concentration and
state of mind and being able to cope
What & how “photography’
with some problems. I am not perfect,
means to you? Is just a hobby, I failed once which in any cost, I want
a job/profession, or something to repair the mistake and clear my
more than that? Please explain conscious.
why.

16 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 17


COMMERCIALPHOTOGRAPHY COMMERCIALPHOTOGRAPHY

18 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 19


COMMERCIALPHOTOGRAPHY COMMERCIALPHOTOGRAPHY

“A good pic- “...being a photogra-


What word can describe your

ture causes a photo? Please explain.

reaction and pher is not only tak-


ing photographs, it
Something which is giving me per-
stimulation of sonal satisfaction. My strongest part

inspiration and
involves a variety of
is working with people and managing

sometimes con-
large groups of people to achieve the

skills and professions


right photograph but I don’t believe in
fusion which specializing in narrow fields. I get the

can lead to ana-


lyzing of things
same satisfaction from photographing
naked girls, to photographing an an- including; building,
that weren’t
nual report for Boral (equivalent to BHP
psychology, medi-
cal knowledge, prob-
Billiton) to photographing the building
analysed before of the Kuala Lumpur super airport.

or can simply
be a pleasure to How do you see the correlations lem solving which
look at it. A bad
between photography and life?
involves extensive
knowledge over a
How a photographer should see
picture does it?
nothing or can
cause annoy- Photography is life and life is photog- range of different ar-
ance in negative raphy.
eas, improving my-
way.” What inspired you on photogra-
self as far as concen-
tration and state of
phy?

Challenge.
mind and being able
What kind of picture deserved to
to cope with some
problems...”
labeled as “good picture” to you.
Why?

20 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 21


COMMERCIALPHOTOGRAPHY COMMERCIALPHOTOGRAPHY

22 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 23


COMMERCIALPHOTOGRAPHY COMMERCIALPHOTOGRAPHY

“...the most
A good picture causes a reaction and
stimulation of inspiration and some-
times confusion which can lead to ana-
lyzing of things that weren’t analysed important
before or can simply be a pleasure to
rule to de-
velop ideas
look at it. A bad picture does nothing
or can cause annoyance in negative
way.
is that the
Please share some tips for they
brain is
trained to
who want to seriously learn
photography about how to learn
photography effectively right.
find the
Experience life to the max. The rest is most logi-
easy like driving a car. The key to taking
good photographs is that you have cal solu-
to have charged up to the max your
tion which
makes
emotional batteries and a combination
of sensitivity combined with toughness

things pre-
and sometimes extreme toughness.

What kind of mindset do we


dictable.
Predictabil-
have to have to learn photog-
raphy (for amateurs) and to still
exist on the industry (for profes-
ity is the en-
emy of cre-
sional)?

ativity.”
24 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 25
COMMERCIALPHOTOGRAPHY COMMERCIALPHOTOGRAPHY

26 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 27


COMMERCIALPHOTOGRAPHY COMMERCIALPHOTOGRAPHY

“The key to taking good


photographs is that you
have to have charged up
to the max your emotion-
al batteries and a combi-
nation of sensitivity com-
bined with toughness
and sometimes extreme
toughness.”
amateurs- ambitions, the challenge to
be better than others and most impor-
tantly, develop their own personal style
and before thinking pleasing others,
pleasing yourself.
For professionals- just believing in
yourself and keep your body as young
as possible and your way of thinking
as young as possible. For this question
I quote Helmut Newton which I adopt
100%, “every photographer has a tiger
inside, but the problem is that the tiger
dies earlier than the photographer”
and the trick is to keep the tiger happy
and healthy as much as possible. At
any cost, never trying to copy anybody
because a copy will always be a copy.

28 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 29


COMMERCIALPHOTOGRAPHY COMMERCIALPHOTOGRAPHY

30 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 31


COMMERCIALPHOTOGRAPHY COMMERCIALPHOTOGRAPHY

“every pho-
Tell us about concepting a pho-
to. How important is it for you

tographer
and how do you usually done it.

It varies. Starting from music which is

has a tiger in-


very important for me, to some x rated
territories, trying to re-track memories
from the past and feelings and the

side, but the


most important rule to develop ideas
is that the brain is trained to find the
most logical solution which makes

problem is
things predictable. Predictability is the
enemy of creativity.
One of my methods is that whatever

that the ti-


comes to my head first, I do the op-
posite and I start to develop ideas from
this point.

ger dies ear- Tell us some names in photogra-

lier than the


phy business that inspired your
photography style & skills.

photogra-
Steven Meisel, Ellen Von Unwerth,
Javier Vallhonrat, Helmut Newton, What have you learn from any
Paolo Roversi, Cheyco Leidmann, Guy other well known names on

pher”
Bourdin photography? What¹s make
them different from any ordinary
photography interest?

That’s its possible to produce amazing


- Helmut Newton- images. What makes them different is
individuality.

32 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 33


COMMERCIALPHOTOGRAPHY COMMERCIALPHOTOGRAPHY

34 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 35


THEADVERTORIAL
FINEART & JURNALISM PHOTOGRAPHY FINEART & JURNALISM PHOTOGRAPHY
red, green dan blue pada tipe 12 tinta bertujuan untuk

ATASI MASALAH AKURASI WARNA


memperluas color gamut dalam mereproduksi warna.
Artinya walaupun masih tetap menggunakan color mode
CMYK, namun color gamut HP Designjet Z Printer Series

DENGAN LARGE FORMAT PRINTER dengan 12 tinta berusaha mensimulasikan color gamut
RGB dengan tinta red, green dan blue.

HP DESIGNJET Z SERIES. Masalah berikut nya mengenai ICC prof ile juga
diperhatikan oleh HP Designjet Z Printer Series.Caranya,
dengan menambahkan spectrophotometer di dalamnya
untuk membuat ICC profile dari media yang digunakan.
Media apapun yang Anda gunakan akan mudah dikenali
karakternya dan tercapai 'saling pengertian' antara
software yang digunakan untuk melakukan pencetakan
dengan media yang digunakan.

Ket ika kedua masalah t ersebut t erselesaikan,


mendapatkan akurasi warna dengan HP Designjet Z
Printer Series bukanlah hal yang sulit! Tim The Light
sendiri sudah membukt ikan bet apa mudahnya
menghasilkan foto yang akurat, pada saat mengikuti
pameran fotografi FOCUS 2008 yang lalu. Ketika itu
The Light mencetak 43 foto milik 30 orang fotografer
profesional. Ketakutan akan ketidakakuratan warna
sudah terbayang dari jauh-jauh hari.Hingga pada saat
pencetakan, The Light dibuat kaget akan hasil yang
akurat dengan monitor sehingga tidak
diperlukan satu color correction pun.
Fotografer-fotografer profesional yang
sempat mampir ke stand pameran
pun mengaku puas dengan
akurasi warna
y a n g

Printer color mode CMYK yang mampu mensimulasikan color


Di sisi lain, akurasi warna juga bergantung
gamut RGB dengan tinta red, green dan blue. pada karakter media yang digunakan. Media cetak
memiliki daya serap dan karakter yang berbeda-beda.
Artinya ketika mencetak, diperlukan 'saling pengertian' dihasilkan
'Akurasi warna'kata-kata ini sudah puluhan tahun menjadi alat-alat tertentu.Hal ini berhubungan dengan karakteristik antara software yang melakukan proses pencetakan, oleh HP Designjet Z
masalah yang menghantui pekerja fotografi. Bayangkan color mode yang digunakan. Ada warna-warna dalam dengan media di mana foto akan dicetak. Salah satu Series tersebut.
ketika Anda melahirkan sebuah ide foto yang begitu brilian, color mode RGB yang tidak bisa direproduksi dengan cara untuk melakukannya adalah membuat ICC profile
Anda mencurahkan segala kemampuan Anda pada tiap cara apapun oleh color mode CMYK. Begit u juga dari media yang digunakan untuk mencetak foto tersebut. Jadi bagi Anda yang
detailnya. Seperti memilih orang- orang terbaik dalam sebaliknya.
Namun, lagi- lagi hal ini memerlukan software dan menginginkan akurasi
bidangnya untuk membantu Anda, mulai make-up artist,
hardware yang begitu mahal dan sulit dioperasikan. warna pada setiap hasil
stylist, set builder hingga art director. Namun pada saat Sayangnya kamera yang kit a gunakan sehari- hari
cetak foto Anda, cobalah HP
foto dicetak, hasilnya sangat berbeda dengan yang apa menggunakan color mode RGB, sement ara print er
Namun, kini ada sebuah solusi yang mampu Designjet Z Series. HP Designjet Z
yang Anda harapkan. menggunakan color mode CMYK.Artinya ada keterbatasan
menyelesaikan masalah di atas, yaitu dengan memakai Series tersedia pada pilihan lebar 24
kemampuan mereproduksi warna dari kamera ke printer
large format HP Designjet Z Series. Printer ini tersedia Inci dan 44 Inci (Tipe Z2100 dan
Sebetulnya, akurasi warna bergantung pada banyak hal. yang sifatnya 'bawaan'. Color mode RGB yang berasal
dalam 2 pilihan: 8 tinta (cyan, light cyan, magenta, Z3100),42 Inci dan 60 Inci (tipe Z6100).
Sebagian besar fotografer tidak mengenal istilah color dari cahaya, memiliki kemampuan sangat tinggi untuk
light magenta, yellow, light grey, photo black dan matte
gamut at au bat as kemampuan sebuah alat unt uk mereproduksi warna-warna bersaturasi tinggi. Sementara
mereproduksi warna. Artinya, ada warna- warna yang color mode CMYK yang berasal dari pigmen tinta, memiliki black) serta 12 tinta (cyan, magenta, light magenta, Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi
memang tidak mungkin diproduksi dengan akurat lewat keterbatasan untuk mereproduksi warna bersaturasi tinggi. yellow, grey, light grey, matte black, photo black, red, PT Elite Digital Pro (021 -47867588).
36 EDISI XV / 2008 green, blue, dan gloss enhancher). Penambahan tinta EDISI XV / 2008 37
THELEPASAN THELEPASAN

GOOD
paradigm dipakai di sini dalam arti
sebagaimana yang dipergunakan oleh
C. Geertz dalam bukunya, Negara: The

“...pada mulan-
PICTURE
Theatre State in Nineteenth Century
Bali, Princeton University Press, NJ,
1980 – bagi seseorang yang akan me- ya keindahan
nentukan bentuk dan sudut pengliha- adalah “nasib”,
ATAWA dan baru kemu-
tannya berdasarkan a priori kognitifnya
dan sekaligus mempengaruhi jenis dan
dian manusia
memanggulnya
arah pilihan yang diambil berdasarkan

GAMBAR
preferensi nilai yang dianut dalam kein-
dahan bersangkutan. Karena walaupun
manusia selalu dihantui tanggung-
sebagai “tugas”.
jawab dan kewajiban untuk memberi

INDAH
sesuatu kepada kebudayaan, manusia
pada dasarnya lahir dan besar sebagai
penerima kebudayaan dari generasi
Oleh: Siddhartha Sutrisno* yang terdahulu. Rene Char, penyair Perancis yang baru
(Bagian ketiga) saja dikutip kata-katanya, tentu saja
“Notre heritage n’est precede d’aucun mau mengatakan bahwa pada mu-
“Agenda buat dayacipta akan bermanfaat kalau dia sekaligus menjadi agenda testament” lanya keindahan adalah “nasib”, dan
buat manusia.” (Warisan kita yang diturunkan tanpa baru kemudian manusia memang-
(Ignas Kleden-Sikap Ilmiah dan Kritik kebudayaan) surat wasiat) gulnya sebagai “tugas”. Pada mulanya
manusia adalah penerima yang bukan
saja menghayati tetapi juga menjadi
Warisan Tanpa Surat Wasiat penderita yang menanggung beban
kebudayaan itu, sebelum manusia
Ada banyak hal yang sulit dibicarakan tanpa prasangka, tetapi kebudayaan (baca: bangkit dalam kesadaran untuk turut
keindahan) merupakan salah satu pokok soal yang paling kuat ditandai prasang- membentuk dan mengubahnya. Pada
ka. Salah satu sebabnya ialah dalam sifatnya keindahan merupakan suatu a priori dasarnya manusia adalah pasien kein-
untuk setiap manusia, sehingga setiap usaha untuk memikirkan, memajukan (jika dahan sebelum manusia cukup kuat
dapat dikatakan demikian) dan melakukakan perubahan kebudayaan sekaligus untuk menjadi agennya. Dan pada saat
merupakan produk dari kebudayaan orang-orang yang terlibat dalam usaha manusia mengambil keputusan untuk
tersebut. Keindahan selalu menjadi juga cultural paradigm – konsep cultural melakukan sesuatu bagi keindahan,

38 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 39


THELEPASAN THELEPASAN

“...adalah jelas sebetulnya manusia telah mengalami kebudayaan akan lebih mudah terjadi,
“Obyektifitas ada-
bahwa seorang
pergeseran tertentu dalam a priori kog-
nitif dan preferensi nilai dalam sistem
jika suatu kebudayaan baru tidak
ditanggapi sebagai pengaruh baru lah esensi dari
pasien akan kebudayaan. Dengan kata lain, telah yang membahayakan kebudayaan fotografi, obyekti-
menerima suatu terjadi pergantian warisan yang satu lama, melainkan sebagai lanjutan dan fitas adalah sum-
bangan sekaligus
penyembu-
dengan warisan lain, ketika manusia penyempurnaan kebudayaan lama. Se-
menjadi pasien bagi suatu kebudayaan baliknya, jika unsur-unsur kebudayaan batas-batasnya.
han – yaitu pe- baru. Dalam perbincangan tentang baru itu ditanggapi sebagai pengaruh
Kejujuran, yang
rubahan- kalau Ada, dunia yang dirasakan oleh panca yang membahayakan kebudayaan
tidak lebih merupa-
penyembuhan indra milik manusia, tetap tergan-
tung oleh indra-indra milik manusia
lama, maka akan timbul resistensi
bahkan penolakan dari kebudayaan kan intensitas dari
itu tidak terlalu tersebut. Ada itu artinya ada di dalam lama (dalam hal yang lebih mikro ada- penglihatan adalah
mendatang- kepala manusia, yang dimaksud seba- lah sebuah hal yang jamak ketika ada prasyarat sebuah
kan banyak ke- gai kesadaran. fotografer tersinggung saat The Light ekspresi yang
sulitan, yaitu
membuat tulisan tentang “Fotografer hidup. Realisasi
Kesulitan bagi setiap perubahan kein- Kadaluwarsa” beberapa edisi yang lalu).
terpenuh dari hal
diskontinuitas dahan disebabkan oleh kondisi pasien Di sini terlihat asas kontinuitas dan asas
ini adalah unggul
yang menim- keindahan itu yang mirip dengan diskontinuitas dalam perubahan kebu-
tanpa kebohongan
bulkan kebin- keadaan seorang penderita sakit-jiwa.
Dia menjadi tenang kalau – dan justeru
dayaan. Namun demikian, penjelasan
ini hanya benar sejauh perubahan daripada proses
gungan dan karena – menolak untuk menyadari kebudayaan dipandang dari jurusan atau manipulasi,
rasa tak aman. “ bahwa dia seorang pasien, dan karena penglihatan pasien kebudayaan karena melalui penggu-
itu enggan untuk disembuhkan. Kes- adalah jelas bahwa seorang pasien naan metode fo-
embuhan akan menyakitkan, karena
dunia di mana dia menjadi pasiennya
akan menerima suatu penyembuhan –
yaitu perubahan- kalau penyembuhan
tografi langsung.”
- Helmut & Allison Gernsheim -
adalah suatu dunia yang memberi- itu tidak terlalu mendatangkan banyak
kan rasa aman dan ketenangan (dan kesulitan, yaitu diskontinuitas yang
sebuah resiko jika tulisan semacam ini menimbulkan kebingungan dan rasa
pernah menimbulkan sedikit ketaknya- tak aman. Sebaliknya dari segi pan-
manan). dangan para agen kebudayaan, suatu
perubahan kebudayaan baru menjadi
Keadaan ini mempunyai dua implikasi suatu perubahan yang sebenarnya,
yang lebih jauh. Pertama, perubahan jikalau bisa ditegaskan dan didefinisi-

