Anda di halaman 1dari 21

Lampiran III : Pembahasan No I Variabel Keluaran 1.

Angka penemuan penderita baru Kusta (CDR) Jumlah penderita yang baru ditemukan pada periode satu tahun = x 100.000 Jumlah penduduk pada tahun yang sama = 17/85.406 X 100.000 = 19,905 : 100.000 <5:100.000 (+) Pencapaian Tolok Ukur Masalah

2. Pemantauan keberhasilan pengobatan penderita kusta a. Angka kesembuhan (RFT Rate) MB Jumlah penderita baru MB yang menyelesaikan 12 dosis dalam 12-18 bulan = x 100% Jumlah seluruh penderita baru MB yang mulai MDT pada periode kohort tahun yg sama = 0/15x 100% = 0% Jumlah penderita kusta terdaftar pada suatu saat tertentu x 10.000 Jumlah penduduk pada tahun yang sama = 17/85.406x 10.000 = 1,99: 10.000 4.Proporsi cacat tingkat 2 Jumlah penderita dengan cacat tingkat 2 yang baru ditemukan pada periode satu tahun X 100% Jumlah penderita yang baru 5% (-) > 90% Masih dalam pengobata n

3. Penentuan regimen dan mulai pengobatan (PR = Prevalence Rate)

< 1:10.000

(+)

ditemukan dalam periode satu tahun yang sama = 0 X 100% 17 = 0% Jumlah penderita anak (0-14 5.Proporsi penderi- tahun) yang baru ditemukan ta anak (0-14 pada periode satu tahun tahun) X 100% Jumlah penderita yang baru ditemukan dalam periode satu tahun yang sama = 1 X 100% 17 = 5,882 % 5% (+)

6.Pemeriksaan kontak (Proporsi MB)

Jumlah penderita MB yang baru ditemukan pada periode satu tahun x 100% Jumlah penderita yang baru ditemukan dalam periode satu tahun yang sama = 15 x 100% 17 = 88,2% Penyuluhan perorang = 100% Penyuluhan kelompok = 0% Pencatatan 100% Pelaporan 100% Pencapaian

< 65%

(+)

7.Penyuluh an

100% 100%

(-) (+)

8.Pencatata n dan pelaporan No Variabel II Masukan 1. Tenaga (Man) a. Dokter umum b. Petugas P2Kusta c. Pencatatan dan pelaporan d. Petugas

100% 100% Tolok Ukur

(-) (-) Masalah

1 orang 1 orang 1 orang

1 orang 1 orang 1 orang

(-) (-) (-)

laboratorium terlatih 2. Dana (Money) a. APBD Tk II b. Global Fund 3. Sarana (Material) a. medis Object Glass Bambu/lidi Silet Persediaan obat Kusta Spuit Mikroskop Lampu spritus Pewarnaan BTA Ziehl Nielseen b. Non medis Ruang tunggu pasien yang terbuka Ruang pemeriksaan pasien Ruang administrasi Ruang obat Ruang laboratorium Tempat tidur pemeriksaan Lemari penyimpanan obat Rak obat c. Alat Administrasi Buku register kunjungan pasien Alat tulis Komputer d. Alat Penyuluhan

1 orang

Tidak ada

(+)

Ada Ada

Ada Ada

(-) (-)

Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada

Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada

(-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)

Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada

Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada

(-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)

Ada Ada Ada

Ada Ada Ada

(-) (-) (-)

Papan tulis Spidol Brosur Poster

Ada Ada Ada Ada

Ada Ada Ada Ada

(-) (-) (-) (-)

e. Formulir Pendaftaran Kartu Penderita Register/Monit oring KOHORT Penderita Pencatatan Pencegahan Cacat Form Evaluasi Pengobatan Prednison f. Formulir Pelaporan - Gambaran Data Pokok Pencapaian Program Pengendalian Penyakit Kusta -Laporan Program P2Kusta 4.Metode (Method) a.Penemuan penderita kusta

Ada Ada

Ada Ada

(-) (-)

Ada Ada

Ada Ada

(-) (-)

Ada

Ada

(-)

Ada

Ada

(-)

Passive case finding yaitu penemuan tersangka penderita Kusta yang datang ke Puskesmas. Tersangka dari penderita Kusta yang datang ke Puskesmas Nagasari yang menunjukkan gejala yang mendukung diagnosis Kusta, yaitu : 1) Tanda-tanda pada kulit a) Bercak/kelainan kulit yang merah atau putih di bagian tubuh b) Kulit mengkilap c) Bercak yang tidak gatal d) Adanya bagianbagian tubuh yang tidak berkeringat atau tidak berambut e) Lepuh tidak nyeri

Passive case finding yaitu penemuan tersangka penderita Kusta yang datang ke Puskesmas. Tanda-tanda tersangka Kusta (Suspek). Tandatanda pada kulit a) Bercak/kelainan kulit yang merah atau putih di bagian tubuh b) Kulit mengkilap c) Bercak yang tidak gatal d) Adanya bagian-bagian tubuh yang tidak berkeringat atau tidak berambut e) Lepuh tidak nyeri Tanda-tanda pada saraf a) Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota badan atau muka

(-)

