Anda di halaman 1dari 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Air Limbah Domestik Air limbah adalah cairan buangan dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lain yang mengandung bahanbahan yang dapat membahayakan kehidupan manusia maupun makhluk hidup lain serta mengganggu kelestarian lingkungan (Metcalf & Eddy, 2004). Metcalf and Eddy juga mengemukakan batasan air buangan yaitu sebagai berikut : Kombinasi dari cairan dan sampah-sampah cair yang berasal dari pemukiman, perdagangan, dan industri bersama-sama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada. Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, pada ayat 14 disebutkan bahwa Air Limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik disebutkan pada Pasal 1 ayat 1, bahwa air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman

(real

estate),

rumah

makan

(restaurant),

perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama. Secara prinsip air limbah domestik terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu air limbah yang terdiri dari air buangan tubuh manusia yaitu tinja dan urine (black

water) dan air limbah yang berasal dari buangan dapur dan kamar mandi (gray water), yang sebagian besar merupakan bahan organik (Veenstra, 1995) dalam
Supradata (2005). 2.2 Instalasi Pengolahan Air Limbah Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) berfungsi untuk mengolah air limbah yang dihasilkan dari suatu kegiatan, sehingga air limbah tersebut tidak menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan khususnya pencemaran air baik itu air tanah maupun badan air.

2.2.1 Initial Years dan Design Years Periode desain merupakan periode mulai dari initial sampai design years. Yang dimaksud dengan initial years adalah tahun dimana konstruksi selesai dan IPAL mulai beroperasi. Sedangkan design years / planning years adalah tahun dimana fasilitas diperkirakan akan mencapai kapasitas penuh. Instalasi pengolahan air limbah ini direncanakan untuk melayani penduduk selama 20 tahun. Sehingga setelah pembangunan selesai, instalasi ini mampu mengolah air limbah sampai 20 tahun mendatang. Pembangunan instalasi pengolahan air limbah ini dilakukan dalam satu tahap, sehingga yang menjadi dasar perhitungan dimensi instalasi adalah debit air limbah pada tahun terakhir pelayanan yaitu pada tahun 2011 ditambah 20 tahun. Berdasarkan perkiraan tersebut, maka proyeksi penduduk dilakukan untuk memperkirakan jumlah penduduk sampai tahun 2030. Qasim (1985) menggolongkan periode desain untuk perencanaan IPAL suatu kota berdasarkan prosentase pertambahan penduduk. Periode desain yang dimaksud dalam perencanaan instalasi bangunan pengolahan air buangan adalah kapasitas maksimum suatu IPAL untuk dapat beroperasi mulai awal sampai periode desain yang telah ditentukan. Pada perencanaan ini, periode desain perencanaan sistem penyaluran air buangan, dengan periode desain selama 20 tahun. 2.2.2 Daerah Pelayanan Daerah pelayanan adalah daerah yang akan dilayani oleh instalasi pengolahan limbah. Daerah tersebut dijadikan daerah pelayanan dengan mempertimbangkan aspek fisik (misal : topografi), aspek ekonomi, dan juga aspek lingkungan. Adapun daerah pelayanan yang direncanakan meliputi seluruh kelurahan yang ada pada Kota Barabai. Daerah ini dipilih karena kepadatan penduduknya yang relatif tinggi.

2.2.1.1 Aspek Fisik Aspek fisik merupakan kondisi fisik dari daerah perencanaan. Hal ini erat kaitannya dengan daerah perencanaan yang memerlukan penanganan khusus dalam pengolahan air buangan. Air buangan memerlukan suatu pengolahan yang benar-benar terjamin dari segi kualitas, kuantitas, dan kontinuitasnya. Karena tanpa adanya pengolahan yang baik nantinya akan menimbulkan masalah di masa yang akan datang. Dengan adanya sistem perencanaan pengolahan air buangan yang baik, diharapkan dapat menekan seminimal mungkin masalah yang mungkin timbul. Hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam aspek fisik adalah: Kondisi daerah Tata guna lahan Jumlah pertambahan dan kepadatan penduduk Tinggi muka air tanah Keadaan, jumlah prasarana dan fasilitas kota Iklim dan cuaca Fasilitas penyediaan dan pengolahan air buangan yang ada