40 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 41


THELEPASAN THELEPASAN

kan perbedaan antar unsur baru yang


akan menggantikan unsur-unsur lama
lam pernyataan Albert Renger-Patzch,
yang merupakan pemimpin gerakan “Kita tinggal-
dalam suatu kebudayaan. Ini berarti ini termaktub sebuah usaha besar kan seni ke-
bahwa suatu perubahan kebudayaan – untuk berani melakukan revolusi atas pada seniman,
untuk para agennya – baru akan diter- warisan budaya, khususnya seni lukis
mari kita coba
dengan cara
ima sebagai perubahan yang sesung- yang merupakan salah satu “ibu” bagi
guhnya, jikalau dapat diidentifikasikan fotografi. Renger-Patzch mengatakan:
titik-titik di mana terjadi diskontinuitas fotografi untuk
dengan kebudayaan lama. Seperti “Kita tinggalkan seni kepada seniman,
menciptakan
misalnya yang dilakukan Leonardo Da
Vinci yang mencoba melanggar aturan
mari kita coba dengan cara fotografi
untuk menciptakan foto yang bisa foto yang bisa
perpektif dan geometri dalam The Last mandiri dengan penilaian atas kualitas mandiri den-
Supper - baca tulisan bagian kedua fotografisnya – tanpa meminjamnya gan penilaian
- atau yang lebih radikal dalam dunia dari seni.”
atas kualitas
fotografisnya
fotografi modern di Jerman tahun
1924, terdapat sebuah gerakan yang Obyektifitas adalah esensi dari fo- Pada perjalanan selanjutnya, kita
menamakan dirinya Neue Sachlichkeit, tografi, obyektifitas adalah sumbangan mendapatkan sebuah pertanyaan – tanpa mem-
Obyektivitas Baru. sekaligus batas-batasnya. Kejujuran, besar, “Mengapa gerakan semacam itu
injamnya dari
seni.”
yang tidak lebih merupakan intensi- gaungnya tidak cukup besar mempen-
tas dari penglihatan adalah prasyarat garuhi perkembangan fotografi dunia?”
sebuah ekspresi yang hidup. Realisasi Tidak mudah mencari jawabannya
terpenuh dari hal ini adalah unggul dengan kondisi dunia fotografi yang - Renger-Patzch -
tanpa kebohongan daripada proses sudah terlanjur memiliki aturan-aturan
atau manipulasi, melalui penggunaan yang berasal dari salah satu induknya,
metode fotografi langsung. kesenian. Sehingga akibat – dalam
(Helmut & Allison Gernsheim, A Con- skala makro – lanjutannya kiranya
cise History of Photography, 1971) sudah dapat diperkirakan. Semakin
dominan pandangan para pasien kebu-
Fotograf-fotograf dari Gerakan Obyek- dayaan, semakin sulit pula unsur-unsur
tifitas Baru memiliki kekhasan dengan baru mendapat kemungkinan masuk
pengambilan gambar jarak dekat, dan semakin kecil kemungkinan terjadi
mengisolasi obyek dari lingkungannya, perubahan kebudayaan. Sebaliknya
merekam dengan realisme termungkin semakin dominan para agen kebu-
melalui rincian tekstural. Bahkan, da-

42 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 43


THELEPASAN THELEPASAN

“gotong-royong” dapat
dayaan, akan semakin terbuka suatu dapatlah dikatakan bahwa jarak dari
kebudayaan kepada pengaruh baru, perubahan pandangan kepada pe-

merupakan suatu teknik


dan perubahan kebudayaan akan lebih rubahan organisasi sosial atau peruba-
mudah terjadi. han landasan materialnya dapatlah

Kesulitan lain yang banyak mengha- sosial untuk menghi- dinamakan transisi kebudayaan. Kalau
nantinya transisi diakhiri dengan ber-
langi perubahan kebudayaan terdapat
langkan perbedaan hasil maka tercapailah reintegrasi, re-

yang menyolok antara


dalam kenyataan bahwa kebudayaan orientasi dan reorganisasi kebudayaan.
bukanlah hanya tergantung pada Kalau transisi gagal diselesaikan dan

pihak yang kuat dan


subyektifitas para pasien atau agen kemudian menjadi stabil dan bahkan
kebudayaan, melainkan sangat ter- permanen, terjadilah proses involusi,

pihak yang lemah (kar-


gantung pada faktor-faktor obyektif dimana muncul berbagai usaha untuk
yang terdapat dalam bentuk-bentuk tetap mempertahankan salah satu segi,

ena banyak hal dibuat


kongkrit interaksi yang kemudian sementara bagi kebudayaan lain sudah
dimantapkan dalam sistem sosial – berubah. Involusi dapat dibanding-

bersama-sama), tetapi
ingat pernyataan Bourdieu dalam kan dengan semacam entropi dalam
tulisan terdahulu? – maupun dalam bidang kebudayaan, di mana nilai
landasan material kebudayaan itu. Ini
berarti, suatu perubahan kebudayaan dapat juga berkembang dan pandangan tertentu hanya dijaga
supaya jangan mati, tetapi tidak berte-
menjadi mantap dan produktif, kalau
ke arah lain menjadi naga lagi untuk memenuhi kebutuhan

teknik sosial untuk me-


perubahan pandangan dan sistem baru yang dibawa/dipaksakan oleh
nilai kebudayaan (aspek kognitif dan perubahan segi-segi sosial atau segi

manipulasi solidaritas
normatif ) disertai pula dengan pe- material kebudayaan. Dunia fotografi
rubahan sistem sosial dan landasan Nusantara telah menderita sindrom

sosial untuk mengelak


materialnya. Kalau terjadi kesenjan- ini. Sebagai contoh “kecil” atas ke-tidak
gan antara ketiga aspek kebudayaan bertenaga-an dunia fotografi kita,

tanggungjawab pribadi.
tersebut, maka terjadilah desintegrasi beberapa fotografer memilih untuk
kebudayaan, disorientasi pandangan, mengaku “berkantor” di negara manca
atau disorganisasi sosial (harus kita untuk tetap mendapatkan proyek.
akui dengan sejujurnya bahwa dunia Tragis memang, tetapi persoalannya
fotografi di Nusantara telah menga- bukan pada segi nasionalis atau tidak
laminya!). Istilah-istilah ini membawa nasionalis. Bukankah estetika bisnis
konotasi yang negatif. Secara positif, tidak mengenal batas Negara? En-

44 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 45


THELEPASAN THELEPASAN

paham sama sekali apa itu estetika perubahan keseluruhan alam pikiran
posmoderen. Runyam, tetapi tetap yang mempengaruhi pemilihan sudut
menarik, seperti manusia yang tidur penglihatan dan pemilihan bidang
dengan impian indah yang kacau. Kar- pengamatan atau obyek perhatian. Da-
ena memang benar-benar tidur! lam hal keindahan, hal itu lebih sukar
dan sangat mungkin lebih lambat ter-
Implikasi yang berikutnya ialah, jadi. Yang terjadi barangkali bukanlah berfikir dalam paradigma tersebut,
bahwa perubahan kebudayaan itu pun suatu Gestaltswich, yaitu pergantian walaupun dia seolah-olah (dan secara
menjadi sulit, karena baik pandangan suatu konfigurasi, tetapi pergeseran verbal) menghendaki perubahan.
pasien kebudayaan maupun pandan- bertahap dengan gradasi yang penuh
gan agen kebudayaan, sebetulnya nuansa, karena sulit diidentifikasikan Akibat lanjutannya pun sudah dapat
terdapat dalam diri seseorang atau pada saat mana pergantian paradigma diperkirakan. Setiap pemikiran pembi-
sekelompok orang yang sama. Seperti lama benar-benar terjadi. Tahap- caraan atau tindakan untuk perubahan
sudah dikatakan, kebudayaan sekali- tahap teoretisnya adalah: paradigma kebudayaan selalu penuh dengan
gus menjadi paradigma kultural bagi lama masih dipakai tanpa mengenal prasangka, dan berlangsung sebagai
seseorang. Maka perubahan kebu- paradigma baru, kemudian para- kompetisi antar-paradigma, baik antara
dayaan adalah pergantian paradigma digma baru mulai dikenal tetapi masih seseorang dengan orang lain, maupun
kebudayaan. Secara epistemologis per- dipandang menurut paradigma lama, dalam diri orang-perorangan masing-
gantian paradigma dipahami sebagai dan akhirnya penerimaan paradigma masing (tentunya untuk manusia
baru dan ditinggalkannya paradigma berkesadaran). Lebih lanjut, kompetisi
tahlah, bukan urusan tulisan ini untuk lama. Dengan rumusan lain: manusia antar-paradigma tersebut bukan hanya
membicarakan moral atau mental! hampir tak dapat membedakan sendiri mengandung persaingan antara pan-
apakah dia sedang berbicara atau dangan, keyakinan dan sistem-nilai,
Involusi adalah semacam dialektika bertindak sebagai pasien atau agen tetapi juga persaingan antara rasa
tanpa sintesa, perubahan tanpa pem- dari keindahannya. Itu sebabnya dalam aman yang satu dengan rasa aman
baruan kualitatif, yang hanya ditandai arti kebudayaan, kritik sangat identik yang lain, atau antara identitas lama
oleh meningkatnya peng-rumitan dengan krisis. Artinya manusia baru dengan identitas baru, antara kema-
bentuk tanpa perkembangan isi, akan mampu melakukan kritik atas panan lama dan kemungkinan baru.
atau sofistikasi internal yang terpaksa keindahannya jika dia pernah terlibat
dilakukan untuk menghindari peruba- dalam semacam krisis dengan keindah-
han yang sedang bergolak di luar. annya sendiri. Tanpa krisis yang meng-
Seringkali digunakan alasan keindahan guncangkan paradigma keindahan-
posmoderen misalnya, padahal tidak nya, manusia sebenarnya masih tetap

46 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 47


THELEPASAN THELEPASAN

“...ketika pengaja- dan mungkin saja terjadi bahwa suatu

ran tentang me- nilai diterima dalam sisi yang satu


tetapi diabaikan atau bahkan tampil
motret di studio dalam sisi yang lainnya. Kebebasan
dilaksanakan, pe- individual umpamanya banyak me-
serta didik tinggal lepaskan manusia dari kungkungan
menjepretkan saja kerumunan-kolektifitas, tetapi dengan
kameranya tanpa itu seseorang menjadi semakin jauh

tahu bahwa men- dari perlindungan keamanan bersama

gatur tata cahaya dan menjadi lebih terbuka dan lebih


rentan kepada resiko, ketidakpastian
adalah persoalan dan kegelisahan (dalam pandangan
yang sungguh ru- filsafat eksistensialisme Kierkegard, ma-
mit, karena semua nusia estetik memang selalu terkung-
lampu sudah di- kung dalam kegelisahan). Sebaliknya, tinggal menjepretkan saja kameranya

pasangkan. Sehing- “gotong-royong” dapat merupakan tanpa tahu bahwa mengatur tata

ga, fotograf yang suatu teknik sosial untuk menghilang- cahaya adalah persoalan yang sung-
guh rumit, karena semua lampu sudah
dihasilkan relatif kan perbedaan yang menyolok antara
pihak yang kuat dan pihak yang lemah dipasangkan. Sehingga, fotograf yang
seragam dan pe- (karena banyak hal dibuat bersama- dihasilkan relatif seragam dan pemaha-
Dengan demikian pandangan pasien mahaman tentang sama), tetapi dapat juga berkembang man tentang keindahan pun melulu
keindahan dan pandangan agen pem- keindahan pun me- ke arah lain menjadi teknik sosial untuk seragam. Keindahan kerumunan, dari
baruan dapat silih berganti merebut lulu seragam. Kein- memanipulasi solidaritas sosial untuk manusia yang “gemar berkerumun”.
dominasi dalam diri seseorang atau
dahan kerumunan, mengelak tanggungjawab pribadi. Se-
sekelompok orang, sebelum pandan-
gan salah satu dari keduanya mencapai
dari manusia yang jauh pengamatan Penulis tentang ke- Sering terjadi bahwa manusia hanya
mengakui implikasi yang baik-baik
kedudukan yang mantap. Hal ini buat “gemar berkeru- budayaan Nusantara, gotong royong,
musyawarah untuk mencapai mufakat, (syahdan yang “positif”) dan menolak
sebagiannya dapat diterangkan oleh mun”. dan sejenisnya sudah menjadi para- implikasi yang kurang baik (konon
adanya ambivalensi dan multivalensi digma yang mengakar dalam bahkan yang “negatif”) sebagai berasal dari
dalam tiap nilai keindahan/budaya dan sampai ke dalam lembaga-lembaga nilai budaya atau pandangan budaya
tiap pandangan kognitifnya. Artinya, pendidikan fotografi yang misalnya yang sama. Sikap seperti itu jelas meru-
tiap nilai dan pandangan keindahan ketika pengajaran tentang memotret pakan suatu oportunisme logis yang
selalu berisi dua atau berisi banyak, di studio dilaksanakan, peserta didik memperlakukan nilai budaya sebagai

48 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 49


THELEPASAN THELEPASAN

“Apa yang hypostase (suatu khayal Platonis yang


serba sempurna) dan gagal memper-
Dalam banyak kasus – juga dalam
sejarah kebudayaan Nusantara – akan
dikatakan ba- lakukan nilai budaya sebagai data terlihat bahwa elitisasi kebudayaan
gus atau indah sosial. cenderung membentuk atau melahir-

oleh seorang kan establishment kebudayaan, dan

tokoh popu-
Akibat lainnya akan berupa salah pembentukan suatu establishment
kaprah yang memandang kedudukan kebudayaan akan merangsang mun-
ler – mungkin agen dan pasien kebudayaan yang culnya inisiatif-inisiatif baru di luarnya

karena senior/ sebetulnya hanya merupakan dispo- – justeru karena orang-orang di luar

tua – maka sisi psikologis, sebagai posisi sosial


– seakan-akan masyarakat terbagi
establishment tersebut tidak puas
untuk diperlakukan hanya sebagai
akan diikuti atas golongan yang menjadi agen pasien kebudayaan, yang hanya boleh
saja tanpa kriti- kebudayaan dan ada pula golongan menerima cita-cita, pembatasan dan

sisme. Dalam yang menjadi pasien kebudayaan, bentuk-bentuk interaksi yang telah

bahasa yang
sementara dalam kenyataannya tiap mapan. Dalam sebuah pembicar-
orang sekaligus menjadi agen dan aan di warung kopi, Penulis sempat
kasar adalah pasien kebudayaan. Kebudayaan lalu
(yaitu para cognoscenti), atau pada
orang-orang yang sangat terdidik dan
mendengar kelakar (yang sebenarnya

“si elite sedang dianggap tergantung perkembangan-


terpelajar (yaitu para eruditi) – yang se-
serius) bahwa elite-elite kebudayaan

menggembala nya pada orang-orang yang melek


huruf dan melek kesadarannya (yaitu
muanya mempunyai kesamaan dalam
yang mungkin saja adalah “fotografer-
fotografer kadaluwarsa” (istilah yang
bebek yang para literati), atau pada sekelompok
satu hal, yaitu bahwa mereka semua
khas The Light yang mengganggu tidur
penurut”. Keto-
merupakan sekelompok kecil orang-
orang yang banyak pengetahuannya nyenyak…) ternyata sungguh dibutuh-
orang terpilih (para electi sebagai elite).
kohannya men- Yang terjadi adalah proses elitisasi
kan! Well…

dahului karya- keindahan, dimana perkembangan

nya.” keindahan seakan-akan ditentukan


oleh elite kebudayaan/keindahan. Apa
yang dikatakan bagus atau indah oleh
seorang tokoh populer – mungkin kar-
ena senior/tua – maka akan diikuti saja
tanpa kritisisme. Dalam bahasa yang
kasar adalah “si elite sedang menggem-
bala bebek yang penurut”. Ketokohan-
nya mendahului karyanya. Maaf!

50 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 51


THELEPASAN THELEPASAN

Lalu, apa pula koherensinya penjelasan


panjang lebar di atas dengan judul
kebenaran obyektif (perlu diingat
bahwa obyektifitas merupakan cita-cita “Kesucian suara-
besar “Good Picture?”. Perlu ditekankan awal pertumbuhan teknologi fotografi suara koor yang
di sini bahwa apa yang Penulis perbin- yang mempengaruhi estetikanya dan dahulu hanya
cangkan adalah masalah, problema. memang menjadi mesin obyektif yang
dapat didengar
di dalam kate-
Berbagai sudut pandang harus dicoba. mampu menggantikan tugas mata
Biarlah para praktisi, seperti Master serta tangan manusia dalam hal presisi
Tom atau Pak Novijan (kontributor The visual). Pengetahuan tidak akan maju dral-katedral,
Light yang praktisi fotografi) menyam- secara kumulatif, melainkan hanya
sekarang dapat
paikan pandangan tentang Good Pic-
ture dari sudut pandang praktisi yang
keindahan itu ber-Ada, pendekatan
holistik, semua adalah integral.
berupa suatu aproximasi – semakin
mendekati – kebenaran. Dari segi disimpan dalam
mungkin lebih teknis. Penulis mencoba lain sifat hipotetis dari pengetahuan, pita rekaman
melihatnya dari sudut pandang yang Keindahan dan Sains mengharuskan adanya error elimina- dan dinikmati
lain (baca: misalnya filsafat). Adalah tion (ingat paradigma falibilisme Karl
sambil tidur
santai. “Aura”
keniscayaan untuk membincangkan Maka, jika keindahan (baca: estetika) R. Popper dari tulisan bagian kedua)
keindahan tak hanya keindahan- adalah ilmu pengetahuan, misalnya yang terus menerus, yang berarti
nya, karena banyak sekali unsur yang pandangan rasionalistis beranggapan melakukan kritik yang terus menerus. karya seni telah
membentuk keindahan itu sendiri. bahwa suatu teori baru akan diterima Maka kemajuan pengetahuan sebet-
memudar kar-
Seperti, persoalan paradigma dalam
memandang keindahan yang ternyata
kalau sudah terbukti ia dapat mer-
untuhkan teori lama yang sudah ada
ulnya berarti pula meningkatnya sikap
kritis. Dalam sudut pandang ini berarti ena kehilangan
dipengaruhi oleh kebudayaan secara sebelumnya. Jumlah besar pengeta- pula sikap kritis akan keindahan. otentisitas dan
menyeluruh dari pemahaman tentang huan barangkali dalam hal ini tidak
akan banyak gunanya, karena setiap Walter Benjamin & Purna Auratik
keunikannya.”
pengetahuan hanya bersifat hipotesis
dan selalu hanya mengandung ke- Walter Benjamin mengatakan bahwa
mungkinan salah atau keliru. Atau den- modernitas melahirkan jaman in-
gan perkataan lain, apa yang disebut dustri modern dan situasi dimana
kebenaran obyektif tidak akan pernah karya seni direproduksi secara massal
tercapai, khususnya dalam pembi- dengan teknologi, sehingga lukisan
caraan keindahan. Karena itu yang dapat diperbanyak secara mekanis
bisa dilakukan dalam ilmu hanyalah dan berubah menjadi hiasan dinding.
“mengurangi kadar kesalahan” sam- Kesucian suara-suara koor yang dahulu
pai sejauh mungkin dapat mendekati hanya dapat didengar di dalam kate-