2) Tanda-tanda pada saraf a) Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota badan atau muka b) Gangguan gerak anggota badan atau bagian muka c) Adanya cacat (deformitas) d) Luka (ulkus) yang tidak mau sembuh Penemuan penderita secara aktif ditujukan pada semua anggota keluarga yang tinggal serumah dengan penderita dan tetangga sekitar. e) b.Penentuan diagnosis dan kalsifikasi penderita kusta A. Penentuan diagnosis penderita kusta Untuk menetapkan diagnosis penyakit Kusta perlu dicari tanda-tanda utama atau Cardinal sign, yaitu : Lesi (Kelainan) kulit yang mati rasa 1) Kelainan kulit.lesi dapat berbentuk bercak keputihputihan (hypopigmentasi) atau kemerah-merahan (erithematous) yang mati rasa (anaesthesi). 2) Penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi saraf. Gangguan fungsi saraf ini merupakan akibat dari peradangan kronis saraf tepi (neuritis perifer). Gangguan fungsi saraf ini bias berupa : a) Gangguan fungsi sensoris : mati rasa b) Gangguan fungsi motoris : kelemahan otot (Parese) atau kelumpuhan (paralise) c) Gangguan fungsi otonom : kulit kering dan retak

b) Gangguan gerak anggota badan atau bagian muka c) Adanya cacat (deformitas) d) Luka (ulkus) yang tidak mau sembuh Penemuan penderita secara aktif ditujukan pada semua anggota keluarga yang tinggal serumah dengan penderita dan tetangga sekitar.

A. Diagnosis ditegakkan berdasarkan Cardinal Sign : a) Lesi (kelainan) kulit yang mati rasa b) Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf : gangguan fungsi sensoris (mati rasa), gangguan fungsi motoris (parese atau paralisis), gangguan fungsi otonom (kulit kering dan retak-retak) c) Adanya bakteri tahan asam (BTA) di dalam kerokan jaringan kulit. B. Kalsifikasi penyakit kusta dibagi menjadi 2 yaitu : a) Paucibasiler (PB): bercak kusta 1-5, penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi hanya pada satu saraf dan BTA negatif. b) Multibacillary

(-)

3) Adanya bakteri tahan asam (BTA) di dalam kerokan jaringan kulit (BTA positif). B. Kalsifikasi penyakit kusta dibagi menjadi 2 yaitu : a) Paucibasiler (PB): bercak kusta 1-5, penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi hanya pada satu saraf dan BTA negatif. b) Multibacillary (MB) : bercak kusta berjumlah >5, penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi pada lebih dari satu saraf dan BTA positif c. Penentuan regimen dan mulai pengobatan Regimen Pengobatan MDT Sesuai dengan regimen pengobatan yang direkomendasikan oleh WHO : Pauci baciler (PB) Dewasa dan anak (10-14 tahun) Hari pertama : 2 kapsul Rifampisin @300 mg (600 mg) 1 tablet Dapsone/DDS 100 mg Hari ke 2-28 : 1 tablet Dapsone/DDS 100 mg 1 blister untuk 1 bulan. Lama pengobatan 6-9 bulan Multi basiler (MB) Dewasa dan anak (10-14 tahun) Hari pertama : 2 tablet Rifampisin @300 mg (600 mg) 3 tablet Lampren @100 mg (300 mg) 1 tablet Dapsone/DDS 100 mg Hari ke 2-28 : 1 tablet Lampren 50 mg

(MB) : bercak kusta berjumlah >5, penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi pada lebih dari satu saraf dan BTA positif.

Regimen Pengobatan MDT Sesuai dengan regimen pengobatan yang direkomendasikan oleh WHO : Pauci baciler (PB) Dewasa dan anak (10-14 tahun) Hari pertama : 2 kapsul Rifampisin @300 mg (600 mg) 1 tablet Dapsone/DDS 100 mg Hari ke 2-28 : 1 tablet Dapsone/DDS 100 mg 1 blister untuk 1 bulan. Lama pengobatan 6-9 bulan Multi basiler (MB) Dewasa dan anak (10-14 tahun) Hari pertama : 2 tablet Rifampisin @300 mg (600 mg) 3 tablet Lampren @100 mg (300 mg) 1 tablet Dapsone/DDS 100 mg Hari ke 2-28 :

(-)

1 tablet Dapsone/DDS 100 mg 1 blister untuk 1 bulan. Lama pengobatan 12-18 bulan Dosis MDT menurut umur Rifampisin : 10-15mg/kgBB DDS : 1-2 mg/kgBB Clofazimine : 1mg/kgBB Obat-obatan penunjang Sulfas ferosus Vitamin A Neurotropik