2.2.1.2 Aspek Ekonomis Pertimbangan aspek ekonomis memiliki peranan yang cukup penting dalam pemilihan daerah perencanaan. Aspek ini erat kaitannya dengan kuantitas air buangan yang dihasilkan dan kebijaksanaan pemerintah daerah setempat untuk merencanakan penyaluran dan pengolahan air limbah domestik untuk periode mendatang. 2.2.1.3 Aspek Lingkungan Jika ditinjau dari penanganan air limbah domestik dan laju pertambahan penduduk serta berdasarkan analisis mengenai dampak negatif yang ditimbulkan oleh air buangan terhadap kesehatan masyarakat serta lingkungan, maka diperlukan perencanaan pengolahan terhadap air buangan. Namun ternyata peningkatan jumlah penduduk yang pesat dan kemajuan di berbagai sektor ini tidak diimbangi dengan usaha peningkatan kualitas lingkungan. Oleh karena itu,

dalam rangka meningkatkan taraf kesehatan untuk mencapai kualitas hidup yang optimal diperlukan adanya sistem pengelolaan lingkungan secara baik dan terpadu, termasuk di dalamnya sistem pengolahan air limbah domestik sehingga efluennya dapat memenuhi persyaratan baku mutu badan air. 2.2.3 Pemilihan Lokasi IPAL Untuk lokasi bangunan instalasi pengolah air limbah, maka dipilih daerah yang dekat dengan badan air penerima (sungai) dan setelah instalasi pengolahan air minum. Dimana hal ini dilakukan dengan pertimbangan : 1. Segi ekonomis 2. Segi estetika = = pembuangan efluen air buangan tidak terlalu jauh dari instalasi pengolahan. diletakkan setelah lokasi bangunan pengolahan air minum dan didesain sedemikian rupa agar tidak menimbulkan sekitarnya. Qasim (1985) mengemukakan syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi IPAL, antara lain : 1. Lokasi IPAL berada pada elevasi yang paling rendah. 2. Lokasi harus jauh dari daerah yang sedang berkembang atau daerah potensial. Desain harus mempertimbangkan segi estetika, terutama masalah bau yang biasanya timbul dari sludge drying bed. 3. Pemilihan lokasi sebaiknya dicari yang lahannya luas. Hal tersebut berguna untuk kemudahan perluasan lahan di masa yang akan datang serta berfungsi sebagai buffer area (daerah isolasi). 4. Pada lokasi terdapat tempat untuk membuang produk hasil pengolahan (misal: effluen, pasir/grit, dan sludge). 5. Lokasi IPAL tidak boleh berada pada daerah banjir, meskipun sudah dilengkapi dengan konstruksi untuk meningkatkan level tanah. 6. Lokasi harus dapat dilalui oleh kendaraan untuk transport. Hal tersebut membantu dalam pengangkutan, misal : pengangkutan sludge dari IPAL. 7. Lokasi harus dekat dengan sumber air dan sumber air tersebut mampu menampung air hasil olahan. gangguan bagi masyarakat di

8. Tanah pada lokasi harus cukup kuat untuk menahan bangunan IPAL. 9. Lokasi dengan kemiringan yang cukup akan membantu dalam peletakan berbagai unit pengolahan tanpa dilakukan penggalian atau pengurugan tanah. 10. Lokasi tidak boleh mengganggu tempat-tempat umum, seperti tempat rekreasi, dan daerah perkotaan. Selain itu juga tidak boleh mengakibatkan erosi sungai dan timbunan lumpur di aliran sungai.

Anda mungkin juga menyukai