Anda di halaman 1dari 10

MODUL MATA KULIAH : PASAR MODAL

Mata Kuliah Dosen Semester/ TA Materi Kuliah Pertemuan

: Pasar Modal : Yuhasril, SE, ME : Genap / T.A 2007/2008 : Analisis Fundamental : 12 (duabelas )

Fakultas/Jurusan : Ekonomi / S I Manajemen

Program studi Ilmu Manajemen PKK Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana

Tahun 2008

ANALISIS FUNDAMENTAL

Tujuan Instruktusional Khusus : Diharapkan mahasiswa dapat memahami pengertian dan bagaimana melakukan analisis fundamental. Bahasan Materi : 1. Kerangka analisis fundamental 2. Analisis ekonomi pasar 3. Analisis industri 4. Analisis perusahaan 1. Kerangka Analis Fundamental Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan (1) mengestimate nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, dan (2) menerapkan hubungan variablevariabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Model ini sering disebut sebagai share price forecasting model. Dalam membuat model peramalan harga saham tersebut, langkah yang penting adalah mengidentifikasikan faktor-faktor fundamental (penjualan, pertumbuhan penjualan, biaya, kebijakan deviden, dan sebagainya) yang diperkirakan akan mempengaruhi harga saham. Setelah itu, bagaimana membuat suatu model dengan memasukkan faktor-faktor tersebut dalam analisis. Dalam pendekatan yang berdasarkan present value, nilai intrinsik suatu saham merupakan present value dari deviden-deviden yang akan diterima oleh pemodal di kemudian hari. Dengan demikian dua pertanyaan dapat diajukan, yaitu pertama, berapa tingkat bunga yang akan dipakai untuk menghitung present value deviden-deviden yang diharapkan? Jawaban pertanyaan ini menyangkut penentuan r. Semakin tinggi resiko suatu saham, semakin besar r yang dipergunakan. Kedua, bagaimana menaksir deviden yang diharapkan akan diterima oleh pemodal? Jawaban atas pertanyaan ini berarti analis harus memperkirakan kemampuan perusahaan memperoleh laba. Perusahaan hanya bisa membagikan deviden semakin besar kalau perusahaan mampu menghasilkan laba yang makin besar, kalau laba yang diperoleh tetap besarnya, Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Yuhasril, SE, ME PASAR MODAL

perusahaan tidak bisa membagikan deviden yang makin besar. meningkat.

Kalau kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat, maka harga saham juga akan Dengan kata lain, profitabilitas akan mempengaruhi harga saham. Kita tahu bahwa laba adalah selisih antara penghasilan dari Masalahnya, tentu saja, faktor-faktor apa yang mempengaruhi kemampuan perusahaan menghasilkan laba?. penjualan dengan biaya-biaya. Karena itu kalau kita ingin mengidentifikasikan faktorfaktor yang mempengaruhi laba, kita perlu mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan dan biaya. Pada fdasarnya kita bisa membagi faktor-faktor tersebut menjadi faktor yang mungkin bisa dikenalikan oleh perusahaan (pemilihan jenis mesin, teknologi, karyawan dan sebagainya) an faktor-faktor yang tidak bisa dikendalikan (suku bunga, pertumbuhan ekonomi, harga minyak dan sebagainya). Karena banyak faktor yang mempengaruhi harga saham, maka untuk melakukan analisis fundamental diperlukan beberapa tahapan analisis. Tahapan yang dilakukan dimulai dengan analisis dari (1) kondisi makro ekonomi atau kondisi pasar, (2) analisis industri, dan (3) analisis kondisi spesifik perusahaan. Secara skematis, kerangka analisis fundamental disajikan pada gambar 12.1 berikut ini :

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Yuhasril, SE, ME PASAR MODAL

Gambar 12.1. Kerangka analisis fundamental Analisis Fundamental

Penilaian

1. Manfaat yang diharapkan, baik dalam bentuk deviden maupun laba 2. Resiko investasi yg akan mempengaruhi tingkat keuntungan yang layak atau PER dilakukan dengan