1 tablet Lampren 50 mg 1 tablet Dapsone/DDS 100 mg 1 blister untuk 1 bulan. Lama pengobatan 12-18 bulan Dosis MDT menurut umur Rifampisin : 1015mg/kgBB DDS : 1-2 mg/kgBB Clofazimine : 1mg/kgBB Obat-obatan penunjang Sulfas ferosus Vitamin A Neurotropik Seti ap petugas harus memonitor tanggal pemberian obat. Apabila penderita terlambat mengambil obat kusta, paling lama 1 bulan harus dilakukan pelacakan RFT dinyatakan setelah dosis dipenuhi tanpa diperlukan pemeriksaan laboratorium. Setelah RFT penderita dikeluarkan dari form monitoring penderita. Mas a pengamatan: pengamatan dilakukan secara pasif a. Tipe PB selama 2 tahun b. Tipe MB selama 5 tahun tanpa pemeriksaan laboratorium Pen derita PB yang telah mendapatkan pengobatan 6 dosis (blister) dalam waktu 6

d. Pemantauan keberhasilan pengobatan penderita kusta

Setia p petugas harus memonitor tanggal pemberian obat. Apabila penderita terlambat mengambil obat kusta, paling lama 1 bulan harus dilakukan pelacakan RFT dinyatakan setelah dosis dipenuhi tanpa diperlukan pemeriksaan laboratorium. Setelah RFT penderita dikeluarkan dari form monitoring penderita. Masa pengamatan: pengamatan dilakukan secara pasif a. Tipe PB selama 2 tahun b. Tipe MB selama 5 tahun tanpa pemeriksaan laboratorium Pend erita PB yang telah mendapatkan pengobatan 6 dosis (blister) dalam waktu 6-9 bulan dinyatakan RFT, tanpa harus pemeriksaan

(-)

laboratorium Pend erita MB yang telah mendapat pengobatan MDT 12 dosis (blister) Dalam waktu 12-18 bulan dinyatakan RFT, tanpa harus pemeriksaan laboratorium Defa ulter Jika seorang penderita PB tidak mengambil/ minum obatnya lebih dari 3 bulan (tidak mungkin baginya menyelesaikan sesuai waktu yang ditetapkan), maka mereka dinyatakan sebagai default PB. Jika seseorang penderita MB tidak mengambil/ minum obatnya lebih dari 6 bulan (tidak mungkin baginya untuk menyelesaikan pengobatan sesuai waktu yang ditetapkan), maka mereka dinyatakan sebagai default MB. Tindakan bagi Defaulter : Dikeluarkan dari monitoring dan register Bila kemudian datang lagi, maka harus dilakukan pemeriksaan klinis ulang dengan teliti, bila: a. Ditemukan tandatanda klinis yang aktif b. Tidak ada tandatanda aktif maka penderita tidak perlu diobati lagi Relap s/Kambuh Penderita dinyatakan relaps. Bila setelah dinyatakan RFT timbul

9 bulan dinyatakan RFT, tanpa harus pemeriksaan laboratorium Pen derita MB yang telah mendapat pengobatan MDT 12 dosis (blister) Dalam waktu 12-18 bulan dinyatakan RFT, tanpa harus pemeriksaan laboratorium Def aulter Jika seorang penderita PB tidak mengambil/ minum obatnya lebih dari 3 bulan (tidak mungkin baginya menyelesaikan sesuai waktu yang ditetapkan), maka mereka dinyatakan sebagai default PB. Jika seseorang penderita MB tidak mengambil/ minum obatnya lebih dari 6 bulan (tidak mungkin baginya untuk menyelesaikan pengobatan sesuai waktu yang ditetapkan), maka mereka dinyatakan sebagai default MB. Tin dakan bagi Defaulter : Dik eluarkan dari monitoring dan register Bila kemudian datang lagi, maka harus dilakukan pemeriksaan klinis ulang dengan teliti, bila: a. Ditemukan tanda-tanda klinis yang aktif b.

lesi baru pada kulit maka untuk menyatakan relaps harus dikonfirmasi ke dokter kusta yang memiliki kemampuan klinis mendiagnosis relaps. Untuk relaps MB, jika ternyata pada pemeriksaan ulang BTA setelah RFT terjadi peningkatan indeks bakteriologi 2 atau lebih dibandingkan saat diagnosis maka penderita dinyatakan relaps. Indik asi pengeluaran penderita dari register adalah: RFT, meninggal, pindah, salah diagnosis, ganti klasifikasi, default. Pada keadaan-keadaan khusus (misalnya akses yang sulit ke pelayanan kesehatan) dapat diberikan sekaligus beberapa blister disertai dengan pesan penyuluhan lengkap mengenai efek samping dan indikasi untuk kembali ke pelayanan kesehatan.

Tidak ada tandatanda aktif maka penderita tidak perlu diobati lagi Rela ps/Kambuh Pen derita dinyatakan relaps. Bila setelah dinyatakan RFT timbul lesi baru pada kulit maka untuk menyatakan relaps harus dikonfirmasi ke dokter kusta yang memiliki kemampuan klinis mendiagnosis relaps. Untuk relaps MB, jika ternyata pada pemeriksaan ulang BTA setelah RFT terjadi peningkatan indeks bakteriologi 2 atau lebih dibandingkan saat diagnosis maka penderita dinyatakan relaps. Indi kasi pengeluaran penderita dari register adalah: RFT, meninggal, pindah, salah diagnosis, ganti klasifikasi, default. Pad a keadaan-keadaan khusus (misalnya akses yang sulit ke pelayanan kesehatan) dapat diberikan sekaligus beberapa blister disertai dengan pesan penyuluhan lengkap mengenai efek samping dan indikasi untuk kembali ke pelayanan kesehatan. a. Membawa kartu penderita yang sudah tercatat dan kartu (-)

e. Pemeriksaan kontak

a. Membawa penderita yang tercatat dan

kartu sudah kartu

penderita kosong. Alatalat untuk pemeriksaan serta obat MDT. b. Mendatangi rumah penderita dan memeriksa semua anggota keluarga penderita yang tercatat dalam kolom yang tersedia pada kartu penderita c. Mendatangi rumah tetangga dan memeriksa tetangga yang sering kontak dengan penderita d. Dengan melakukan pemeriksaan fisik pada semua anggota keluarga atau tetangga yang sering kontak dengan penderita e. Bila ditemukan penderita baru dari pemeriksaan itu, maka dibuatkan kartu baru dan dicatat sebagai penderita baru, kemudian diberikan obat MDT dosis pertama.