52 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 53


THELEPASAN THELEPASAN

yang menambal sulam potongan-po- lukisan. Hal itu dimaksudkan sebagai


tongan adegan lewat teknik montase. sebuah usaha untuk mendapatkan
Si penonton film seperti sekelompok respek dari dunia fine art. Kritik yang
massa yang bersifat kolektif. Mereka terjadi kemudian, usaha semacam
tidak dapat lagi menikmati obyeknya itu seperti menolak bahwa fotografi
secara pribadi, layaknya pengamat semestinya memiliki gayanya sendiri.
lukisan atau pembaca novel borjuis. Dalam banyak sinisme yang kemudian
Dari sinilah timbul keyakinan dalam menjadi gossip jalanan, hal seperti itu
diri Benjamin bahwa film dapat dipakai semacam pengidap Oedipus Complex,
sebagai alat untuk memobilisasi massa. anak yang ingin mengawini orang
Dalam seni film terjadi efek kejut yang tuanya sendiri, fotograf yang ingin me-
mengakibatkan distraksi-distraksi dan nyatu dengan lukisan, mungkin untuk
alienasi-alienasi yang seterusnya akan mengejar aura yang hilang. Padahal
membangkitkan sifat kritis penonton. harus disadari bahwa fotografi memiliki
Yang jelas kejutan-kejutan yang terjadi sejarah kelahirannya sendiri. Sehingga
dalam seni film tidak berlangsung di bahasa keindahan harus dilahirkannya
antara pengamat pasif lukisan auratik. sendiri. Dan aura bukanlah harga mati.
Selain itu Benjamin yakin sekali seni Penulis jadi teringat kalimat pendek
dral-katedral, sekarang dapat disimpan purna-auratik seperti film ini menyim- George Bernard Shaw:
dalam pita rekaman dan dinikmati pan daya profetis untuk masa depan,
sambil tidur santai. “Aura” karya seni te- sebab akan mengatasi pembagian ker- “I would willingly exchange every sin-
lah memudar karena kehilangan oten- ja antara seniman dan teknisi, pekerja gle painting of Christ for one snapshot.”
tisitas dan keunikannya. Singkatnya, otak dan pekerja tangan. Fotografi
karya seni dalam seni modern atau seni sebagai salah satu “ibunya” film kurang (Bersambung)
purna-auratik berubah menjadi alat lebih sama, meskipun banyak fo- *Siddhartha Sutrisno, guru kesenian.
atau wahana komunikasi politis, berarti tografer yang berusaha untuk menjadi
lenyaplah statusnya sebagai obyek “pelukis” seperti pelukis sebelum kela-
kesenangan estetis. Semisal yang hiran fotografi, dengan alat fotografi.
paling kentara dalam film (film meru- Oscar Rejlander dengan fotografnya
pakan ekstensi dari fotografi), hasil yang terkenal, “The Two Ways of Life”
dari revolusi teknologis yang dianggap sampai harus menggabungkan 30
paling kurang auratik. Di sini pembuat negatif film terpisah untuk mendekati
film layaknya seperti dokter bedah hasil fotograf tampak seperti sebuah

54 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 55


LIPUTANUTAMA THEFRESHMEN

ADHIT
HIMAWAN &
ADI PRASETYA,
FOTOGRAFER
YANG JUGA
BERPIKIR
Mungkin anda menerka-nerka arti headline di atas seolah-olah tidak ada fo-
tografer yang berpikir. Ketika kami menemui Adhit & Adi, kami memang melihat
sosok-sosok fotografer muda yang unik. Jika kebanyak fotografer junior banyak
yang lebih tertarik untuk membicarakan kamera dan perlengkapannya, teknik
olah digital dan topik-topik sejenisnya kami menemui sosok yang berbeda dari
dua orang freshmen kami ini. Adhit & Adi tergolong kritis. Mereka berbeda dari
footgrafer junior kebanyakan. Mereka seolah-olah selalu berpikir dan merencana-
kan apa yang harus mereka lakukan setahun ke depan. Mereka menilai foto dari
sudut pandang artistik, bisnis dan juga filsafat.
Untuk itu, akan sangat berdosa jika kami tidak memberi apresiasi yang layak dan
sepantasnya kepada bibit-bibit muda fotografi Indonesia yang tidak “gitu-gitu
lagi gitu-gitu lagi.” Untuk itu kami hadirkan mereka di sini agar kita juga mulai ikut
berpikir

56 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 57


THEFRESHMEN THEFRESHMEN

Bagaimana anda berdua men-


“...mulai dari
genal fotografi pada awalnya?
Tolong ceritakan. eksperimen
dengan lampu
Kami berdua berangkat dari terminal meja, hingga
yang berbeda. Adhit lebih dulu menge-
mengutak-atik
nal fotografi, sejak partisipasinya dalam
ekstra kurikuler fotografi di Kolese Ka- boboko (tempat
nisius. Adalah Anton Ismael, yang pada nasi dari anya-
kedatangannya sebagai juri dalam
man, pen.) un-
suatu lomba foto, telah menginspirasi
tuk dijadikan
standard reflec-
Adhit untuk mengeksplorasi fotografi
lebih dalam. Sementara, Adi yang
sejak usia ke-16 menetapkan untuk
(nantinya) berprofesi di wilahyah visual,
tor kami.”
baru menyentuh kamera pada tahun
pertamanya di Fakultas Seni Rupa dan
Desain (FSRD) ITB. Masing-masing dari
kami harus melalui jalur yang berbeda
sebelum akhirnya bertemu di sebuah
persimpangan. Adhit yang berencana
melanjutkan studinya di bidang desain,
terpaksa banting stir ke program teknik
mesin, berhubung saat itu saringan
ujian masuk FSRD meloloskan kandi-
dat yang lain. Entah untung di balik
malang, atau susah sebelum senang,
serupa ribuan anak umur duapuluh-an
lain, Adhit mengalami fenomena yang
dikenal dengan terminologi “salah
jurusan”. Tertekan dengan setiap SKS
yang harus dilahapnya, Adhit justru
makin giat menyalurkan passion-nya di

58 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 59


WARDROBE BY: ANGIE - ESMOD JKT
THEFRESHMEN THEFRESHMEN

Liga Film Mahasiswa (LFM) ITB bagian


fotografi.

Dalam sebuah workshop LFM, seka-


ligus sesi pemotretan untuk majalah
Digicom bersama Dodi Ismail (a.k.a.
Dodi “Obenk”), kami bertemu untuk
kali pertama; Dalam momen itulah
kami terpana bersama, betapa kom-
pleksitas fotografi melebihi cakrawala
pandang kami saat itu. Ibarat anak kecil
yang baru saja mengenal PlayStation,
kami termangu melihat Broncolor dan
segala asesoris hebatnya.
Dari dua remaja yang tadinya sekedar
pegang kamera dan saling memamer-
kan hasil jepretan bermodus kesenan-
gan, kami mulai ngobrol ngalur-ngidul
tentang aspek lighting dalam fotografi
itu sendiri. Beruntung sekali, kami aneka peralatan yang kami impikan.
harus sangat bersyukur atas kesem- Dari sanalah kami mulai ber-”partner”,
patan melahap ilmu yang diberikan menerima pekerjaan “memotret apa
secara cuma-cuma oleh Dodi “Obenk” saja” - mulai dari foto kelas untuk
tentang prinsip-prinsip pencahayaan. buku tahunan SMA, hingga foto untuk
Dari sanalah kami mencoba lebih pernikahan yang nge-tren dengan
serius mempelajarinya, mulai dari eks- istilah prewedding.
perimen dengan lampu meja, hingga
mengutak-atik boboko (tempat nasi Seiring berlalunya waktu, kami men-
dari anyaman, pen.) untuk dijadikan coba untuk terus mengembangkan
standard reflector kami. Dasar maha- diri kami di bidang fotografi. Tanpa
siswa, kami pun berhasrat menjadikan disadari, “memotret apa saja” yang
fotografi lahan kami memanen uang kami kerjakan memberi kami banyak
saku tambahan - sekaligus menabung pengalaman sederhana yang pent-

60 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 61


WARDROBE BY: PANANINGTYAS PRABANTARI
THEFRESHMEN THEFRESHMEN

TALENT: SARI

62 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 63


THEFRESHMEN THEFRESHMEN

“Setiap per- ing bagi langkah-langkah berikutnya.


Pada satu waktu, sekali lagi kami cukup
yang mencoba mengeksekusi konsep-
konsep iklan (di lingkungan rekan “Kami “meli-
bedaan tipis, beruntung dapat bertemu dengan mahasiswa sejawat), menjadi paduan hat” apa saja,
kombinasi tak Gerard Adi - professional commercial yang terdorong untuk menciptakan dan berusaha
terbatas dari photographer - menambah luas citra - berangkat dari sebuah konsep
terus-menerus
prinsip-prinsip melakukan-
wacana kami lewat seminar berkualitas atau ide yang terfokus.
yang diberikannya. Bahkan pada awal Di samping itu, kami juga tertegun saat
sederhana ten- tahun 2007, Adi berkesempatan untuk melihat betapa faktor pencahayaan nya. Mulai dari
tang cahaya, menjalani magang singkat yang padat dan tiap detilnya dapat menciptakan
lari pagi sambil
mampu men- di studio beliau. Hingga kini, kami
merasa harus sangat berterimakasih
mood tertentu dalam fotograf yang di-
hasilkan. Setiap perbedaan tipis, kom- memperhati-
ciptakan nuansa atas semua ajaran Gerard Adi. Melalui binasi tak terbatas dari prinsip-prinsip kan cahaya ma-
yang berbeda.” Gerard Adi-lah kami dapat melihat sederhana tentang cahaya, mampu tahari, melihat
fotografi yang “seharusnya” (di mata menciptakan nuansa yang berbeda.
berbagai film
di waktu luang,
kami).
Dalam perspektif lebih mendasar,

“...kami juga Apa yang membuat anda ter- mungkin karakter kami sebagai menikmati ar-
sangat menyu- tarik dengan fotografi? individu secara natural menemukan
sitektur, hing-
kai sinkronisasi
tempatnya di fotografi. Pada dasarnya
kami adalah orang-orang yang tidak ga mencoba
teknik dan ar-
Kami berdua sangat menggemari
“gambar yang bicara” - citra yang pandai berbicara... Di fotografi-lah kami mengamati ber-
tistik - perhi- mampu membawa serta cerita di menemukan tempat untuk “berbi- bagai karya seni
tungan dan dalamnya. Adhit secara pribadi adalah cara” tanpa harus banyak berkatakata.
dan muatan di
baliknya.”
Selain itu, kami juga sangat menyukai
perasaan - otak
seorang penikmat manga (komik
Jepang), sementara Adi sendiri awal- sinkronisasi teknik dan artistik - perhi-

dan hati. Di fo- nya sangat tertarik dengan print-ad tungan dan perasaan - otak dan hati.

tografi-lah kami berbagai fashion brands. Sebagian diri Di fotografi-lah kami menemukan titik
keseimbangan itu.
menemukan kami memiliki keinginan kuat untuk
menciptakan gambar seperti itu - gam-
titik keseimban- bar yang dibuat untuk menyampaikan
gan itu.” gagasangagasan... Adhit yang awalnya
menjadikan fotografi tempat menu-
Apa saja yang telah anda laku-
kan dan akan anda lakukan yang
angkan ekspresi emosinya, dan Adi anda yakini dapat membantu

64 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 65


THEFRESHMEN THEFRESHMEN

66 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 67


CLIENT: HMU GROUP OF BUSINESS
THEFRESHMEN THEFRESHMEN

WARDROBE BY: KIATA KWANDA

68 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 69


THEFRESHMEN THEFRESHMEN

“fotografi itu proses, bu-


shinsu” (Code of The Samurai; literatur adaptasikan diri kami di dalamnya.
klasik Jepang) mengungkapkan bahwa

kan hanya sebatas bukaan seorang samurai harus terus meng- Berusaha memahami (tiap) klien

diafragma atau intensitas


kondisikan agar kematian hadir dalam Kami mendapat kesempatan untuk
pikirannya di setiap tarikan nafas - bertemu dengan berbagai “jenis” klien

cahaya. Lebih lanjut, fo- karena kematian adalah hal yang selalu sepanjang perjalanan singkat kami,

tografi adalah mindset,


eksis bersama keberadaan seorang yang masih terus berlanjut... Setiap
samurai. Sam Nugroho pernah berkata, klien, memiliki cara pikir dan kebu-

cara berpikir dan melihat “Sebagai fotografer, selalu perhatikan-


lah alam sekitar”.
tuhannya sendiri. Banyak fotografer
berjuang untuk memiliki ciri khas

sesuatu. Membaca mem- personal, berusaha agar menjadi unik.

beri kami kesempatan un- Dua statement tersebut menunjukkan


betapa pentingnya penghayatan akan
Lucunya, jarang sekali kami berpikir
untuk menuju ke sana - ke sebuah

tuk terus mengembangkan proses dasar “melihat” - penghayatan signature. Sebaliknya, kami merasa

cara berpikir kami.”


akan substansi esensial bagi kehidupan keunikan tiap klien-lah yang penting
seorang fotografer. - kekhasan mereka-lah yang memberi
Kami “melihat” apa saja, dan berusaha makna bagi kami. Dengan berusaha
terus-menerus melakukannya. Mulai menghasilkan foto yang se-proper
anda untuk meningkatkan ke- langsung - untuk mengembangkan
dari lari pagi sambil memperhatikan mungkin dengan kebutuhan mereka
diri kami dalam fotografi. Kamus teknik
mampuan fotografi anda? cahaya matahari, melihat berbagai film yang spesifik, kami dapat belajar terus
dan majalah fotografi, novel, catatan
di waktu luang, menikmati arsitektur, menerus untuk menciptakan variasi
sejarah, biografi, hingga literatur bisnis,
Membaca hingga mencoba mengamati berbagai
semuanya memberi kami kontribusi
Adi sendiri adalah seorang mahasiswa karya seni dan muatan di baliknya. Se-
penting dari kacamata yang berbeda.
desain yang verbal, dimana semua cara rutin kami juga melihat berbagai
Menurut kami, fotografi itu proses,
bentuk visual yang dibayangkannya majalah fotografi dan periklanan, agar
bukan hanya sebatas bukaan dia-
berangkat dari tulisan. Hingga kini, kami selalu ter-update dengan tren
fragma atau intensitas cahaya. Lebih
semua konsep foto yang dibuatnya, dan style yang terus berkembang.
lanjut, fotografi adalah mindset, cara
berawal dari tulisan-tulisan. Meskipun
berpikir dan melihat sesuatu. Membaca
Adhit berada di ekstrim sebaliknya - Fotografi adalah hal yang kontekstual -
memberi kami kesempatan untuk terus
seseorang yang sangat visual based sehingga ibarat alam, sekalipun memi-
mengembangkan cara berpikir kami.
- kami berdua senang sekali membaca. liki prinsip yang baku, ia terus tumbuh
Membaca memberi kami banyak dan berubah. Dengan membiasakan
Melihat
inspirasi, baik langsung maupun tak diri “melihat”, kami dapat terus meng-
Taira Shigesuke dalam “Bushido Sho-

70 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 71


THEFRESHMEN THEFRESHMEN

OULA (by Paula Rose)

“Banyak fotografer berjuang untuk memiliki ciri khas personal, berusaha


agar menjadi unik. Lucunya, jarang sekali kami berpikir untuk menuju ke
sana - ke sebuah signature. Sebaliknya, kami merasa keunikan tiap klien-lah
yang penting - kekhasan mereka-lah yang memberi makna bagi kami. Den-
gan berusaha menghasilkan foto yang se-proper mungkin dengan kebutu-
han mereka yang spesifik, kami dapat belajar terus menerus untuk mencip-
takan variasi fotograf dari aneka pendekatan dan perspektif berbeda.”
72 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 73
THEFRESHMEN THEFRESHMEN

