Anda di halaman 1dari 18

PEMERINTAH KABUPATEN BANJARNEGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PENGANGKATAN

DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan Pasal 26 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa guna kelancaran pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan desa dan pelayanan masyarakat perlu diatur mengenai Tata Cara Pencalonan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Perangkat Desa; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Tata Cara Pencalonan, Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa.

Mengingat : 1.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4389); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan Mulai Berlakunya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 (Berita Negara RI Tahun 1950 Nomor 59); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara RI Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4587) ; 5. Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 4 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2007 Nomor 1 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 82). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA dan BUPATI BANJARNEGARA MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Banjarnegara. 2. Bupati adalah Bupati Banjarnegara. 3. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Banjarnegara. 4. Camat adalah Camat yang wilayah kerjanya meliputi Desa di wilayah Kecamatan bersangkutan. 5. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan RI dan berada di Kabupaten Banjarnegara. 6. Badan Permusyawaratan Desa, selanjutnya disingkat BPD, adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa di Kabupaten Banjarnegara. 7. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan RI. 8. Kepala Desa adalah Pimpinan Pemerintah Desa di Kabupaten Banjarnegara. 9. Perangkat Desa adalah unsur Pemerintah Desa, Pembantu Kepala Desa yang terdiri dari unsur Sekretariat Desa yaitu Sekretaris Desa, Kepala Urusan dan Staf Urusan, Unsur Kewilayahan yaitu Kepala Dusun serta Unsur Pelaksana Teknis Lapangan yaitu Kayim dan Ulu-ulu yang ada di Kabupaten Banjarnegara yang diangkat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 10. Sekretaris Desa adalah unsur Pemerintah Desa, pembantu Kepala Desa dari unsur Sekretariat Desa yang diangkat dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan 11. Dusun adalah bagian wilayah dalam Desa yang merupakan lingkungan kerja pelaksana Pemerintahan Desa. 12. Bakal Calon Perangkat Desa adalah warga masyarakat Desa setempat yang mencalonkan diri sebagai calon Perangkat Desa. 13. Calon Perangkat Desa kecuali Sekretaris Desa adalah Calon Perangkat Desa yang ditetapkan oleh BPD. 14. Penyaringan adalah seleksi yang dilakukan baik dari segi administrasi maupun kemampuan dan kepemimpinan para Bakal Calon. 15. Penjabat Perangkat Desa adalah seorang Pejabat yang diangkat oleh Pejabat yang berwenang untuk melaksanakan tugas, wewenang dan kewajiban Perangkat Desa dalam kurun waktu tertentu. 16. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya disingkat APB Desa adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD, yang ditetapkan dengan Peraturan Desa. BAB II PERANGKAT DESA Pasal 2 (1) Perangkat Desa terdiri dari Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya. (2) Perangkat Desa lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. Unsur Sekretariat Desa b. Unsur Kewilayahan c. Unsur Pelaksana Teknis Lapangan BAB III PENGISIAN JABATAN PERANGKAT DESA Pasal 3 (1) Jabatan Sekretaris Desa diisi dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan.

(2) Jabatan Perangkat Desa lainnya sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 ayat (2) diisi dari penduduk desa setempat Warga Negara RI yang memenuhi persyaratan. BAB IV PERSYARATAN CALON PERANGKAT DESA Pasal 4 (1) Yang dapat diangkat menjadi Sekretaris Desa adalah Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat-syarat : a. berpendidikan paling rendah lulusan SMU atau sederajat; b. mempunyai pengetahuan tentang teknis pemerintahan; c. mempunyai kemampuan di bidang administrasi perkantoran; d. mempunyai pengalaman di bidang administrasi keuangan dan di bidang perencanaan; e. memahami sosial budaya masyarakat setempat; dan f. bersedia tinggal di desa yang bersangkutan.

(2) Yang dapat mencalonkan diri dan diangkat menjadi Perangkat Desa lainnya adalah Penduduk Desa setempat Warga Negara RI yang dengan syarat-syarat : a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undangundang Dasar Negara RI Tahun 1945 dan kepada Negara Kesatuan RI serta Pemerintah; c. berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan/atau sederajat; d. berusia paling rendah 20 tahun dan paling tinggi 45 tahun; e. sehat jasmani dan rohani; f. berkelakuan baik; g. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan hukuman paling singkat 5 (lima) tahun; h. tidak dicabut hak pilihnya sesuai dengan Keputusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap; i. terdaftar sebagai penduduk di desa yang bersangkutan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun terakhir dengan tidak terputus-putus; j. bukan Pegawai Negeri Sipil/TNI/Polri, termasuk karyawan BUMN dan BUMD; k. mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di Desa setempat; l. berdomisili di dusun yang bersangkutan bagi calon Kepala Dusun; m. bersedia dicalonkan menjadi Perangkat Desa.