penderita kosong. Alatalat untuk pemeriksaan serta obat MDT. b. Mendatangi rumah penderita dan memeriksa semua anggota keluarga penderita yang tercatat dalam kolom yang tersedia pada kartu penderita c. Mendatangi rumah tetangga dan memeriksa tetangga yang sering kontak dengan penderita d. Dengan melakukan pemeriksaan fisik pada semua anggota keluarga atau tetangga yang sering kontak dengan penderita e. Bila ditemukan penderita baru dari pemeriksaan itu, maka dibuatkan kartu baru dan dicatat sebagai penderita baru, kemudian diberikan obat MDT dosis pertama. (-)

f. Pemantauan pencegahan cacat dan perawatan diri

Upaya pencegahan cacat : Komponen pencegahan 1) Penemuan dini cacat : penderita sebelum cacat 1) Penemuan dini 2) Pengobatan penderita sebelum cacat penderita dengan MDT 2) Pengobatan sampai RFT penderita dengan MDT 3) Deteksi dini adanya sampai RFT reaksi kusta dengan 3) Deteksi dini adanya pemeriksaan fungsi saraf reaksi kusta dengan secara rutin pemeriksaan fungsi 4) Penanganan reaksi saraf secara rutin 5) Penyuluhan 4) Penanganan reaksi 6) perawatan diri 5) Penyuluhan 7) Penggunaan alat perawatan diri bantu 6) Penggunaan alat 8) Rehabilitasi medis bantu (operasi rekonstruksi) 7) Rehabilitasi medis Tingkat cacat menurut WHO 8) Tingkat : menurut WHO : cacat

Cacat Tingkat 0 : tidak ada cacat Cacat Tingkat 1 : cacat yang disebabkan oleh kerusakan saraf sensoris yang tidak terlihat seperti hilangnya rasa raba pada kornea mata, telapak tangan, dan telapak kaki. Gangguan fungsi sensoris pada mata tidak diperiksa di lapangan, oleh karena itu tidak ada cacat tingkat 1 pada mata. Cacat tingkat 1 pada telapak kaki beresiko terjadinya ulkus plantaris, namun dengan perawatan diri secara rutin hal ini dapat dicegah. Mati rasa pada bercak bukan merupakan cacat tingkat 1 karena bukan disebabkan oleh kerusakan saraf perifer utama tetapi rusaknya saraf lokal kecil pada kulit. Oleh karena itu, mencacat tingkat cacat merupakan tindakan penting untuk mencegah kerusakan lanjut. Cacat Tingkat 2 : cacat atau kerusakan yang terlihat untuk mata : tidak mampu menutup mata dengan rapat (lagophtalmos), kemerahan yang jelas pada mata (ulserasi kornea atau uveitis), gangguan penglihatan berat atau kebutaan; untuk tangan dan kaki : luka dan ulkus di telapak tangan dan kaki, deformitas yang disebabkan oleh kelumpuhan otot kaki atau hilangnya jaringan (atropi) atau reabsorbsi parsial dari jari-jari. Perawatan diri penderita dapat diupayakan dengan penyuluhan tentang perawatan diri yang diberikan kepada penderita

Cacat Tingkat 0 : tidak ada cacat Cacat Tingkat 1 : cacat yang disebabkan oleh kerusakan saraf sensoris yang tidak terlihat seperti hilangnya rasa raba pada kornea mata, telapak tangan, dan telapak kaki. Gangguan fungsi sensoris pada mata tidak diperiksa di lapangan, oleh karena itu tidak ada cacat tingkat 1 pada mata. Cacat Tingkat 2 : tidak mampu menutup mata dengan rapat (lagophtalmos), kemerahan yang jelas pada mata (ulserasi kornea atau uveitis), gangguan penglihatan berat atau kebutaan; luka dan ulkus di telapak tangan dan kaki, deformitas yang disebabkan oleh kelumpuhan otot kaki atau hilangnya jaringan (atropi) atau reabsorbsi parsial dari jari-jari. Perawatan diri penderita dapat diupayakan dengan penyuluhan tentang perawatan diri yang diberikan kepada penderita dan keluarga tentang caracara memeriksa, melindungi mata, tangan yang mati rasa, kulit yang kering, jari tangan yang bengkok, kaki yang simper, kulit kaki tebal dan kering, kaki yang mati rasa, dan merawat luka agar dapat melakukan pencegahan cacat di rumah. Selain itu, petugas dapat melakukan kegiatan pencegahan cacat di Puskesmas pada penderita dengan masalah khusus kecacatan seperti