Lakukan analisa terhadap : 1. Ekonomi atau pasar 2. Industri 3. Perusahaan

Gunakan model valuasi deviden Atau Gunakan model PER

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Yuhasril, SE, ME PASAR MODAL

2. Analisis Ekonomi/Pasar Kondisi ekonomi dan keadaan berbagai variable utama seperti laba yang diperoleh oleh perusahaan-perusahaan dan tingkat bunga, sangat mempengaruhi keputusan-keutusan investasi yang akan diambil oleh para pemodal. Apabila resesi diperkirakan akan terjadi, atau perekonomian sedang menuju ke situasi resesi, harga saham-saham akan sangat terpengaruh oleh situasi tersebut. Apabila kondisi perekonomian mempengaruhi kondisi pasar, maka pada gilirannya kondisi pasar akan mempengaruhi para pemodal. Sulit bagi pemodal untuk memperoleh hasil investasi yang berkebalikan dengan kecenderungan pasar. Apabila pasar membaik atau memburuk, umumnya saham-saham juga akan berpengaruh dengan arah yang sama. Selain terhadap tingkat keuntungan yang diperoleh oleh pemodal, kondisi pasar juga mempengaruhi kondisi industri. kemampuan memperoleh laba dai perusahaan. Disamping pengaruhnya terhadap kondisi perusahaan, kondisi perekonomian juga mempengaruhi Sebagai misal, dari akhir Juli sampai dengan akhir Oktober 1977, industri perbankan dan properti mengalami penurunan yang lebih besar dari penurunan indeks pasar, yaitu lebih dari 50%, sementara indeks turun 25%. Karena itulah analisis kondisi perekonomian perlu dilakukan terlebih dulu sebelum dilakukan analisis kondisi industri dan perusahaan. Sebagian besar pemodal ingin memprakirakan perubahan di pasar keuangan. Tidak hanya mereka ingin mengetahui bagaimana arah perkembangan pasar saat ini, tetapi mereka juga ingin mengetahui bagaimana arah perkembangan pasar di masa yang akan datang. Meskipun demikian, tidaklah tepat kalau pemodal berharap dapat memperkirakan secara tepat kondisi pasar di masa yang akan datang. Hal tersebut tidak mungkin dilakukan secara konsisten. Yang lebih mungkin dilakukan adalah memperkirakan gejala-gejala perekonomian di masa yang akan datang untuk memperkirakan arah gerakan pasar, dan berapa lama perubahan tersebut mungkin akan terjadi. Arah gerakan kondisi perkonomian dan pasar tersebut berguna bagi pemodal untuk memutuskan apakah sebaiknya mereka keluar dulu dari pasar modal, ataukah tetap bertahan. Juga berguna untuk memutuskan apakah sudah saatnya untuk masuk kembali, ataukah lebih baik sementara tetap di luar. Karena perannya yang vital di dalam perekonomian, kebijakan moneter dipandang mempunyai dampak penting baik bagi perekonomian maupun harga saham. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Yuhasril, SE, ME PASAR MODAL

Dengan demikian untuk memahami perubahan harga saham, para pemodal perlu memahami berbagai variable moneter. Untuk memprakirakan kondisi perekonomian, para pemodal secara tradisional selalu memperhatikan kemungkinan perubahan jumlah uang yang beredar. Umumnya diharapkan akan terdapat hubungan antara perubahan jumlah uang beredar dengan perubahan harga saham. Prakiraan jumlah uang yang beredar juga diharapkan akan mempengaruhi kegiatan ekonomi. Berbagai teori ekonomi makro menjelaskan adanya hubungan antara jumlah uang dengan kegiatan ekonomi di masa yang akan datang, dan hubungan tersebut akan tergantung pada apakah perubahan dalam jumlah uang yang beredar akan menyebabkan perubahan dalam money supply ataukah money demand. Sebagai misal, peningkatan money supply akan cenderung meningkatkan kegiatan ekonomi, sedangkan peningkatan money demand akan mengurangi kegiatan ekonomi. Karena kondisi pasar merefleksikan kondisi ekonomi, maka perubahan kondisi ekonomi tentunya akan tercermin pada kondisi pasar. masa yang akan datang. masa yang akan datang. Masalahnya adalah bahwa kondisi pasar saat ini mencerminkan harapan para pemodal terhadap kondisi ekonomi di Dengan kata lain, pasar mempresent-valuekan kondisi di Ilustrasi diatas menunjukkan bahwa pasar mungkin

