Anda di halaman 1dari 8

1

PENGETAHUAN DAN PERSEPSI TERHADAP PENGGUNAAN IUD PADA PESERTA KB NON IUD DI DESA JATI KABUPATEN BANDUNG BARAT

Pembimbing: Sri Quintina Indriyana, dr., M.Kes Disusun oleh: Defi Pratama Putri Madya Pratama Ayu Baryu N. Nadia Marshella Septian Sofwan A. 41101112 4151101002 4151101006 4151101007 4151101009

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI 2012

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Kepadatan penduduk menjadi masalah pemerintah dalam pertumbuhan

penduduk. Usaha pemerintah dalam menghadapi kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program keluarga berencana nasional telah diubah mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun 2015. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis. Program KB secara nasional maupun internasional diakui sebagai salah satu program yang mampu menurunkan angka fertilitas. Salah satu indikator keberhasilan di bidang kependudukan ditunjukan dengan Total Fertility Rate (TFR). TFR di Indonesia terus mengalami penurunan, data SDKI menyebutkan TFR pada tahun 1997 sebesar 2,8 menurun menjadi 2,6 pada tahun 2003. Namun demikian tingkat fertilitas tersebut masih jauh dari kondisi penduduk tumbuh seimbang, yaitu dengan TFR mencapai 2,1 per wanita. Penurunan TFR akan lebih mendekati kondisi penduduk tumbuh seimbang diperlukan suatu strategi dalam pelaksanaan program keluarga berencana. Salah satu strategi dari pelaksanaan program KB sendiri seperti tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2004-2009 adalah meningkatnya

penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti Intra Uterine Device (IUD), implant (susuk) dan sterilisasi. IUD merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi non hormonal dan termasuk alat kontrasepsi jangka panjang yang ideal dalam upaya menjarangkan kehamilan. Keuntungan pemakaian IUD yakni hanya memerlukan satu kali pemasangan untuk jangka waktu yang lama dengan biaya yang relatif murah, aman karena tidak mempunyai pengaruh sistemik yang beredar ke seluruh tubuh, tidak mempengaruhi produksi ASI dan kesuburan cepat kembali setelah IUD dilepas. Data hasil SDKI 2002/2003 yang menunjukan penggunaan kontrasepsi hormonal adalah 45,3 persen dari seluruh wanita pasangan usia subur (PUS), sedangkan yang tidak menggunakan hormonal 15 persen. Berarti dari seluruh wanita PUS yang sedang menggunakan kontrasepsi, sebesar 75,1 persen diantaranya menggunakan kontrasepsi hormonal. Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, bahwa dari jumlah 30.931 wanita, pemakaian suatu alat/cara KB oleh wanita berstatus kawin mengalami peningkatan dari 50% pada tahun 1991 menjadi 61% pada tahun 2007 dimana kontrasepsi yang banyak digunakan adalah metode suntik (31,8%), pil (13,2), IUD (4,9%), Implant (2,8%), MOW (3%) kondom (1,3%), dan MOP (0,2%). Data hasil rekapitulasi PPM dan Realisasi Peserta KB baru di kecamatan Batujajar tahun 2011 diperoleh pengguna KB aktif sebanyak 3601. Jenis kontrasepsi yang digunakan adalah suntik (53,90%), pil (26,32%), implant (9,74%), IUD (7,44%), komdom (1,47%), MOW (0,66%), dan MOP (0,44%).

Hal tersebut menggambarkan bahwa pemakaian metode kontrasepsi efektif jangka panjang khususnya IUD, relatif mengalami penurunan sedangkan penggunaan metode kontrasepsi hormonal seperti suntik mendominasi. Kondisi ini secara langsung akan memperberat beban pemerintah dalam penyediaan alat atau obat kontrasepsi di masa yang akan datang. Data cakupan penggunaan IUD di wilayah kerja Puskesmas Batujajar, menggambarkan bahwa desa Jati merupakan desa yang memiliki angka cakupan yang paling rendah yaitu sebanyak 0 %, dibandingkan dengan desa lain seperti Cipangeran (25%), Cangkorah (2,6%), Saguling (50%), Giri Mukti (65%), Pangauban (87,5%). Rendahnya pemakaian kontrasepsi IUD dikarenakan ketidaktahuan akseptor tentang kelebihan metode tersebut yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti: 1) Ketidaktahuan peserta tentang kelebihan KB IUD. Pengetahuan terhadap alat kontarsepsi merupakan pertimbangan dalam menentukan metode kontrasepsi yang digunakan. 2) Kualitas pelayanan KB, dilihat dari segi ketersediaan alat kontrasepsi, ketersediaan tenaga yang terlatih dan kemampuan medis teknis petugas pelayanan kesehatan.3) Biaya pelayanan IUD yang mahal. 4) Adanya hambatan dukungan dari suami dalam pemakaian alat kontrasepsi IUD. 5) Adanya niat yang timbul dari adanya sikap yang didasarkan pada kepercayaan, norma-norma di masyarakat dan norma pokok yang ada dalam lingkungan. Salah satu norma yang dianut masyarakat adalah pemasangan IUD yang dilakukan di aurat (vagina) sehingga menimbulkan perasaan malu/enggan untuk menggunakan IUD.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Imbarwati di Kecamatan Kedurungan Kota Semarang, penyebab paling dominan adalah adanya perasaan takut untuk menggunakan KB IUD. Adanya perasaan takut, kuatir terkait dengan biaya dan perlakuan petugas merupakan pandangan dari sudut pembeli yang mempengaruhi psikologis pasien. Faktor psikologis yang mempengaruhi pembeli (pasien) tersebut adalah persepsi. Persepsi dinyatakan sebagai suatu proses menafsir sensasi-sensasi dan memberikan arti kepada stimuli. Persepsi merupakan penafsiran realitas dan masing-masing orang memandang dari sudut perspektif yang berbeda. Persepsi tertentu akan berpengaruh pada perilaku konsumen yang akhirnya berpengaruh pada keputusan membeli. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan pemakaian alat kontrasepsi IUD, maka perlu dilakukan penelitian terhadap masyarakat sebagai sasaran pelayanan KB, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai gambaran pengetahuan dan persepsi terhadap penggunaan IUD pada peserta KB non IUD di Desa Jati Kecamatan Saguling Kabupaten Bandung Barat.