dan keluarga tentang caracara memeriksa, melindungi mata, tangan yang mati rasa, kulit yang kering, jari tangan yang bengkok, kaki yang simper, kulit kaki tebal dan kering, kaki yang mati rasa, dan merawat luka agar dapat melakukan pencegahan cacat di rumah. Selain itu, petugas dapat melakukan kegiatan pencegahan cacat di Puskesmas pada penderita dengan masalah khusus kecacatan seperti memberikan tetes mata yang mengandung saline jika mata sangat kering, antibiotic dan bebat mata bila terjadi konjungtivitis, atau merujuk jika perlu. g. Penyuluhan a) Perorangan Menggunakan metode penyuluhan langsung dengan cara tanya jawab di Puskesmas Nagasari. Materi penyuluhan adalah semua informasi tentang Kusta dan akan dijelaskan bahwa penyakit Kusta dapat disembuhkan dengan berobat teratur dan cara mencegah penularannya. Penyuluhan diberikan pada awal pengobatan dan setiap pasien datang kembali untuk mengambil obat ke Puskesmas. b) Kelompok Menggunakan metode penyuluhan langsung dengan cara ceramah mengenai Kusta kepada masyarakat Nagasari. Materi penyuluhan adalah semua informasi tentang Kusta.

memberikan tetes mata yang mengandung saline jika mata sangat kering, antibiotic dan bebat mata bila terjadi konjungtivitis, atau merujuk jika perlu.

a) Perorangan : penyuluhan langsung berupa tanya jawab atau konsultasi di Puskesmas. Materi yang dijelaskan adalah semua informasi mengenai Kusta. b) Kelompok : penyuluhan langsung melalui ceramah, seminar, dll. Materi yang diberikan adalah semua informasi tentang Kusta.

(-)

h. Pencatatan dan 1) Pencatatan pelaporan a) Kartu Penderita b) Register/Monnitorin g Penderita PB/MB

Pencatatan : a) Kartu penderita : diisi saat ada penderita baru

(-)

c) Formulir Pencatatan Pencegahan Cacat d) Formulir evaluasi pengobatan reaksi berat e) Data Pokok Program Eliminasi f) Formulir Register stok obat MDT g) Register Stok MDT1MB Dewasa h) Register Stok MDT2MB Anak i) Register Stok MDT3PB Dewasa j) Register Stok MDT4PB Anak k) Formulir Permintaan MDT-3, MDT-4 2) Pelaporan Pelaporan adalah penyampaian hasil hasil kegiatan pelaksanaan program P2 Kusta di suatu wilayah kerja pada jangka waktu tertentu dengan benar dan tepat waktu. Pelaporan dilakukan dengan mengcopy register monitoring pengobatan PB/MB di puskesmas selanjutnya dikirim ke Kabupaten setiap tribulan.

b) Register/Monito ring Penderita PB/MB : diisi tiap bulan saat pasien datang mengambil obat c) Formulir Pencatatan Pencegahan Cacat : diisi saat ada penderita baru. Diulangi setiap bulan untuk mendeteksi reaksi kusta secara dini. Diulangi setiap 2 minggu jika penderita mengalami reaksi. Juga diisi saat penderita dinyatakan RFT d) Formulir Evaluasi Pengobatan Reaksi Berat e) Data Pokok Program Eliminasi : diisi setiap tahun, merupakan rekapitulasi data tribulan hasil kegiatan Puskesmas f) Formulir Register Stok Obat MDT g) Formulir Permintaan MDT-3, MDT-4 Pelaporan : Pelaporan untuk puskesmas copy register monitoring pengobatan PB/MB selanjutnya dikirim ke Kabupaten setiap tribulan

No Variabel III Proses A. Perencanaan 1.Penemuan penderita Kusta

Pencapaian

Tolak Ukur

Masalah

Penemuan tersangka penderita kusta secara pasif oleh dokter dan perawat setiap hari senin sampai sabtu, pukul 08.00-14.00 WIB.

Penemuan pasif tersangka penderita kusta oleh dokter umum dan perawat di Puskesmas Batujaya hari Senin Sabtu pukul 08.0014.00 berdasarkan gejala suspek penderita kusta.

(-)

2. Penentuan

Setiap hari senin sampai Setiap hari Senin Sabtu

(-)

diagnosis dan kalsifikasi penderita kusta

sabtu, pukul 08.00-14.00 WIB di Puskesmas Batujaya yang dilakukan oleh dokter, perawat dan petugas laboratorium berdasarkan gejala yang ada pada penderita, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium kerokan kulit mikroskopis langsung dengan pewarnaan Ziehl Nielseen yang dilakukan di Puskesmas Nagasari.