(3) Apabila tidak terdapat Bakal Calon yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) akan diatur lebih lanjut oleh Bupati. BAB V TATACARA PENCALONAN DAN PENGANGKATAN PERANGKAT DESA Pasal 5 Sebelum melaksanakan proses pengisian Perangkat Desa, Pemerintahan Desa wajib melaporkan dan meminta persetujuan pelaksanaannya kepada Bupati. Pasal 6 (1) Sekretaris Desa diangkat oleh Sekretaris Daerah Kabupaten atas nama Bupati. (2) Tata cara pengangkatan Sekretaris Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut secara khusus dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Pasal 7 (1) Pencalonan Perangkat Desa lainnya diajukan oleh Bakal Calon secara tertulis kepada Kepala Desa dengan dilengkapi persyaratan yang ditentukan sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 ayat (2) Peraturan Daerah ini yang selanjutnya diserahkan kepada BPD. (2) Mekanisme pencalonan Perangkat Desa lainnya dilaksanakan oleh BPD melalui penjaringan dan penyaringan. (3) Apabila jumlah pelamar untuk satu kekosongan jabatan Perangkat Desa lainnya yang memenuhi persyaratan lebih dari satu orang, maka BPD dalam menentukan calon Perangkat Desa tersebut dengan melalui ujian penyaringan dan dengan mempertimbangkan penilaian terhadap Prestasi, Dedikasi, Loyalitas dan Sikap Tidak Tercela (PDLT) yang bersangkutan. (4) Dalam hal pelamar hanya satu orang dan memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud Pasal 4 ayat (2) Peraturan Daerah ini, BPD dapat mengusulkan yang bersangkutan kepada Kepala Desa untuk ditetapkan sebagai Perangkat Desa. Pasal 8 Perangkat Desa lainnya diangkat oleh Kepala Desa atas persetujuan dan usulan BPD. Pasal 9 (1) Sebelum memangku jabatan, Perangkat Desa wajib mengucapkan sumpah/janji dan dilantik oleh Sekretaris Daerah atas nama Bupati bagi Sekretaris Desa dan oleh Kepala Desa bagi Perangkat Desa lainnya. (2) Pada waktu pengucapan sumpah/janji lazimnya dipakai kata-kata tertentu sesuai dengan agama masing-masing, misalnya untuk penganut agama Islam didahului dengan kata Demi Allah dan untuk penganut agama Kristen/Katolik diakhiri dengan kata-kata Semoga Tuhan Menolong Saya, untuk agama Budha diawali dengan ucapan Demi Sang Hyang Adi

Buddha, dan untuk agama Hindu diawali dengan ucapan Om Atah Paramawisesa. (3) Susunan kata-kata sumpah/janji dimaksud adalah sebagai berikut: Demi Allah (Tuhan), saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya selaku Perangkat Desa dengan sebaik-baiknya, sejujurjujurnya, dan seadil-adilnya; bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara; dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta melaksanakan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi desa, daerah, dan Negara Kesatuan RI BAB VI LARANGAN DAN SANKSI DALAM PENCALONAN PERANGKAT DESA Pasal 10 (1) Bakal Calon dan Calon Perangkat Desa lainnya dilarang memberikan sesuatu baik langsung maupun tidak langsung kepada siapapun dengan maksud atau dalih apapun dalam usahanya untuk meluluskan dirinya dalam pencalonan dan pengangkatan Perangkat Desa. (2) Bakal Calon dan Calon Perangkat Desa lainnya yang terbukti melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dinyatakan gugur dalam pencalonan Perangkat Desa. Pasal 11 (1) Dalam hal Bakal Calon atau Calon Perangkat Desa lainnya terbukti memalsukan keterangan mengenai dirinya dan hal tersebut diketahui sebelum penetapan sebagai Perangkat Desa, maka BPD berhak menyatakan Bakal Calon atau Calon Perangkat Desa tersebut gugur. (2) Dalam hal pemalsuan keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terjadi pada calon Perangkat Desa tersebut diketahui setelah penetapan sebagai Perangkat Desa, maka Calon Perangkat Desa tersebut tetap dilantik dan apabila di kemudian hari berdasarkan putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap yang bersangkutan terbukti bersalah melakukan tindak pidana pemalsuan, yang bersangkutan diberhentikan dari jabatannya sebagai Perangkat Desa. Pasal 12
Tindakan dan sanksi bagi Anggota BPD atau siapapun juga yang terbukti melakukan pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku dalam pencalonan dan pengangkatan Perangkat Desa untuk kepentingan pribadi atau golongan, dikenakan tindakan atau sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VII MASA KERJA PERANGKAT DESA Pasal 13 Masa kerja Perangkat Desa lainnya berakhir pada batas usia paling tinggi 60 (enam puluh) tahun.