“Fotografi
fotograf dari aneka pendekatan dan evaluasi atas kekurangan kami men-
perspektif berbeda. dorong kami menemukan cara yang

di kala- Berkolaborasi
lebih baik. Setiap kesalahan membuat
kami lebih mengerti - sedikit demi

ngan ter- Boleh dibilang, fashion photogra- sedikit... Minimnya jalur formal yang

tentu
phy adalah “idealisme” kami. Melalui kami tempuh dalam mempelajari
kolaborasi dengan rekan-rekan fashion fotografi mengkondisikan kami untuk

menjadi designer muda, kami dapat bereksperi-


men dengan berbagai kemungkinan
terus haus mencari segala sumber
pembelajaran. Hingga kini, kami

sekedar baru dalam proses fotografi. Interaksi terus mencari... Melahap sebanyak-

mastur-
tersebut juga kemungkinkan kami banyaknya informasi dan referensi,
melihat aneka cara pandang bervariasi untuk lantas memamahbiaknya, dan

basi visual
terhadap fotografi itu sendiri. Bertanya mengaplikasikan apa yang cocok
pada ahlinya - dan mempraktekkan- dalam situasi kami... Proses ini jugalah

yang in- nya. Berhubung pengetahuan kami di


bidang fotografi masih jauh dari ideal,
yang menjadi “sarana” kami untuk terus
(berusaha) tumbuh... Berusaha untuk

stan dan kami tidak pernah malu bertanya pada tidak pernah puas, dan berdoa agar

serampan-
orang-orang yang memang sudah tidak takabur, serta terus belajar.. dari Banyak orang menilai dunia
jauh lebih berpengalaman di bidang mana saja... fotografi Indonesia menga-

gan.” ini - tentang apa saja yang belum kami


mengerti. Sekali lagi kami garisbawahi,
kami harus bersyukur atas pertemuan
lami kemajuan yang luar biasa.
Sebagian lagi menilai dunia
fotografi Indonesia menga-
kami dengan banyak orang yang ber-
baik hati membagikan ilmunya... Kami lami kemunduran luar biasa.
mencoba mengaplikasikannya sesuai Bagaimana menurut anda dan
kondisi yang kami hadapi. Melalui tolong jelaskan alasannya?
proses tersebut, kami dapat memiliki
circle-of-learning yang terus menempa Dari lubuk hati yang paling dalam,
kami menjadi lebih baik. sebenarnya kami merasa kami bu-
kanlah orang yang pantas menjawab
Evaluasi, perbaiki, coba lagi, cari lagi... pertanyaan ini. Kami masih “hijau”, kami
Pada awalnya, tak terhitung banyaknya belum cukup layak menilai.
trial-and-error yang kami lewati. Setiap

74 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 75


THEFRESHMEN THEFRESHMEN

G.H.O.S.T juelerie
(by Agra Satria & Yasmina Yustiviani)

76 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 77


THEFRESHMEN THEFRESHMEN

G.H.O.S.T juelerie
(by Agra Satria & Yasmina Yustiviani)

78 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 79


THEFRESHMEN THEFRESHMEN

makin kompetitif, sehingga kualitasnya


dimungkinkan untuk terus menanjak.
sebuah situs komunitas foto, misalnya,
banyak orang yang melabeli fotonya “Bejibun orang
Di samping itu, pembelajaran terhadap dengan istilah “fine-art”, padahal ia melabeli dirinya
fotografi, akses kepadanya, dan diskusi “hanya” (maaf ) penghobi fotografi “fotografer”
tentangnya, juga terbuka dalam berba- yang memotret di waktu senggang
tanpa mengerti
artinya, beribu
gai macam kemungkinan dengan segala hari libur. Apakah pemaknaan akan
kemudahan. “seni murni” sudah sebegitu dangkal-
Ini adalah kondisi konstruktif yang me- nya? orang meng-
mungkinkan pesatnya kemajuan dunia
klaim hasil
fotografi Indonesia. Dalam pernyataan
berikutnya, alangkah sedihnya, bahwa
Itulah fenomena “miris” yang kami
cermati di beberapa belahan dunia fo- jepretannya
benar adanya menurut kami, bersama tografi Indonesia. Bejibun orang mela- “karya seni”
kemajuan itu, dunia fotografi Indonesia beli dirinya “fotografer” tanpa mengerti padahal tidak
juga berada di fase “ketidaksiapan” akan artinya, beribu orang mengklaim hasil
mengerti defi-
nisi “seni” itu
berbagai lompatan dalam dunia fo- jepretannya “karya seni” padahal tidak
tografi masa kini. Banyak orang dengan mengerti definisi “seni” itu sendiri...
mudahnya mengatakan “Fotografi kan
tinggal ceprat-cepret, ntar di-edit di
Juga berbagai tren tak sehat lainnya...
Akan tetapi, kami tetap optimis bahwa
sendiri...”
PhotoShop, jadi keren deh...”. Begitu juga “ketidaksiapan” ini akan terkikis seiring
Dengan memberanikan diri bersuara muncul fenomena signifikan, bahwa makin intensnya diskursus terhadap
dari sudut pandang kami, menurut sebagian kalangan di Indonesia tidak fotografi itu sendiri. Aneka antitesis
kami kedua pernyataan itu punya lagi sadar terhadap hakikat fotografi itu menyeruak, oposisi angkat bicara,
kebenaran dalam porsinya masing- sendiri. Fotografi di kalangan tertentu kritisi menyerbu, diskusi menghan-
masing. Kalau dulu mungkin fotografer menjadi sekedar masturbasi visual yang gat... Yang muda kian ranum, yang tua
yang berkualitas hanya sehitungan instan dan serampangan. Sekali waktu makin keladi... Semua itu, meskipun
jari-jari setelapak tangan, kini begitu kami bahkan tidak habis pikir, dalam masih terseok-seok di sana-sini, pasti
banyak fotografer muda yang ex- mampu membawa fotografi di Indone-
traordinary. Lihat saja di sekitar kita. sia makin dewasa - seiring proses dan
Fotografer muda yang berkualitas, perjalanan waktunya.
dengan konsistensi dan identitasnya
sendiri, terus tumbuh dalam deret Seperti apakah fotografer yang
geometris yang mengagumkan. Gejala baik itu? Dan seperti apakah foto
ini akan menjadikan iklim fotografi
yang baik menurut anda?

80 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 81


THEFRESHMEN THEFRESHMEN

82 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 83


WARDROBE BY TETES ANNISA LESTARI
THEFRESHMEN THEFRESHMEN

sebuah sesi workshop, “Berapa lama


Pertanyaan hebat yang jawabannya exposure time-nya?”, menjawab, “1/125
sebenarnya sangat kompleks. Kamipun detik pergerakan shutter, dan 30 tahun
masih terus mencari, sebenarnya pencarian”.
komposisi apa yang menyusun kriteria Kedua, mengutip pernyataan salah
“fotografer yang baik” itu... Mungkin satu “guru” kami, fotograf yang baik
salah satu hal yang penting dari nilai adalah fotograf yang mampu “me-
“baik” itu sendiri adalah layani”. Dalam pemahaman kami, hal
ketika sang fotografer memiliki ini berarti bahwa “fotograf yang baik”
objective tiap klien kami.
pemahaman yang tepat atas peran- itu adalah imej yang dapat memenuhi
Dari segi style untuk commercial pho-
nya. Fotografer yang baik mampu segala kebutuhan yang dituntut
tography, kami mencoba menciptakan
melihat tujuan yang harus diraih darinya...
lighting yang natural - dalam arti, kami
ketika ia “membuat” suatu fotograf.
mengusahakan agar fotograf yang
Konsistensinya menjalani proses yang Ketiga, fotograf yang baik adalah imej
kami buat, sedapat mungkin terlihat
diperlukan untuk meraih tujuan itu yang bisa memenuhi kebutuhan terse-
seperti dalam pandangan jernih mata
melalui personal viewpoints-nya, akan but dengan cara yang indah... Seperti
manusia.
menghasilkan imej yang sesuai dengan halnya sepakbola, fotograf yang baik
Dalam konteks serupa, kami juga
kebutuhan, sekaligus unique pada saat tidak hanya memasukkan bola ke
berupaya agar pencahayaan yang kami
yang bersamaan. gawang, tetapi juga menciptakan “gol”
berikan mampu membangun mood
Bidang spesialisasi tiap fotografer itu lewat sesuatu yang “cantik”... Entah
yang sesuai dengan konsep visual yang
mungkin akan menuntut kekhususan lighting-nya, moment-nya, perspektif-
direncanakan dan untuk apa fotograf
proses sendiri-sendiri, akan tetapi nya, dan sebagainya.
itu diciptakan.
secara general prinsip-prinsipnya tidak
jauh berbeda.
Pertama, “foto yang baik” adalah fo- Kata apa yang paling tepat un- Jika anda memiliki kesempatan
tograf yang dibuat melalu proses tuk menggambarkan foto-foto untuk berbicara dan didengar
fotografi yang seharusnya.
anda? oleh seluruh peminat fotografi
di Indonesia, apa yang ingin
Fotografi adalah proses, dan fotograf anda katakan kepada mereka?
Untuk satu hal ini, kami berpikir al-
yang baik tentunya akan tercipta
angkah lebih baiknya jika pemirsa dan
melalui tingkat kesempurnaan proses Salam kenal... Mari terus mencari dan
pihak-pihak lain yang menilai... Saat
yang berada di baliknya... Seorang berbenah diri...
ini kami hanya terus berusaha meng-
fotografer hebat, ketika ditanya dalam
hasilkan fotograf yang sesuai dengan

84 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 85


THEFRESHMEN THEFRESHMEN

86 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 87


PSA DKV ITB - ART DIRECTOR: LUKMAN AULIADI
THEFRESHMEN THEFRESHMEN

88 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 89


PSA DKV ITB - ART DIRECTOR: LUKMAN AULIADI
THEFRESHMEN THEFRESHMEN

90 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 91


PSA DKV ITB - ART DIRECTOR: LUKMAN AULIADI
THELEPASAN LIPUTANUTAMA

MENGGUGAT
KETOKOHAN
DALAM
FOTOGRAFI
Beberapa waktu yang lalu seorang teman pernah berkata, “Indonesia ini masih
punya budaya ikut-ikutan. Entah karena budaya sungkannya yang terlalu kuat
atau karena ketidak mengertiannya sehingga selalu mengikut yang dianggap
memiliki nama atau kharisma.” Di kesempatan lain seorang teman yang lain
pernah berkata, “coba lihat di ajang pameran seni. Selalu saja kita menemui
orang-orang yang ikut mengangguk-angguk mencoba menunjukkan bahwa
kita mengerti dan mengagumi karya seni yang dipamerkan tersebut ketika baru
saja ada seorang kurator yang mencoba mengkurasi karya seni tersebut. Padahal
belum tentu kita mengerti dan sependapat. Namun nama-nama kurator besar
seakan-akan membuat sesuatu yang tadinya jelek menjadi bagus, yang tadinya
tidak mudah dimengerti dan dicerna menjadi seakan-akan mudah dicerna.”

Kondisi tersebut lebih kurang memang menggambarkan keadaan bangsa ini


dalam berpendapat dan bersuara. Orang cenderung takut untuk berbeda suara.
Di satu sisi ketidakpercayaan diri yang berdasar dari rendahnya pendidikan
dan ketidakmampuan akan bidang tersebut membuat seseorang cenderung
takut untuk memiliki suara yang berbeda. Namun di sisi lain tekanan dan upaya
“penjajahan” dari “tokoh-tokoh” di bidang yang bersangkutan untuk menjadikan
doktrin dan kepercayaannya sebagai sesuatu yang benar dan menutup pintu-

92 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 93


LIPUTANUTAMA LIPUTANUTAMA

“Di Indonesia pintu rasio, argumentasi dan debat


terhadap pemikiran dan kepercayaan
ketokohan dalam fotografi baik itu
merk kamera maupun nama besar
orang menjadi yang berbeda dengan yang ia lakukan. tokoh fotografi. Kami mengumpulkan
terkenal dulu Tidak heran jika di Indonesia, may- 100 orang dan meminta mereka menu-
“...yang hebat-
baru selanjut- oritas sering dikonotasikan dengan lis merk kamera yang mereka anggap
hebat seperti
nya orang bisa
yang benar. Partai yang paling banyak bagus dan mereka gunakan, dan tokoh

tutup mata
pengikutnya dianggap sebagai partai besar fotografi yang mereka puja.
yang namanya
dengan karya-
yang paling benar, tokoh yang paling
banyak pengikutnya dianggap seba-
Tahap selanjutnya kami menanyakan
pertanyaan mengenai alasan mereka saya sebut tadi
karyanya dan gai tokoh kebenaran, komunitas yang menyukai merk, dan tokoh tersebut. nggak pernah
tetap bisa dibi-
paling banyak anggotanya dianggap Hasil yang didapatkan cukup menge-
mau pusing
lang bagus.
sebagai komunitas kebenaran. Belum jutkan. Pada segmen merk yang disu-
mikirin mer-
eka beken atau
tentu salah memang, tapi belum tentu kai 32% tidak bisa menjelaskan alasan

Sementara di benar juga. yang tepat dan bisa diperdebatkan


tidak, populer
negara-negara
mengenai mengapa mereka menyukai

barat, tempat
Dalam bidang fotografi kami juga men- dan menggunakan merk tersebut. 26%
apa enggak
kesenian ber-
jumpai adanya upaya “penjajahan” oleh
tokoh-tokoh fotografi yang mungkin
menyebutkan alasan yang bisa di-
terima dengan rasio dan bisa diakui ke- yang penting
evolusi bera- memang dilakukan tanpa sengaja. benarannya. Sementara sebanyak 42% kerjaan mer-
bad-abad, se-
Upaya “penjajahan” ini bisa berasal menyebutkan alasan yang salah. 42%
eka ramai dan
orang seniman
atas upaya yang baik secara sengaja responden menyebutkan alasan yang
orang-orang
yang merupa-
maupun tidak sengaja dari tokohnya ternyata juga bisa didapatkan di merk

baru bisa men- maupun “kerelaan” untuk “dijajah” dari lain. Artinya hampir bisa dikatakan 42%
kan market mer-
jadi terkenal
para “terjajah” oleh tokoh tersebut responden ditambah 32% responden

setelah karya-
dengan cara mentah-mentah men- telah fanatik pada sebuah merk tanpa
eka tahu bahwa
nya dikenal le-
erima doktrin dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan tokoh tersebut
alasan yang tepat, atau kami tidak
terlalu salah jika kami katakan sebagai mereka yang
bih dahulu.” sebagai tolak ukur sebuah kebenaran. “korban marketing”. terbaik. Orang
awam tahu atau
Untuk mengupas lebih dalam men- Yang paling menarik adalah tokoh
tidak nggak per-
nah mereka pu-
genai masalah ini, kami telah men- fotorgafi, kami menanyakan kepada
gadakan riset kecil-kecilan mengenai mereka siapakah tokoh fotografi
kefanatikan pehobi fotografi pada yang mereka kagumi karena kualitas singin.”
94 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 95
LIPUTANUTAMA LIPUTANUTAMA

fotonya. Dari 100 orang, 54 orang


menjawab jawaban yang sama. Agar

“Di Indonesia orang


kami tidak dituduh menjelek-jelekkan
fotografer tersebut marilah kita sebut

hanya belajar dari tokoh tersebut sebagai fotografer A.


Untuk itu kami mendalami dengan

sesuatu yang be- mengumpulkan 10 buah foto, di mana

nar, orang tidak mau


5 fotonya adalah karya fotografer A
tersebut dan sisanya milik fotografer

melihat kesalahan, yang juga namanya dikenal oleh


54 orang responden itu. Kami pun

orang tidak mau be- menunjukkan 10 foto tersebut kepada


54 orang responden tersebut dan
lajar dari kesalahan, mengatakan kepada mereka bahwa 5

akhirnya orang takut


dari 10 foto tersebut merupakan foto
dari idolanya namun tanpa menunjuk-

berdebat, orang ta- kan mana foto dari fotografer idola itu.
Kami pun meminta mereka untuk men-

kut berargumentasi gurutkan 10 foto tersebut mulai dari


fotografer A tersebut pada ranking 3

dan orang takut me-


yang terbaik menurut mereka hingga
& 4. Artinya dari total 54 responden, 5
kepada yang terjelek. Ini kami lakukan
foto karya fotografer A yang dikagumi

nyampaikan pendap- untuk mengkonfirmasi pengakuan dan


kekaguman responden tersebut pada
oleh mereka hanya menduduki posisi

at karena takut salah


mayoritas di ranking 5, 6, 8, 9, 10.
tokoh fotografer A tersebut memang
benar berdasarkan karyanya, bukan
dan salah adalah nama besarnya. Sayangnya dari 54
Hasil ini mungkin cukup mengece-
wakan bagi semua orang, bukan

suatu aib yang san-


orang responden hanya 6 orang yang
hanya bagi fotografer A tapi juga kami.
menempatkan 1 dari 5 foto fotografer

gat memalukan di
Karena terbukti bahwa bidang fotografi
A tersebut pada ranking 1. Selanjutnya
yang kini diseret-seret menjadi anak
hanya 9 orang yang menempatkan

negara ini.”
tiri dari seni ternyata sangat dipengar-
foto karya fotografer A di ranking 2.
uhi oleh kharisma, nama besar, brand
Dan tidak ada satu orang responden
awareness, keartisan, dll. Seorang
pun yang menempatkan foto karya
fotografer yang begitu dikagumi oleh

96 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 97


LIPUTANUTAMA LIPUTANUTAMA

‘Saya nggak bilang mer-


mayoritas responden kami karena
karya-karyanya ternyata tidak terbukti
layak dikagumi melalui karya-karyanya
karena karya-karyanya gagal diakui se- eka jelek, tapi mereka
bagai karya yang baik melalui sebuah
nggak menonjol. Nah
karena karyanya nggak
blind test.

