Anda di halaman 1dari 7

1. APA ITU TSUNAMI ? (http://id.wikipedia.

org/wiki/Tsunami) Kata tsunami berasal dari bahasa jepang, tsu berarti pelabuhan, dan nami berarti gelombang.Secara umum berarti "Ombak besar di Pelabuhan" yang berarti perpindahan badan air disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami ialah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya. Geologi, geografi, dan oseanografi pada masa lalu menyebut tsunami sebagai "Gelombang laut seismik". Pada beberapa kesempatan, tsunami disamakan dengan gelombang pasang. Dalam tahun-tahun terakhir, persepsi ini dinyatakan tidak sesuai lagi karena gelombang pasang tidak ada hubungannya dengan tsunami. Persepsi ini dulu populer karena penampakan tsunami yang menyerupai gelombang pasang yang tinggi.Tsunami dan gelombang pasang sama-sama menghasilkan gelombang air yang bergerak ke daratan, namun dalam kejadian tsunami, gerakan gelombang jauh lebih besar dan lebih lama, sehingga memberikan kesan seperti gelombang pasang yang sangat tinggi. Tsunami tidak hanya terbatas pada pelabuhan. Karenanya para geologis dan oseanografis sangat tidak menggunakan istilah ini.

2. PERISTIWA TSUNAMI AKIBAT LETUSAN GUNUNG KRAKATAU 1883 & PURBA ( - http://tantristory.wordpress.com/2011/10/03/letusan-mahadasyat-krakatau-1883/ http://www.indonesia.travel/id/destination/621/krakatauislands-nature-reserve-site-of-catastrophic-volcaniceruption/article/77/history-of-the-once-mighty-mountkrakatau )

Letusan Gunung Krakatau yang terjadi pada tahun 1883 berawal dari aktifitas gunung api. Titik puncak terjadinya letusan gunung krakatau pada 27 Agustus 1883. Kemudian aktivitas gunung api minor terus terjadi hingga bulan Februari 1884. Pada 1 tahun menjelang titik puncak terjadinya letusan gunung krakatau, aktivitas seismik yang berupa gempa bumi minor sering terjadi. Tanggal 20 Mei 1883 (3 bulan sebelum terjadinya letusan itu), debu vulkanik sudah tampak menyembur sedikit demi sedikit. Erupsi dan keluarnya debu terasa hingga jarak 6 km dan letusan terdengar hingga Jakarta yang berjarak 160 km. Aktivitas gunung api mulai terlihat berhenti akhir bulan Mei hingga pertengahan Juni. Aktivitas erupsi mulai terjadi lagi tanggal 16 Juni, ketika itu gemuruh yang kencang terdengar dari puncak gunung krakatau dan debu tebal serta pekat menutupi pulau hampir 5 hari. Pada 24 Juni, angin timur meniup kencang, awan pekat dan abu tebal semakin tampak dari Krakatau sehingga merubah bentuk krakatau. Perubahan bentuk gunung akibat erupsi sebelumnya menyebabkan terbentuknya sumber lubang magma yang terletak antara Perbuatan dan Danan, dekat dengan kawah anak krakatau. Erupsi yang terjadi juga menyebabkan kenaikan muka air laut dari biasanya yang dibuktikan dengan semakin panjangnya rantai penghubung angkur dengan perahu akibat kenaikan elevasi muka air laut. Kejadiankejadian gempa disekitar lokasi mulai terasa sampai ke Anyer (Jawa) dan oleh perahu yang berlayar di Samudra Hindia hingga ke Barat.Pada 11 Agustus, H.J.G. Ferzenaar melakukan investigasi

terhadap pulau tersebut. Dia mencatat bahwa sumber abu utama di lokasi yang baru terbentuk di Danan, menutupi bagian barat pulau (karena angin bertiup dari timur di masa itu), dan asap berasal dari sekitar 8 lubang lainnya yang kebanyakan berada di Danan dan Rakata. Saat ia berada dilokasi tersebut, dia menemukan lapisan abu setebal 0.5 meter, semua vegatasi kecil dan sedang sudah hancur dan yang tertinggal hanyalah pohon-pohon besar. Hari berikutnya, perahu berlayar melewati arah utara melaporkan adanya lubang sumber keluarnya abu vulkanik baru hanya berjarak beberapa meter diatas muka air laut. Aktivitas gunung berapi berlanjut sampai pertengahan Agustus. Tanggal 25 Agustus, terjadi peningkatan aktivitas gunung krakatau. Pada pukul 13.00 (WIB) tanggal 26 Agustus, gunung api mengalami fase Paroxysmal (terjadi perubahan aktivitas mendadak) dan pukul 14.00 dapat dilihat abu tebal pekat mencapai ketinggian 27km. Pada kondisi ini erupsi terjadi secara terus menerus hingga dapat didengar gemuruhnya setiap 10 menit sekali. Perahu yang berada 20km dari lokasi gunung api melaporkan bahwa abu tebal dan sangat pekat serta batu panas yang diyakini berasal dari muntahan gunung api jatuh di dek kapal perahu mereka mulai terlihat. Kemudian, Tsunami kecil terjadi di sepanjang pantai Jawa dan Sumatera sepanjang 40km. Tanggal 27 Agustus terjadi 4 letusan dahsyat yang terjadi pukul 05.30, 06.44, 10.01 dan 10.41 waktu setempat. Letusan yang terjadi terdengar hingga 3500km dari lokasi yaitu di Perth, Australia Barat dan kepulauan di Samudra Hindia yang terletak pada jarak 4800km dari lokasi letusan. Kejadian tersebut di ikuti dengan Tsunami yang sangat besar yang memiliki ketinggian 30m yang berawal dari laut di sekitar letusan gunung Krakatau. Area disekitar selat sunda dan beberapa tempat di sepanjang pesisir Sumatera mengalami aliran Pyroclastic yang bersumber dari gunung api tersebut. Letusan gunung api memiliki nilai Volcanic Explosivity Indes (VEI) sebesar 6. Tekanan gelombang disebabkan oleh radiasi letusan gunung api dari Krakatau memilki kekuatan sebesar 1086 km/h (675 mph). Kekuatan tersebut sangat besar sehingga merusak gendang telinga para pelaut yang ketika itu sedang melintas di