BAB VIII KEWAJIBAN, HAK DAN LARANGAN PERANGKAT DESA Bagian Pertama Kewajiban Pasal 14 Perangkat Desa mempunyai kewajiban untuk membantu pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan kewajiban Kepala Desa. Bagian Kedua Hak Pasal 15
Perangkat Desa berhak untuk memperoleh pendapatan tetap dan pendapatan lainnya yang sah sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah tentang Kedudukan Keuangan Kepala Desa dan Perangkat Desa.

Bagian Ketiga Larangan Pasal 16

Perangkat Desa dilarang : a. menjadi pengurus partai politik; b. merangkap jabatan sebagai Ketua dan/atau Anggota BPD, dan lembaga kemasyarakatan di desa bersangkutan; c. merangkap jabatan sebagai Anggota DPRD, DPR atau DPD; d. terlibat dalam kampanye pemilihan umum yaitu Pemilihan Legislatif, Pemilihan Presiden, Pemilihan Kepala Daerah dan Pemilihan Kepala Desa; e. merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat, dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain; f. melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme, menerima uang, barang dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya; g. menyalahgunakan wewenang; h. melanggar sumpah/janji jabatan; i. melakukan kegiatan-kegiatan atau melalaikan tindakan yang menjadi kewajibannya, yang merugikan kepentingan Negara, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat Desa; j. melakukan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundangundangan yang berlaku dan/atau bertentangan dengan norma-norma yang hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat yaitu tindakan asusila, perjudian, mabuk-mabukan serta melakukan perbuatan lain yang dapat menghilangkan kepercayaan masyarakat terhadapnya sebagai Perangkat Desa. BAB IX PENYIDIKAN TERHADAP PERANGKAT DESA Pasal 17 (1) Tindakan penyidikan terhadap Perangkat Desa, dilaksanakan setelah adanya persetujuan tertulis dari Bupati. (2) Hal-hal yang dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. tertangkap tangan melakukan tindak pidana kejahatan; b. diduga telah melakukan tindak pidana kejahatan dengan ancaman pidana mati. (3) Tindakan penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diberitahukan secara tertulis oleh atasan penyidik kepada Bupati paling lama 3 hari. BAB X PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA Pasal 18 Perangkat Desa yang melalaikan tugasnya dan atau melanggar larangan sebagai Perangkat Desa sebagaimana disebutkan pada Pasal 16 sehingga merugikan Negara, Pemerintah, Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa dan masyarakat, dikenakan tindakan administratif berupa teguran, pemberhentian sementara dan atau pemberhentian sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku Pasal 19 (1) Perangkat Desa lainnya berhenti karena : a. meninggal dunia; b. permintaan sendiri; c. diberhentikan. (2) Perangkat Desa lainnya diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c karena : a. telah berusia 60 tahun; b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan; c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai Perangkat Desa; d. dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan; e. tidak melaksanakan kewajiban Perangkat Desa; dan/atau f. melanggar larangan bagi Perangkat Desa. (3) Pemberhentian Perangkat Desa lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa atas persetujuan BPD. Pasal 20 (1) Perangkat Desa lainnya diberhentikan sementara oleh Kepala Desa tanpa melalui persetujuan BPD karena berstatus sebagai tersangka melakukan tindak pidana korupsi, tindak pidana terorisme, makar dan/atau tindak pidana terhadap keamanan negara dan/atau dinyatakan melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun. (2) Perangkat Desa lainnya diberhentikan oleh Kepala Desa tanpa melalui persetujuan BPD apabila terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Pasal 21 (1) Perangkat Desa lainnya yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 ayat (1), setelah melalui proses peradilan ternyata terbukti tidak bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak ditetapkan putusan pengadilan, Kepala Desa harus merehabilitasi dan/atau mengaktifkan kembali Perangkat Desa yang bersangkutan sampai dengan akhir masa jabatannya. (2) Kepala Desa hanya merehabilitasi Perangkat Desa yang bersangkutan apabila