Anda di halaman 1dari 1

Siaran Pers Imparsial No: 02/Siaran Pers/Imparsial/II/2012 Menyikapi Ketegangan Pilkada dan Kekerasan di Aceh

Adanya peristiwa penembakan yang kembali terjadi di Aceh serta peningkatan pengawalan terhadap Gubernur Irwandi (yang jabatannya berakhir hari ini) menunjukan bahwa tingkat ketegangan menjelang Pilkada pada 9 April 2012 semakin tinggi. Imparsial sedari awal sudah menyatakan bahwa berbagai peristiwa kekerasan bersenjata yang terjadi erat kaitannya dengan berbagai proses politik menjelang Pilkada, dan baru diamini oleh Polisi ketika Presiden menyampaikan arahan dalam rapat pimpinan Polri di Markas Besar Polri di Jakarta Selasa (17/1) walau sebelumnya Menko Polkam, Djoko Suyanto sudah melontarkan hal tersebut sebelumnya (10/1). Meningkatnya berbagai tindakan kekerasan bersenjata dalam 3 bulan terakhir ditindaklanjuti oleh pihak kepolisian dengan mengirimkan pasukan Densus 88 ke Aceh. Namun hasil kerja dari Densus 88 belum efektif, hal ini terbukti dengan belum adanya satupun kasus kekerasan bersenjata ataupun kasus pemotongan tiang listrik tegangan tinggi yang terkuat, bahkan kasus penembakan masih tetap terjadi. Jika merunut kebelakang, proses transisi demokrasi di Aceh sebenarnya telah berjalan dengan baik ketika mengacu pada proses pilkada pertama pasca perdamaian yang dilakukan pada tahun 2006. Kondisi tersebut juga menunjukkan keberhasilan proses transisi bagi para mantan kombatan menjadi warga sipil biasa, karena proses pilkada berjalan lancar dan aman tanpa ada gangguan keamanan yang berarti. Berbeda dengan proses Pemilu 2009, situasi yang aman berubah menjadi lebih bergejolak dengan adanya berbagai kasus pembunuhan dan juga pengeboman/pelemparan granat yang ditujukan kepada orang, kendaraan ataupun kantor partai politik yang bertarung memperebutkan suara dalam Pemilu. Dari berbagai kasus yang pada waktu itu, banyak tak terselesaikan dan kasusnya dibawa ke pengadilan. Ketidakmampuan polisi dalam melakukan pencegahan dan penyelesaian atas kasus-kasus kekerasan bersenjata yang pernah terjadi, hanya akan menyebabkan pola-pola kekerasan semacam ini akan semakin terus berlanjut dan menempatkan posisi warga sipil pada situasi yang terancam. Perlindungan yang berlapis dengan menggunakan Polisi dan Densus 88 kepada Gubernur secara demonstratif hanya menunjukan bahwa situasi yang ada memang gawat adanya dan tidak peka terhadap kondisi masyarakat yang masih trauma dengan konflik yang pernah terjadi. Jika pengamanan tersebut terkait dengan pencalonannya kembali, selayaknya calon gubernur yang lainnya juga mendapatkan porsi penjagaan yang sama. Namun diluar itu semua, keamanan warga sipil lah yang seharusnya menjadi prioritas dari pihak kepolisian. Jika kasus-kasus kekerasan bersenjata terus berlanjut dan korban warga sipil lagi yang menjadi korbannya, tentunya akan membuat kondisi di Aceh kembali pada situasi sebelum adanya perdamaian, dimana warga tidak merasa aman jika mereka berada di luar rumah ataupun ketika bepergian, dan akibatnya roda perekonomian rakyat menjadi terganggu. Penjabat Gubernur yang dilantik hari ini, bersama Polisi haruslah memprioritas masalah keamanan selain memastikan proses pilkada berjalan dengan baik. Jakarta, 08 Februari 2012. Al Araf Direktur Program Imparsial (081381694847) Otto Syamsudin Ishak Peneliti Senior Imparsial (0817183940) Swandaru Peneliti Imparsial (082122459205)

Anda mungkin juga menyukai