jam 08.00-14.00 di Puskesmas Batujaya oleh dokter, perawat dan petugas laboratorium berdasarkan gejala yang ada pada penderita, dengan melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium ditentukan tipe kusta : Paucibacillary (PB) : bercak kusta berjumlah 15, penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi hanya pada satu saraf, BTA negartif. Multibacillary (MB) : bercak kusta berjumlah >5, penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi pada lebih dari satu saraf, BTA positif. Setiap hari Senin sampai dengan Sabtu jam 08.0014.00 di Puskesmas Batujaya yang dilakukan oleh P2Kusta dengan menggunakan strategi MDT sesuai dengan klasifikasi/tipe kusta. Setiap hari Selasa dan Kamis jam 08.00-14.00 di Puskesmas Batujaya oleh petugas P2Kusta dengan memonitor tanggal pengambilan obat, melakukan pelacakan jika penderita terlambat mengambil obat minimal 1 bulan, menyatakan RFT, default atau relaps. Dilakukan secepatnya saat ada penderita baru oleh petugas P2Kusta dengan mendatangi rumah penderita dan memeriksa anggota keluarga atau tetangga yangs sering kontak dengan penderita. (-)

3. Pemeriksaan regimen dan mulai pengobatan

Setiap hari Senin sampai dengan Sabtu jam 08.0014.00 di Puskesmas Batujaya yang dilakukan oleh P2Kusta dengan menggunakan strategi MDT sesuai dengan klasifikasi/tipe kusta. Pemantauan pengobatan di puskesmas Batujaya dilakukan setiap hari Selasa dan Kamis, pukul 08.0014.00 WIB yang dilakukan oleh petugas P2Kusta dan pemantauan di desa dilakukan oleh tenaga kesehatan terdekat tiap bulan dengan menggunakan strategi MDT sesuai dengan klasifikasi/tipe Kusta. Dilakukan secepatnya saat ada penderita baru oleh petugas P2Kusta dengan mendatangi rumah penderita dan memeriksa anggota keluarga atau tetangga yangs sering kontak dengan penderita. Jika ditemukan

4.Pemantauan keberhasilan pengobatan penderita kusta

(-)

5. Pemeriksaan kontak

(-)

penderita baru, maka dibuatkan kartu penderita baru dan diberikan MDT dosis pertama 6.Upaya Pemeriksaan POD dan Pencegahan Cacat perawatan diri dilakukan dan perawatan diri oleh petugas P2Kusta di Puskesmas Batujaya setiap hari Selasa dan Kamis pukul 08.00-14.00 WIB meliputi penemuan dini penderita sebelum cacat, pengobatan penderita dengan MDT sampai RFT, deteksi dini adanya reaksi kusta dengan pemeriksaan fungsi saraf secara rutin, penanganan reaksi, penyuluhan perawatan diri, penggunaan alat bantu, dan rehabilitasi medis. 7. Penyuluhan Penyuluhan perorangan dilaksanakan setiap hari Selasa, pukul 08.00-14.00 WIB di Puskesmas Batujaya dilakukan oleh petugas P2Kusta. Penyuluhan Kelompok : tidak ada direncanakan penyuluhan kelompok yang dilakukan 1x/3 bulan oleh petugas P2kusta.

Jika ditemukan penderita baru, maka dibuatkan kartu penderita baru dan diberikan MDT dosis pertama Dilakukan oleh petugas P2Kusta setiap hari Selasa dan Kamis di Puskesmas Batujaya jam 08.00-14.00 dengan penemuan dini penderita sebelum cacat, pengobatan penderita dengan MDT sampai RFT, deteksi dini adanya reaksi kusta dengan pemeriksaan fungsi saraf secara rutin, penanganan reaksi, penyuluhan perawatan diri, penggunaan alat bantu, dan rehabilitasi medis.

(-)

Perorangan : dilakukan oleh petugas P2Kusta setiap hari Selasa di Puskesmas Batujaya jam 08.00-14.00 dengan cara tanya jawab yang berisi semua informasi tentang kusta. Kelompok : penyuluhan langsung melalui ceramah, seminar dll. Dilaksanakan di Puskesmas, Desa, dll oleh petugas P2Kusta. Materi yang diberikan semua informasi tentang Kusta. Dilakukan 1x/3 bulan. Pencatatan : setiap hari Selasa jam 08.00-14.00 di Puskesmas Batujaya dengan menggunakan formulir yang ada di puskesmas. Dilakukan oleh petugas P2Kusta. Pelaporan : dilaporkan tribulan ke Dinas Kesehatan Karawang. Dilakukan oleh petugas

(+)

8. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan setiap hari Selasa, di Puskesmas Batujaya, dengan menggunakan Formulir Pengendalian Penyakit Kusta yang ada di puskesmas, dilakukan oleh petugas P2M. Pelaporan tiap tribulan ke Dinas Kesehatan Karawang yang dilakukan oleh petugas P2M.