Perangkat Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah berakhir masa jabatannya. Pasal 22 Pemberhentian sementara terhadap Perangkat Desa lainnya ditetapkan oleh Kepala Desa atas persetujuan BPD paling lama untuk masa 6 (enam) bulan. BAB XI PENGANGKATAN PENJABAT PERANGKAT DESA Pasal 23 (1) Dalam hal Perangkat Desa diberhentikan sementara, maka Kepala Desa mengangkat Penjabat Perangkat Desa dari Perangkat Desa lainnya yang dipandang mampu. (2) Pengangkatan Penjabat Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa atas persetujuan BPD. (3) Masa jabatan Penjabat Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak ditetapkan dan dapat diperpanjang paling lama 6 (enam) bulan (4) Penjabat Perangkat Desa mempunyai tugas, wewenang dan kewajiban yang sama dengan Perangkat Desa. (5) Penjabat Perangkat Desa diberi tambahan penghasilan berupa uang yang besarnya ditetapkan dalam Peraturan Desa sesuai kemampuan keuangan desa. BAB XII BIAYA PENCALONAN DAN PENGANGKATAN PERANGKAT DESA Pasal 24 (1) Besarnya biaya pencalonan dan pengangkatan Perangkat Desa lainnya ditetapkan oleh Pemerintah Desa dan BPD berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Biaya pencalonan dan pengangkatan Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan pada APB Desa. BAB XIII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 25 Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan proses pencalonan, pengangkatan dan pemberhentian Perangkat Desa dilaksanakan oleh Bupati dan Camat. BAB XIV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 26 Sekretaris Desa, Kepala Dusun, Kepala Urusan dan Staf Urusan yang ada pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, tetap menjalankan tugas sampai habis masa kerjanya menurut peraturan yang berlaku pada saat pengangkatannya. BAB XV KETENTUAN PENUTUP Pasal 27 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut oleh Bupati, sepanjang mengenai pelaksanaannya. Pasal 28 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 6 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pencalonan, Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2000 Nomor 17 Seri D) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 2 Tahun 2001 tentang Perubahan Pertama Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pencalonan, Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2001 Nomor 8 Seri D), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 29 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara. Disahkan di Banjarnegara Pada tanggal 1 Desember 2006 BUPATI BANJARNEGARA, ttd DJASRI Diundangkan di Banjarnegara Pada tanggal 5 Januari 2007 Plt. SEKRETARIS DAERAH

ttd SYAMSUDIN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2007 NOMOR 3 SERI D

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA I. UMUM Sesuai Pasal 26 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, ditegaskan bahwa pengaturan lebih lanjut mengenai Perangkat Desa diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten. Untuk menindaklanjuti Peraturan Pemerintah tersebut diatas, maka guna kelancaran pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan desa dan pelayanan masyarakat perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Tata Cara Pencalonan, Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa. Peraturan Daerah ini merupakan pengganti dari Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Banjarnegara Nomor 6 tahun 2000 tentang Tata Cara Pencalonan, Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa dan Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 2 Tahun 2001 tentang Perubahan Pertama Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Banjarnegara Nomor 6 tahun 2000 tentang Tata Cara Pencalonan, Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal ini menegaskan arti beberapa peristilahan yang dipergunakan dalam Peraturan Daerah ini, sehingga tidak salah pengertian dalam penafsirannya. Pasal 2 ayat (1) Cukup jelas

ayat (2) huruf a Unsur Sekretariat Desa yaitu Kepala Urusan dan Staf Urusan. huruf b Unsur Kewilayahan yaitu Kepala Dusun. huruf c Unsur Pelaksana Teknis Lapangan yaitu Kayim dan Ulu-ulu. Pasal 3 Cukup jelas Pasal 4 ayat (1) Cukup jelas ayat (2) huruf a Cukup jelas huruf b Yang dimaksud Pemerintah adalah Pemerintah Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa

Pusat,

huruf c Yang dimaksud dengan berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan/atau sederajat yaitu mereka yang memenuhi kategori sebagai berikut : 1. Dari Sekolah Umum a. Memiliki Ijasah/STTB SMP; b. Memiliki Surat Keterangan yang berpenghargaan sama dengan STTB SMP (bagi lulusan persamaam SMP); c. Memiliki Ijasah program Paket B setara SLTP; d. Memiliki Ijasah/STTB SMP yang berada dibawah Departemen Agama, seperti Madrasah Tsanawiyah; e. Memiliki Ijasah/STTB SMP bagi sekolah yang diselenggarakan oleh yayasan yang statusnya telah disamakan/diakui/terdaftar. 2. Dari Sekolah Kejuruan : a. ST (Sekolah Tehnik); b. ST 4 Tahun (Sekolah Tehnik 4 Tahun); d. SMEP (Sekolah Menengah Ekonomi Pertama); e. SKP/SKKP (Sekolah Kepandaian Putri/Sekolah Kesejahteraan Keluarga Pertama); f. STR (Sekolah Tehnik Rendah); g. SKN (Sekolah Kerajinan Negeri); h. KKN (Kursus Kerajinan Negeri); i. KPA (Kursus Pegawai Administrasi);

j. SGB (Sekolah Guru B); k. PGA 4 Tahun (Pendidikan Guru Agama 4 Tahun); l. PGAB (Pendidikan Guru Agama B); m. SPG C1 (Sekolah Pendidikan Guru C1); n. SPG C2 (Sekolah Pendidikan Guru C2). 3. Pernah mengikuti pendidikan formal (umum/kejuruan) dan dinyatakan tamat tetapi belum mengikuti ujian yang diselenggarakan negara, seperti : a. Mengikuti Kejar Paket B dan memiliki Surat Tanda Tamat Belajar sampai tahap ketiga; b. Telah mengikuti ujian yang diselenggarakan oleh Yayasan Pendidikan SLTP; c. Pernah duduk di Kelas III (tiga) SLTP sampai kwartal/semester terakhir. huruf d Dibuktikan dengan Akte Kelahiran yang bersangkutan huruf e Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter yang ditunjuk oleh Pemerintah. huruf f Berkelakuan baik yang dibuktikan dengan surat keterangan yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang. huruf g Dibuktikan dengan surat keterangan yang dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri

huruf h Dibuktikan dengan surat keterangan yang dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri huruf i Yang dimaksud dengan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun terakhir dengan tidak terputus-putus adalah menjadi penduduk desa setempat dengan dibuktikan secara otentik atas kepemilikan KTP dan KK dan tidak memiliki KTP ganda. huruf j Cukup jelas huruf k Cukup jelas huruf l Cukup jelas huruf m

Cukup jelas ayat (3) Cukup jelas Pasal 5 Cukup jelas Pasal 6 Cukup jelas Pasal 7 ayat (1) Cukup jelas ayat (2) Yang dimaksud dengan penyaringan dalam pencalonan Perangkat Desa adalah ujian tertulis. ayat (3) Yang dimaksud dengan penilaian terhadap prestasi meliputi: Pendidikan formal yang didasarkan ijasah atau surat Tanda Tamat Belajar (STTB) Calon dengan kriteria penilaian sebagai berikut : a. SLTP, nilai 6 (enam); b. SLTA, nilai 8 (delapan); c. Diploma I (DI), nilai 9 (sembilan); d. Diploma II (DII), nilai 10 (sepuluh); e. Diploma III (DIII)/Sarjana Muda, nilai 11 (sebelas); f. Strata 1 (S1), nilai 13 (tiga belas); g. Strata 2 (S2), nilai 15 (lima belas); h. Strata 3 (S3), nilai 17 (tujuh belas). Pendidikan Non Formal didasarkan pada sertifikat yang diperoleh Calon melalui kursus-kursus ketrampilan (mengetik, komputer, montir dan sebagainya), dan untuk setiap kursus ketrampilan diberi nilai 1 (satu). Terhadap beberapa ketrampilan bidang yang sejenis hanya diberi nilai 1 (satu). Kejuaraan yang pernah diperoleh Calon sebagai Juara I yang dibuktikan dengan Piagam/Surat keterangan, dengan kriteria penilaian sebagai berikut : a. Tingkat Desa , nilai 1 (satu); b. Tingkat kecamatan, nilai 2 (dua); c. Tingkat Kabupaten, nilai 3 (tiga); d. Tingkat Provinsi, nilai 4 (empat); e. Tingkat Nasional, nilai 5 (lima); f. Tingkat Regional (Asia Tenggara dan Asia), nilai 6 (enam); g. Tingkat International/dunia nilai 7 (tujuh)