sekitar selat Sunda dan menghasilkan sekitar 2 setengah inchi percury yang terekam dari alat pengukur tekanan di Jakarta. Gelombang tekanan tersebut menghasilkan radiasi di semua belahan dunia dan terekam pada alat Barographs seluruh dunia hingga 5 hari setelah terjadinya letusan. Barograph melaporkan bahwa gelombang (shock wave) menggema di seluruh belahan bumi hingga total sebanyak 7 kali. Debu gunung krakatau mencapai ketinggian 80km .Erupsi terjadi berangsur-angsur berkurang dan benar-benar diam tanpa aktivitas pada 28 Agustus pagi hari. Erupsi kecil yang kebanyakan memuntahkan lumpur terjadi dan berlangsung hingga bulan Oktober, erupsi kecil terus terjadi hingga bulan Februari 1884. Pada siang hari tanggal 27 Agustus, hujan abu panas akibat muntahan gunung krakatau terjadi di Lampung. Sekitar 1000 penduduk meninggal yang bukan diakibatkan oleh tsunami yang terjadi setelah letusan, tetapi karena debu yang panas dan tebal. Kombinasi bencana yang terjadi yaitu; aliran Pyroclastic, debu vulkanik dan Tsunami telah merenggut korban jiwa sebanyak 3000 penduduk di Pulau Sebesi, yang terletak 13km dari Krakatau. Pyroclastic Flows membunuh sekitar 1000 orang di Lampung ( terletak di 40 km sebelah utara Krakatau). Berdasarkan data yang dihimpun oleh Pemerintahan Belanda, Korban tewas dalam bencana ini adalah 36417 jiwa dan ada sumber lain yang mengestimasi jumlah korban jiwa sebanyak 120000 lebih. Beberapa kawasan di pulau Sumatra maupun jawa hancur tidak berbekas, termasuk Teluk betung dan Lampung di Sumatra, Sirik dan Serang di Pulau Jawa. Laporan lain mengatakan bahwa terdapat banyak mayat yang mengapung di Samudra Hindia. Ditemukan juga batuan yang kandungannya hampir sama dengan yang dimiliki oleh gunung krakatau di sepanjang pesisir pantai timur benua Afrika. Perahu yang ketika itu berlayar di sekitar area tersebut rusak karena terhantam Tsunami. Tsunami yang datang setelah Erupsi diyakini terjadi akibat adanya aliran Pyroclastic yang maha dahsyat di lautan. 1 diantara 4 letusan besar pada erupsi Krakatau menyebabkan terjadinya Aliran Pyroclastic yang besar sebagai

akibat dari gaya gravitasi yang colaps akibat kejadian erupsi gunung krakatau. Keluarnya material gunung api yang berjumlah sangat besar dan dimuntahkannya ke laut, menyebabkan terjadinye perpindahan volume air laut. Sehingga kenaikan muka air laut dan Tsunamipun terjadi. Beberapa aliran Pyroclastic terjadi di sepanjang pesisir pantai Sumatera disebabkan oleh abu vulkanik dan material gunung yang meluncur ke lautan yang menyebabkan terjadinya hempasan gelombang yang menyapu pesisir pantai terdekat. Banyak material gunung api terkikis, tetapi abu gunung api yang tersendap menjadi bagian dari komposisi geologi pada pulau tersebut.Pulau pasir (yang biasa disebut Steers dan Calmeyer sesuai nama pelaut yang menemukan pulau ini) terbentuk seperti pulau akibat dari tumpukan debu gunung api yang teramat banyak dan kemudian lama kelamaan terkikis oleh air laut. Air laut yang berada disekitar deposit dari abu vulkanik panas di 2 pulau pasir ini memumculkan asap tebal ketika terkena air laut sehinnga pada masa itu orang-orang yang melihatnya menganggap bahwa pulau pasir itu adalah semburan gunung api kecil yang baru, tetapi nyatanya bukan. Seorang seniman, British William Ashcroft mengabadikan peristiwa tersebut kedalam sebuah lukisan yang digambarkan pendaran ribuan cahaya terjadi di sekitar Krakatau beberapa tahun setelah kejadian Erupsi tersebut. Letusan final yang terjadi disebabkan oleh magma yang bercampur yang disebabkan oleh masuknya magma basaltic panas kedalam magma yang dingin dan tidak pekat kedalam ruangan dibawah gunung api. Hal tersebut menghasilkan peningkatan nilai tegangan yang berkelanjutan sehingga dapat menyebabkan terjadinya letusan yang bersifat cataclysmic. Bukti dari teori ini adalah jenis batu apung yang ditemukan dilokasi tersebut yang bersifat tidak pekat dan bermaterial gelap, material gelap tersebut bersifat panas.

