Anda di halaman 1dari 3

Prinsip dan Tujuan Perilaku Ekonomi Perilaku ekonomi manusia itu menyangkut tindakan produksi, konsumsi dan distribusi

yang didasarkan kepada jumlah sumber daya (resource) yang terbatas dengan kebutuhan (needs) yang tidak terbatas. Fenomena keterbatasan tersebut melahirkan suatu kondisi yang disebut kelangkaan (scarcity). Munculnya kelangkaan mendorong berbagai permasalahan dalam memilih (problem of choices) yang harus diselesaikan guna mencapai suatu tujuan yang dinamakan kesejahteraan (welfare). Pelaku ekonomi yang menyelesaikan permasalahan ekonomi dengan tujuan kesejahteraan terbagi menjadi: 1. Rumah Tangga (Household) 2. Perusahaan (Firm) 3. Pemerintah (Government) 4. Masyarakat Luar Negeri (Rest of The World) Masing-masing pelaku diatas bertindak menyelesaikan permasalahan ekonomi dalam lingkupnya. Dalam ekonomi konvensional keberhasilan rumah tangga didapatkan ketika sumber daya dapat dialokasikan dengan well-being. Pemilihan baik barang maupun jasa dilakukan dengan membuat penilaian yang spesifik tentang nilai relative (relative worth) suatu barang atau jasa yang akan berbeda satu dengan yang lain. Apakah satu barangatau jasa lebih terpilih daripada yang lain bergantung pada seberapa besar tingkat utilitas atau kepuasan yang dihasilkan relative terhadap setiap jenis barang atau jasa. Dengan demikian dasar dari penyelesaian masalah dalam memilih (problem of choices) pada ekonomi konvensional menurut kacamata rumah tangga (household) dapat diselesaikan dengan bantuan konsep utilitas. Dipihak lain pelaku ekonomi, Perusahaan misalnya, maka proses menyelesaikan problem of choices yang dihadapi dilakukan dengan dasar maximizing profit.

Sumber daya kelangkaan Masalah dalam memilih kesejahteraan

keinginan

RT

: konsumsi berdasarkan utilitas.

Firm : produksi berdasarkan maksimalisasi keuntungan

seorang ahli ekonomi yang bersala dari mazhab Chicago yang bernama Frank Knight mengatakan bahwa perilaku ekonomi manusia harus dibedakan dengan perilaku benda-benda fisik yang cenderung melihat pada hubungan sebab akibat yang linier dan bisa diukur.

Knight punya pendapat yang berbeda tentang homo economicus yaitu manusia tidak didorong semata-mata oleh hasrat tetapi mereka merealisasikan atau memanifestasikan nilai-nilai tertentu. Oleh Knight nilai atau value mulai dimasukkan sebagai elemen normatif. Bagi Knight, dalam memilihpun manusia ada value jedgement (keputusan nilai) atau valuation (penilaian). Baginya motivasi individu melibatkan valuation yang berkarakter sosial bukan hanya semata-mata hasratnya saja. Ada dua pendapat Knight yang patut disimak tentang perilaku manusia, yaitu: 1. Apa yang dipikirkan dalam transaksi ekonomi umumnya untuk sesuatu yang lain. dimana sarana yang dipilih untuk mrncapai tujuan yang diinginkan dan sarana yang dipilih ditentukan oleh value judgement. 2. Ada sesuatu yang diinginkan demi sesuatu itu sendiri. Itu tidak bisa dikonfigurasikan secara fisik (sebab akibat). Kalau pun ada tentang hal ini maka itu terkait dengan the univers of meaning.

Knight juga mengungkapkan ada tiga interpretasi tentang perilaku orang khususnya yang berkaitan dengan tindakan ekonomi, yaitu: 1. Bahwa perilaku ekonomi direduksi oleh prinsip-prinsip regulasitas (dasar-dasar statistik) 2. Perilaku ekonomi dalam kerangka motivasi, tetapi harus dibedakan antara motif dan act yang bukan merupakan konsekuensi logis dari motif. 3. Dalam tujuan yang diinginkan dari sesuatu tindakan ekonomi itu diserahkan pada evaluasi normatif.

Anda mungkin juga menyukai