mengantisipasi perkembangan tingkat bunga, sehingga analisis seri data secara synchrounus menunjukkan hasil yang tidak sesuai harapan. Tentu saja sifat antisipatif pasar tersebut dapat terbukti tidak benar, sehingga menunjukkan sinyal yang salah tentang kondisi ekonomi, tetapi secara umum pasar nampaknya selalu bersifat antisipatif terhadap kondisi perkonomian. Kondisi cyclicality sering dijumpai dalam perkonomian. Artinya, dalam suatu periode tertentu, kegiatan ekonomi terlihat mempunyai pola, dari kondisi yang buruk, membaik, dan mencapai puncak, setelah itu memburuk, mencapai kondisi paling buruk, membaik lagi (recovery), dan kembali ke puncak lagi. mempunyai, mungkin, periode sekitar 5-7 tahun. Penggunaan model-model valuasi untuk memprakirakan kondisi pasar Salah satu pendekatan yang dapat dipergunakan adalah sebagai berikut : 1. Menggunakan rumus constant growth model, yaitu P0 = D1/(r-g) 2. Menggunakan model PER, yaitu PER = (1-b)/(r-g) Dengan demikian, apabila kita ingin memprakirakan kondisi pasar, kita perlu melakukan judgement terhadap kemungkinan perubahan variable-variabel tersebut. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Karena Demikian seterusnya. Siklus tersebut

Yuhasril, SE, ME PASAR MODAL

prakiraan akan dilakukan terhadap kndisi pasar, penggunaan model PER akan lebih mudah diterapkan dan diinterpertasikan. Misalkan kita memperoleh data dari sejumlah perusahaan yang bekerja pada sector manufaktur pada bulan Oktober 1997 sebagai berikut. Rata-rata PER untuk tahun 1997 adalah sebesar 7,1x, rata-rata pembayaran deviden adalah 40%, dan pertumbuhan laba sebesar 15%. Dengan demikian maka kita dapat menaksir r sebagai berikut : PER1997 7,1 r = = = (1-b)/(r-g) (1 - 0,60) / r-0,15 0,207 atau 20,7%

Untuk tahun 1998 misalkan kita memperkirakan bahwa proporsi laba yang dibagikan sebagai deviden akan berkurang menjadi hanya 0,30 sebagai akibat diperlukannya pendanaan internal yang makin besar. Apabila kita perkirakan bahwa r tidak berubah, sedangkan g sedikit mengalami penurunan menjadi 14,5% sebagai refleksi kondisi perkonomian yang memburuk, maka PER tahun 1998 ditaksir akan sebagai berikut : PER 1998 Diperkirakan PER = = (1-0,7) / (0,207-0,145) 4,8x

pada tahun 1998 akan menurun cukup signifikan sebagai akibat

memburuknya kondisi perekonomian, sehingga kemampuan perusahaan-perusahaan dalam industri tersebut untuk memperoleh laba juga berkurang. 3. Analisis Industri Para pemodal yang percaya bahwa kondisi ekonomi dan pasar cukup baik untuk melakukan investasi, selanjutnya perlu menganalisis industri-industri apa yang diharapkan akan memberikan hasil yang paling baik. Istilah industri nampaknya merupakan istilah yang telah cukup jelas, sehingga tidak memerlukan penjelasan lebih lanjut, tetapi untuk mengklasifikasikan suatu perusahaan ke dalam industri tertentu, seringkali tidak mudah, karena kegiatan usaha yang dilakkan sangat spesifik, atau perusahaan melakukan diversifikasi. Telepas dari masalah tersebut, analis dan pemodal perlu cara pengklasifikasian industri. Cara yang paling sering dipergunakan adalah dengan mendasarkan diri pada International Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Yuhasril, SE, ME PASAR MODAL