Untuk setiap kejuaraan sejenis pada tingkat yang berbeda diambil tingkatan yang tertinggi

Penilaian Dedikasi; Dedikasi adalah pengabdian yang pernah dan/atau sedang dilakukan Calon Perangkat Desa selain Sekretaris Desa kepada desa yang bersangkutan melalui lembaga desa dan/atau lembagalembaga kemasyarakatan desa lainnya yang dibentuk atau diakui, dan dibina oleh Pemerintah desa yang kegiatannya mencakup kepentingan masyarakat desa, seperti Baperdes, Hansip/Linmas, RT, RW, LKMD/LP3M, Karang Taruna, Pengurus Dharma Tirta, BP3 Sekolah Dasar desa yang bersangkutan, Guru Honor TK/SD/MI desa yang bersangkutan. Pengabdian yang dinilai adalah pengabdian yang dilakukan Calon Perangkat Desa selain Sekretaris Desa sebagai pengurus pada lembaga tersebut. Dengan masa pengabdian sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun. Loyalitas : Loyalitas adalah kepatuhan dan dukungan terhadap kebijakan dan program yang ditetapkan oleh Pemerintah, baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa. Sikap Tercela/ tidak tercela : Untuk penilaian sikap tercela dan tidak tercelanya Calon Perangkat Desa selain Sekretaris Desa adalah menurut hukum atau norma-norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. ayat (4) Cukup jelas
Pasal 8 Cukup jelas Pasal 9 ayat (1) Cukup jelas ayat (2) Cukup jelas. ayat (3) Cukup jelas. Pasal 10 Cukup jelas Pasal 11 Cukup jelas Pasal 12

Cukup jelas Pasal 13 Cukup jelas Pasal 14 Cukup jelas Pasal 15 Cukup jelas Pasal 16 huruf a Cukup jelas huruf b Cukup jelas huruf c Cukup jelas huruf d Cukup jelas huruf e Cukup jelas huruf f Cukup jelas huruf g Cukup jelas huruf h Cukup jelas huruf i Cukup jelas huruf j Yang dimaksud dengan melakuan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan/atau norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat desa, yaitu : - Disangka melakukan tindak pidana dan telah dijatuhi hukuman berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. - Melakukan pelanggaran administratif berat dan ternyata yang bersangkutan tidak memperbaiki perilakunya meskipun telah diberikan kesempatan untuk merubahnya. - Melanggar norma kesusilaan, kesopanan atau adat istiadat yang nyata-nyata hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat, misalnya melakukan perbuatan asusila, perjudian, mabuk-mabukan.

Pasal 17 Cukup jelas Pasal 18 Yang dimaksud dengan tindakan administratif berupa teguran adalah teguran secara tertulis yang dikeluarkan oleh Kepala Desa. Terhadap Perangkat Desa yang terbukti melakukan tindakan asusila, perjudian, mabuk-mabukan kepada yang bersangkutan dikenakan sanksi berupa pemberhentian dari jabatan sebagai Perangkat Desa. Pasal 19 Cukup jelas Pasal 20 Cukup jelas Pasal 21 Cukup jelas Pasal 22 Cukup jelas Pasal 23 Cukup jelas Pasal 24 ayat (1) Yang dimaksud dengan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku adalah bahwa penetapan terhadap besarnya biaya untuk kegiatan pencalonan dan pengangkatan perangkat desa selain Sekretaris Desa tersebut harus berpedoman pada Peraturan Bupati tentang Standarisasi Indeks Biaya Kegiatan, Pengadaan, Pemeliharaan dan Honorarium. ayat (2) Cukup jelas Pasal 25 Cukup jelas Pasal 26 Cukup jelas Pasal 27 Cukup jelas Pasal 28 Cukup jelas Pasal 29 Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 84

PEMERINTAH KABUPATEN BANJARNEGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA


NOMOR : 6 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

Anda mungkin juga menyukai