Anda di halaman 1dari 2

BERBUKA DI SYURGA BERSAMA RASULULLAH

Cuaca yang panas di hari itu tidak dapat mengalahkan panasnya suasana masyarakat Madinah. Mereka menuntut agar Khalifah Utsman bin Affan r.a menyerahkan Marwan, tapi khalifah diam. Beliau tidak mahu pertumpahan darah terjadi antara sesama orang Islam. Pihak-pihak yang ingin menangkap Marwan mulai mengepung rumah khalifah. Maklumlah, rumah khalifah Islam cukup sederhana, jauh lebih kecil dibanding rumah (atau lebih tepat istana) para kepala negara saat ini. Padahal khalifah menguasai wilayah yang amat sangat luas, mulai dari timur di Asia Tengah hingga ke barat di perbatasan Eropa. Mulai dari utara di perbatasan Rusia hingga ke Yaman di selatan. Rumah khalifah pun tidak dikawal oleh banyak pengawal, melainkan hanya beberapa orang saja. Hari itu khalifah berpuasa seperti kebiasaannya sehari-hari. Sayidina Ali yang berkedudukan sebagai penasihat utama khalifah dan panglima angkatan perang telah menawarkan untuk mengusir orang-orang yang mengepung rumah khalifah, tapi khalifah justru melarangnya. Beliau tidak mau terjadi pertumpahan darah antara sesama muslim. Beliau merasa malu jika nanti di Akhirat bertemu ALLAH dan Rasul-Nya s.a.w. sedang dalam pemerintahannya sampai terjadi pertumpahan darah sesama muslim. Begitulah, beliau seseorang yang amat pemalu. Rasulullah s.a.w pernah bersabda bahwa malaikat pun merasa malu jika bertemu Sayidina Utsman. Bahkan syaitan pun tak sanggup menggoda Sayidina Utsman karena malu padanya. Begitu lembut dan pemalunya beliau sehingga Rasulullah s.a.w mengawinkan dua orang puterinya dengan beliau. Setelah Ruqayyah puterinya meninggal, Rasulullah s.a.w mengawinkan puterinya yang lain, Ummu Kaltsum dengan Sayidina Utsman. Bahkan setelah Ummu Kaltsum meninggal Rasulullah s.a.w bersabda, Jika kami punya puteri yang ketiga, akan kami kawinkan juga dengan Utsman. Khalifah Utsman menghadapi para pengepung rumahnya dengan sabar dan lemah lembut. Beliau tidak melayani debat dan memilih masuk ke dalam rumah untuk membaca Al Quran. Al Quran adalah hiburannya selain harapan terhadap janji Rasulullah bahwa beliau akan bersama dengan Rasulullah s.a.w di Syurga nanti. Saat itu amat ditunggu-tunggunya. Amat menyakitkan baginya terpisah alam dengan sahabat dan kekasihnya, Muhammad s.a.w. Ketika keadaan makin genting, Sayidina Ali memerintahkan kedua anaknya, Sayidina Hassan dan Sayidina Hussain untuk menjaga rumah Khalifah Utsman. Sayidina Ali amat risau tentang keselamatan Khalifah Utsman. Saat itu Khalifah Utsman sedang membaca Al Quran di biliknya. Tiba-tiba beliau melihat Rasulullah s.a.w di jendela. Pandangan beliau s.a.w penuh kasih membuat kerinduan di dada Khalifah Utsman seakan hendak meledak. Rasulullah s.a.w bersabda, Apakah engkau memilih dimenangkan dari orang-orang ini atau engkau memilih berbuka puasa dengan kami di Syurga? Aku memilih berbuka dengan Rasulullah, segera Khalifah Utsman menjawab dengan sukacita. Tidak lama setelah itu, tiga orang pengepung dapat memasuki rumah khalifah melalui pagar belakang. Mereka terus masuk ke dalam rumah mencari Khalifah Utsman. Akhirnya mereka menemui khalifah sedang membaca Quran. Salah satu dari mereka memegang janggut khalifah dengan geram. Khalifah terkejut melihat yang memegang janggutnya adalah putera sahabat dekatnya. Ayahmu takkan suka jika ia melihat perbuatanmu ini! kata beliau. Orang itu terkejut dan cepat-cepat melepaskan tangannya sambil beristighfar. Tapi bahaya tak dapat dicegah. Dua orang lainnya yang tak dikenali oleh khalifah langsung mengayunkan pedang. Maka syahidlah khalifah dengan darah membasahi Al Quran yang sedang dibacanya. Lepaslah beliau dari penjara dunia dan segera berkumpul dengan Rasulullah dan para sahabatnya di

Syurga yang kenikmatannya membayangkannya.

tidak

sanggup

lidah

bercerita

dan

tidak

sanggup

Khalifah Utsman bin Affan r.a. meninggal pada tanggal 17 Dzulhijjah dalam usia 82 tahun. Innalillahiwainna wa inna ilaihi rajiuun.

Anda mungkin juga menyukai