Dari hasil ini kami pun menyimpulkan


dua kemungkinan yang tersisa dari menonjol, supaya bisa
hasil blind test ini. Kemungkinan per-
eksis dan laku mereka
membuat nama mereka
tama, fotografer A yang dikagumi oleh
banyak responden ternyata dikagumi

yang menonjol.”
karena sesuatu yang bukan karyanya.
Bisa jadi nama besarnya, kharismanya,
penampilan fisik dan pembawaan- lain mereka jatuh cinta walaupun si
nya, ataupun hanya ikut-ikutan orang fotografer kalah populer namanya.
lain. Kemungkinan kedua, kurangnya irnya bagus tidaknya sebuah karya ditentukan bukan dari bagus tidaknya karya
pengetahuan responden mengenai Untuk menebak-nebak jawaban yang tersebut, melainkan dari siapa yang membuatnya. Sayangnya itulah yang terjadi
hasil karya fotografer lain sehingga lebih mendekati kebenaran kami pun di Indonesia.”
ketika melihat hasil karya fotografer meminta pendapat kepada beberapa
pihak. AR, seorang pengamat seni HJ, seorang pengamat bisnis dan marketing mengatakan bahwa proses pen-
mengatakan, “Di Indonesia orang ciptaan karya seni di Indonesia masih banyak disetir kepentingan-kepentingan
menjadi terkenal dulu baru selanjut- marketing. Artinya untuk bisa menjadi seorang seniman yang sukses di Indonesia

“Tidak heran nya orang bisa tutup mata dengan upaya marketing bisa sangat membantu. Misalnya melalui proses branding yang
bombastis. Hal ini pula yang dianggap HJ telah berlaku pada merk-merk fotografi.
jika di Indone- karya-karyanya dan tetap bisa dibilang
bagus. Sementara di negara-negara Merk-merk yang pernah membombardir konsumen dengan propaganda-pro-
sia, mayoritas barat, tempat kesenian berevolusi pagandanya cenderung lebih dianut oleh konsumen, walaupun kalau diperde-

sering dikono- berabad-abad, seorang seniman baru batkan dengan rasio satu persatu fiturnya, merk tersebut bukanlah yang terbaik.

tasikan dengan bisa menjadi terkenal setelah karyanya Lebih lanjut lagi HJ meyakini hal ini pula yang terjadi pada tokoh-tokoh fotografi.
HJ meyakini kebiasaan orang Indonesia untuk menghormati orang yang diposisi-
yang benar.”
dikenal lebih dahulu.”
Hal senada juga diungkapkan oleh SA, kan sebagai tokoh. Apapun yang ia katakan dianggap sebagai kebenaran. Bahkan
“berbahaya sekali jika karakter sang lebih ekstrim lagi bagi mereka yang sudah terlanjur fanatik, sang tokoh itulah
tokoh berada di depan karyanya. Akh- sang kebenaran.

98 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 99


LIPUTANUTAMA LIPUTANUTAMA

“...ketakutan untuk ber-


ness. Saya nggak bilang mereka jelek,
Seorang fotografer professional yang tapi mereka nggak menonjol. Nah kar-

pendapat dan berdiskusi


berkeberatan identitasnya diungkap ena karyanya nggak menonjol, supaya
(bahkan inisialnya sekalipun) menga- bisa eksis dan laku mereka membuat

ini pulalah yang menje-


takan, “Somehow di beberapa bidang nama mereka yang menonjol.”
di Indonesia yang populer justru

bak bangsa ini ke dalam


bukan yang paling bagus. Lihat saja ER, seorang fotografer fine art menga-
fashion designer di Indonesia. Yang takan bahwa mental berdiskusi yang

ketidaktahuan, kebodo-
rajin nongol di TV banyak sekali. Tapi lemah dari orang-orang Indonesia
mereka kelasnya masih kelas lokal. lah yang membuat hal ini terjadi. ER

han. Akhirnya untuk


Yang beneran diakui oleh orang kaya di melihat perbedaan pendidikan di
luar negeri justru nggak banyak dikenal barat dengan di Indonesia. Di Indone-

menghindari menjadi
di sini, seperti kiata Kwanda misalnya. sia orang hanya belajar dari sesuatu
Di bidang fotorgafi juga sama. Yang yang benar, orang tidak mau melihat

salah mereka memilih


terkenal banyak tapi yang paling mahal kesalahan, orang tidak mau belajar dari
bayarannya dan yang paling dihormati kesalahan, akhirnya orang takut berde-

jalur aman, yaitu memi-


di luar negeri seperti Nico Darmad- bat, orang takut berargumentasi dan
jungen, Sam Nugroho, Indra Leonardi orang takut menyampaikan pendapat

lih yang paling banyak


nggak banyak yang kenal di sini. Saya karena takut salah dan salah adalah
melihat yang hebat-hebat seperti yang suatu aib yang sangat memalukan di

dipilih orang, memuja


namanya saya sebut tadi nggak pernah negara ini. Sementara di barat, orang
mau pusing mikirin mereka beken atau belajar bukan hanya dari kebenaran,

yang sering terdengar di


tidak, populer apa enggak yang pent- tapi juga dari kesalahan. Kesalahan diri
ing kerjaan mereka ramai dan orang- sendiri, kesalahan orang lain, kesala-

telinga tanpa ada kon-


orang yang merupakan market mereka han lawan debat. Karena bagi mereka
tahu bahwa mereka yang terbaik. mengetahui kesalahan artinya semakin

firmasi dan seleksi yang


Orang awam tahu atau tidak nggak mempersempit kemungkinan untuk
pernah mereka pusingin. Sementara salah. Maka dari itu mereka tidak takut

berdasar pada argumen-


di sisi lain saya melihat ada beberapa berdebat, mereka tidak takut berargu-
orang fotorgafer yang karena karyanya mentasi bahkan dengan atasan dan

tasi yang sehat.”


nggak stand out atau nggak stand out orang tuanya sekali pun, asalkan me-
lagi berusaha untuk tetap eksis dengan mang dilandasi dengan argumentasi
prinsip marketing yaitu brand aware- yang bisa dicerna rasio.

100 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 101


LIPUTANUTAMA LIPUTANUTAMA

“...walau ba-
senioritas hanya menunjukkan bahwa
Masih menurut ER, ketakutan untuk ia sudah lebih dulu lahir dan lebih dulu

gaimanapun berpendapat dan berdiskusi ini pulalah


yang menjebak bangsa ini ke dalam
berkecimpung di bidang itu, dan tidak
berarti bahwa ia lebih baik dari sang

dua orang ketidaktahuan, kebodohan. Akhirnya junior. Karena walau bagaimanapun

yang hidup
untuk menghindari menjadi salah dua orang yang hidup di dua generasi
mereka memilih jalur aman, yaitu yang berbeda tidak bisa secara adil

di dua ge- memilih yang paling banyak dipilih


orang, memuja yang sering terdengar
diperbandingkan, jadi jangan merasa
kalah duluan.

nerasi yang di telinga tanpa ada konfirmasi dan

berbeda
seleksi yang berdasar pada argumen- SA menganggap orang yang telah
tasi yang sehat. Sikap mental seperti menjadi tokoh bisa menjadi panutan

tidak bisa ini yang entah secara sengaja maupun dan bisa menjadi penjajah. Ia bisa
tidak sengaja dimanfaatkan oleh para menjadi panutan ketika mendudukkan

secara adil tokoh-tokoh yang kebetulan sudah


terlanjur terkenal, sudah terlanjur terla-
dirinya sejajar dengan orang lain dan
selalu menantang orang lain untuk

diperban- hir sebagai anak atau famili dari orang berkompetisi dengannya dan melepas-

dingkan,
penting ataupun pendiri bangsa. Su- kan dirinya dari posisi tolak ukur baik
dah menjadi kultur bangsa ini bahwa buruk dengan tujuan membuat ornag

jadi jangan berdebat dengan orang yang lebih


senior atau lebih tua disebut sebagai sebagai kebenaran, bukan sebagai

merasa kalah sebuah kekurang-ajaran. Tidak heran orang yang kebetulan lebih dulu
berkecimpung dan berhasil di bidang
“Somehow di
duluan.”
jika di mailing list-mailing list bidang
seni dan bisnis muncul kata-kata pem- itu. Seharusnya senior dan junior hanya
menunjukkan jam terbang pada suatu beberapa bi-
dang di Indone-
buka “mohon petunjuk dari master dan
suhu di sini.” Atau “mau dibawa kemana waktu pengukuran, dan jam terbang
terserah komandan saja.” tidak selalu berkorelasi dengan kualitas sia yang popu-
dan kejeniusan seseorang. Artinya ke-
ler justru bukan
yang paling ba-
Senada dengan ER, IM seorang bu- tika ada seorang fotografer senior yang
dayawan mengatakan bahwa kultur sudah populer, seharusnya seorang
feodalisme yang sudah terlanjur fotorgafer muda tidak menganggap ia
sebagai kebenaran. Namun mengang-
gus...”
berakar di Indonesia telah membuat
generasi muda menganggap seniornya gapnya sebagai teman diskusi karena

102 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 103


LIPUTANUTAMA LIPUTANUTAMA

lain menjadi lebih baik lagi. Di sisi lain, lang kali dimuat di media massa asing
ia bisa menjadi penjajah ketika ia selalu pernah berkata kepada tim redaksi
menempatkan dirinya sebagai tolak kami bahwa jurnalis-jurnalis media
ukur dari segala improvement yang besar lokal kadang suka besar kepala.
dilakukan orang lain seolah-olah dialah “Padahal kalau name tag nya dicabut
kebenaran itu. juga bisa apa mereka?” ungkapnya.
Untuk itu dengan alasan mencerdas-
Pada akhirnya, untuk menghindari kan peminat fotografi, kami menga-

“Seharusnya se-
menjadi “jajahan” dari para tokoh baik jak semua pihak untuk mau dengan
itu merk maupun tokoh personal da- legowo bertukar pikiran dengan bebas
lam bidang fotografi, SA menyarankan tanpa dicampuri gengsi, emosi dan nior dan junior
harga diri yang kelewat tinggi akibat
hanya menun-
senioritas, popularitas, penghargaan
yang pernah diperoleh, jam terbang, jukkan jam
ataupun alasan apapun. Karena foto terbang pada
yang baik adalah foto yang baik, sama
suatu waktu
generasi muda untuk tidak secara
fanatik menempatkan tokoh tersebut
sekali tidak dipengaruhi oleh siapa
pengukuran,
dan jam ter-
yang membuatnya. Begitu juga den-
sebagai kebenaran dan menempatkan gan foto yang jelek adalah foto yang
tokoh sebagai partner diskusi yang jelek walaupun yang membuatnya bang tidak se-
berdasarkan rasio. Dan jika ada upaya seorang fotografer terkenal, termahal
lalu berkorelasi
dari sang tokoh untuk “menjajah”, ajak-
lah ia untuk berdiskusi atau berdebat
dan paling disegani di negara ini.
dengan kualitas
dalam kerangka argumentative yang dan kejeniusan
bisa dicerna rasio tanpa menempatkan
diri sebagai tokoh fotografi. Dengan
seseorang.”
begitu niscaya hanya sesuatu yang
bisa dipertanggung jawabkanlah yang
layak menjadi tokoh. Bukan hasil dari
upaya marketing dan branding.

Seperti beberapa tahun lalu seorang


teman jurnalis yang karyanya beru-

104 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 105


FINEART & JURNALISM PHOTOGRAPHY FINEART & JURNALISM PHOTOGRAPHY

ERIK
PRASETYA,
SETIA PADA
FOTOGRAFI
IDEAL
Anda yang mengeluti fotografi sejak tahun 90an pasti pernah mendengar nama
Erik Prasetya. Erik Prasetya adalah seorang fotografer berbasis jurnalistik yang kini
semakin mewarnai karyanya dengan sentuhan seni. Banyak nama-nama besar di
bidang fotografi yang pernah belajar darinya. Untuk itu pada kesempatan kali ini
kami menghadirkan Erik Prasetya dengan pemikiran-pemikiran kritisnya menge-
nai fotografi Indonesia.

Di awal perbincangan kami dengannya, ia mengaku tidak mengikuti perkemban-


gan teknologi digital dalam fotografi. Hal itu pulalah yang membuatnya masih
melakukan pemotretan dengan kamera analog. Namun disamping itu ia melihat
keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh kamera analog yang tidak bisa dida-
patkan dengan mudah dengan kamera digital. Tingkat kesulitan pengoperasian
kamera analog secara tidak langsung telah menghasilkan fotografer-fotografer
intelektual. “Waktu jaman 40an, ketika kamera masih begitu sederhana, sulit dan
lambat banyak muncul fotografer-fotorgafer intelektual. Karena pada jaman itu

106 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 107


FINEART & JURNALISM PHOTOGRAPHY FINEART & JURNALISM PHOTOGRAPHY

“Waktu jaman kamera hanya sebagai pembantu. setuju boleh tidak. Yang penting ada

40an, ketika kam- Dan karena itu tidak banyak orang


menjadi fotografer.” Ungkapnya. “Tapi
argumennya.” Sambutnya.

era masih begitu pada masa kini ketika kamera diang- Kami pun tertarik untuk menggali
sederhana, sulit gap sebagai yang utama siapapun di lebih dalam lagi alasan Erik belum
dan lambat banyak belakangnya menjadi merasa bisa.” mempelajari fotorgafi digital. Ia pun
muncul fotografer- Sambungnya. mengaku ada dua alasan yang paling
fotorgafer intelek- utama. Yang pertama adalah karena

tual. Karena pada Kemudahan teknologi di bidang fo- faktor umur. “Sejago-jagonya yang tua,

jaman itu kamera tografi dengan hadirnya kamera-kam-


era digital dirasa erik membuat banyak
dalam bidang digital tetap nggak bisa
ngalahin yang muda. Dan itu bukan
hanya sebagai peminat fotografi menjadi malas. “Dulu masalah kebiasaan, tapi mindsetnya
pembantu. Dan ketika orang belajar fotografi mereka sudah beda.” Akunya. “Selain itu, analog
karena itu tidak start dengan belajar lighting, bentuk, sudah hampir punah, jadi mungkin ini
banyak orang men- shape, tekstur, shadow, dll. Tapi seka- kesempatan terakhir untuk melakukan
jadi fotografer. Tapi rang prosesnya adalah beli kamera, lalu pencapaian-pencapaian di bidang

pada masa kini ke- menghabiskan manual book lalu mera- analog. Karena banyak pencapaian di

tika kamera diang- sa bisa. Atau bahkan kalau ternyata


hasilnya belum bagus, sisanya diser-
bidang analog yang belum dilakukan
oleh bangsa ini. Misalnya saja zone
gap sebagai yang ahkan pada software komputer grafis.” system.” Sambungnya. Erik merasa agak
“Karena tidak
utama siapapun di Jelasnya. “Implikasinya fotografer aneh jika seorang fotografer memulai
ada pijakan dari
belakangnya men-
masa lalu, akh-
sekarang banyak yang tidak mengerti minatnya terhadap fotografi langsung
jadi merasa bisa.” lighting, bentuk, shape, tekstur dan pada kamera digital. Ini membuat
lain sebagainya.” Sambungnya. Erik pun proses dibalik penciptaan sebuah irnya generasi
segera mengambil sebuah handphone karya fotografi itu sendiri menjadi tidak
sekarang bisan-
dan berkata, “fotografer sekarang kalau
ditanya lighting seperti apa agar HP
dimengerti. Padahal, proses awal cara
bekerjanya fotografi dan dasar-dasar ya ngarang in
ini kelihatan berat, begitu juga keliha- fotografi harus dikuasai oleh semua the middle of
tan enteng. Gimana caranya supaya
keluar aroma pegunungan, atau keluar
fotografer. “Lihat saja fotografer lulusan
Jerman, tidak ada yang tidak mengerti.
nowhere.”
aroma disco.” Ini membuktikan banyak Karena jika kita sekolah fotografi di
fotografer yang tidak menguasai dasar- Jerman maka selesai lah sudah semua
dasar fotografi dengan benar. “Boleh teori secara komplit. Sementara di In-

108 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 109


FINEART & JURNALISM PHOTOGRAPHY FINEART & JURNALISM PHOTOGRAPHY

“Lebih parahnya lagi


ketika dikritik mereka
nyinyir. Makanya harus
disadari bahwa meng-
hasilkan karya itu ada-
lah proses pergulatan.
Kalau kita nggak ke-
jam dan nggak nyinyir
pada diri sendiri, maka
orang lain yang akan
nyinyir melihat foto
kita.”

110 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 111


FINEART & JURNALISM PHOTOGRAPHY FINEART & JURNALISM PHOTOGRAPHY

Berbeda dengan di Indonesia, di mana


tradisi menularkan ilmu kurang dipe-
lihara. “Karena tidak ada pijakan dari
masa lalu, akhirnya generasi sekarang
bisanya ngarang in the middle of no-
where.” Tegasnya.

Sedikit menyinggung fotografer jurnal-


istik dan seni, Erik merasa kurangnya
keseimbangan antara penguasaan
teknis dan kemampuan mengkonsep.
“Fotografer jurnalis banyak yang terlalu
ngerasa jadi tukang. Bagusnya mereka
tahu bahwa motret belum tentu bisa
sekali jadi. Sayangnya mereka agak
donesia, sejarahnya saja tidak dikenal.”
lemah di konsep.” Tegasnya. “semen-
Ungkapnya.
tara yang di seni, mereka selalu start
dengan konsep namun skillnya terba-
Erik menganggap pengetahuan
tas sehingga hasilnya kurang bagus.
mengenai sejarah fotografi menjadi
Namun ketika hasilnya masih kurang
sesuatu hal yang mutlak. Untuk itu
bagus, mereka berhenti mencoba dan
tradisi menularkan ilmu dalam ben-
menganggap itulah yang baik.” Sam-
tuk yang bisa diturunkan ke generasi
bungnya. “Lebih parahnya lagi ketika
selanjutnya harus dijaga. “Ansell Adams
membuat buku mengenai zone system
dan black & white photography tujuan-
nya agar bisa menjadi pijakan gen-
erasi mendatang. Sehingga generasi
penerus ditantang untuk membuat
sesuatu yang lebih bagus. Maka dari itu
nama-nama besar di bidang fotografi
di luar negeri semuanya mengabadi-
kan pemikiran dan karya mereka dalam
buku, agar dapat diturunkan.” Jelasnya.