Standard Industrial Classification (ISIC) system. Sistem ini menggunakan kode dengan jumlah digit tertentu. Jumlah digit yang sedikit menunjukkan klasifikasi dengan dasar yang lebih luas, dan makin banyak digitnya makin terinci klasifikasi yang dilakukan. Industri dianalisis lewat penelaahan berbagai data yang menyangkut tentang penjualan, laba deviden, struktur modal, jenis produk yang dihasilkan, regulasi, inovasi dan sebagainya. Analisis tersebut memerlukan pengalaman yang cukup banyak dan biasanya dilakukan oleh analis industri yang bekerja di perusahaan-perusahaan sekuritas dan pemodal-pemodal institusional. Untuk melakukan analisis industri, langkah pertama yang dapat dilakukan adalah dengan mengidentifikasikan tahap kehidupan produknya. Tahap ini bermaksud untuk mengenali apakah industri tempat perusahaan beroperasi merupakan industri yang masih akan berkembang cepat, sudah stabil, ataukah sudah menurun. Langkah berikutnya adalah menganalisis industri dalam kaitannya dengan kondisi perekonomian. Langkah ketiga adalah analisis kualitatif terhadap industri tersebut, yang dimaksudkan untuk membantu pemodal menilai prospek industri di masa yang akan datang. Siklus Kehidupan Industri Siklus kehidupan industri, terdiri dari tahap perkenalan, pertumbuhan, kedewasaan, dan penurunan. Karena umumnya perusahaan baru go public setelah melewati masa perkenalan, dalam analisis industri umumnya dikelompokkan menjadi tiga tahap, yaitu tahap pertumbuhan, tahap kedewasaan, dan tahap penurunan. Tahap pertumbuhan, ditandai dengan pertumbuhan penjualan yang relative masih tinggi, meskipun resiko sudah tidak setinggi pada tahap perkenalan. Karena tinginya pertumbuhan penjualan, laba yang diperoleh mungkin tidak cukup untuk membiayai ekspansi yang diperlukan. Dengan demikian mungkin sekali perusahaan dalam tahap ini akan mempunyai dividend payout ratio yang rendah, dan memerlukan pendanaan eksternal untuk membiayai ekspansinya. Tahap kedewasaan, pertumbuhan penjualan masih terjadi, tetapi sudah dalam tingkatan yang lebih rendah daripada tahap pertumbuhan. Umumnya laba yang diperoleh cukup untuk membiayai pertumbuhan usaha. Jadi, internal financing cukup untuk mendukung penjualan, dan karenanya proporsi laba yang dibagikan sebagai deviden (dividend payout ratio), lebih besar daripada tahap pertumbuhan. Tahap penurunan, pada tahap ini permintaan akan produk sudah mengalami penurunan, sehingga pertumbuhan penjualan menjadi negatif. Perlu diperhatkan dalam Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Yuhasril, SE, ME PASAR MODAL

analisis bahwa hendaknya kita tidak mencampurkan antara penjualan yang dicapai oleh perusahaab dan yang dicapai oleh industri. Sebab dapat saja terjadi perusahaan menghasilkan produk yang sudah berada dalam tahap kedewasaan, tetapi penjualan perusahaan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. Pemodal yang lebih berminat untuk memperoleh capital gains sebaiknya menghindari saham dari perusahaan-perusahaan yang berada pada tahap kedewasaan. Perusahaan-perusahaan tersebut lebih sesuai untuk pemodal yang menginginkan deviden dalam jumlah yang cukup besar. Perusahaan yang berada dalam tahap pertumbuhan menunjukkan bahwa daya tarik bidang tersebut masih akan cukup lama, deviden yang dibagikan relative rendah, tetapi akan dikompensir oleh kenaikan harga saham yang ckup tinggi.