Letusan Krakatau yang terjadi sebelum 1883 Tahun 416 M, tertuang dalam Buku Pustaka Raja.Tertulis bahwa terdengar suatu letusan yang berasal dari gunung Batuwara (Pulosari sekarang/gunung api Bantam yang terletak dekat dengan selat sunda), yang dianggap sama dengan suara yang berasal dari Kapi yang terletak disebelah barat dari Bantam.Dalam Pustaka juga tercatat adanya kenaikan elevasi air laut dan hilangnya pulau tersebut akibat suatu ledakan.Ada juga yang mengatakan bahwa letusan yang terjadi kala itu memisahkan pulau Jawa dan Sumatera dan terbagi oleh selat yaitu selat Sunda. Tahun 535 Masehi, Letusan gunung di Selat Sunda tercatat dalam sebuah teks Jawa Kuno berjudul Pustaka Raja Parwa tahun 416 Masehi. B.G. Escher menyetujui bahwa yang dimaksud teks kuno Jawa tersebut adalah gunung yang kemudian dikenal sebagai Krakatau Purba yang pernah meletus.Teksnya berbunyi Ada suara guntur yang menggelegar berasal dari Gunung Batuwara.Ada pula goncangan bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat. Kemudian datanglah badai angin dan hujan yang mengerikan dan seluruh badai menggelapkan seluruh dunia. Sebuah banjir besar datang dari Gunung Batuwara dan mengalir ke timur menuju Gunung Kamula. Ketika air menenggelamkannya, Pulau Jawa terpisah menjadi dua, menciptakan Pulau Sumatera. menceritakan bagaimana dahsyatnya letusan gunung purba ini.Para ahli telah bersepakat bahwa Pulau Jawa dengan Sumatera dulu menyatu. Pemisahan Jawa dan Sumatera diyakini adalah akibat gerakan lempeng Bumi, walaupun tak sedikit yang berpendapat bahwa letusan Gunung Krakatau sebagai penyebab pemisahan ini. Walaupun pencatatan Ronggowarsito tentang letusan masa lalu Krakatau diragukan ketepatannya, pujangga ini barangkali benar soal PEMISAHAN Pulau Jawa dan Sumatera yang berkaitan erat

dengan letusan Krakatau. Namun, pemisahan Jawa dan Sumatera sepertinya bukan karena letusan Krakatau. Sebaliknya, Krakatau terbentuk karena pemisahan kedua pulau ini sebagai produk gerakan tektonik di dalam Bumi. Bagaimana dengan Krakatau yang berada di antara 2 sistem geologi Jawa dan Sumatera yang berbeda ini? Krakatau yang berada di titik engsel antara Pulau Jawa dan Sumatera menjadi unik. Jika terjadi kebocoran dan air laut menembus ke dalam Bumi hingga mendekati kantong magma yang mendidih, letusan besar bisa terjadi. Padahal, jika terjadi letusan besar, kemungkinan terjadinya tsunami juga sangat tinggi. Akibat ledakan yang hebat itu, tiga perempat Krakatau Purba hancur dan menyisakan kaldera (kawah besar) di Selat Sunda. Sisisisi kawahnya kemudian dikenal sebagai Pulau Rakata, Pulau Panjang, dan Pulau Sertung.Ledakan Krakatau Purba diperkirakan para ahli berlangsung 10 hari dengan kecepatan muntahan massa mencapai 1 juta ton per detik. Ledakan tersebut membentuk perisai atmosfer setebal 20-150 meter. Catatan penelitian Krakatau Purba dari Berend George Escher dan Verbeek juga didukung beragam dokumen sejarah dari Nusantara, Siria, dan Cina tentang sebuah bencana yang sangat dahsyat dan mengakibatkan Abad Kegelapan di seluruh dunia. Tahun 1680 M, yang ditulis dalam buku harian Johann Wilhelm Vogel, seorang Engineer pertambangan asal Belanda ketika berlayar melewati selat Sunda pada tahun 1681. Vogel kembali ke Amsterdam pada tahun 1688 kemudian pada 1690 memlakukan publikasi jurnalnya yang menceritakan tentang eruspi krakatau yang terjadi antara 1680-1681.

Anda mungkin juga menyukai