(-)

P2Kusta. B. Pengorganisasian Terdapat struktur organisasi tertulis dan pembagian tugas-tugas secara teratur dalam menjalankan program P2Kusta Penanggung jawab program: Kepala Puskesmas ,Teti Suheryanti,AMK Petugas P2M : Sakinah Pelaksana P2 Kusta : Sakinah Terdapat struktur organisasi tertulis dan pembagian tugas-tugas secara teratur dalam menjalankan program P2Kusta Penanggung jawab program: Kepala Puskesmas (dokter gigi). Tugasnya: bertanggung jawab sepenuhnya terhadap berjalannya program, melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap keberhasilan program, mendeteksi hambatan yang ada serta penanggulangannya. Petugas P2M : tenaga kesehatan ( perawat). Tugasnya: mengkoordinasi pelaksanaan program agar dapat berjalan dengan baik. Administrasi program : tenaga administrasi. Tugasnya: melakukan pencatatan dan pelaporan pelaksanaan program. Pelaksana P2 Kusta : tenaga kesehatan (perawat) Petugas Laboratorium : tenaga kesehatan (perawat) No Variabel C. Pelaksanaan 1.Penemuan penderita Kusta Pencapaian Penemuan tersangka penderita kusta secara pasif setiap hari Senin Sabtu jam 08.00-14.00 di Tolak Ukur Setiap hari Senin Sabtu jam 08.00-14.00 di Puskesmas Batujaya oleh dokter umum atau perawat Masalah (-) (-)

Puskesmas Batujaya oleh dokter umum atau perawat berdasarkan gejala suspek penderita kusta.

secara passive case finding berdasarkan gejala bercak/kelainan kulit yang merah atau putih di bagian tubuh, kulit mengkilap, bercak yang tidak gatal, adanya bagian-bagian tubuh yang tidak berkeringat atau tidak berambut, lepuh tidak nyeri, rasa kesemutan dan nyeri pada anggota badan atau muka, gangguan gerak anggota badan atau bagian muka, adanya cacat, ulkus yang tidak mau sembuh. Penemuan penderita secara aktif dilaksanakan oleh petugas P2Kusta, yang dalam 3 bulan seluruh anggota keluarga harus diperiksa dan pemeriksaan ini diulang setiap 1 tahun sekali. Petugas membawa kartu penderita kusta, kartu penderita kosong dan alatalat pemeriksaan, dan dilakukan pemeriksaan apada semua anggota keluarga yang tercatat dan tetangga yang sering kontak dengan penderita. Bila ditemukan penderita baru dibuatkan kartu penderita baru dan diberikan obat MDT dosis pertama serta memberikan penyuluhan kepada penderita dan semua anggota keluarga. Setiap hari Senin - Sabtu jam 08.00-14.00 di Puskesmas Batujaya oleh dokter, perawat dan petugas laboratorium berdasarkan gejala yang ada pada penderita, dengan melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium (-)

2.Penentuan diagnosis dan kalsifikasi penderita kusta

Setiap hari Senin Sabtu jam 08.00-14.00 di Puskesmas Batujaya oleh dokter, perawat dan petugas laboratorium berdasarkan gejala yang ada pada penderita, dengan melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium ditentukan tipe

kusta : Paucibacillary (PB) : bercak kusta berjumlah 1-5, penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi hanya pada satu saraf, BTA negatif. Multibacillary (MB) : bercak kusta berjumlah >5, penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi pada lebih dari satu saraf dan BTA positif.

ditentukan tipe kusta : Paucibacillary (PB) : bercak kusta berjumlah 15, penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi hanya pada satu saraf, BTA negatif. Multibacillary (MB) : bercak kusta berjumlah >5, penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi pada lebih dari satu saraf, BTA positif. Setiap hari Senin - Sabtu jam 08.00-14.00 di Puskesmas Batujaya yang dilakukan oleh P2Kusta dengan menggunakan strategi MDT sesuai dengan klasifikasi/tipe kusta. Setiap hari Senin dan Kamis jam 08.00-14.00 di Puskesmas Batujaya oleh petugas P2Kusta dengan memonitor tanggal pengambilan obat, melakukan pelacakan jika penderita terlambat mengambil obat minimal 1 bulan, menyatakan RFT, default atau relaps. (-)

3. Penentuan regimen dan mulai pengobatan

Setiap hari Senin - Sabtu jam 08.00-14.00 di Puskesmas Batujaya yang dilakukan oleh P2Kusta dengan menggunakan strategi MDT sesuai dengan klasifikasi/tipe kusta. Setiap hari Senin dan Kamis jam 08.00-14.00 di Puskesmas Batujaya yang dilakukan oleh P2Kusta dengan menggunakan strategi MDT sesuai dengan klasifikasi/tipe kusta dengan memonitor tanggal pengambilan obat, melakukan pelacakan jika penderita terlambat mengambil obat minimal 1 bulan, menyatakan RFT, default atau relaps. Dilakukan secepatnya saat ada penderita baru oleh petugas P2Kusta dengan mendatangi rumah penderita dan memeriksa anggota keluarga atau tetangga yangs sering kontak dengan penderita. Jika ditemukan penderita baru, maka dibuatkan kartu penderita baru dan diberikan MDT dosis pertama.

4.Pemantauan keberhasilan pengobatan penderita kusta

(-)

5. Pemeriksaan kontak

Dilakukan secepatnya saat ada penderita baru oleh petugas P2Kusta dengan mendatangi rumah penderita dan memeriksa anggota keluarga atau tetangga yangs sering kontak dengan penderita. Jika ditemukan penderita baru, maka dibuatkan kartu penderita baru dan diberikan MDT dosis pertama.