Analisis Siklus Bisnis Cara kedua untuk melakukan analisis industri adalah dengan menganalisis hubungan antara kemampuan operasi dengan kondisi perekonomian makro. Beberapa industri mampu beroperasi cukup baik pada waktu resesi, sedangkan yang lain sangat jelek kinerjanya. Beberapa industri terkait erat dengan siklus bisnis. Pada saat ekonomi membaik, industri-industri tersebut menunjukkan kinerja yang jauh lebih baik daripada kondisi perekonomian, sebaliknya pada saat kondisi ekonomi memburuk, industriindustri tersebut juga menunjukkan kinerja yang jauh lebih buruk daripada kondisi perekonomian. Karena itu para analis industri mengelompokkan industri menjadi growth industry, defensive industry dan cylical industry. Growth industry menunjukkan industri yang mempunyai pertumbuhan laba jauh lebih tingi dari rata-rata industri. Defensive industry menunjukkan industri yang tidak banyak terpengaruh oleh kondisi ekonomi. Sedangkan cyclical industry menunjukkan industri yang sangat peka terhadap perubahan kondisi perekonomian. Pengklasifikasian seperti ini bermanfaat untuk memperkirakan kondisi suatu industri apabila dikaitkan dengan perubahan kondisi perekonomian. Industri yang peka terhadap perubahan suku bunga terbukti mengalami penurunan yang paling besar pada periode sewaktu otoritas moneter di Indonesia memperketat likuiditas dan menaikan suku bunga. Bagi pemodal yang tidak ingin mengalami penurunan harga yang cukup besar apabila kondisi perekonomian mengalami resesi, saham-saham dari industri yang defensif sebaiknya dipilih, dan dihindari saham-saham dari industri cyclical. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Yuhasril, SE, ME PASAR MODAL

Berbagai Aspek Kualitatif dalam Analisis Industri Beberapa aspek kualitatif akan membantu analais dalam melakukan analisis industri. Aspek-aspek tersebut seperti kinerja histories, persaingan, kebijakan pemerintah, dan perubahan struktural, perlu menapat perhatian dalam analisis. Meskipun kinerja di masa yang akan datang tidak selalu konsisten dengan kinerja di waktu yang lalu, beberapa jenis industri menunjukkan kinerja yang terus menerus baik di waktu yang lalu. Kinerja seperti ini tentu saja tidak dapat diabaikan dalam analisis. Indikator yang dapat dilihat adalah pertumbuhan penjualan dan laba, dan perkembangan harga. Persaingan dapat berasal dari masuknya pesaing baru, meningkatnya bargaining power para pembeli, persaingan antar pesaing yang ada, masuknya produk substitusi, dan meningkatnya bargaining power para pemasok, akibatnya yaitu akan mengurangi profitabilitas perusahaan. Kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam sector/industri tertentu akan langsung mempengaruhi industri tersebut, meskipun secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap industri lainnya. Perubahan struktural dapat kita lihat misalnya pada industri tekstil. Agar industri tekstil di Indonesia tetap mampu bersaing, mereka harus menghasilkan tekstil dengan kualitas yang lebih baik, karena tekstil dengan kualitas sederhana akan mulai disaingi secara ketat oleh negara-negara Vietnam, Bangladesh, dan sebagainya, yaitu negaranegara yang masih mengandalkan pada biaya tenaga kerja yang rendah.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Yuhasril, SE, ME PASAR MODAL

Anda mungkin juga menyukai