112 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 113


FINEART & JURNALISM PHOTOGRAPHY FINEART & JURNALISM PHOTOGRAPHY

dikritik mereka nyinyir. Makanya harus


disadari bahwa menghasilkan karya itu
adalah proses pergulatan. Kalau kita
nggak kejam dan nggak nyinyir pada
diri sendiri, maka orang lain yang akan
nyinyir melihat foto kita.” Tegasnya.

Erik sendiri memiliki kredo dalam karya


jurnalistiknya. Kredo yang diyakininya
adalah keyakinan bahwa sebenarnya
fotografi memiliki potensi untuk mem-
perluas rentang keindahan dalam este-
tika. Erik menganggap fotografi relatif
lebih fleksibel dibandingkan dengan
bidang seni lain karena prosesnya yang
begitu cepat dan tidak terpaku pada
hirarki. “Kalau di seni lukis ditanya mau
lukis kucing atau macan, pasti pilih
macan. Mau lukis orang biasa atau
bangsawan pasti pilih bangsawan.
Sementara di fotografi bisa dilakukan
dua-duanya, karena fotografi mampu
menghadirkan komposisi-komposisi
yang tak terduga dan yang tak terlihat
oleh mata.”

Mengomentari fotografer professional,


Erik melihat di Indonesia fotografer ke-
banyakan hanya tertarik pada bidang-
bidang yang umum. “Fotografer
Indonesia kalau nggak ke media pasti
larinya ke komersil. Padahal bidang-
bidang itu tugasnya adalah memuas-

114 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 115


FINEART & JURNALISM PHOTOGRAPHY FINEART & JURNALISM PHOTOGRAPHY

kan selera pemesan. Berbeda dengan kelas menengah karena mereka sudah
fotorgafer fine art yang memotret kenyang dengan yang terjadi di kelas

“Pemahaman
dengan memuaskan selera diri sendiri. menengah.” Ungkapnya. “Untuk itu
Akhirnya jika fotografer-fotografer pro- saya tertarik membuat foto-foto kelas
fessional itu lupa berkarya maka lama menengah supaya menjadi cermin
kelamaan akan terjebak dan merasa
belum berbuat apa-apa.” Tegasnya.
mengenai pe- untuk kita berkaca.” Sambungnya.

mikiran akan jauh


Kembali lagi berbicara mengenai
Erik sendiri pada awalnya banyak kamera, Erik berpendapat bahwa

lebih baik dicerna


melakukan pemotretan untuk keper- setiap medium mengeluarkan auranya
luan coffee table book. Namun lama masing-masing. “Kalau large format

kalau kita berdis-


kelamaan kecintaannya pada fine art keluar aura pictorial, kalau 135 keluar
semakin mengental. Saat ini ia sedang aura humanis. Nah tinggal digital saja

kusi mengenai
menyelesaikan buku yang akn diter- yang belum keluar zangrenya.” Ung-
bitkan awal tahun depan oleh Dewan kapnya. Permasalahannya fotografer

kesalahan orang
Kesenian Jakarta. Buku itu berisi hasil sekarag banyak yang tidak mengerti
jepretannya tentang Jakarta dari awal akan hal ini. “Foto pintu keraton pakai

lain, bukan un-


tahun 90an hingga 2006. “Fotografer kamera handphone, foto model pakai
selalu berasal dari kelas menengah. kamera handphone juga. Harusnya
Nggak ada yang dari kelas atas, dan ng- foto pintu keraton pakai kamera 4X5,
gak ada yang dari kelas bawah. Maka
dari itu motretnya selalu hal-hal yang
tuk menjelekkan foto landscape pakai large format,
sementara untuk memotret sesuatu

tapi agar kita tidak


terjadi di kelas bawah seperti foto-foto yang lebih “dekat” gunakanlah kam-
tentang anak jalanan, fakir miskin, era handphone.” Ungkapnya. Sebagai

perlu melakukan
gelandangan, pekerja jalanan, dan contoh Erik pun menceritakan sebuah
lain sebagainya. Pilihan lainnya adalah seri foto yang sangat ia kagumi. “Pada

kesalahan itu.”
foto-foto dari kalangan kelas atas saat bom di kedutaan besar Australia
seperti kaum bangsawan, orang-orang meledak semua fotografer memotret
penting kehidupan orang kaya dan hal yang sama. Hingga pada suatu hari
lain sebagainya. Ini karena fotografer saya melihat sebuah foto yang menarik
hidup di tengah, jadi yang menarik di Kompas. Fotonya adalah seri yang
buat mereka adalah yang dari kelas terdiri dari 8 foto. Foto tersebut adalah
atas atau bawah, bukan yang terjadi di foto close up seorang anak kecil, kom-

116 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 117


FINEART & JURNALISM PHOTOGRAPHY FINEART & JURNALISM PHOTOGRAPHY

118 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 119


FINEART & JURNALISM PHOTOGRAPHY FINEART & JURNALISM PHOTOGRAPHY

posisi dan sizenya sama, hanya saja


diambil dari minggu pertama hingga
ke delapan. Dan itu diambil dengan
kamera handphone oleh kakeknya.
Buat saya foto itu luar biasa bagusnya.
Pesannya menyentuh yaitu menunjuk-
kan proses si anak bertahan dari kema-
tian akibat bom dan lebih menarik lagi
karena diambil dengan kamera yang
tepat.” Jelasnya.
“Inti dari pendapat saya adalah bahwa
dalam fotografi segala sesuatunya
harus proporsional. Teknis juga jangan
kelebihan. Setiap medium memiliki
kekuatan yang nggak dimiliki oleh
medium lain. Maksimalkanlah itu”
Sambungnya.

Erik juga tertarik mengenai sikap anti “Saya merasa ada beberapa fotografer
kritik yang dimiliki banyak fotografer. yang cenderung melecehkan pe-
mikiran. Makanya nggak salah mereka
jadi tukang.” Jelasnya. “Pemahaman
mengenai pemikiran akan jauh lebih
baik dicerna kalau kita berdiskusi men-
genai kesalahan orang lain, bukan
untuk menjelekkan tapi agar kita tidak
perlu melakukan kesalahan itu.” Sam-
bungnya. Erik pernah diundang diskusi
mengenai fotografi dari perspektif
filsafat. Sayangnya yang datang hanya
3 orang. Alasan mereka yang tidak
datang adalah karena mereka merasa
diskusi semacam itu seperti killing field

120 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 121


FINEART & JURNALISM PHOTOGRAPHY THEEXPLORATION

saja. “Tapi sayangnya mereka tidak


berani menghadapi. Padahal kalau kita
dikritik hadapilah dan jawab dengan
argumen kita. Jangan menghindar.”
Jelasnya. “Ketika kita mengkritik orang,
kita dianggap busuk, padahal kritik jus-
tru membuat agar yang dikritik tidak
busuk. Kalau kita tidak pernah mau
dikritik maka kita akan seperti nabi.
Bisanya hanya mengungkapkapkan
apa yang kita lakukan sebagai kebe-
naran.” Sambungnya. “Serangan yang “Ketika kita
dilakukan orang kepada kita bukan mengkritik
bertujuan untuk menghancurkan na- orang, kita di-
mun untuk mengkoreksi. Dan koreksi
anggap busuk,
itu membuat kita agar tidak menjadi
tiran.” Sambungnya lagi. padahal kritik
justru membuat
Di akhir pembicaraan Erik berpesan
agar yang dikri-
agar fotografer-fotografer muda mau
belajar menguasai medium. “Fotografi tik tidak busuk.
adalah sebuah medium. Kuasai supaya Kalau kita tidak
kita bisa menguasai karya-karya yang pernah mau
baik. Kuasailah hal-hal mendasar sep-
dikritik maka
erti lighting, bentuk, tekstur, dan lain
sebagainya agar kita tidak direpotkan kita akan seperti
hal-hal semacam itu.” Tutupnya. nabi. Bisanya
hanya men-
gungkapkapkan
apa yang kita
lakukan sebagai
kebenaran.”
122 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 123
MASTERTOM MASTERTOM

HOW TO MAKE A
GOOD PHOTO?
In my last column I spoke about my idea, why is a photo a good photo?
Today I want to figure out: How to make a good photo?
there, but it was very foggy. I couldn’t
see the last row of metronomes, and “A good
First a little experiment: Think about an artist, whose work you really like. Okay,
we had to make noise all the time for
not getting lost in the fog. Suddenly photo is
now try to remember his best pictures. How many do you remember?
May I suppose, that you don’t remember more than 5 pictures?
the fog totally disappeared and we had
bright, dramatic sunlight. No metro- always the
What does this mean? It is very difficult to make really good pictures, which are so
good to be remembered for a long time. Even in the work of famous artists there
nome made a shadow on another one!
I am not religious, but this photo was a result of
are only few all-time-highlights! So you better lean back and relax: Even the best
professional photographers in the world can’t shoot a super-photo every day. Ask
present of God!
THINKING.
any professional – he’ll agree! Next day I wanted to shoot an alterna-
tive version, but this time I wasn’t lucky Before you
Good photos are seldom shot incidentally! And if so, not because of the photogra-
pher’s talent, but by LUCK.
at all: the light was boring, the flood
came very fast, and we lost some of the press the
A little bit of luck is always needed even by the best photographers, otherwise
they’ll get just a “normal” photo, not an “outstanding” one, believe me!
metronomes. (see page 126-127)
button –
For example i use a photo of mine which call metronome (see page 124-125). With
this picture I had an enormous amount of luck! I shot in the mud-flats of the North
A good photo is always the result of
THINKING. Before you press the button
– think!
think!”
Sea. You can be there only for few hours, then the flood comes back and you have Amateurs always run around to catch
leave quickly, it is dangerous. We had to arrange these metronome-dummies a good photo. They may find few nice

124 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 125


MASTERTOM MASTERTOM

126 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 127


MASTERTOM MASTERTOM

128 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 129


MASTERTOM MASTERTOM

pictures, but with a little thinking tographer: The beginner starts totally
before, they would have much more visual. For example he says: “Hey, this is
success. a fabulous phone. I want to take a cool
Guess, you want to photograph a photo of it!” The mature photographer
famous building. As a professional pho- starts different: “What is new with this
tographer I would find out, how this phone? What makes it different to oth-
object has been shot by other photog- er phones? What kind of people would
raphers before. I don’t want to take the love that phone?” Such questions help
same photos! Be sure: if you shoot the to find new ways of photographing this
building daytime from a normal per-
spective, like every tourist does, then
phone.
“Think
you’ll get just a total normal photo –
nothing special! But if you be there at
Try this also! Think deeply about the
theme you want to shoot. It’s fun and deeply
about the
an unusual time (maybe at night, with you’ll have the better photos in the
the moon above), then your chance for end!
had to do at the British coast. He was

theme you
a good photo is much higher!
Or you’ll ask in the opposite building looking for a special view to photo- And, if you are not successful in the
graph the life in a small seaside resort.

want to
for shooting from the roof – then you’ll beginning, remind this aphorism:
get an unseen perspective. This is how He used only one 50mm lens, and had “Only the mediocre photographer is in
professional photographers work. fixed it to maximum 60cm focus. So top form every day!”

Martin Parr, famous British photogra-


he could shoot only close-ups! With
this self-restraint he made an excellent So far for today. shoot. It’s
pher, once told me of a photo report he photo serial. This seaside resort looked
like all other resorts in that area, but Always Good Light! fun and
you’ll have
with the close-up shots he could catch
the special life there much better. Till MasterTOM

the better
today this is an outstanding photo (Thomas Herbrich www.herbrich.com)
report.

Last week I was visited by a young


photo-student, who presented his photos in
work. I recognised a big difference in
the photography of a beginner and
the photography of a mature pho-
the end!”
130 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 131
THEINSPIRATION THEINSPIRATION

DENGAN Sifat manusia adalah


SIAPA ANDA beradaptasi. Ketika kita
berada dalam suatu kel-
BERTEMAN? ompok pergaulan se-
cara intensif alam bawah
Pada kesempatan yang lalu saya
menyampaikan keyakinan saya bahwa
saja salah) orang-orang yang banyak
bergaul dengan orang yang lebih tua sadar kita berusaha
terkadang seseorang bisa dinilai dari cenderung lebih berpikiran maju. Se-
merekam prototype
orang-orang yang ada
buku yang ia baca, film yang ia tonton, bagian besar dari mereka yang bergaul
musik yang ia dengarkan, majalah apa dengan orang yang lebih tua yang saya
yang secara rutin ia baca. Setidaknya
anda bisa menebak ketertarikan ses-
amati, memiliki pemikiran lebih dulu
dan lebih jauh dibandingkan orang- di sekeliling kita dan se-
eorang dari hal-hal tersebut, cara pikir
seseorang dari hal-hal tersebut.
orang seumurannya.
cara perlahan dan tanpa
Lalu saya mulai mengamati mereka sadar menginstall ke da-
lam system tubuh kita.
Pada kesempatan ini, saya tertarik yang banyak bergaul dengan orang-
untuk berbicara mengenai pengaruh orang yang lebih sukses. Ada seorang
teman-teman dekat pada keseluru-
han sistem berpikir dan perperilaku
teman saya yang berasal dari keluarga
kurang mampu, pendidikannya pun Mulai dari cara bicara,
kita. Lebih dari 9 tahun terakhir saya pas-pasan. Namun ia memiliki seman-
ketertarikan terhadap
sesuatu, hingga pada
mengamati orang-orang yang bergaul gat untuk maju yang sangat besar.
dengan orang yang berusia lebih tua. Keinginannya untuk selalu berkem-
Kita sering menjumpai orang yang
berteman dekat, ngobrol nyambung,
dan menghabiskan banyak waktunya
bang selalu berkobar. Dan entah
kebetulan atau tidak, ia sering bergaul akhirnya cara pikir.
dengan pengusaha-pengusaha muda,
dengan teman-teman yang berusia dengan orang-orang yang tahu apa
lebih tua. Dari pengamatan saya, (bisa yang diinginkannya dan sudah berbuat

132 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 133


THEINSPIRATION THEINSPIRATION

Energi mu-
pada hal kecil dan mengabaikan hal-
hal besar. Walaupun mungkin saja dia

dah sekali
juga berpikir hal tersebut kepada saya.
Namun setelah saya telusuri, sebelum

menular
bergaul akrab dengan saya, ia banyak
bergaul dengan teman-teman yang
selalu ingin “menikmati hidup”. Mereka
yang walaupun hidup pas-pasan tapi
tidak pernah “menyiksa” diri dengan genit karena baru mendapat teman melalui in-
teraksi di
fantasi-fantasi kehidupan yang lebih dekat yang juga centil dan genit.
baik secara materi sehingga tidak Mungkin adalah sifat alamiah manusia

antara dua
memiliki dorongan untuk “bergerak”, untuk beradaptasi dengan lingkun-
kepribadian yang “nrimo” seperti orang gannya. Lihatlah betapa mudahnya

orang.
Yogya asli. kita membicarakan orang lain ketika
kita bertemu salah seorang teman
Dari pengamatan saya tersebut saya kita dan ia membuka pembicaraan
mulai berani menyimpulkan bahwa dengan kata-kata “Eh tau nggak, Ria
manusia sangat dipengaruhi oleh ling- teman SD kita dulu sekarang badannya
kungannya. Beberapa minggu belakan- seksi banget. Padahal dulu kan nggak
gan ini seorang pembantu rumah tang- karuan.” Lalu dalam hitungan menit
ga kakak saya yang tadinya sangat alim atau bahkan detik kita bisa menjawab
dan santun berubah menjadi centil dan “Ah masak sih, dulu kan dia nggak ada
banyak untuk mewujudkan keinginan- yang ngelirik. Terus sekarang udah
nya tersebut. punya pacar belum dia?” Ya energi
mudah sekali menular melalui interaksi
Di sisi lain, saya memiliki seseorang di antara dua orang.
yang sangat dekat dengan saya. Di
awal perkenalan saya dengan dia saya Seorang teman saya yang lain yang
banyak menemui ketidakcocokan cara merupakan make up artist terkenal
pemikiran. Menurut saya pemikiran- menjadi contoh otentik berikutnya.
nya dangkal. Ia tidak bisa mengam- Beberapa tahun yang lalu ketika saya
bil keputusan dengan cepat, selalu baru saja dikenalkan dengannya oleh
bergantung pada orang lain, berpikir seorang teman, ia adalah lelaki tulen
seperti kebanyakan pria. Walaupun

134 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 135


THEINSPIRATION THEINSPIRATION

ada orang- saat itu ia sudah mulai menjadi make


up artist professional. Namun saat itu
dengan mudah atau bahkan mung-
kin ada yang tidak terpengaruh sama
orang yang teman saya yang seorang fotografer sekali. Dan tidak jarang, mereka yang
memiliki tingkat sering meledeknya dengan bilang “lo memiliki resistensi yang tinggi cend-

resistensi yang jadi make up artis nanti ikutan jadi erung menjadi sumber dari energi dan

tinggi sehingga
banci.” Dan benar saja, tidak sampai 3 benchmark dari segala mindset dan
tahun kemudian gaya bicaranya mulai perilaku yang berlaku di kelompok itu.
mereka tidak mendayu, tangannya mulai melambai, ada yang spesial seperti orang keban-

dengan mudah cara berpakaiannya mulai seperti banci Mungkin anda sekarang mulai berpikir, yakan, fotografer-fotografer wannabe,
gerombolan yang tidak ada habisnya
atau bahkan (tanpa bermaksud merendahkan kaum
waria).
wah kok omongannya jadi ngalor
ngidul nggak jelas gini sih? Baiklah, membicarakan alat, gadget dan gear
mungkin ada untuk mempersingkat omongan yang camera namun meminta uang orang

yang tidak ter- Saya tidak pernah membaca tentang nggak jelas ngalor ngidul ini, inti dari tua ketika ingin membelinya.