1.2 1.

Identifikasi Masalah Bagaimana gambaran pengetahuan mengenai IUD pada wanita pasangan usia subur di Desa Jati wilayah kerja Puskesmas Batujajar yang menggunakan alat kontrasepsi non IUD?

2.

Bagaimana gambaran persepsi biaya mengenai IUD pada wanita pasangan usia subur di Desa Jati wilayah kerja Puskesmas Batujajar yang menggunakan alat kontrasepsi non IUD?

3.

Bagaimana gambaran persepsi rasa aman mengenai IUD pada wanita pasangan usia subur di Desa Jati wilayah kerja Puskesmas Batujajar yang menggunakan alat kontrasepsi non IUD?

4.

Bagaimana gambaran persepsi nilai mengenai IUD pada wanita pasangan usia subur di Desa Jati wilayah kerja Puskesmas Batujajar yang menggunakan alat kontrasepsi non IUD?

5.

Bagaimana gambaran persepsi informasi mengenai IUD pada wanita pasangan usia subur di Desa Jati wilayah kerja Puskesmas Batujajar yang menggunakan alat kontrasepsi non IUD?

6.

Bagaimana gambaran persepsi dari kualitas pelayanan mengenai IUD pada wanita pasangan usia subur di Desa Jati wilayah kerja Puskesmas Batujajar yang menggunakan alat kontrasepsi non IUD?

1.3
1.

Maksud dan Tujuan Mengetahui gambaran pengetahuan mengenai IUD pada wanita pasangan usia subur di Desa Jati wilayah kerja Puskesmas Batujajar yang menggunakan alat kontrasepsi non IUD?

2.

Mengetahui gambaran persepsi biaya mengenai IUD pada wanita pasangan usia subur di Desa Jati wilayah kerja Puskesmas Batujajar yang menggunakan alat kontrasepsi non IUD?

3.

Mengetahui gambaran persepsi rasa aman mengenai IUD pada wanita pasangan usia subur di Desa Jati wilayah kerja Puskesmas Batujajar yang menggunakan alat kontrasepsi non IUD?

4.

Mengetahui gambaran persepsi nilai mengenai IUD pada wanita pasangan usia subur di Desa Jati wilayah kerja Puskesmas Batujajar yang menggunakan alat kontrasepsi non IUD?

5.

Mengetahui gambaran persepsi informasi mengenai IUD pada wanita pasangan usia subur di Desa Jati wilayah kerja Puskesmas Batujajar yang menggunakan alat kontrasepsi non IUD?

6.

Mengetahui gambaran persepsi dari kualitas pelayanan mengenai IUD pada wanita pasangan usia subur di Desa Jati wilayah kerja Puskesmas Batujajar yang menggunakan alat kontrasepsi non IUD?

1.4

Kegunaan (manfaat) Kajian Masalah Manfaat kajian masalah terbagi menjadi manfaat untuk akademik,

pelayanan kesehatan masyarakat dan pengembangan penelitian. 1.4.1. Kegunaan Akademik

Kajian masalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para dokter muda khususnya dan mahasiswa kedokteran pada umumnya sebagai data referensi, juga diharapkan menjadi suatu pengalaman yang berharga terutama dalam melakukan kajian masalah yang bersifat ilmiah.
1.4.2. Kegunaan Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Kajian masalah ini diharapkan bermanfaat sebagai suatu data tambahan serta sebagai bahan masukkan bagi instansi pelayanan kesehatan terkait terutama Puskesmas Batujajar di Kabupaten Bandung.

1.4.3. Kegunaan Pengembangan Penelitian Hasil dari kajian masalah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai pembanding dengan penelitian terkait.

Anda mungkin juga menyukai