(-)

6.Pemantauan pencegahan cacat dan perawatan diri

Dilakukan oleh petugas P2Kusta setiap hari Selasa dan Kamis di Puskesmas Batujaya jam 08.00-14.00 dengan penemuan dini penderita sebelum cacat, pengobatan penderita dengan MDT sampai RFT, deteksi dini adanya reaksi kusta dengan pemeriksaan fungsi saraf secara rutin, penanganan reaksi, penyuluhan perawatan diri, penggunaan alat bantu, dan rehabilitasi medis.

Dilakukan oleh petugas P2Kusta setiap hari Selasa dan Kamis di Puskesmas Batujaya jam 08.00-14.00 dengan penemuan dini penderita sebelum cacat, pengobatan penderita dengan MDT sampai RFT, deteksi dini adanya reaksi kusta dengan pemeriksaan fungsi saraf secara rutin, penanganan reaksi, penyuluhan perawatan diri, penggunaan alat bantu, dan rehabilitasi medis.

(-)

7. Penyuluhan

Perorangan : dilakukan oleh 1. Perorangan : dilakukan petugas P2Kusta setiap hari oleh petugas P2Kusta Selasa di Puskesmas setiap hari Selasa di Batujaya jam 08.00-14.00 Puskesmas Batujaya dengan cara tanya jawab jam 08.00-14.00 yang berisi semua informasi dengan cara tanya tentang kusta. jawab yang berisi semua informasi Kelompok: tidak tentang kusta. dilaksanakan 2. Kelompok : penyuluhan langsung melalui ceramah, seminar dll. Materi yang diberikan semua informasi tentang Kusta. Dilakukan 1x/3 bulan.
1. Pencatatan : setiap

(-)

(+)

8. Pencatatan dan Pencatatan : setiap hari Pelaporan Selasa jam 08.00-14.00 di Puskesmas Batujaya dengan menggunakan formulir yang ada di puskesmas. Dilakukan oleh petugas P2Kusta. Pelaporan : dilaporkan bulanan dan tribulanan Dinas Kesehatan Karawang. Dilakukan oleh petugas P2Kusta. No Variabel D. Pengawasan Pencapaian Kabupaten 4x/tahun Karawang

(-)

hari Selasa jam 08.0014.00 di Puskesmas Batujaya dengan menggunakan formulir yang ada di puskesmas. Dilakukan oleh petugas P2Kusta. 2. Pelaporan : dilaporkan tribulan ke Dinas Kesehatan Karawang. Dilakukan oleh petugas P2Kusta. Tolak Ukur Masalah (-)

: Dari Kabupaten Karawang : 4x/tahun

Propinsi 2x/tahun Kepala 1x/bulan

Jawa

Barat

Puskesmas

: Dari Propinsi Jawa Barat : 2x/tahun : Dari Kepala Puskesmas : 1x/bulan

No Variabel IV Umpan Balik

Pencapaian

Tolak Ukur

Masalah

1.Pencatatan Setiap hari Kegiatan Program 08.00-14.00 2.Pelaporan 4x/tahun kegiatan program 3.Rapat kerja 4x/bulan tribulanan untuk monitoring dan evaluasi program yang telah dijalankan Dampak A.Langsung 1.Menurunnya angka morbiditas dan mortalitas Kusta 2.Terputusnya rantai penularan penyakit Kusta B.Tidak Langsung 1.Kusta tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat

Selasa

jam Setiap hari kerja 4x/tahun 4x/tahun

(-) (-) (-)

Belum dapat dinilai

Menurunnya angka morbiditas dan mortalitas Kusta Terputusnya rantai penularan penyakit Kusta

(-)

Belum dapat dinilai

(-)

Belum dapat dinilai

Kusta tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat secara optimal

(-)

2.Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat secara optimal VI Lingkungan A. Fisik 1.Lokasi puskesmas 2. Transportasi

Belum dapat dinilai

(-)

Mudah dijangkau oleh masyarakat Mudah didapat dan tersedia

Mudah dijangkau oleh masyarakat Mudah didapat dan tersedia

(-)

(-)

3. Perumahan

a) Peru mahan : sebagian besar lingkungan tempat tinggal warga terlalu padat serta jarak antar rumah terlalu dekat, tidak memiliki ventilasi yang cukup, pencahayaan cukup, dan sanitasi yang baik. b) Terda pat fasilitas kesehatan lain dan dapat bekerjasama dengan baik

a. :

Perumahan (+)

Da erah pemukiman tidak padat dan kumuh Ven tilasi rumah dan pencahayaan baik San itasi baik

4.Fasilitas Kesehatan

(-) b. Fasilitas kesehatan lainnya Ad a dan dapat dijalin kerjasama

B. Non Fisik 1.Tingkat pendidikan

Mayoritas penduduk di wilayah kerja Puskesmas Batujaya berpendidikan rendah. Sosial Mayoritas tingkat sosial ekonomi penduduk di wilayah kerja Puskesmas Batujaya rendah.

Tidak menjadi hambatan dalam pelaksanaan program P2Kusta.

(+)

2.Tingkat Ekonomi

Tidak menjadi hambatan dalam pelaksanaan program P2Kusta.

(+)

3.Perilaku Tidak semua masyarakat Masyarakat mendukung masyarakat dalam berperan aktif dan tidak dan memanfaatkan pemanfaatan semua masyarakat puskesmas sebagai tempat Puskesmas mendukung yang utama dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.

(+)

Anda mungkin juga menyukai