pengaruh sama teori ini dimanapun sehingga saya pemikiran saya ini adalah mungkin
Saya tidak menyarankan anda untuk
sekali. Dan tidak
tidak tahu apakah teori saya ini sudah sudah saatnya kita mengevaluasi diri
diuji kebenarannya atau belum oleh kita dalam hal bergaul. Dengan orang- memilih-milih teman. Saya juga tidak

jarang, mereka pakar di bidangnya. Namun saya orang seperti apakah kita bergaul menyarankan anda untuk mening-

yang memiliki meyakini bahwa sifat manusia adalah secara akrab belakangan ini? Apakah galkan teman-teman anda yang “orang
biasa-biasa” saja. Tapi mulailah untuk
resistensi yang beradaptasi. Ketika kita berada dalam
suatu kelompok pergaulan secara
dengan orang-orang yang berpikiran
maju, pengusaha, trend setter, pence- bergaul dengan orang-orang yang
tinggi cend- intensif alam bawah sadar kita beru- tus ide, fotografer yang sudah terbukti anda ingin sekali menjadi mereka.

erung menjadi saha merekam prototype orang-orang dan diakui kemampuannya, orang- Orang-orang yang jauh lebih dari seke-

sumber dari en- yang ada di sekeliling kita dan secara orang yang dilabeli kreatif bukan dar biasa-biasa saja. Orang-orang yang
bisa mentransfer energi dan sistem
ergi dan bench-
perlahan dan tanpa sadar menginstall sekedar karena bekerja di divisi kreatif
ke dalam system tubuh kita. Mulai dari sebuah perusahaan namun yang dila- berpikir dan berperilakuknya kepada

mark dari segala cara bicara, ketertarikan terhadap ses- beli kreatif karena pemikiran kreatifnya. anda.

mindset dan uatu, hingga pada akhirnya cara pikir. Pehobi foto yang dalam 2 tahun ke

perilaku yang Seolah-olah ketika manusia bergaul


dengan orang lain terjadi transfer en-
depan akan menjadi the next Heret
Frasthio, atau dalam 8 tahun ke depan
berlaku di ke ergi untuk menyelaraskan hal-hal yang akan jadi the next Sam Nugroho. Atau
lompok itu. belum selaras. Memang ada orang-
orang yang memiliki tingkat resistensi
jangan-jangan kita banyak bergaul
dengan teman-teman yang (maaf ) bia-
yang tinggi sehingga mereka tidak sa-biasa saja, teman-teman yang tidak

136 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 137


FASHIONPHOTOGRAPHY FASHIONPHOTOGRAPHY

AURA
GOTHIC
NICOLAS
HENRI
Setelah cukup puas menghadirkan nama-nama besar di industri fashion photog-
raphy di Indonesia, pada kesempatan kali ini kami menghadirkan Nicolas Henri,
seorang fotografer fashion dari Basel, Switzerland. Seperti kebanyakan fotor-
gafer pada umumnya, Nicolas juga tidak bercita-cita menjadi seorang fotografer.
Namun berkat niatnya dan usahanya yang keras Nicolas berhasil mengkonversi
hobbynya menjadi profesi tetapnya saat ini. Berikut cuplikan pembicaraan kami
dengannya.

How did you get into photography. Tell us from the beginning.

Initially I studied Film at Humber College in Toronto, Canada, where I specialized


in post production and directing. When I returned to Switzerland I started to work
for TV as a picture editor and colorist. On the side I tried to get a few film projects
off the ground. But as it is with film (especially when you are a bit of a perfection-
ist like me) you need a lot of people and funding to get anything done. On top of

138 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 139


FASHIONPHOTOGRAPHY FASHIONPHOTOGRAPHY

that it takes a long time to get from an


idea or concept to a finished product, “Seeing what
which I found really frustrating. At film other photog-
school we regularly worked with still raphers do, can
cameras to work out concepts and for
be a great inspi-
ration. Not to
composition assignments, but I never
saw it as a medium of expression for
myself. In 2005 a good friend of mine copy them but
got his first Minolta DSLR and I had to
to see that there
get one for myself after he showed it
to me. (I got a Nikon D50 at the time.) are always dif-
I quickly started shooting whatever ferent ways to
came in front of my lens. It was still approach some-
more of a hobby for the first time until
thing and that
your way is not
it dawned on me that this was the tool
to get the ideas and images out of my
head and onto the screen/print. In ear-
ly 2006 I started staging bigger shoots,
the only one.”
working with models, learned how to
use studio lighting and invested more
time for Photoshop compositing and
finishing. For all of this my education
at film school came in very handy. When I got my first DSLR I shot a lot of
Obviously my post production skills landscape for a while but quickly real-
translated very well to photography ized that this wasn’t my field. I started
and my directing classes really helped doing self portraits for few months
working with the models. almost on a daily basis until I got bored
of my own face and started to work
with other models. At first these were
What photography specialties
my friends and after a while a started
that you interest most? (Land-
to book professional and semiprofes-
scape, fashion, fine art, commer- sional models. So I really see myself as
cial, etc) What make you interest portrait photographer. As of this year I
on it? have started to move towards fashion

140 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 141


FASHIONPHOTOGRAPHY FASHIONPHOTOGRAPHY

142 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 143


FASHIONPHOTOGRAPHY FASHIONPHOTOGRAPHY

144 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 145


FASHIONPHOTOGRAPHY FASHIONPHOTOGRAPHY

photography, which to me seems as a


natural progression - at least in a com-
mercial sense.
Coming from film however, it is very
important for me to inject some kind
storytelling in the images. Along those
lines I still do a lot of free projects for
my yearly exhibitions. Those works are
somewhere in between of fine art, por-
traiture and film stills. My Heart-Break
Farm series is a good example for that.

On that specialties, how do you

“Know-
learn to get better on it, what
have you done and you will do

ing what
to get improved continuously.

you still
There are many ways to improve. I read
a lot of photography magazines and

have to
look at a lot of stuff on deviantART and
similar platfroms. Seeing what other

learn is a
photographers do, can be a great in-
spiration. Not to copy them but to see
that there are always different ways to

great as- approach something and that your way


is not the only one. On one hand it can

set in my really be intimidating when you see


great work of other artists but at the

opnion.” same time it can really get me going to


reach similar results. There will always
be someone who’s better than you and
so there’s always room to improve - a
blessing in my opinion!

146 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 147


FASHIONPHOTOGRAPHY FASHIONPHOTOGRAPHY

“There will
always be
someone
who’s better
than you and
so there’s al-
ways room
to improve -
a blessing in
my opinion!”
148 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 149
FASHIONPHOTOGRAPHY FASHIONPHOTOGRAPHY

“Finding and develop-


ing your own style is
one of the most im-
portant things. It can
take years (I’m still in
the process as well)
and understanding
what components
make up the style of
other artists is a great
starting point for
that.”
Something I tell people who are just
starting out is to actually do try to copy
their inspiration. I have found that in
doing that you never get close to the
original at all, but you learn so much,
especially about what you don’t know.
Knowing what you still have to learn
is a great asset in my opnion. Apart
from that, when you try (and fail) to
copy someones style you are inevita-
bly confronted with your own style.

150 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 151


FASHIONPHOTOGRAPHY FASHIONPHOTOGRAPHY

152 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 153


FASHIONPHOTOGRAPHY FASHIONPHOTOGRAPHY

154 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 155


FASHIONPHOTOGRAPHY FASHIONPHOTOGRAPHY

“I think it’s im- Finding and developing your own style


is one of the most important things. It
portant that the can take years (I’m still in the process as
viewer senses well) and understanding what compo-

that there is nents make up the style of other artists

something be-
is a great starting point for that.

neath the sur- When we see your portfolio on


face. Even with your web, it seems that you like
a fashion shot, a gothic/thriller kind of look
which is really photography. Is that true or it’s

just about the just one series of a lot more vari-

fashion, I think it ety of look?

is important to Well I really hate the label “gothic”. But


add emotional it is true, I have a done a lot of things

layers.” in that genre in the past. I have had an


affinity towards darker themes since
childhood. I am just not very interested
in happy and pretty things. It is in
the darker hours of life, where stories
unfold and the true character humanity
comes to a test. So when I concieve an
idea for an image it will usually come
from that perspective. But I am really
trying to refine my visual language to
get away from the association with the
gothic subculture as this was never my
intention.

The darker feel of my work is present


in most of my images, yes. But espe-
cially with my more fashion oriented

156 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 157


FASHIONPHOTOGRAPHY FASHIONPHOTOGRAPHY

work I leave a lot of it behind and try


to replace it with a sense of mystery.
I think it’s important that the viewer
senses that there is something beneath
the surface. Even with a fashion shot,
which is really just about the fashion, I
think it is important to add emotional
layers. This is just my way of achieving
that.

On overall daily activities, what


inspired you on doing photog-
raphy?

Everyday life actually is a great source


of inspiration for me. While I am not at
all interested in documenting real life
“Everyday life
actually is a
(As a reporter would) I try to keep an
open eye for the stories around me.
As a photographer in any genre one great source of
should always try to suck in all the real
inspiration for
life imagery that presents itself to you.
Sometimes it’s a location I see, which me. While I am
spawns an idea, or the quality of light not at all inter-
on something familiar which suddenly ested in docu-
makes you see it in a new way. Or just
menting real life
(As a reporter
the little scenes of life. Recently I was
stuck in a traffic jam in Zurich and I was
just looking around at the people pass- would) I try to
ing on the sidewalk when I discovered
keep an open
a young woman outside of a theatre.
She was sitting on the steps of the back eye for the sto-
entrance and looked so tired and sad ries around me.”
158 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 159
FASHIONPHOTOGRAPHY FASHIONPHOTOGRAPHY

“As a pho-
tographer
in any
genre one
should al-
ways try
to suck in
all the real
life imag-
ery that
presents
itself to
you.”

160 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 161


FASHIONPHOTOGRAPHY FASHIONPHOTOGRAPHY

stage it at a later time...

Mention one word that describe


your photo. And please explain.

“Personal” or “intimate”

None of the images I produce are


ever “just” some image. I always (need
to) have a peronal connection to it. I
need to be able to invest myself into
it. Without a connection to the subject
matter, or to a sub context behind it
with which I can identfy, I can’t make
the image. This is a little tricky for cli-
ent work of course, but thus far I have
always managed to find a story behind
it for myself, which will give me the
necessary connection. As a result the
work with my models, make up artists
and assistants is always very intimate.
I tell them the story I see behind it all
and encourage them to work towards
and isolated. Immediately a story start- that story. It’s another little trick from
ed to unfold in my head, that she had my directing classes from College. As
just been fired after working a twelve soon as your talent and to some extent
hour shift and no one to go home to. your crew have this little universe of
She was all alone and the whole scene the story in their heads the results get
looked so sad and beautiful at the much better.
same time. Now, I would never pick up
my camera and try to catch that real what kind of picture “shocked”
moment but I will take the scene with you (in a positive way)?
me, try to lift it up to an iconic level and

162 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 163


FASHIONPHOTOGRAPHY FASHIONPHOTOGRAPHY

Well that happens a lot. I just a got a book on Edward Steichen this weekend.
He was one of the great photographers of the 20’s and 30’s who shaped
fashion photography to what it still is today. There’s one image in the book
with a woman in a black dress against a white background with a black bar
going across it. The image is so strikingly simple but with an immense graph-
ic impact. The Composition is pristine. Another example is a portrait of the
daughter of Charlie Chaplin done by Peter Lindbergh in his book “Untitled
116”. It is very simple as well but the emotional impact is amazing. There is
also a series entitled “Reflections of Glamour” by Steven Meisel (he did it for
the american Vogue, I believe) which keeps on striking me as brilliant.

Copying another photographer style has already been a never


ending issue these days. Share us some tips to still get inspired
by another photographer without trapped into a just copying
the style

As I already mentioned above, copying your inspiration can be a great way


of learning what it takes for an image to be so great as it is. In fact, art classes
around the world do it all the time. It’s great way to analyze style and tech-
nique. In the end it is all about finding your own style which in my opnion is

164 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 165


FASHIONPHOTOGRAPHY FASHIONPHOTOGRAPHY

“I believe
the essence to becoming artisticly and/ dead. beautiful perhaps, but uninter-
or commercially successful. esting and interchangeable.

if you It’s a whole different story when you do


client work of course. But even there, I
In my opinion, in addition to the above,
a good fashion photographer will

are seri- believe it will hurt your own career a lot be able to bring a sense of story and

ous about
more when you copy than it will hurt depth to the image. Fashion can’t exist
the original artist. without a human wearing it. So there

your own But again, whenever I was mesmerized


by someones work and tried to get the
needs to be a human element. I always
aim to create an underlying emotional

work there same look it was always just a start- layer which connects the product to

is no big
ing point. In the end something quite the person wearing it. Ultimately you
different came out with my own stamp need to unlock an interesting and

danger
on it. I believe if you are serious about disreable world to the viewer and the
your own work there is no big dan- piece of fashion must a part of it.

of really ger of really copying anybodys work


because you will always bring yourself what is the different between
copying into the picture. successful fashion photogra-

anybodys What is the most importing


pher and unsuccessful fashion
photographer besides their level
work be- thing on doing fashion photog- of succeed. I mean What unsuc-

cause you
raphy? cessful fashion photographer
don’t do or have compared to
will al- A lot of photographers or photo edi-
tors and art buyers might answer that successful fashion photographer

ways bring you are supposed to have a feeling which makes them unsuccessful.

yourself
and understanding for the product
(the clothing which is displayed) and Being successful and being good/

into the
that you need to be able to work out talented are two different things of
the texture, the detail and the indi- course. I can only answer what sets

picture.” vidual features of a piece of fashion.


(By means of light, composition, post
production) this is true of course! But
apart a good fashion photographer
from a bad one. A bad one will shoot
models wearing clothing in order to
images with only this in mind will be pay for rent and food etc. He does the

166 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 167


FASHIONPHOTOGRAPHY FASHIONPHOTOGRAPHY

168 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 169


FASHIONPHOTOGRAPHY FASHIONPHOTOGRAPHY

170 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 171


FASHIONPHOTOGRAPHY FASHIONPHOTOGRAPHY

same thing all the time and will not


contemplate how to move forward. A
good fashion photographer will have
a deep love and excitement for images “But as I said,
before anything else. He will shoot there are many
fashion because of the same reason
bad fashion
and will always try to push forward
with new ideas. photographers
who are very
But as I said, there are many bad
successful. Suc-
fashion photographers who are very
successful. Success is about knowing cess is about
the right people... knowing the
right people...”
Share some tips for beginner to
learn photography on the right
way effectively. outfits at the flee market, paste differ-
ent backgrounds to your living room
Well I said a lot of things towards that wall. Get a few construction lights from
end already. One thing I would like to a hardware store and light yourself.
elaborate on a bit is taking self por- There’s no pressure and you can experi-
traits. If portraiture and related genres ment. One thing which is particularly
are your goal this is definately the best helpful is learning how to get the right
way to get started. Try to stage little expression. Later on you will have to
stories with yourself in it. get strange direct your models to get the right
look. It is the best preparation knowing
first hand what works and what not
and how to induce a certain emotion
into a face.

And most important: Just keep on


working. Daily. Just shoot whenever
you can!

172 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 173


FASHIONPHOTOGRAPHY FASHIONPHOTOGRAPHY

174 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 175


THEEVENT THEEVENT

TIME TO TELL,
A PHOTO
EXHIBITION OF
LEO LUMANTO
RASUNA EPICENTRUM - JAKARTA, 14 - 30 AGUSTUS 2008

Nayana berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti Mata. Lewat mata jugalah kita
berjalan di kehidupan ini.
Perjalanan hidup yang begitu panjang dan berliku, terkadang menyisakan satu
pengalaman spiritual yang selalu mengugah rasa.
Saat kita sudah bisa menikmati perjalanan tadi sebagai satu relaksasi batin yang
menyenangkan, nampaknya saat itu juga ada satu pertalian rasa yang dalam
antara kita dan esensi hidup lainnya.
Lewat foto-foto inilah satu perjalanan Spiritual yang saya rasakan dalam men-
garungi bahtera hidup menjadi satu kesatuan hakiki yang mendalam baik antara
rasa, hasrat dan emosi.
Menyimpulkan akhir dari perjalanan inilah yang masih menjadi tanda tanya. Ras-
anya tak ada yang membekas secara dalam selain kekosongan dan kehampaan
semata. Berteman dengan kesunyian tidak lagi mebuahkan rasa takut, justru saat
alam berbicara dengan gayanya, semua menjadi semakin sempurna.
Biarkan alam ini yang nanti akan bersaksi di akhir hidup. Setidaknya mereka pasti
akan lebih jujur bertutur tentang kita.

SALAM DAMAI - LEO LUMANTO

176 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 177


THEEVENT THEEVENT

Bahasa Foto seorang Leo Lumanto membawa emosi kita yg melihatnya


persis seperti “tujuan” dan “makna”
Visi awal yg ada dalam benak kita dari foto tersebut bagi pak Leo, bahasa
terkadang membuyarkan visi asli nya gambar yg sederhana dan ‘dalam’
saat kita melihat objeknya, demikian dalam artian simple, sederhana namun
kiranya mungkin dalam visi org awam bisa membawa alam emosi kita utk
untuk melihat sosok Leo Lumanto merasakan apa yg hendak pak Leo
yg identik dgn profile paranormal, bawakan dalam bahasa foto beliau.
imajinasi audience akan melayang ke Suatu saat saya bisa terenyuh melihat
harapan utk melihat foto2 ‘penampa- foto beliau ttg seorang pengemis tua
kan’ dsb, kadang visi ini mengaburkan di depan restoran fastfood yg ramai,
visi asli dan makna foto tersebut . makna yg simple ; keprihatinan,
Sebagai teman, walau tidak kenal dgn kesenjangan, lapar dan kenyang, dll,
sosok beliau pun saya jujur mengakui foto beliau betul2 memainkan emosi
tertarik melihat karya pak Leo di sedih saya.
sebuah website fotografi Indonesia, Disaat yg lain foto beliau di jendela
tanpa bersandar pada image beliau yg busway seorang anak kecil menempel-
lengket dgn dunia supranatural, karya2 kan wajahnya ke kaca jendela memba-
fotonya begitu mudah dicerna menu- wa emosi saya utk tersenyum melihat
rut saya, awam pun tanpa harus tahu kepolosan anak di foto tsb, kembali pak
banyak penilaian foto bisa merasakan Leo membawa emosi audience foto
‘feel’ dari foto 2 Leo Lumanto, mood tsb ke makna yg diterjemahkannya ke
beliau dgn foto2 humanis nya maupun dalam bahasa foto Leo Lumanto.
mood di foto2 landscape still life nya Pada foto 2 landscape beliau yg mono-
yg khas. chrome, beliau tidak perlu bahasa
warna dan olahan macam-macam
Satu hal yg saya kagumi adalah kepi- seperti umumnya landcscapist mener-
awain beliau tanpa bekal segudang jemahkan fotonya agar lebih menarik,
teori ilmu2 fotografi namun hanya beliau hanya mengambil obyek-obyek
mengandalkan intuisi seni beliau bisa sederhana, tanpa obyek tambahan dll
melihat sisi kemanusiaan dari suatu dan dgn sudut dan angle yg “memun-
peristiwa singkat yg diabadikannya culkan” sebuah still life benda alam
dalam sebuah foto yg bermakna dan entah

178 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 179


THEEVENT THEEVENT

batu, pohon, dll, menjadi suatu objek Leo Lumanto dalam hubungannya
yg “hidup” dan dibalik sunyi sepi dengan fotografi, di mata saya meru-
benda-benda alam tersebut bisa kita pakan sosok yang memiliki kepe-
“rasakan” emosi dari mood situasi di kaan yang cukup tinggi. Ia memiliki
lokasi landscape tesbut . radar yang mampu mengidentifikasi
Dengan memandang kesederhanaan momen-momen fotografis, benda-
foto2 beliau, makna terdalam yg beliau benda dan lokasi-lokasi fotografis.
terjemahkan sebnarnya sudah men- Kepekaan inilah yang membuatnya
gena dgn mudahnya ke audience Kalau saya melihat karya foto-fotonya “muncul” di tengah ribuan pehobi
foto-foto beliau, teringat kembali pada Leo Lumanto, sudah bagus hasilnya. fotografi yang “gitu-gitu lagi gitu-gitu
kata-kata beliau pada saya : Lihatlah Baik dari segi komposisi dan teknik lagi”.
dgn mata hati mu. fotografinya. Karena saya tahu persis
Salute to You , for my friend Leo Lu- perjalanan bagaimana pertamakali dia Jujur saja membicarakan kelebihan
manto , Godspeed! mulai mengenal fotografi. Sejak awal, kemampuan fotografi Leo Lumanto
saya memperkenalkan apa itu fotografi bukan hal yang cukup menarik buat
Hans T Winata dan filosofinya. Karena dia memiliki saya, karena saya yakin semua orang
kepekaan terhadap sebuah kondisi, yang melihat fotonya akan berkata hal
tak heran kalau Leo Lumanto sangat seperti itu. biasa”. Justru karena saya tahu bahwa
mudah menerjemahkanya kedalam Sebagai seorang teman, saya lebih ter- seorang Leo Lumanto memiliki kepe-
sebuah karya fotografi yang selalu ber- tarik untuk menantang Pak Leo untuk kaan di atas rata-rata termasuk untuk
sanding dengan filosofi dan rasa. mulai melepaskan diri dari teknologi menghadirkan aura “tak biasa” dalam
digital infra red yang menurut keyaki- foto-fotonya saya rasa memanfaatkan
Bicara teknis, itu bisa dipelajari. Yang nan saya terlalu memberikan kemu- teknologi digital infra red hanya akan
terpenting adalah bagaimana kita bisa dahan untuk menghadirkan aura “tak mempertumpul kepekaan dan kemam-
mengolah dan menjaga kepekaan rasa puannya untuk menangkap aura “tak
yang kita miliki seperti yang dilakukan biasa” itu.
Leo Lumanto. Bermodalkan itulah saya
rasa perjalanan dunia fotografi Leo Selamat atas pameran tunggalnya pak.
Lumanto, kedepannya akan lebih baik Ditunggu foto-foto non infra red nya
seiring dengan perjalanan hidupnya pak.
yang selalu mengolah rasa.
Salam
(Darwis Triadi) Ignatius Untung

180 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 181


WHERETOFIND WHERETOFIND

JAKARTA Perhimpunan Fotografi Taru- CybiLens Jl. KH Hasyim Ashari No. 18, Jakarta POIsongraphy Satyabodhi
Telefikom Fotografi manegara PT Cyberindo Aditama, Mang- SUSAN + PRO ConocoPhillips d/a Ratu Prabu 2 Kampus Universitas Pasundan
Universitas Prof. Dr. Moestopo (B), Kampus I UNTAR Blok M Lt. 7 Ruang gala Wanabakti IV, 6th floor. Jl. Kemang raya No. 15 Lt.3, Jakarta jl.TB.Simatupang kav 18 Jl. Setiabudi No 190, Bandung
Jalan Hang Lekir I, JakPus PFT. Jl. Letjen S. Parman I JakBar Gatot Subroto, jakarta 10270 12730 Jakarta 12560 Himpunan Mahasiswa Planologi
Indonesia Photographer Pt. Komatsu Indonesia FSRD Trisakti e-Studio NV Akademie (HMP) ITB
Organization (IPO) Jl. Raya Cakung Cilincing Km. 4 FSRD Trisakti, Kampus A. Jl. Kyai Wisma Starpage, Salemba Tengah Jl. Janur Elok VIII Blok QG4 No.15 Gedung Labtek XI A, Jl Ganesha 10
Studio 35, Rumah Samsara, Jl. Jakarta Utara 14140 Tapa, Grogol. Surat menyurat: jl. No. 5, JKT 10440 Kelapa Gading permai Bandung 40132
Bunga Mawar, no. 27, Jakarta LFCN (Lembaga Fotografi Dr. Susilo 2B/ 30, Grogol, Jakbar VOGUE PHOTO STUDIO Jakarta 14240
Selatan 12410 Candra Naya) SKRAF (Seputar Kamera Ruko Sentra Bisnis Blok B16-17, TASIKMALAYA
Unit Seni Fotografi IPEBI (USF- Komplek Green Ville -AW / 58-59, Fikom) Tanjung Duren raya 1-38 BEKASI Eco Adventure Community
IPEBI) Jakarta Barat 11510 Universitas SAHID Jl. Prof. Dr. Shoot & Print Lubang Mata Jl. Margasari No. 34 Rt. 002/ 008,
Komplek Perkantoran Bank HSBC Photo Club Soepomo, SH No. 84, Jak-Sel jl. Boulevard Raya Blok FV-1 no. 4, Jl. Pondok Cipta Raya B2/ 28, Bekasi Rajapolah, Tasikmalaya 46155
Indonesia, Menara Sjafrud- Menara Mulia Lt. 22, Jl. Jendral 12870 Kelapa Gading Permai, jkt Barat, 17134
din Prawiranegara lantai 4, Jl. Gatoto Subroto Kav. 9-11, JakSel One Shoot Photography Q Foto SEMARANG
MH.Thamrin No.2, Jakarta 12930 FIKOM UPI YAI jl. Diponegoro no. Jl. Balai Pustaka Timur No. 17, BANDUNG PRISMA (UNDIP)
UKM mahasiswa IBII, Fotografi XL Photograph 74, JakPus Rawamangun, Jkt PAF Bandung PKM (Pusat Kegiatan Mahasiswa)
Institut Bisnis Indonesia (FOBI) Jl. Mega Kuningan Kav. E4-7 No. 1 Lasalle College Digital Studio College Kompleks Banceuy Permai Kav A-17, Joglo Jl. Imam Bardjo SH No. 1
Kampus STIE-IBII, Jl Yos Sudarso JakSel Sahid Office Boutique Unit D-E-F Jl. Cideng Barat No. 21 A, Jak-Pus Bandung 40111 Semarang 50243
Kav 87, Sunter, Jakarta Utara Kelompok Pelajar Peminat (komp. Hotel Sahid Jaya). Jl. Darwis Triadi School of Photog- Jepret MATA Semarang Photography
Perhimpunan Penggemar Fotografi SMU 28 Jend Sudirman Kav. 86, Jakarta raphy Sekretariat Jepret Lt. Basement Club
Fotografi Garuda Indonesia Jl. Raya Ragunan (Depan RS Pasar 1220 jl. Patimura No. 2, Kebayoran Baru Labtek IXB Arsitektur ITB, Jl Ganesha FISIP UNDIP
(PPFGA) Minggu) JakSel Jurusan Ilmu Komunikasi eK-gadgets centre 10, Bandung Jl. Imam Bardjo SH. No.1, Semarang
PPFGA, Jl. Medan Merdeka Selatan FreePhot (Freeport Jakarta Universitas Al-Azhar Indo- Roxy Square Lt. 1 Blok B2 28-29, Jkt Spektrum (Perkumpulan Unit DIGIMAGE STUDIO
No.13, Gedung Garuda Indonesia Photography Community) nesia Style Photo Fotografi Unpad) Jl. Setyabui 86A, Semarang
Lt.18 PT Freeport Indonesia Plaza 89, 1st Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Jl. Gaya Motor Raya No. 8, Gedung jl. Raya Jatinangor Km 21 Sumed- Jl. Pleburan VIII No.2, Semarang 50243
Komunitas Fotografi Psikologi Floor baru, Jak-Sel, 12110 AMDI-B, Sunter JakUt, 14330 ang, Jabar Ady Photo Studio
Atma Jaya, JKT Jl. Rasuna Said Kav X-7 No. 6 LSPR Photography Club Neep’s Art Institute Padupadankan Photography d/a Kanwil Bank BRI Semarang, Jln.
Jl. Jendral Sudirman 51, Ja- PSFN Nothofagus (Perhimpu- London School of Public Relation Jl. Cideng Barat 12BB, Jakarta Jl. Lombok No. 9S Bandung Teuku Umar 24 Semarang
karta.Sekretariat Bersama Fakultas nan Seni Fotografi PT Freeport Campus B (Sudirman Park Office V3 Technology Studio intermodel Pandawa7 digital photo studio
Psikologi Atma Jaya Ruang G. 100 Indonesia) Complex) Mall ambassador Lt.UG/47. Jl. Prof Jl. Cihampelas 57 A, Bandung 40116 Jl. Wonodri sendang raya No. 1068C,
Studio 51 PT Freeport Indonesia Plaza 89, 1st Jl. KH Mas Mansyur Kav 35 Dr. Satrio, Kuningan, Jakarta Lab Teknologi Proses Material ITB Semarang
Unversitas Atma Jaya, Jl. Jendral Floor Jakarta Pusat 10220 Cetakfoto.net Jl. Ganesha 10 Labtek VI Lt. dasar, Kloz-ap Photo Studio
Sudirman 51, Jakarta Jl Rasuna Said Kav X-7 No. 6 FOCUS NUSANTARA Kemang raya 49D, Jakarta 12730 Bandung Jl. Kalicari Timur No. 22 Semarang

182 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 183


WHERETOFIND WHERETOFIND

DINUSTECH Jurusan Fotografi MALANG MEDAN PONTIANAK GORONTALO


Jl. Arjuna no. 36, Semarang Fakultas Seni Media Rekam MPC (Malang Photo Club) Medan Photo Club Pontianak Deviantart Masyarakat Fotografi
50131 Institut Seni Indonesia Jl. Pahlawan Trip No. 25 Malang Jl. Dolok Sanggul Ujung No. 4 Samping CP: Bryan Tamara Gorontalo
Jl. Parangtritis Km. 6,5 Yogyakarta JUFOC (Jurnalistik Fotografi Kolam Paradiso Medan, Sumatra Utara 0818198901 Graha Permai Blok B-18, Jl.
SOLO Kotak Pos 1210 Club) 20213 Rambutan, Huangobotu,
HSB (Himpunan Seni Ben- UKM Fotografi Lens Club student Centre Lt. 2 Universitas UKM FOTOGRAFI USU KALTIM Dungingi, Kota Gorontalo
gawan) Universitas Sanata Dharma Muhammadiyah Malang. Jl. Raya Jl. Perpustakaan no.2 Kampus USU Badak Photographer Club (BPC)
Jl. Tejomoyo No. 33 Rt. 03/ 011, Mrican Tromol Pos 29 Yogyakarta Tlogomas No. 246 malang, 65144 Medan 20155 ICS Department, System Support AMBON
Solo 57156 55281 UKM KOMPENI (Komunitas Section, PT BADAK NGL, Bontang, Performa (Perkumpulan
Lembaga pendidikan seni Mahasiswa Pecinta Seni) BATAM Kaltim, 75324 Fotografer Maluku)
dan design visimedia college SURABAYA kampus STIKI (Sekolah Tinggi Batam Photo Club KPC Click Club/PT Kaltim Prima jl. A.M. Sangadji No. 57 Am-
Jl. Bhayangkara 72 Solo Himpunan Mahasiswa Pengge- Informatika Indonesia) Malang, Jl. Perumahan Muka kuning indah Blok Coal bon. (Depan Kantor Gapensi
mar Fotografi (HIMMARFI) Raya Tidar 100 C-3, Batam 29435 Supply Department (M7 Buliding), kota Ambon/ Vivi Salon)
YOGYAKARTA Jl. Rungkut Harapan K / 4, Surabaya PT Kaltim Prima Coal, Sangatta
Atmajaya Photography club AR TU PIC JEMBER PEKANBARU ONLINE PICK UP
Gedung PUSGIWA kampus UNIVERSITAS CIPUTRA Waterpark UFO (United Fotografer Club) CCC (Caltex Camera Club) SAMARINDA POINTS:
3 UAJY, jl. babarsari no. 007 Boulevard, Citra Raya. Surabaya Perum taman kampus A1/16 Jember PT. Chevron Pasific Indonesia, SCM- MANGGIS-55 STUDIO (Samarin- www.estudio.co.id
yogyakarta 60219 68126, Jawa Timur Planning, Main Office 229, Rumbai, da Photographers Community) http://charly.silaban.
“UKM MATA” Akademi Seni FISIP UNAIR Univeritas Jember (UKPKM Pekanbaru 28271 Jl. Manggis No. 55 Voorfo, Sa- net/
Rupa dan Desain MSD JL. Airlangga 4-6, Surabaya Tegalboto) marinda Kaltim www.studiox-one.com
Jalan Taman Siswa 164 Yogya- Hot Shot Photo Studio Unit Kegiatan Pers Kampus Maha- LAMPUNG http://www.focusnu-
karta 55151 Ploso Baru 127 A, Surabaya, 60133 siswa Universitas Jember Malahayati Photography Club SOROWAKO santara.com/articles/
Unif Fotografi UGM (UFO) Toko Digital jl. Kalimantan 1 no 35 komlek ged. Jl. Pramuka No. 27, Kemiling, Bandar Sorowako Photographers thelightmag.php
Gelanggang mahasiswa UGM, Ambengan Plasa B23. jl Ngemplak PKM Universitas Jember 68121 Lampung, 35153. Lampung-Indonesia. Society
Bulaksumur, Yogya No. 30 Surabaya Telp. (0721) 271114 General Facilities & Serv. Dept -
Fotografi Jurnalistik Club Sentra Digital BALI DP. 27, (Town Maintenance) - Jl.
Kampus 4 FISIP UAJY Jl Babar- Pusat IT Plasa Marina Lt. 2 Blok A-5. Magic Wave BALIKPAPAN Sumantri Brojonegoro, SOROWAKO
sari Yogyakarta Jl. Margorejo Indah 97-99 Surabaya Kubu Arcade at Kuta Bungalows FOBIA 91984 - LUWU TIMUR, SULAWESI
FOTKOM 401 Bloc A3/A5/A6 Jl. Benesari, Indah Foto Studio Komplek Ruko SELATAN
gedung Ahmad Yani Lt.1 TRAWAS Legian-kuta Bandar Klandasan Blok A1, Balikpapan
Kampus FISIPOL UPN “Veteran” VANDA Gardenia Hotel & Villa 76112
Jl Babasari No.1, Tambakbayan, Jl. Raya Trawas, Jawa Timur
Yogyakarta, 55281

184 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 185

Anda mungkin juga menyukai